• Tidak ada hasil yang ditemukan

Handi Andriana NPM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Handi Andriana NPM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Handi Andriana NPM 063403200

ABSTRAK

The research objective to know (1) the working capital in company, (2) the operational profit in company, (3) the influence working capital to operational profit at wood processing company Persada Kusen Tasikmalaya. Method applied in this research is analytical descriptive method with case study approach. Data collecting technique by through primary data that is data obtained directly from data sourch where is research executed in wood processing company Persada Kusen Tasikmalaya and secondary data that is data obtained from literature and the bibliography are relationship with problem which will be cecked. Analyzer applied is simple regression test with measurement scale of ratio. Testing of hypotesis by using test t. Result of research indicates that testing about working capital influence to operational profit that is working capital had an effect on significant to operational profit.

Keywords: working capital, operational profit

1. Latar Belakang

Salah satu tujuan perusahaan adalah memperoleh laba, karena laba sering dijadikan ukuran keberhasilan perusahaan, untuk memperoleh laba tersebut perusahaan harus melakukan berbagai kebijakan dalam pengelolaan keuangannya yang salah satunya dalam pengelolaan modal kerja. Dimana dalam melaksanakan kegiatan usahanya itu tidak terlepas dari kebutuhan akan modal kerja, modal disini memegang peranan yang sangat penting karena modal kerja merupakan suatu dasar untuk melaksanakan berbagai kegiatan usaha.

Perusahaan harus menyediakan modal kerja yang cukup dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi sehari-hari, karena modal kerja yang cukup ini sangat penting bagi suatu perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi bahaya yang mungkin timbul, karena adanya krisis dan kekacauan keuangan. Suatu modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena telah menghilangkan kesempatan untuk memperoleh laba, sedangkan modal kerja yang tidak cukup akan menjadi sebab utama kegagalan perusahaan.

Hasil akhir dari aktivitas perusahaan adalah memperoleh laba atau pun rugi. Terutama hasil dari aktivitas utamanya. Laba operasional yang merupakan penghasilan dari aktivitas utama perusahaan dapat diperoleh

(2)

dengan pengelolaan modal kerja yang baik. Aset lancar ataupun modal kerja tersebut harus benar-benar digunakan sesuai dengan kegiatan usaha agar pemanfaatan modal kerja akan efektif dan efisien. Sehingga dengan modal kerja yang digunakan dengan baik tersebut maka perusahaan akan menghasilkan laba operasional yang besar.

Persada Kusen adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi Pengolahan Kayu. Seperti layaknya perusahaan-perusahaan lain pada umumnya, selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan bidang usahanya. Kebijakan perusahaan tersebut mengakibatkan adanya modal kerja yang dialokasikan dalam kas, persediaan untuk kelangsungan produksi kadang-kadang terlalu besar dan piutang yang dibayar tidak tepat waktu. Hal ini mengakibatkan modal kerja tidak berputar karena kebutuhan akan pemenuhan pembiayaan tidak tercapai maksimal sehingga akan mempengaruhi perolehan laba operasional. Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka perusahaan akan mengalami keuntungan yang menurun bahkan akan berujung kerugian karena. Namun masalahnya, selama ini belum diketahui secara pasti pengaruh modal kerja terhadap laba operasional pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen

Searah dengan uraian di atas, penelitian yang dilakukan pada dasarnya merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya antara lain: Muhidin (2010) menunjukkan bahwa dalam tingkat signifikansi 5% ternyata modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba operasional. Dwi Ratna Handayani (2004) menyimpulkan bahwa modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat likuiditas karena adanya penurunan tingkat likuiditas dan terbatasnya data yang digunakan dalam penelitian. Nelly Krisnawati tahun (2006) menyimpulkan bahwa pengaruh beban piutang tak tertagih terhadap laba operasional sangat kecil.

2. Tinjauan Pustaka 2.1Modal Kerja

Menurut Agnes Sawir (2005 : 129) modal kerja yaitu Keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Sedangkan menurut J. F Weston yang dialihbahasakan oleh Jaka Wasana dan Kribandoko (1999 : 245) Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yang berupa kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan.

2.2Unsur-unsur Modal Kerja

Berdasarkan pengertian modal kerja dimana modal kerja terdiri dari gross working capital dan net working capital, namun untuk pos-pos yang tercakup dalam aktiva lancarnya sama antara net concept dan gross concept. Pos-pos dalam aktiva lancar merupakan unsur-unsur modal kerja, unsur-unsr modal kerja tersebut seperti yang dikemukakan Bambang Riyanto (2001 : 61) terdiri dari :

(1) Kas (Cash)

(2) Surat berharga (Marketable securities) (3) Piutang dagang (Account receivable)

(3)

(4) Persediaan (Inventory) (5) Aktiva lancar lain lain”. 2.3Laba Operasional

Laba terdiri dari beberapa jenis dan salah satunya laba operasional. Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai laba operasional sebagai berikut :

Amir Abadi Jusuf (2000:34) mendefinisikan laba operasi adalah selisih pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha perusahaan dikurangi dengan beban usaha langsung dari kegiatan operasional”.

Adapun Niswonger et al, yang diterjemahkan oleh Hyginius Ruswinarto dan Herman Wibowo (1999:536), mendefinisikan laba operasional adalah selisih antara laba kotor dengan pengeluaran operasional.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laba operasioanl adalah hasil dari kegiatan usaha perusahaan dikurangi biaya operasionalnya. Laporan rugi/laba perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Perusahaan menyajikan di laporan laba/rugi atau dicatatan atas laporan keuangan, rincin beban dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat/fungsi di dalam perusahaan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan perlu menyedikan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan perusahaan, karena setiap perusahaan untuk memulai kegiatan usahanya atau menajalankan kegiatan usahanya sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan modal kerja. (Bambang Riyanto, 2001 : 65).

Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan sehari-hari. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya.

Dalam penelitian ini, modal kerja yang digunakan adalah konsep kualitatif atau modal kerja besih (Net Working Capital). Hal ini disebabkan karena pada konsep ini tidak hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, tetapi dikaitkan juga dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian, sebagian dari aktiva ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Sehingga modal kerja dalam konsep ini benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahannya tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya (Bambang Riyanto 2001 : 57).

Dengan menambah besarnya modal kerja diharapkan laba operasional perusahaan akan lebih maksimal. Tersedianya modal kerja yang tinggi

(4)

memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk dapat memproduksi barang lebih banyak sehingga diharapkan pula perusahaan dapat memperoleh peningkatan pendapatan dikarenakan volume penjualan meningkat pada akhirnya laba operasional yang diperoleh perusahaan akan mengalami peningkatan pula.

Amir Abadi Yusuf (2000 : 84) mendefinisikan laba operasional sebagai pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha perusahaan dikurangi dengan beban usaha lansung dari kegiatan operasinya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja yang efisien yaitu menghasilkan laba operasinal yang besar dari penggunaan modal kerja tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa modal kerja yang dikelola secara efisien akan menghasilkan laba operasional yang besar.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Modal kerja berpengaruh terhadap laba operasional pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen Tasikmalaya”

3. Metode Penelitian 3.1. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah Modal kerja dan laba operasional. Adapun subjek penelitian adalah Perusahaan Persada Kusen yang beralamat di Jl. Leuwianyar No. 39 Telp (0265) 331272 Tasikmalaya 46131.

3.2Metode yang Digunakan

Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskritif analitis, metode deskriptif analitis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Nazir, 2000 : 63).

3.1.1. Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul yang telah dipilih yaitu pengaruh modal kerja terhadap laba operasional perusahaan. Maka terdapat dua variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh variabel lainya. Variabel tersebut adalah : a) Independent Variabel (X)

Yaitu variabel bebas artinya variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variabel bebas adalah Modal Kerja pada Perusahaan Persada Kusen Tasikmalaya

b) Dependent Variabel (Y)

Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah Laba Operasional Perusahaan.

3.2.4 Model/Paradigma Penelitian

Adapun paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel dependen yang dapat digambarkan sebagai berikut :

(5)

Gambar:

Paradigma Penelitian Dimana :

X = Variabel independen, yaitu modal kerja

Y = Variabel dependen , yaitu laba operasional perusahaan

є

= Faktor lain yang tidak diteliti.

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara modal kerja (X) terhadap laba operasional (Y) perusahaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + bX +

є

Dimana :

X = Modal kerja Y = Laba operasi

a = nilai Intercept/bilangan konstan b = Koefisien Regresi variable dependen

є

= Random Error/komponen kesalahan Random.

4. Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai modal kerja pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen, diperoleh data bahwa modal kerja dapat berasal dari selisih aktiva lancar dengan hutang lancar (net working capital). Adapun besarnya aktiva lancar dan hutang lancar disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Modal Kerja pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen Periode 2005 - 2012

Tahun Aktiva Lancar (Rp) Hutang Lancar (Rp) Modal Kerja (Rp) Peningkatan (Penurunan) (Rp) 2005 303,860,000 205,067,000 98,793,000 2006 354,405,400 234,750,000 119,655,400 20,862,400 2007 431,468,400 279,028,300 152,440,100 32,784,700

X

Y

є

(6)

2008 451,535,300 253,748,000 197,787,300 45,347,200 2009 470,148,000 192,830,000 277,318,000 79,530,700 2010 524,175,000 154,805,000 369,370,000 92,052,000 2011 563,224,000 138,867,000 424,357,000 54,987,000 2012 644,780,000 140,846,000 503,934,000 79,577,000

(Sumber : Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen)

Sedangkan laba operasional adalah sebagai berikut: Tabel 4.2

Laba Operasional

Pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen Periode 2005 - 2012

Tahun Laba Operasional (Rp) Kenaikan (Penurunan) (Rp) 2005 80,485,632 2006 100,293,800 19,808,168 2007 99,283,083 (1,010,717) 2008 100,293,799 1,010,716 2009 118,029,330 17,735,531 2010 130,345,000 12,315,670 2011 185,805,000 55,460,000 2012 201,335,500 15,530,500 (Sumber : Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen)

4.2Pengaruh Modal Kerja terhadap Laba Operasional pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen

Untuk mengetahui pengaruh besarnya modal kerja terhadap laba operasional pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen, maka dilakukan uji atas hipotesis. Di mana hipotesis tersebut adalah "modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba operasional". Yang berarti bahwa modal kerja meningkat maka laba operasional meningkat pula.

Pada penelitian ini, analisis data menggunakan analisis koefisien korelasi dan koefisien determinasi dengan menggunakan program SPSS Versi 15.0. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis untuk melihat pengaruh modal kerja terhadap laba operasional.

a. Uji Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal kerja (variabel independen) terhadap laba operasional (variabel dependen), maka digunakan alat analisis regresi linier sederhana sebagai berikut.

Y = a + b(X)

Hasil perhitungan regresi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS. Ver. 15.0 diperoleh bahwa :

(7)

a = -13,33 b = 1,751

Maka persamaan regresi adalah Y = -13,33 + 1,751 (X)

Berdasarkan persamaan regresi di atas maka dapat dikatakan bahwa apabila terdapat peningkatan modal kerja sebesar 1 rupiah (X = 1) maka akan menyebabkan laba operasional meningkat sebesar Rp. 1,751. Jadi semakin naik modal kerja akan diikuti oleh kenaikan laba operasional di Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen.

b. Analisis Korelasi

Untuk mengetahui besarnya derajat atau kekuatan korelasi antara modal kerja dengan laba operasional, berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS. 15.0 yang terdapat dalam tabel correlations, diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0,860. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan yang disebabkan oleh modal kerja terhadap laba operasional adalah sebesar 0,860 dan angka tersebut menunjukkan terjadi korelasi yang sangat kuat.

c. Analisis koefisien determinasi

Untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh modal kerja terhadap laba operasional maka rumus yang digunakan adalah :

Kd = r2 x 100%

Berdasarkan program SPSS. 15.0 yang terdapat dalam tabel summary diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,928, maka besarnya pengaruh modal kerja terhadap laba operasional adalah sebesar 92,8%. Dalam hal ini laba operasional dipengaruhi oleh modal kerja sebesar 92,8%, sisanya sebesar 7,2% merupakan pengaruh faktor lain yaitu seperti: volume penjualan, biaya produksi dan biaya operasional.

d. Pengujian Hipotesis

Sedangkan untuk menguji pengaruh modal kerja terhadap laba operasional, maka dapat digunakan uji t. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel yaitu modal kerja sebagai variabel independen dengan laba operasional sebagai variabel dependen.

Berdasarkan hasil perhitungan pada program SPSS yang terdapat dalam tabel coefficients pada lampiran 1, diperoleh nilai thitung sebesar 6,084

kemudian thitung ini dibandingkan dengan ttabel pada degree of freedom (df) n-2

= 6 dan  = 0,05 diperoleh nilai ttabel sebesar 2,447. Ternyata thitung lebih besar

dari ttabel (6,084>2,447) atau dengan melihat tingkat signifikan pada kolom sig.

diperoleh 0,001 nilai tersebut lebih dari nilai  (0,05). Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) diterima atau Ha (hipotesis alternatif) diterima. Dengan diterimanya Ha bahwa pada tingkat keyakinan 95% modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba operasional.

Dapat digambarkan pada sub struktur pengaruh modal kerja terhadap laba operasional adalah sebagai berikut :

(8)

Gambar 4.1

Pengaruh Modal kerja Terhadap Laba operasional

5. Simpulan

Berdasarkan bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai pengaruh modal kerja terhadap laba operasional pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1). Modal kerja yang digunakan yaitu seluruh aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Modal kerja pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen dari periode tahun 2005 - 2012 secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan terbesar pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 92,052,000. Hal ini dikarenakan di tahun ini perusahaan mempunyai banyak pesanan terutama dari perushaan pengembang atau developer, sehingga modal kerja yang digunakan oleh Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen mengalami peningkatan sedangkan hutang lancar yang harus dibayar lebih kecil.

2). Laba operasional yang merupakan pendapatan dikurangi beban operasional periode tahun 2005 - 2012 secara umum menunjukkan kenaikan. Laba operasional Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 55,460,000, kenaikan ini disebabkan karena perusahaan yang secara konsisten terus meningkatkan kualitas produksi ditambah dengan pekerjaan yang cepat dan sesuai dengan jangka waktu pesanan yang telah ditentukan di awal.

3). Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa pada tigkat keyakinan 95% modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba operasional Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen.

6. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran pada Perusahaan Pengolahan Kayu Persada Kusen yang mungkin berguna adalah sebagai berikut :

1). Perusahaan agar mempertahankan jumlah modal kerja yang ada bahkan ditingkatkan dengan memperhatikan jumlah aktiva lancar dan hutang lancarnya sehingga modal kerja yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehari-hari dapat meningkatkan laba operasional.

2). Untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan konsep skripsi ini, dengan membahas variabel lain diantaranya variabel likuiditas, profitabilitas dan yang lainnya.

Modal Kerja Laba

Operasional 92,8%

 7,2%

(9)

7. Daftar Pustaka

Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Amir Abadi Jusup. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Salemba Jakarta.

Bambang Riyanto, 2001, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat, Yogyakarta : BPFE.

Dwi Ratna Handayani, 2004. Pengaruh Modal Kerja Tehadap Likuiditas, UNIKOM : Bandung. http:/www.UNIKOM.co.id

Muhidin, 2010. Analisis Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Perolehan Laba (Kasus pada PT. Indosat, Tbk). Ganec Swara, Edisi Khusus, Vol. 4, No. 3, Desember 2010

Nelly Krisnawati, 2006. Pengaruh Beban Piutang tak Tertagih Terhadap Laba Operasional. UNIKOM : Bandung. http:/www.UNIKOM.co.id

Niswonger, Robert L, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fress. Terjemahan Hyginus Ruswinarto, 1999, “Prinsip-prinsip Akuntansi”. Edisi ke-16, Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Weston J. Fred and Eugene F. Bringham, 1999, “Manajerial Finance”, Jakarta : Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk menghitung seberapa besar pengaruh veriabel terikat dalam penelitian ini. Untuk mengetahui besarnya koefisien regresi

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk metakognisi dalam penulisan artikel ilmiah mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Program

SUASANA POLITIK YANG TERJADI DI MASYARAKAT; TERDIRI ATAS PARTAI POLITIK, KELOMPOK. KEPENTINGAN, KELOMPOK PENEKAN, MEDIA MASSA,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang berjudul: “

Hasil analisis data didapat kebutuhan kapasitas pada Kantor BAPPEDA tidak mencukupi yakni dengan SRP eksisting untuk mobil 26 unit dengan kebutuhan sebenarnya

Penelitian ini mengkaji bagaimana praktik jual beli sepatu tiruan di kalangan pedagang pasar Aceh serta bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Dengan input nilai BVW sebesar 0,0842 yang diperoleh dari rata- rata nilai BVW pada semua sumur, dan peta sebaran porositas yang didapat pada proses sebelumnya,

Danamon has complied with regulation, and as such has adjusted into sop regarding purchase of Foreign Currency, as well as policy and procedure of Treasury & Capital