i
CONFLICT MANAGEMENT STYLE
MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh
FADILA NUR SATNANINGTYAS
NIM 049114032
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Hidup adalah ibarat lukisan
Ketika kanvas kehidupan membentang
Ketika kuas-kuas perbuatan menyapukan warna pikiran
Menggores dalam realitas yang fana
Menbentuk irama garis asa dan cita
Untuk hari depan yang bermakna
Setiap peristiwa membawa tanda yang selalu menguji keteguhan hati
Dan semangat yang kuat
Setiap peristiwa adalah realitas yang mengikat
Berjuanglah demi hidup kamu
Maka hidup akan membuat kamu berhasil
Jangan pernah menyerah
Jangan pernah menyesali bahwa kamu ada
Kamu adalah karunia dari Tuhan.
Cinta adalah bagian yang mengikat dan proses interaksi
Kadang menyedihkan, menyenangkan
Romantis, nakal, menggelitik
Tapi cinta membuat kita bahagia dan tertawa
Bersama kekasih yang mampu tulus hadir dan ada
Terima kasih
Karena engkau ada dan hadir untukku
Mewarnai hariku dengan berbagai warna
Tidak ada kata selain
Aku mencintai kamu
v
Kupersembahkan karya tercinta ini kepada :
Allah swt Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menerangi hidup dan jiwaku
Orang tua dan Adikku tercinta
Almahumah Nenek tersayang
Keluarga Paris 40 tercinta dan Kakek tersayang yang selalu mendukung
Kekasihku tercinta yang telah tulus mencintaiku
Masriel dengan support yang menginspirasi dan membawa perubahan
Momo Tersayang
Sahabat-sahabatku Tercinta yang membantu di saat-saat terakhir
vii
MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Fadila Nur Satnaningtyas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gaya manajemen konflik apa yang dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam menyelesaikan konflik yang muncul. Penelitian ini memakai metode studi deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah 100 mahasiswa
.
Sampel diambil melalui tehnik purposive random sampling. Data dikumpulkan dengan mengadaptasi skala MODI-SELF milik Kindler (1996). Analisis deskriptif menunjukkan dari 9 gaya manajemen konflik yang diukur pada aspek memelihara memiliki skor mean tertinggi sebesar 13,75 dan aspek menawar dengan skor mean sebesar 13,41 serta pada aspek berdampingan memiliki skor terendah dengan mean 10,86.viii
OF THE STUDENTS OF UNIVERSITY OF SANATA DHARMA
Fadila Nur Satnaningytas
ABSTRACT
This research isaimed to investigate conflict management approach that was dominantly chosen by students of The University of Sanata Dharma in solving conflict arisen. This research used quantitative descriptive study method. The research subjects were 100 students. Samples were taken through purpose random sampling technique. Data was collected by adapting Kindler’s MODI-SELF scale (1996). Descriptive analysis showed out of 9 conflict management style that was measured in the aspect of maintained style had highest mean score of 13.75 and aspect of bargain style had mean score of 13,41 and also side by side aspect of coexist style had lowest score by mean of 10.86
x
Puji dan syukur pada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya yang jauh dari sempurna dengan judul “ STUDI
DESKRIPTIF
CONFLICT MANAGEMENT STYLE MAHASISWA UNIVERSITAS
SANATA DHARMA” . Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih secara khusus kepada:
1.
Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah menerangi dan membimbing jalan penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis selalu percaya bahwa Tuhan akan selalu
menerangi dan memberikan jalan yang terbaik sampai akhir.
2.
Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah dengan sabar
dan memberi dukungan dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih telah dengan sabar membimbing penulis selama ini.
3.
Ibu Dewayani S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing pertama penulis, terima kasih
atas dukungan dan kesabarannya..
4.
Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma
dan Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Sanata Dharma
yang telah membantu penulis di saat-saat terakhir skripsi.
xi
memberikan ilmunya kepada penulis.
7.
Pak Gie, Mas Gandung, Mba Nany, Mas Doni dan Mas Mudji atas bantuannya..
8.
Keluarga tercinta, ayah, ibu dan ara yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya selama ini. Akhirnya penulis bisa menyelesaikan semua ini.
9.
Kekasih tercinta, PIPUK yang selalu memberikan dukungan dan doa serta
memberikan kebahagian dan ketenangan bagi penulis untuk menyelesaikan semua
ini.Terima kasih atas segalanya yang mungkin tidak dapat dibalas penulis seumur
hidup.
10.
Sahabat dan konsultan serta tempat curhat, Masriel-ku yang selalu mau
mendengarkan dan memberi bantuan tanpa diminta serta selalu mau meluangkan
waktu menghadapi penulis ditengah-tengah kesibukannya melukis.
11.
Sahabat tercinta dan anak tersayang, Momo Artomoro ganteng yang selalu bercanda
dan menemani penulis dikala sedih dan senang dalam menyelesaikan ini semua.
12.
Sahabat seperjuangan kike, kriska, diah, alit, shimen, wawan, raka dan nico yang
selalu memberi info dan mendukung penulis hingga selesai.
13.
Teman-teman Psikologi 04 dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
14.
Semua karyawan Universitas Sanata Dharma thanks buat pelayanan yang diberikan
selama ini.
xii
yang selalu menyimpan data-data skripsiku.
17.
Orang-orang yang ada di sekitarku dan segala sesuatu yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu yang sangat banyak membantuku menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat berterima kasih atas segala masukannya baik berupa saran maupun kritik
yang sifatnya membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi
semua pihak.
xiii
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iii
HALAMAN MOTTO ...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
vi
ABSTRAK ...
vii
ABSTRACT ...
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...
ix
KATA PENGANTAR ...
x
DAFTAR ISI ...
xiii
DAFTAR TABEL ...
xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A.
Latar Belakang Masalah...
1
B.
Rumusan Masalah...
6
C.
Tujuan Penelitian...
6
D.
Manfaat Penelitian...
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...
7
A.
Konflik...
7
xiv
3.
Penyebab Konflik...
13
B.
Manajemen Konflik...
15
1.
Pengertian Manajemen Konflik...
15
2.
Syarat Manajemen Konflik...
17
3.
Strategi Manajemen Konflik...
22
4.
Efek Manajemen Konflik...
29
C.
Mahasiswa...
33
D.
Dinamuka Manajemen Konflik Mahasiswa...
34
BAB III METODELOGI PENELITIAN...
38
A.
Jenis Penelitian...
38
B.
Identifikasi Variabel Penelitian...
39
C.
Definisi Operasional Penelitian...
39
D.
Pengumpulan Data...
40
E.
Populasi dan Sampel Penelitian...
41
F.
Pelaksanaan dan Lokasi Penelitian...
41
G.
Tehnik Pengambilan Data ………..
42
H.
Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data………
47
1.
Validitas………
47
2.
Korelasi Item Total………...
48
3.
Reliabilitas………
49
I.
Prosedur Penelitian……….
51
xv
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………
55
A.
Persiapan Penelitian.……….
55
1.
Orientasi Kancah………..
55
2.
Perijinan………
55
B.
Pelaksanaan Penelitian……….
56
1.
Penyebaran Kuesioner………
56
2.
Deskripsi Penelitian………...
56
3.
Hasil Uji Asumsi……….
58
a.
Analisi Deskripsi.………..
58
C.
Pembahasan………..
59
BAB V KESIMPULAN……….
62
A.
Kesimpulan……….
62
B.
Saran………... 62
DAFTAR PUSTAKA……….. 64
xvi
Tabel
Halaman
Tabel 1. 9 Pendekatan Manajemen Konflik Antara Orang / Kelompok...
27
Tabel 2. Model Kualifikasi Jawaban Kuesioner...
43
Tabel 3. Blue Print MODI-SELF...
44
Tabel 4. Contoh Aitem MODI – SELF……….…...
45
Tabel 5. Skoring……….……….. ...
46
Tabel 6. Item yang lolos...
49
Tabel 7. Sebaran Butir Pernyataan Skala Modi-Self.yang telah
diujicobakan...
52
Tabel 8. Sebaran Butir Pernyataan Skala Modi Self setelah
diujicobakan...
53
Tabel 9. Hasil Validitas dan Reliabilitas...
54
Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian...
57
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Universitas Sanata Dharma adalah salah satu Universitas swasta terbesar
di Jogjakarta. Universitas ini memiliki misi yaitu mendidik putra-putri bangsa
Indonesia lulusan SLTA yang berpotensi tinggi agar mampu menjadi ahli yang
humanistik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan
kebutuhan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dengan bertumpu pada
nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan serta berasaskan Pancasila (Pedoman
Universitas Sanata Dharma, 2004).
Mahasiswa Universitas Sanata Dharma berasal dari berbagai daerah dari
seluruh Indonesia, sehingga mahasiswanya sangat beragam dan seringkali terjadi
proses tukar menukar budaya. Universitas Sanata Dharma selalu menekankan
pentingnya rasa kebersamaan dan persaudaraan serta menghargai di antara
mahasiswa. Bahkan pada masa ospek (orientasi perkuliahan) sudah ditekan
nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan serta menghargai pada setiap
kegiatan-kegiatan yang diberikan pada mahasiswa.
Beberapa mahasiswa yang ditanya tentang pendapat mereka mengenai
USD (Universitas Sanata Dharma), menyatakan bahwa USD aman, suasananya
menyenangkan untuk belajar, fasilitas mendukung dan pengajarnya ramah serta
dekat dengan mahasiswa. Bahkan untuk urusan perkuliahan , mahasiswa merasa
dipermudah dengan mengetahui aturan yang jelas dan karyawan USD yang selalu
siap untuk membantu mahasiswa yang kesulitan. Kebanyakan mahasiswa cukup
senang dengan lingkungan dan pelayanan yang diberikan USD sehingga mereka
tidak merasa mempunyai keinginan mengajukan keberatan dan ketidakpuasannya
lewat tindakan yang merugikan (demo dan tawuran).
Mahasiswa USD merasa nyaman dan aman dalam lingkungan kampus
serta aspirasi mereka tetap dihormati. Keadaan itu, membuat mereka tidak
berkeinginan untuk melakukan demo atau tawuran sebagai wujud dari keberatan
dan kemarahan atas sesuatu hal di sekitar mereka. Hal ini berbeda dengan keadaan
di Universitas yang lain, misal UKI dan YAI di Jakarta yang seringkali tawuran
antara satu sama lain yang dilakukan hampir setiap tahun (Tempo Interaktif, 2003,
2009, 2011), Universitas Sam Ratulangi Manado dimana mahasiswa jurusan
hukum dan tehnik saling bentrok (Indosiar, 4 September 2009) dan tawuran
mahasiswa jurusan hukum dan politehnik di Undana Kupang yang terjadi sejak
tahun 1995 (Indosiar, 17 November 2008) serta tawuran mahasiswa dengan warga
sekitar di Makasar (Nasional, 16 Mei 2011).
Kehidupan mahasiswa yang sebenarnya cukup kompleks dan penuh
kebebasan, terkadang membuat keadaan menjadi tidak terkendali dan terkondisi
dengan baik untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain (Tempo Interaktif, 2003).
Menurut Letterer (1996, p. 180) konflik merupakan tipe dari perilaku yang terjadi
ketika dua atau lebih kelompok ada dalam pihak berlawanan dan pertentangan
sebagai hasil dari perasaan kehilangan dari suatu aktivitas atau interaksi dengan
orang lain. Hubungan yang dipengaruhi konflik akan memunculkan ketegangan
mengejek antar mahasiswa, dendam lama antar jurusan dan masalah percintaan
(putus hubungan dengan mahasiswi universitas lain) yang berujung pada
pemukulan sehingga terjadi bentrok dengan warga sekitar. Konflik juga tidak
hanya terjadi antar mahsiswa saja tetapi konflik mahasiswa dengan dosen (pihak
Universitas) di Trisakti Jakarta karena masalah pengusutan kasus Tragedi
Semanggi dan di ISI Jogja karena masalah pengangkatan rektor serta masa studi
yang dipendekkan (Tempo, 2004, 2011). Fenomena lain yang akibat konflik
adalah demo yang dilakukan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang
dinilai kurang aspiratif dan membela rakyat, yang berujung pada tindakan anarkis
(Tempo, Februari 2011). Smith (1996) mendefinisikan konflik sebagai sebuah
situasi yang prateknya atau tujuan dari pesertanya saling berbeda sehingga
membawanya pada pertentangan.
Konflik-konflik yang muncul pada beberapa Universitas ini berdampak
pada tercorengnya nama pendidikan Indonesia di Asia dan memburuknya kualitas
pendidikan di Indonesia. Dampak bagi mahasiswa, yaitu terganggunya proses
belajar mengajar, terciptanya suasana yang tidak aman dan munculnya
perselisihan di antara mahasiswa itu sendiri serta rusaknya fasilitas perkuliahan.
Konflik yang terjadi ini sangat merugikan berbagai pihak tetapi yang paling
dirugikan adalah mahasiswa, yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan ilmu
demi masa depannya tetapi harus tertunda karena suasana yang tidak kondusif
untuk belajar. (Vivanews, 2008).
Kebutuhan untuk bisa mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri
dikarenakan pergesekan kepribadian dari masing-masing individu mahasiswa itu
sendiri. Kondisi eksternal tentunya juga akan mempengaruhi konflik yang
muncul. Tingkat kemakmuran, gaya hidup, gengsi, tekanan dari luar seperti dari
orang tua sebagai contoh bisa menimbulkan ketegangan yang berlebihan dan
ketidaknyamanan akan menambah masalah tersendiri dalam diri mahasiswa
tersebut. Menyebabkan mahasiswa mengalami kondisi penuh ketegangan,
ketidaknyamanan dan stres yang berlebih sehingga memunculkan konflik dalam
dirinya. Konflik menciptakan kondisi saat seseorang akan mengalami ketegangan
yang dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi fisiknya (David &
Newstrom, 2002).
Konflik muncul akibat dari proses interaksi yang tidak lancar. Proses
interaksi sosial mahasiswa bermula dari proses komunikasi untuk saling mengenal
kepribadian dan berlanjut ketahap interaksi yang lebih jauh dan lebih intens
hingga mengenal perbedaan pada tiap mahasiswa lain. Selama berlangsungnya
masa perkuliahan akan muncul berbagai ragam masalah dan persoalan. Latar
belakang asal daerah, suku, agama, bahasa dan kondisi secara ekonomi serta
perbedaan dari masing-masing individu menjadi pemicu timbulnya konflik antar
sesama mahasiswa ketika interaksi tidak berjalan baik. (Tempo Interaktif, 2008).
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan berkaitan studi tentang konflik
dan gaya manajemen konflik yang dialami oleh individu secara perseorangan
maupun dalam kelompok menyebutkan bahwa konflik muncul saat individu
secara interpersonal atau dalam suatu kelompok diharuskan membuat suatu
Samarah dan Mykytyn. 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh Khan, Afzal
dan Rehman (2009) mengenai konflik dalam kelompok kerja menyatakan bahwa
ada hubungan yang negatif antara konflik tugas dengan performansi dalam
bekerja. Menurut penelitian dari Thompson (2006) tentang konflik menyatakan
bahwa konflik yang paling sering timbul adalah konflik interpersonal.
Berdasarkan penelitian dari Rashid (September, 2005) menyatakan bahwa
mekanisme manajemen konflik akan mengembangkan kemampuan campur tangan
dalam menciptakan sikap bijaksana dalam menghadapi konflik.
Konflik muncul sebagai hasil dari ketidaksesuaian atau perlawanan
individu dalam suatu kegiatan atau interaksi diantara kelompok sosial (Rahim,
2000). Menurut Arguis (1994) konflik merupakan bagian dari sumber perselisihan
atau perasaan terkekang atas kebutuhan akan nilai dan minat. Bahkan konflik
personal dapat mempengaruhi efektifitas kerja mahasiswa karena konflik
memiliki efek psikologis yang menghambat seseorang untuk menunjukkan
performansi kerja secara optimal dan mempengaruhi konsentrasi mahasiswa
sebagai akibat efek personalnya.(Arguis, 1994)
Bagi lingkungan akademis, konflik mampu mempengaruhi kelancaran
belajar mengajar mahasiswa, keamanan lingkungan kampus, kestabilan suasana
yang kondusif serta terganggunya proses interaksi dosen-mahasiswa. Maka
diperlukan adanya manajemen konflik untuk mengatasi dan menyelesaikan
konflik yang muncul. Peneliti tertarik pada topik gaya manajemen konflik dan
memilih untuk melakukan penelitian pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
dipakai para mahasiswa USD (Universitas Sanata Dharma) untuk menyelesaikan
dan mensikapi masalah konflik disekitar mereka sehingga mampu memahami dan
menghargai perbedaan dengan mahasiswa lain dengan mensinergikan dengan
lingkungan kampus USD.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah
gaya manajemen konflik apa yang dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata
Dharma dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan melihat gaya manajeman konflilk apa yang
dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata Dharma untuk menyelesaikan
konfliknya.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan gambaran
mengenai gaya manajemen konflik.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi
mahasiswa sehingga dapat meningkatkan dan memperbaiki gaya manajemen
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. KONFLIK
1. Pengertian konflik
Secara psikologis, konflik terjadi ketika adanya penurunan dari satu
stimulus motivasi yang memerlukan peningkatan dari hal yang lain sebagai
bentuk proses penyesuaian yang dibutuhkan. Konflik dapat juga terjadi dalam
situasi yang kooperatif saat dua atau lebih individu atau pihak lain memiliki
tujuan yang konsisten, karena sikap satu pihak yang mencoba untuk mendapatkan
tujuannya sendiri dapat merusak hubungan dengan pihak lain (Sumarmo, 2003).
Menurut Solem (2002) konflik merupakan bagian dari sumber perselisihan
atas minat, kebutuhan dan nilai yang dimiliki individu yang tidak sesuai dengan
orang lain, akan membuat seseorang merasa sendirian, tanpa dukungan dan
dikucilkan oleh orang lain. Sedangkan menurut Alfred (1976) konflik
didefinisikan sebagai perselisihan alami yang dihasilkan dari individu atau
kelompok yag berbeda dalam kepercayaan, nilai atau kebutuhan, sikap dan
bermula dari persaingan yang telah lalu serta perbedaan kepribadian.
Menurut Kindler (1996) konflik adalah suatu proses yang terjadi karena
adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin
mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku
komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik
berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Kindler (dalam Myers, 1998),
komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan
perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna.
Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara
nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan
pertentangan (Kindler dalam Myers, 1993). Konflik tidak selalu diidentifikasikan
sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga
diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak
diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah terhadap
orang lain.(Kindler dalam Myers, 1993).
Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber
pengalaman positif. Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana
pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak
selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan
hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat
berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang
kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang
sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.(Kindler dalam Myers, 1993).
Secara tidak beralasan, konflik itu tidak ada gunanya dan tidak ada
manfaatnya bagi orang lain. Meskipun perselisihan mungkin memperkaya
interaksi tetap seharusnya tidak diijinkan untuk memperluasnya dalam sebuah
konfrontasi atau berusaha mendiamkan sebagai bentuk penyesuaian. Konflik
memiliki dinamikanya sendiri, kita butuh untuk memahami bagaimana dinamika
mengatur dan menanggulangi konflik itu agar tidak merugikan diri sendiri dan
orang lain sehingga kita mampu untuk berpikir secara rasional.(Kindler dalam
Myers, 1993).
Dari banyak definisi mengenai konflik, maka peneliti mengambil
kesimpulan dari teori konflik menurut Kindler (1993) yaitu konflik adalah suatu
proses yang terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi, meliputi
kemampuan dan perilaku komunikasi seseorang dengan orang lain. Komunikasi
adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu
secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna. Dimana konflik pun tidak
hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti
dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan
‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata
– kata yang mengandung amarah terhadap orang lain.
2. Tipe Konflik
Menurut Kindler (1996) tipe konflik terbagi menjadi dua macam yang
didasarkan pada jenis strategi manajeman konfliknya, yaitu :
a. Konflik prosedural
Tipe ini meliputi : ketidaksetujuan tentang siapa yang memimpinnya (siapa
pemimpinnya dan siapa yang harus menjadi pemimpinnya)., apa agendanya
atau tugas seharusnya dari kelompok dan bagaimana kelompok seharusnya
Jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi
tipe ini adalah dengan mencegah mereka untuk mencampuri masalah
pada kesempatan pertama. Caranya adalah pada awalnya sudah
menetapkan siapa yang menjadi pemimpin dalam interkasi kelompok
dan apa agenda kelompok yang harus dilakukan. Jika pelaksanaan
masalah muncul setelah kesepakatan kelompok telah tercapai maka
anggota atau pemimpin dapat mengarahkan anggota lain yang
bertentangan pada keputusan awal kelompok. Ketika anggota tidak
setuju atau menjadi tidak puas dengan keputusan awal ini mereka
mungkin menjadi negatif atau berlawanan dan berhenti untuk
berpartisipasi pada diskusi. Pada saat ini terjadi (mengetahui jika
anggota ingin mengganti prosedurnya), diskusi singkat pada
pelaksanaannya dapat dilaksanakan.
b. Konflik individual
Tipe ini dapat terjadi ketika satu anggota mendominasi
kelompoknya saat beberapa anggota lainnya saling berebut untuk
menguasainya atau ketika beberapa anggota menolak untuk berpartisipasi.
Anggota yang berkonflik ini akan melibatkan secara personal maupun
interpersonal dengan melibatkan orang lain dalam konfliknya. Pada
waktunya ini mungkin penting untuk mengalihkan fokus dari kelompok
pada konsentrasi atas kebutuhan individu, saat memuaskan kebutuhan
anggota untuk persetujuan kelompok, untuk penghargaan secara periodik
Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, Donnely (1996) konflik dibagi
berdasarkan atas :
a.Konflik yang fungsional yaitu pertentangan antara kelompok untuk
mempertinggi atau menguntungkan organisasi.
b.Konflik yang tidak fungsional yaitu setiap pertentangan atau interaksi antara
kelompok yang menganggu organisasi atau upaya pencapaian tujuan
organisasi.
Menurut Stoner dan Wankel (1996) ada lima jenis konflik yaitu :
a.Konflik Intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua
keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk
konflik intrapersonal yaitu :
1). Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
2). Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
3). Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan
negatif sekaligus.
b. Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain
karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara
c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini seringkali
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja
mereka.
d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini
merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi. Konflik
antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam
bidang konflik antar kelompok.
e. Konflik antara organisasi. Konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.
Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya
pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga
lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
Dari berbagai tipe konflik yang telah dipaparkan diatas maka peneliti
memilih menggunakan dua tipe konflik menurut Kindler (1996) berdasarkan pada
proses interaksi mahasiswa yaitu tipe konflik prosedural dan individual. Tipe
prosedural mengacu pada konflik dalam diri sendiri yang diwujudkan dalam
ketidaksetujuan atas sesuatu yang diputuskan dalam kelompok dan tipe individual
mengacu pada konflik yang berhubungan dengan orang lain. Mengetahui tipe
konfliknya maka individu dapat menentukan gaya pendekatan manajemen konflik
apa yang sesuai dengan kepribadian individu sehingga dapat menyelesaikan
3. Penyebab Konflik
Menurut Stevenin (2000, hal 132-133), ada beberapa hal yang
menyebabkan munculnya konflik yaitu :
a.Penyesuaian/kompromi.
Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu
langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.
b. Tidak sepakat.
Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan.
Mengambil sikap menjaga jarak, perlu memanfaatkan dan menunjukkan
aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya
perpecahan dalam kelompok.
c.Kalah/menang.
Ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat
kuat. Pada tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang
dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam
cara untuk memenangkan pertarungan.
d.Pertarungan/penerbangan.
Ini adalah konflik “penembak misterius”. Orang-orang yang terlibat di
dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk
menyelamatkan diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal
e.Keras kepala.
Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.
Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah
karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis.
Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian.
f. Penyangkalan.
Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena
tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya
dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak
bisa diselesaikan.
Dari ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab munculnya
konflik adalah disebabkan pada lingkungan atau kelompok atau organisasi yang
tidak memiliki tujuan, visi atau pandangan, pembagian kekuasaan dan perbedaan
kebutuhan tiap anggota serta komunikasi yang tidak lancar. Dimana dalam hal ini
membuat para anggota satu sama lain saling berbenturan kepentingan dan
kebutuhan sehingga timbul konflik didalamnya. Faktor lain penyebab munculnya
konflik adalah faktor personal yang mengendalikan dan dimiliki pada diri
seseorang. Faktor inilah yang sering menyebabkan seseorang berkonflik dengan
orang lain karena faktor ini yang mengendalikan sikap individu dan ada pada tiap
orang tetapi berbeda pada tiap orang karena faktor personal tergantung pada
lingkungan sekitar individu, pengasuhan orang tua, tingkat pendidikan,
B. MANAJEMEN KONFLIK
1. Pengertian Manajemen Konflik
Menurut Kindler (1998) konflik adalah suatu proses yang terjadi karena
adanya interaksi yang disebut komunikasi, meliputi kemampuan dan perilaku
komunikasi seseorang dengan orang lain. Dimana konflik pun tidak hanya
diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam
bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan ‘perang
dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata
yang mengandung amarah terhadap orang lain.
Kindler (1996) juga beranggapan bahwa tidak ada satupun solusi untuk
konflik. Satu dari beberapa hal yang berada dalam konflik adalah unik dan harus
ditangani secara berbeda. Tetapi umumnya ada beberapa aturan atau gaya untuk
konflik, gaya ini bukan berusaha untuk menghilangkan konflik tetapi mengatur
atau mengelola konflik menjadi sesuatu yang positif sehingga pendekatan ini
disebut manajemen konflik.
Menurut Kindler (Myers, 1993:339) dalam penjelasan mengenai gaya dan
pendekatan dalam manajemen konflik menjelaskan bahwa efektifitas dalam
menghadapi dan mengatasi konflik bergantung pada pertimbangan atas satu atau
dua pilihan yang dibuat dari tinjauan 9 kemungkinan strategi manajemen konflik
yang ada. Membuat pilihan membutuhkan kesadaran agar kamu tidak jatuh ke
dalam ketidaksetujuan berdasarkan kebiasaan, kesenangan dan gaya lama. Gaya
adalah kebiasaan, suatu cara memberi reaksi dalam menangani konflik. Ini dapat
dengan situasi, tetapi seringkali tidak sesuai. Anda bermaksud secara sadar
melakukan pendekatan atau menggabungkan dimana hal itu bekerja dengan baik
sesuai tiap keadaan tertentu. Intinya, tantangan anda adalah untuk merubah
strategi menjadi gaya.
Manajemen konflik (Kindler, 1996) adalah keadaan dimana sesorang
mempunyai kemampuan untuk mengatur, mengelola dan menghadapi konflik
secara sadar kemudian melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan konflik
sebagai hal yang mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan pembaharuan
dan perubahan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan
langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan
keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para
pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik.
Sementara Minnery (1980, hal. 220) menyatakan bahwa manajemen
konflik merupakan proses perencanaan. Minnery (1980, hal. 220) juga
yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen
konflik perencanaan secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai
mencapai model yang representatif dan ideal.
Demi keperluan penelitian ini maka dipilih teori manajemen konflik
menurut Kindler (1996) adalah keadaan dimana sesorang mempunyai kemampuan
untuk mengatur, mengelola dan menghadapi konflik secara sadar kemudian
melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan konflik sebagai hal yang
mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan pembaharuan dan perubahan diri
untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2. Syarat Manajemen Konflik
Saat menghadapi suatu konflik dengan orang lain, individu akan melakukan
manajemen konflik untuk menemukan solusi dan mengatasi konflik. Sebelum
melakukan manajemen konflik ini, individu yang berkonflik terlebih dahulu harus
memenuhi suatu syarat manajemen konflik sebagai dasar persepsi individu dalam
menyikapi dan memandang konflik yang muncul. Menurut Kindler (1996) dalam
menentukan gaya pendekatan manajemen konflik, ada empat syarat manajemen
konflik yang harus diperhatikan, yaitu :
a.Mempertahankan harga diri dan rasa hormat.
Seringkali saat seseorang berada dalam suatu diskusi yang hangat
dengan orang lain dalam satu kelompok atau non kelompok, hal ini
membuat seseorang dengan mudah untuk menyatakan sesuatu yang
menjaga fokus kita pada pokok persoalan bukan pada kepribadian orang
lain yang tidak sesuai dengan kita. Meski ketika seseorang yang tidak
sependapat dengan kita muncul dengan sikap keras kepala atau bodoh, kita
tidak akan nekat untuk memutuskan memperdebatkannya dengan
memaksa mereka dan membuat interaksi menjadi memburuk. Hal ini akan
lain seandainya saat itu kita menunjukkan respek yang tulus untuk orang
yang tidak sependapat dengan kita, mereka akan cenderung menjadi
kurang melawan. Kita dapat menghindari menghabiskan energi dengan
berpikir kalah-menang dalam suatu kelompok yang sesungguhnya hanya
tentang menyelamatkan muka kita sendiri.
b. Mendengarkan dengan empati (dengan sepenuhnya hadir).
Ketika kita mendengarkan pandangan orang lain, letakkan diri
kamu pada posisi mereka. Lihat dari perspektif (pandangan) mereka,
rasakan tingkatan emosional pembicara, ketika terjadi konflik atas gagasan
dengan apa yang kita sudah percayai, perhatikan jika kita potong pesan
pembicara untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dimana hal
ini sebagai dasar untuk mengatur perbedaan maka kita perlu untuk
mendengar dengan kenetralan yang menyingkirkan kritik penilaian. Saat
konflik gagasan terjadi maka sebaiknya berikan seluruh perhatian kita
untuk menghargai bagaimana orang lain melihat pada situasi yang sama
yang kita dengar. Jadikanlah diri kita lebih reseptif (mudah menerima
gagasan) pada kata apa yang kita dengar, mereka selalu membawa makna
Ketika perasaan orangn lain ”terdengar” kita akan menerima sesuatu yang
penting meskipun tidak kentara (kelihatan) sehingga kita akan melangkah
ke arah menyelesaikan perselisihan kita.
Dalam mendengarkan dengan empati pendapat orang lain maka
kita juga akan melihat perspektif (pandangan) dari anggota lain. Mencoba
untuk merasakan apa yang mereka rasakan tanpa membuat pertimbangan
kritis dan mencoba untuk bertanya pada diri sendiri kenapa orang lain
melihat dengan berbeda pada suatu situasi dari pandangan yang kamu
lihat.
c.Menemukan kesamaan bersama tanpa memaksakan perbedaan.
Dalam hal ini mencari dan menegaskan dasar bersama adalah hal
yang difokuskan. Saling berhubungan atau berinteraksi dan minat
membukakan jalan untuk pindah dari suatu perselisihan menuju ke
resolusi masing-masing. Hanya perselisihan yang penting saja yang
melibatkan orang ke dalam hubungan atau keadaan yang saling
bergantung, dimana setiap orang saling bergantung pada yang lainnya
untuk mendapatkan penyelesaian tugas atau untuk memperoleh kepuasan.
Untuk itu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam ketergantungan bersama
yang merupakan jalan hidup latar belakang milik bersama. Seandainya
dalam suatu diskusi, seseorang tertarik untuk memaksa atau mengharapkan
orang lain untuk merubah dasar orientasinya atau gaya tingkah lakunya.
Orang itu sendiri merubah pola dasar dengan sangat sulit, hanya dimana
besar untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sampai kepercayaan dan
respek telah ditegakkan, apa yang membantu adalah membagi penglihatan
yang besar atau luas dan tujuan dengan cakupan yang luas. Meskipun
seandainya di tengah-tengah ketidaksetujuan ada suatu wilayah atas
ketertarikan bersama, kepercayaan bersama dan tujuan bersama maka
menemukan ini dan membangun diatasnya.
d.Menghormati perbedaan, termasuk perspektif kamu sendiri.
Dalam hal ini nilai keberagaman dan nilai perbedaan menjadi hal
penting. Perbedaan sudut pandang mendorong adanya pencarian kreatif
untuk resolusi. Perbedaanya ketika orang berkumpul dengan cepat dan
mencapai persetujuan yang instan, prosesnya menjadi hampa. Tidak
adanya hal yang baru untuk ditambahkan. Ketika kita satu-satunya yang
tidak menyetujui maka kita akan cenderung untuk menyerah dari pendirian
kita untuk menyesuaikan dengan pandangan yang lebih populer. Hadiah
kita untuk orang lain adalah sudut pandang yang independen (berdiri
sendiri tanpa pengaruh orang lain), dimana hal ini memerlukan kita untuk
mengerti apa yang sebenarnya yang menjadi persoalan untuk kita.
Perbedaan membawa benih perubahan konstruktif. Perubahan ini muncul
dari pemecahan masalah yang kreatif, dimanaseringkali muncul dari
perspektif yang bertentangan. Lalu juga berkomentar di atas perbedaan,
malah sebaiknya kita menyelidiki mereka untuk mendapatkan informasi
Dalam empat syarat manajemen konflik ini mengatur bagaimana kita
dalam menyikapi, menghadapi dan memahami konflik yang terjadi di sekitar kita,
baik itu secara personal maupun kelompok. Aturan manajemen konflik ini akan
membatasi persepsi kita tentang konflik dan membuat kita lebih bijaksana dalam
menyelesaikan konflik tanpa membuat perselisihan dengan orang lain serta dapat
membuat konflik sebagai motivasi untuk melakukan perubahan secara personal
atau kelompok agar menjadi lebih baik. Dengan aturan ini pula akan membuat
konflik menjadi bersifat positif untuk membangun keadaan menjadi lebih
kondusif dan munculnya perbaikan struktur yang lebih solid daripada konflik
yang bersifat negatif yang bertujuan menghancurkan keadaan serta membuat
perselisihan secara personal atau kelompok.
Sedangkan menurut Minnery (1980:220) syarat manajemen konflik meliputi
yaitu:
a. Penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan).
b. Klarifikasi karakteristik dan struktur konflik
c. Evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses
selanjutnya)
d. Menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik
e. Menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam
mengelola konflik.
Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan dan
melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai
3. Strategi Manajemen Konflik
Menurut Kindler (1998) untuk mengatasi konflik diperlukan strategi
manajemen konflik yang dibagi menjadi 9 pendekatan, yaitu :
a.Memelihara
Definisi : suatu pendekatan dimana individu akan menunda atau
menghindari suatu tindakan, sebelum individu yakin status quo (keadaan
tetap pada suatu saat tertentu) akan terlindungi dan yakin bahwa hal ini
sesuai dengan sifat individu.
Aplikasi : sebuah strategi sementara untuk membuang-buang waktu.
Berguna ketika kamu ingin mengumpulkan suatu informasi, membiarkan
emosi lebih tenang, terdaftar dalam kelompok atau persekutuan,
menghadapi sesuatu dengan prioritas yang tinggi, mengijinkan perubahan
yang ada untuk dimantapkan atau membiarkan keadaan dulu sebelum
memecahkan persoalan.
b.Sopan
Definisi : suatu pendekatan dimana individu semata-mata memfokuskan
pada keuntungan atas gagasan yang dikemukakan, tanpa penegasan (atau
tanpa disebutkan) atau pemaksaan alternatifnya karena individu menjual
gagasannya pada orang lain.
Aplikasi : ini bentuk dari suatu kepercayaan yang akan berguna ketika kamu
menginginkan suatu pilihan dimana hal ini untuk menang. Ini dapat
c.Dominasi
Definisi : suatu pendekatan dimana ketika individu mempunyai kekuasaan
yang sangat besar untuk menuntut dan memaksakan idenya. Ini mungkin
bentuk penyelesaian dari suatu perintah, ancaman, penghargaan, hukuman
dan tekanan lain untuk perolehan pemenuhan pribadi.
Aplikasi : jika kamu memiliki atau merasa memiliki wewenang atau
kekuasaan yang besar daripada orang lain, kamu mungkin memakai strategi
bijaksana ini untuk menjamin keselamatan fisik dan kesejahteraan pribadi.
Penggunaan yang terlalu sering dari pendekatan ini akan menyebabkan
berkurangnya kekuasaan yang telah dimiliki sebelumnya pada orang lain.
d.Memutuskan dengan aturan
Definisi : suatu pendekatan dimana individu ikut serta dalam suatu
persetujuan untuk menggunakan aturan objektif (tidak berat sebelah atau
sebuah standar sebagai dasar untuk memilih diantara penentuan alternatif
yang ada) yang sudah ditetapkan sebelumnya atau disepakati bersama-sama.
Aplikasi : ketika kamu ingin menjadi jujur dan suatu tindakan tegas sangat
diperlukan untuk menghasilkan solusi atas masalah yang ada.
Contoh : untuk memutuskan dengan aturan secara objektif dapat dilakukan
dengan undian, aturan mayoritas, senioritas, aturan dari permintaan,
e.Berdampingan
Definisi : suatu pendekatan dimana ketika 2 pihak setuju untuk mengikuti
jalan yang terpisah untuk beberapa periode waktu demi penyelesaian
masalah yang muncul.
Aplikasi : ketika 2 pihak dari kekuasaan yang sederajat (sama) tidak mau
menyerah tentang jasa dari kedudukan mereka dan tidak ada persetujuan
yang dapat dicapai dari keduanya maka pendekatan ini diperlukan untuk
mendinginkan keadaan dan memberikan kesempatan masing-masing pihak
memikirkan penyelesaian masalah yang terbaik.
f.Menawar
Definisi : suatu pendekatan dimana individu dan orang lain sama-sama
saling menyetujui terhadap keputusan dari pihak pemenang terhadap apa
yang harus diberikan atau dilakukan oleh tiap-tiap orang.
Aplikasi : ketika sesuatu dapat diperoleh (solusi masalah) lebih dari sebuah
pertukaran atau oleh perdagangan (termasuk pertukaran (hak) dikemudian
hari) daripada tidak mencapai persetujuan apapun.
g.Mengalah
Definisi : suatu pendekatan dimana individu memilih untuk membiarkan
sudut pandang orang lain yang berlaku dan dengan tegas setuju untuk
memajukan jabatan orang yang kamu pilih.
Aplikasi : ketika suatu persoalan menjadi penting untuk orang lain, tetapi
tidak untuk kita sendiri atau kita memiliki suatu keuntungan lebih dengan
h.Melepaskan
Definisi : suatu pendekatan dimana individu memberhentikan dirinya dari
suatu penguasaan jabatan atau suatu interaksi tanpa batasan yang
menyenangkan dan tepat.
Aplikasi : ketika kamu berada pada jabatan yang memiliki kekuasaan dan
memiliki resiko yang rendah dari kehilangan sesuatu yang tidak dapat
diubah lagi atau sebuah kesempatan untuk mendorong perkembangan yang
lain kearah yang lebih baik.
i. Berkolaberasi
Definisi : suatu pendekatan dimana individu harus bekerja sama secara
kooperatif dengan orang lain untuk menemukan suatu pemecahan yang
berasal keinginan untuk mendengarkan apa yang menjadi perhatian dari
seluruh partisipan (anggota).
Aplikasi : ketika persoalan terlalu penting untuk dikompromikan dan
diperlukan komitmen. Hal ini akan berguna pada saat membangun tim atau
kelompok dan strategi pengambilan keputusan. Pendekatan ini
membutuhkan waktu, kepercayaan dan kompetensi interpersonal.
Pendekatan manajemen konflik menurut Kindler ini memuat 9 pendekatan
dalam menangani konflik yang berlangsung baik secara personal atau kelompok.
Pendekatan ini disesuaikan dengan kepribadian yang dimiliki tiap individu yang
bersangkutan dan bagaimana cara kepribadian itu dalam menghadapi konflik serta
bersifat positif dan tidak mengganggu atau berselisih paham dengan orang lain.
Fungsi utama dari pendekatan ini adalah membuat dan menyesuaikan suatu
konflik yang timbul saat individu berinteraksi dengan individu lain sehingga
konflik tidak memecah belah antar individu tetapi akan membuat hubungan
menjadi lebih solid. Pendekatan ini tidak hanya mampu menghadapi dan
mengatasi konflik tetapi juga mampu untuk membuat konflik bukan sebagai hal
Tabel 1
9 Pendekatan Manajemen Konflik Antara Orang / Kelompok
Sedangkan menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima pendekatan
manajemen konflik yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik yang
muncul, yaitu :
a) Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana
keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah
kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau
menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
b) Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji
mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan
sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal
sepele.
c) Menyepakati
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan
dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang
tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan
dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
d) Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati,
jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah
e) Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah
baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke
langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
4. Efek Manajemen Konflik
Individu yang terlibat konflik secara personal maupun interpersonal
seringkali memiliki cara-cara tertentu untuk mengatasinya. Cara-cara individu
tersebut memiliki efek positif dan negatif terhadap penyelesaian konflik. Menurut
Kindler (1998) efek negatif dan positif dalam manajemen konflik, yaitu :
a. Efek negatif, hal ini terjadi saat individu memilih untuk tidak melakukan
manajemen konflik dan lebih memilih menghindari konflik, yaitu :
1). Menghabiskan waktu dan energi dari pokok persoalan.
2). Menunda keputusan.
3). Menciptakan jalan buntu.
4) Menjalankan anggota kelompok dengan tidak berani, percaya diri dan
aktif yang dikesampingkan.
5). Tidak mau mendengarkan.
6). Mempersulit eksplorasi dari alternatif lain.
7). Berkurangnya atau hancurnya sensitivitas.
8). Penyebab anggota berhenti atau mengundurkan diri dari kelompok.
9). Timbulnya kemarahan yang mengacaukan rapat.
11). Kekalahan meninggalkan rasa jengkel dan dendam.
12). Orang yang tertindas cenderung untuk menyabotase.
13). Menyebabkan perlakuan yang kejam kepada orang lain.
14). Menyebabkan sikap suka bertahan.
b. Efek positif, hal ini terjadi saat individu memutuskan untuk melakukan
manajemen konflik untuk mengatasi konflik yang muncul, yaitu :
1). Dapat memunculkan kekuatan untuk menyelesaikan masalah atau tugas
yang diberikan.
2). Meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu.
3). Menciptakan pembaharuan dan perubahan.
4). Persaingan.
5). Munculnya kreatifitas pemikiran atas suatu masalah.
6). Membantu untuk membangkitkan ketegangan kreatif untuk lebih
memacu diri untuk berkontribusi dalam lingkungan atau kelompok.
Sedangkan menurut Wijono (1993, pp.127-137) efek manajemen konflik
yang dilakukan individu untuk mengatasi konflik, yaitu :
a. Akibat negatif (saat individu memutuskan untuk menghindari konflik)
1). Menghambat komunikasi.
2). Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
3). Mengganggu kerjasama atau “team work”.
4). Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
6). Individu atau personil mengalami tekanan (stress), mengganggu
konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi,
dan apatisme.
b. Akibat Positif (saat individu memutuskan untuk menghadapi dan mengelola
konflik)
1). Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
2). Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3). Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan
dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan
organisasi.
4). Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
5). Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
Menurut Swansburg, R.C. ( 1996 ) Konflik dapat menjadi negatif atau
positif tergantung pada bagaimana individu menghadapinya. Efek positif
manajemen konflik, yaitu :
a.Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Individu harus mengetahui dan memahami
peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari
b.Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung individu untuk mencapai
tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.
c.Komunikasi
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan individu untuk menghindari
konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan
sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
d.Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola
konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan individu telah memiliki
pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan
individu lain sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik memiliki
sifat merusak jika individu menghindari konflik. Konflik menjadi negatif pada
saat seseorang bertentangan dengan orang lain yang berada dalam satu kelompok,
dimana itu hanya untuk mencari kedudukan benar atau salah, memaksalan
pemikiran pada orang lain dan keinginan untuk bersaing. Hal ini akan
memunculkan perselisihan dan pertikaian dengan orang lain. Konflik menjadi
positif dan mempunyai sifat membangun saat individu mau untuk menghadapinya
dengan manajemen konflik dan saat seseorang melakukan manajemen konflik
evaluasi diri atas konflik yang ada serta menjadikannya sebagai motivasi untuk
membuat keadaan menjadi lebih baik dari keaadaan semula.
C. Mahasisiwa
Menurut Departemen Pendidikan (1995) mendefinisikan mahasiswa
sebagai pelajar yang berusia antara 18 - 24 tahun yang telah tamat dari SMA yang
sedang menempuh suatu pendidikan yang khusus dan mengembangkan
kemampuan serta ilmu pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya. Pengertian
disini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Komnas HAM (2000) yang
mengartikan bahwa mahasiswa adalah bentuk dari kedewasaan anak dalam
mengembangkan kemampuan dan ilmu kepada tingkatan yang lebih jauh diatas
pendidikan informal setingkat sekolah. Bila ditinjau dari mata hukum dan sosial,
pengertian dari mahasiswa menurut Idruz S. (2002 : 35) adalah manusia dewasa
yang telah memenuhi syarat kelulusan dan tamat dari SMA (Sekolah Menengah
Atas) serta telah berumur 18 tahun yang sehat jasmani dan rohani.
Dalam tahap perkembangan Erikson mengemukakan bahwa mahasiswa
berada pada tahap identitas dan kebingungan karir serta pada periode
perkembangan masa remaja yang berusia 10 – 20 tahun, dimana individu
dihadapkan dengan temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya
dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya serta otoritas mereka pada peran
dan penjajakan karir. (Life Span Development I : 43).
Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti dapat mengartikan
SMA (Sekolah Menengah Atas) serta berumur 18 – 24 tahun yang sedang
menempuh suatu pendidikan yang khusus dan mengembangkan kemampuan serta
ilmu pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya jauh diatas pendidikan informal
setingkat sekolah. Peneliti dalam melakukan penelitian ini membuat batasan umur
pada mahasiswa Sanata Dharma yang berusia antara 18 – 22 tahun dan masih
berstatus resmi mahasiswa Sanata Dharma.
D. Dinamika Manajemen Konflik Mahasiswa
Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya dan masalah itu akan
menimbulkan konflik, baik konflik dalam dirinya maupun dengan orang lain.
Konflik yang tidak dikelola dengan baik akan membuat kedua belah pihak (diri
sendiri dan orang lain) menjadi tidak sinergis lagi dan akan membuat suasana
menjadi buruk serta akan saling menyakiti diri sendiri dan orang lain. Terkadang
individu melakukan tindakan-tindakan yang negatif yang akan merugikan orang
lain. Konflik tidak akan dapat kita hindari dan setiap hari kita akan
menghadapinya tetapi hal ini dapat kita kelola atau diatur agar dampaknya dapat
dikontrol sehingga sifatnya yang negatif (merusak) menjadi positif (membangun).
Setiap kali kita mampu keluar dan menyelesaikan konflik maka kita akan lebih
percaya diri dan berani untuk menghadapi orang lain serta kita akan mampu
membuat hubungan dan interaksi dengan orang lain menjadi solid (kuat).
Tidak semua individu mampu untuk menyelesaikan konflik. Bahkan
terkadang dalam menghadapi konflik, individu lebih memilih menghindari atau
interpersonal dari interaksi dengan orang lain dalam suatu lingkungan atau
kelompok (Kindler, 1998). Dalam prateknya kita akan berbenturan dengan
kepercayaan, sikap, kebutuhan, komunikasi, minat dan nilai yang dimiliki orang
lain. Secara sadar atau tidak sadar dan sengaja atau tidak sengaja akan membuat
diri kita merasa terancam dan tertekan sehingga timbul pertentangan dan
perselisihan dengan orang lain yang membuat keadaan menjadi lebih buruk dalam
suatu lingkungan (Sumarmo, 2003). Tidak terkecuali dalam lingkungan akademis,
konflik juga dialami oleh mahasiswa saat berinteraksi dengan mahasiswa lain
dalam mengerjakan tugas kelompok. Konflik yang sering muncul dalam
lingkungan mahasiswa disebabkan karena perbedaan SARA (Suku Agama Ras
Adat istiadat) dan tingkat kematangan pola pikir mahasiswa yang saat ini berada
pada masa remaja menjelang masa dewasa sehingga mereka menjadi labil secara
emosional (Tempo,2003). Jenis konflik yang sering dialami mahasiswa adalah
konflik personal, dimana dalam hal ini lebih berhubungan dengan perbedaan
karakteristik kepribadiannya yang seringkali tidak cocok dengan kepribadian
orang lain
Mahasiswa yang labil, tidak memiliki fokus diri, motivasi kurang dan
susah berinteraksi dengan mahasiswa lain serta emosional cenderung mudah
berkonflik dengan orang lain. Munculnya perasaan berbeda dari mahasiswa lain
dan ketidakcocokan pola pikir membuat komunikasi berjalan satu arah saja.
Karakteristik mahasiswa inilah yang menjadi pemicu awal munculnya konflik.
Sedangkan mahasiswa yang mau menerima perbedaan dan menerima orang lain
tidak emosional dan mampu berpikir jernih dalam memandang situasi secara
keseluruhannya.
Mereka masih dalam proses pencarian jati diri secara individu maupun
kelompok dan adanya keinginan untuk berhubungan dengan lawan jenis yang
mengarah pada percintaan. Proses menuju kedewasaan, kematangan dan
kemandirian baik secara emosional dan spiritual ini membuat mahasiswa tidak
selalu sesuai dan sejalan dengan mahasiswa yang berada dalam satu lingkungan
dengannya. Perbedaan–perbedaan yang muncul tidak mampu mereka hadapi dan
ketidakmatangan mereka serta kelabilan emosional akan memunculkan konflik.
Mahasiswa yang tidak mampu menghindari adanya konflik sebaiknya
melakukan manajemen konflik. Manajemen konflik (Kindler, 1996) adalah
keadaan dimana seseorang mampu untuk mengatur, mengelola dan menghadapi
konflik secara sadar kemudian melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan
konflik sebagai hal yang mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Mahasiswa melakukan manajemen konflik dengan cara mencari latar belakang
dan akar masalah konflik yang muncul serta melakukan pendekatan yang
komunikatif dan persuasif terhadap orang lain. Pendekatan secara komunikatif
dan negosiasi akan memungkinkan peluang penyelesaian konflik yang lebih baik
(Tempo,2002). Dalam menghadapi konflik dengan perasaan tenang dan tidak
memaksa serta emosional akan menciptakan situasi yang lebih bersahabat dan
membangun hubungan yang lebih kokoh dengan mahasiswa lain. Keakraban dan
menghadapinya dengan emosional dan berusaha menghindarinya dengan harapan
konflik akan mereda dengan sendirinya.
Manajemen konflik ini memungkinkan mahasiswa untuk mengontrol dan
mengarahkan konflik agar tidak berkembang menjadi lebih buruk serta
meminimalkan dampak dari konflik. Manajemen konflik ini menjadi penting
untuk dilakukan saat mahasiswa berada dalam suatu kelompok dimana dituntut
untuk saling bekerja sama. Manajemen konflik akan memunculkan suatu
pengendalian diri untuk mengelola konflik dan menyelesaikan konflik dengan
bijaksana. Jika hal ini dapat dilakukan akan muncul pengendalian diri dan
pembaharuan diri dalam diri mahasiswa untuk mencapai suatu pemuasaan dan
pembuktian diri untuk berhasil dalam studi. Lingkungan sosial dan emosional
yang baik sangat diperlukan mahasiwa untuk berprestasi dalam studinya sehingga
mahasiswa akan mampu memiliki hubungan interaksi yang baik dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif, yaitu menjelaskan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya
yang menekankan pada data-data yang sudah ada dan diolah dengan metode
statistika. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan dan
mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya atau
mengungkapkan fakta secara lebih mendalam topik penelitian (Muhammad, 1998,
p.3). Sedangkan menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat, penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dan
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan
dan proses yang sedang berlangsung serta pengaruh dari suatu fenomena. Lingkup
penelitian ini adalah penelitian statistik dengan menggunakan teknik-teknik
statistik untuk menguji hipotesis dan memakai metode Try Out terpakai, artinya skala yang berperan sebagai alat pengumpul data diberikan hanya sekali saja
kepada subjek atau dengan kata lain peneliti hanya sekali saja melakukan proses
pengambilan data. Alasan dipilihnya Try Out terpakai dalam penelitian ini adalah: a. Subjek yang akan diteliti adalah mahasiswa. Mahasiswa memiliki jadwal
perkuliahan yang cukup padat sehingga peneliti mengalami sedikit kesulitan
dalam proses pengambilan datanya karena harus menyesuaikan waktu jadwal
kuliah mahasiswa tersebut.
b. Batas waktu yang diberikan peneliti untuk melakukan penelitian ini sangat
singkat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan dua kali penelitian.
Pada penelitian ini mencari gaya pendekatan manajemen konflik apa yang
dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam menyelesaikan
konflik yang muncul.
B. Identifikasi Variabel
Variabel yang terlibat dalam penelitian, yaitu : 9 gaya manajemen konflik,
yang terdiri dari : memelihara, sopan, dominasi, memutuskan dengan aturan,
berdampingan, menawar, mengalah, berkolaberasi dan melepaskan.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional gaya manajemen konflik (Kindler, 1996) adalah
keadaan dimana seseorang mampu untuk mengatur, mengelola dan menghadapi
konflik secara sadar kemudian melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan
konflik sebagai hal yang mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Gaya manajemen konflik menurut Kindler ini memuat 9 pendekatan dalam
menangani konflik yang berlangsung baik secara personal atau kelompok yaitu :
memelihara, sopan, dominasi, memutuskan dengan aturan, berdampingan,