• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif conflict management style mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif conflict management style mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

CONFLICT MANAGEMENT STYLE

MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh

FADILA NUR SATNANINGTYAS

NIM 049114032

PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Hidup adalah ibarat lukisan

Ketika kanvas kehidupan membentang

Ketika kuas-kuas perbuatan menyapukan warna pikiran

Menggores dalam realitas yang fana

Menbentuk irama garis asa dan cita

Untuk hari depan yang bermakna

Setiap peristiwa membawa tanda yang selalu menguji keteguhan hati

Dan semangat yang kuat

Setiap peristiwa adalah realitas yang mengikat

Berjuanglah demi hidup kamu

Maka hidup akan membuat kamu berhasil

Jangan pernah menyerah

Jangan pernah menyesali bahwa kamu ada

Kamu adalah karunia dari Tuhan.

Cinta adalah bagian yang mengikat dan proses interaksi

Kadang menyedihkan, menyenangkan

Romantis, nakal, menggelitik

Tapi cinta membuat kita bahagia dan tertawa

Bersama kekasih yang mampu tulus hadir dan ada

Terima kasih

Karena engkau ada dan hadir untukku

Mewarnai hariku dengan berbagai warna

Tidak ada kata selain

Aku mencintai kamu

(5)

v

Kupersembahkan karya tercinta ini kepada :

Allah swt Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menerangi hidup dan jiwaku

Orang tua dan Adikku tercinta

Almahumah Nenek tersayang

Keluarga Paris 40 tercinta dan Kakek tersayang yang selalu mendukung

Kekasihku tercinta yang telah tulus mencintaiku

Masriel dengan support yang menginspirasi dan membawa perubahan

Momo Tersayang

Sahabat-sahabatku Tercinta yang membantu di saat-saat terakhir

(6)
(7)

vii

MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Fadila Nur Satnaningtyas

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gaya manajemen konflik apa yang dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam menyelesaikan konflik yang muncul. Penelitian ini memakai metode studi deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah 100 mahasiswa

.

Sampel diambil melalui tehnik purposive random sampling. Data dikumpulkan dengan mengadaptasi skala MODI-SELF milik Kindler (1996). Analisis deskriptif menunjukkan dari 9 gaya manajemen konflik yang diukur pada aspek memelihara memiliki skor mean tertinggi sebesar 13,75 dan aspek menawar dengan skor mean sebesar 13,41 serta pada aspek berdampingan memiliki skor terendah dengan mean 10,86.

(8)

viii

OF THE STUDENTS OF UNIVERSITY OF SANATA DHARMA

Fadila Nur Satnaningytas

ABSTRACT

This research isaimed to investigate conflict management approach that was dominantly chosen by students of The University of Sanata Dharma in solving conflict arisen. This research used quantitative descriptive study method. The research subjects were 100 students. Samples were taken through purpose random sampling technique. Data was collected by adapting Kindler’s MODI-SELF scale (1996). Descriptive analysis showed out of 9 conflict management style that was measured in the aspect of maintained style had highest mean score of 13.75 and aspect of bargain style had mean score of 13,41 and also side by side aspect of coexist style had lowest score by mean of 10.86

(9)
(10)

x

Puji dan syukur pada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan karya yang jauh dari sempurna dengan judul “ STUDI

DESKRIPTIF

CONFLICT MANAGEMENT STYLE MAHASISWA UNIVERSITAS

SANATA DHARMA” . Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan terima kasih secara khusus kepada:

1.

Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah menerangi dan membimbing jalan penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis selalu percaya bahwa Tuhan akan selalu

menerangi dan memberikan jalan yang terbaik sampai akhir.

2.

Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah dengan sabar

dan memberi dukungan dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih telah dengan sabar membimbing penulis selama ini.

3.

Ibu Dewayani S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing pertama penulis, terima kasih

atas dukungan dan kesabarannya..

4.

Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma

dan Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Sanata Dharma

yang telah membantu penulis di saat-saat terakhir skripsi.

(11)

xi

memberikan ilmunya kepada penulis.

7.

Pak Gie, Mas Gandung, Mba Nany, Mas Doni dan Mas Mudji atas bantuannya..

8.

Keluarga tercinta, ayah, ibu dan ara yang selalu memberikan semangat dan

dukungannya selama ini. Akhirnya penulis bisa menyelesaikan semua ini.

9.

Kekasih tercinta, PIPUK yang selalu memberikan dukungan dan doa serta

memberikan kebahagian dan ketenangan bagi penulis untuk menyelesaikan semua

ini.Terima kasih atas segalanya yang mungkin tidak dapat dibalas penulis seumur

hidup.

10.

Sahabat dan konsultan serta tempat curhat, Masriel-ku yang selalu mau

mendengarkan dan memberi bantuan tanpa diminta serta selalu mau meluangkan

waktu menghadapi penulis ditengah-tengah kesibukannya melukis.

11.

Sahabat tercinta dan anak tersayang, Momo Artomoro ganteng yang selalu bercanda

dan menemani penulis dikala sedih dan senang dalam menyelesaikan ini semua.

12.

Sahabat seperjuangan kike, kriska, diah, alit, shimen, wawan, raka dan nico yang

selalu memberi info dan mendukung penulis hingga selesai.

13.

Teman-teman Psikologi 04 dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

14.

Semua karyawan Universitas Sanata Dharma thanks buat pelayanan yang diberikan

selama ini.

(12)

xii

yang selalu menyimpan data-data skripsiku.

17.

Orang-orang yang ada di sekitarku dan segala sesuatu yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu yang sangat banyak membantuku menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis sangat berterima kasih atas segala masukannya baik berupa saran maupun kritik

yang sifatnya membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi

semua pihak.

(13)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iii

HALAMAN MOTTO ...

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

vi

ABSTRAK ...

vii

ABSTRACT ...

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...

ix

KATA PENGANTAR ...

x

DAFTAR ISI ...

xiii

DAFTAR TABEL ...

xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.

Latar Belakang Masalah...

1

B.

Rumusan Masalah...

6

C.

Tujuan Penelitian...

6

D.

Manfaat Penelitian...

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

7

A.

Konflik...

7

(14)

xiv

3.

Penyebab Konflik...

13

B.

Manajemen Konflik...

15

1.

Pengertian Manajemen Konflik...

15

2.

Syarat Manajemen Konflik...

17

3.

Strategi Manajemen Konflik...

22

4.

Efek Manajemen Konflik...

29

C.

Mahasiswa...

33

D.

Dinamuka Manajemen Konflik Mahasiswa...

34

BAB III METODELOGI PENELITIAN...

38

A.

Jenis Penelitian...

38

B.

Identifikasi Variabel Penelitian...

39

C.

Definisi Operasional Penelitian...

39

D.

Pengumpulan Data...

40

E.

Populasi dan Sampel Penelitian...

41

F.

Pelaksanaan dan Lokasi Penelitian...

41

G.

Tehnik Pengambilan Data ………..

42

H.

Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data………

47

1.

Validitas………

47

2.

Korelasi Item Total………...

48

3.

Reliabilitas………

49

I.

Prosedur Penelitian……….

51

(15)

xv

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………

55

A.

Persiapan Penelitian.……….

55

1.

Orientasi Kancah………..

55

2.

Perijinan………

55

B.

Pelaksanaan Penelitian……….

56

1.

Penyebaran Kuesioner………

56

2.

Deskripsi Penelitian………...

56

3.

Hasil Uji Asumsi……….

58

a.

Analisi Deskripsi.………..

58

C.

Pembahasan………..

59

BAB V KESIMPULAN……….

62

A.

Kesimpulan……….

62

B.

Saran………... 62

DAFTAR PUSTAKA……….. 64

(16)

xvi

Tabel

Halaman

Tabel 1. 9 Pendekatan Manajemen Konflik Antara Orang / Kelompok...

27

Tabel 2. Model Kualifikasi Jawaban Kuesioner...

43

Tabel 3. Blue Print MODI-SELF...

44

Tabel 4. Contoh Aitem MODI – SELF……….…...

45

Tabel 5. Skoring……….……….. ...

46

Tabel 6. Item yang lolos...

49

Tabel 7. Sebaran Butir Pernyataan Skala Modi-Self.yang telah

diujicobakan...

52

Tabel 8. Sebaran Butir Pernyataan Skala Modi Self setelah

diujicobakan...

53

Tabel 9. Hasil Validitas dan Reliabilitas...

54

Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian...

57

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Universitas Sanata Dharma adalah salah satu Universitas swasta terbesar

di Jogjakarta. Universitas ini memiliki misi yaitu mendidik putra-putri bangsa

Indonesia lulusan SLTA yang berpotensi tinggi agar mampu menjadi ahli yang

humanistik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan

kebutuhan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dengan bertumpu pada

nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan serta berasaskan Pancasila (Pedoman

Universitas Sanata Dharma, 2004).

Mahasiswa Universitas Sanata Dharma berasal dari berbagai daerah dari

seluruh Indonesia, sehingga mahasiswanya sangat beragam dan seringkali terjadi

proses tukar menukar budaya. Universitas Sanata Dharma selalu menekankan

pentingnya rasa kebersamaan dan persaudaraan serta menghargai di antara

mahasiswa. Bahkan pada masa ospek (orientasi perkuliahan) sudah ditekan

nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan serta menghargai pada setiap

kegiatan-kegiatan yang diberikan pada mahasiswa.

Beberapa mahasiswa yang ditanya tentang pendapat mereka mengenai

USD (Universitas Sanata Dharma), menyatakan bahwa USD aman, suasananya

menyenangkan untuk belajar, fasilitas mendukung dan pengajarnya ramah serta

dekat dengan mahasiswa. Bahkan untuk urusan perkuliahan , mahasiswa merasa

dipermudah dengan mengetahui aturan yang jelas dan karyawan USD yang selalu

(18)

siap untuk membantu mahasiswa yang kesulitan. Kebanyakan mahasiswa cukup

senang dengan lingkungan dan pelayanan yang diberikan USD sehingga mereka

tidak merasa mempunyai keinginan mengajukan keberatan dan ketidakpuasannya

lewat tindakan yang merugikan (demo dan tawuran).

Mahasiswa USD merasa nyaman dan aman dalam lingkungan kampus

serta aspirasi mereka tetap dihormati. Keadaan itu, membuat mereka tidak

berkeinginan untuk melakukan demo atau tawuran sebagai wujud dari keberatan

dan kemarahan atas sesuatu hal di sekitar mereka. Hal ini berbeda dengan keadaan

di Universitas yang lain, misal UKI dan YAI di Jakarta yang seringkali tawuran

antara satu sama lain yang dilakukan hampir setiap tahun (Tempo Interaktif, 2003,

2009, 2011), Universitas Sam Ratulangi Manado dimana mahasiswa jurusan

hukum dan tehnik saling bentrok (Indosiar, 4 September 2009) dan tawuran

mahasiswa jurusan hukum dan politehnik di Undana Kupang yang terjadi sejak

tahun 1995 (Indosiar, 17 November 2008) serta tawuran mahasiswa dengan warga

sekitar di Makasar (Nasional, 16 Mei 2011).

Kehidupan mahasiswa yang sebenarnya cukup kompleks dan penuh

kebebasan, terkadang membuat keadaan menjadi tidak terkendali dan terkondisi

dengan baik untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain (Tempo Interaktif, 2003).

Menurut Letterer (1996, p. 180) konflik merupakan tipe dari perilaku yang terjadi

ketika dua atau lebih kelompok ada dalam pihak berlawanan dan pertentangan

sebagai hasil dari perasaan kehilangan dari suatu aktivitas atau interaksi dengan

orang lain. Hubungan yang dipengaruhi konflik akan memunculkan ketegangan

(19)

mengejek antar mahasiswa, dendam lama antar jurusan dan masalah percintaan

(putus hubungan dengan mahasiswi universitas lain) yang berujung pada

pemukulan sehingga terjadi bentrok dengan warga sekitar. Konflik juga tidak

hanya terjadi antar mahsiswa saja tetapi konflik mahasiswa dengan dosen (pihak

Universitas) di Trisakti Jakarta karena masalah pengusutan kasus Tragedi

Semanggi dan di ISI Jogja karena masalah pengangkatan rektor serta masa studi

yang dipendekkan (Tempo, 2004, 2011). Fenomena lain yang akibat konflik

adalah demo yang dilakukan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang

dinilai kurang aspiratif dan membela rakyat, yang berujung pada tindakan anarkis

(Tempo, Februari 2011). Smith (1996) mendefinisikan konflik sebagai sebuah

situasi yang prateknya atau tujuan dari pesertanya saling berbeda sehingga

membawanya pada pertentangan.

Konflik-konflik yang muncul pada beberapa Universitas ini berdampak

pada tercorengnya nama pendidikan Indonesia di Asia dan memburuknya kualitas

pendidikan di Indonesia. Dampak bagi mahasiswa, yaitu terganggunya proses

belajar mengajar, terciptanya suasana yang tidak aman dan munculnya

perselisihan di antara mahasiswa itu sendiri serta rusaknya fasilitas perkuliahan.

Konflik yang terjadi ini sangat merugikan berbagai pihak tetapi yang paling

dirugikan adalah mahasiswa, yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan ilmu

demi masa depannya tetapi harus tertunda karena suasana yang tidak kondusif

untuk belajar. (Vivanews, 2008).

Kebutuhan untuk bisa mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri

(20)

dikarenakan pergesekan kepribadian dari masing-masing individu mahasiswa itu

sendiri. Kondisi eksternal tentunya juga akan mempengaruhi konflik yang

muncul. Tingkat kemakmuran, gaya hidup, gengsi, tekanan dari luar seperti dari

orang tua sebagai contoh bisa menimbulkan ketegangan yang berlebihan dan

ketidaknyamanan akan menambah masalah tersendiri dalam diri mahasiswa

tersebut. Menyebabkan mahasiswa mengalami kondisi penuh ketegangan,

ketidaknyamanan dan stres yang berlebih sehingga memunculkan konflik dalam

dirinya. Konflik menciptakan kondisi saat seseorang akan mengalami ketegangan

yang dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi fisiknya (David &

Newstrom, 2002).

Konflik muncul akibat dari proses interaksi yang tidak lancar. Proses

interaksi sosial mahasiswa bermula dari proses komunikasi untuk saling mengenal

kepribadian dan berlanjut ketahap interaksi yang lebih jauh dan lebih intens

hingga mengenal perbedaan pada tiap mahasiswa lain. Selama berlangsungnya

masa perkuliahan akan muncul berbagai ragam masalah dan persoalan. Latar

belakang asal daerah, suku, agama, bahasa dan kondisi secara ekonomi serta

perbedaan dari masing-masing individu menjadi pemicu timbulnya konflik antar

sesama mahasiswa ketika interaksi tidak berjalan baik. (Tempo Interaktif, 2008).

Dalam beberapa penelitian yang dilakukan berkaitan studi tentang konflik

dan gaya manajemen konflik yang dialami oleh individu secara perseorangan

maupun dalam kelompok menyebutkan bahwa konflik muncul saat individu

secara interpersonal atau dalam suatu kelompok diharuskan membuat suatu

(21)

Samarah dan Mykytyn. 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh Khan, Afzal

dan Rehman (2009) mengenai konflik dalam kelompok kerja menyatakan bahwa

ada hubungan yang negatif antara konflik tugas dengan performansi dalam

bekerja. Menurut penelitian dari Thompson (2006) tentang konflik menyatakan

bahwa konflik yang paling sering timbul adalah konflik interpersonal.

Berdasarkan penelitian dari Rashid (September, 2005) menyatakan bahwa

mekanisme manajemen konflik akan mengembangkan kemampuan campur tangan

dalam menciptakan sikap bijaksana dalam menghadapi konflik.

Konflik muncul sebagai hasil dari ketidaksesuaian atau perlawanan

individu dalam suatu kegiatan atau interaksi diantara kelompok sosial (Rahim,

2000). Menurut Arguis (1994) konflik merupakan bagian dari sumber perselisihan

atau perasaan terkekang atas kebutuhan akan nilai dan minat. Bahkan konflik

personal dapat mempengaruhi efektifitas kerja mahasiswa karena konflik

memiliki efek psikologis yang menghambat seseorang untuk menunjukkan

performansi kerja secara optimal dan mempengaruhi konsentrasi mahasiswa

sebagai akibat efek personalnya.(Arguis, 1994)

Bagi lingkungan akademis, konflik mampu mempengaruhi kelancaran

belajar mengajar mahasiswa, keamanan lingkungan kampus, kestabilan suasana

yang kondusif serta terganggunya proses interaksi dosen-mahasiswa. Maka

diperlukan adanya manajemen konflik untuk mengatasi dan menyelesaikan

konflik yang muncul. Peneliti tertarik pada topik gaya manajemen konflik dan

memilih untuk melakukan penelitian pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

(22)

dipakai para mahasiswa USD (Universitas Sanata Dharma) untuk menyelesaikan

dan mensikapi masalah konflik disekitar mereka sehingga mampu memahami dan

menghargai perbedaan dengan mahasiswa lain dengan mensinergikan dengan

lingkungan kampus USD.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah

gaya manajemen konflik apa yang dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata

Dharma dalam menyelesaikan konflik yang muncul.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan melihat gaya manajeman konflilk apa yang

dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata Dharma untuk menyelesaikan

konfliknya.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan gambaran

mengenai gaya manajemen konflik.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi

mahasiswa sehingga dapat meningkatkan dan memperbaiki gaya manajemen

(23)

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. KONFLIK

1. Pengertian konflik

Secara psikologis, konflik terjadi ketika adanya penurunan dari satu

stimulus motivasi yang memerlukan peningkatan dari hal yang lain sebagai

bentuk proses penyesuaian yang dibutuhkan. Konflik dapat juga terjadi dalam

situasi yang kooperatif saat dua atau lebih individu atau pihak lain memiliki

tujuan yang konsisten, karena sikap satu pihak yang mencoba untuk mendapatkan

tujuannya sendiri dapat merusak hubungan dengan pihak lain (Sumarmo, 2003).

Menurut Solem (2002) konflik merupakan bagian dari sumber perselisihan

atas minat, kebutuhan dan nilai yang dimiliki individu yang tidak sesuai dengan

orang lain, akan membuat seseorang merasa sendirian, tanpa dukungan dan

dikucilkan oleh orang lain. Sedangkan menurut Alfred (1976) konflik

didefinisikan sebagai perselisihan alami yang dihasilkan dari individu atau

kelompok yag berbeda dalam kepercayaan, nilai atau kebutuhan, sikap dan

bermula dari persaingan yang telah lalu serta perbedaan kepribadian.

Menurut Kindler (1996) konflik adalah suatu proses yang terjadi karena

adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin

mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku

komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik

berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Kindler (dalam Myers, 1998),

(24)

komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan

perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna.

Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara

nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan

pertentangan (Kindler dalam Myers, 1993). Konflik tidak selalu diidentifikasikan

sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga

diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak

diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah terhadap

orang lain.(Kindler dalam Myers, 1993).

Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber

pengalaman positif. Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana

pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak

selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan

hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat

berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang

kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang

sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.(Kindler dalam Myers, 1993).

Secara tidak beralasan, konflik itu tidak ada gunanya dan tidak ada

manfaatnya bagi orang lain. Meskipun perselisihan mungkin memperkaya

interaksi tetap seharusnya tidak diijinkan untuk memperluasnya dalam sebuah

konfrontasi atau berusaha mendiamkan sebagai bentuk penyesuaian. Konflik

memiliki dinamikanya sendiri, kita butuh untuk memahami bagaimana dinamika

(25)

mengatur dan menanggulangi konflik itu agar tidak merugikan diri sendiri dan

orang lain sehingga kita mampu untuk berpikir secara rasional.(Kindler dalam

Myers, 1993).

Dari banyak definisi mengenai konflik, maka peneliti mengambil

kesimpulan dari teori konflik menurut Kindler (1993) yaitu konflik adalah suatu

proses yang terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi, meliputi

kemampuan dan perilaku komunikasi seseorang dengan orang lain. Komunikasi

adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu

secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna. Dimana konflik pun tidak

hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti

dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan

‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata

– kata yang mengandung amarah terhadap orang lain.

2. Tipe Konflik

Menurut Kindler (1996) tipe konflik terbagi menjadi dua macam yang

didasarkan pada jenis strategi manajeman konfliknya, yaitu :

a. Konflik prosedural

Tipe ini meliputi : ketidaksetujuan tentang siapa yang memimpinnya (siapa

pemimpinnya dan siapa yang harus menjadi pemimpinnya)., apa agendanya

atau tugas seharusnya dari kelompok dan bagaimana kelompok seharusnya

(26)

Jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi

tipe ini adalah dengan mencegah mereka untuk mencampuri masalah

pada kesempatan pertama. Caranya adalah pada awalnya sudah

menetapkan siapa yang menjadi pemimpin dalam interkasi kelompok

dan apa agenda kelompok yang harus dilakukan. Jika pelaksanaan

masalah muncul setelah kesepakatan kelompok telah tercapai maka

anggota atau pemimpin dapat mengarahkan anggota lain yang

bertentangan pada keputusan awal kelompok. Ketika anggota tidak

setuju atau menjadi tidak puas dengan keputusan awal ini mereka

mungkin menjadi negatif atau berlawanan dan berhenti untuk

berpartisipasi pada diskusi. Pada saat ini terjadi (mengetahui jika

anggota ingin mengganti prosedurnya), diskusi singkat pada

pelaksanaannya dapat dilaksanakan.

b. Konflik individual

Tipe ini dapat terjadi ketika satu anggota mendominasi

kelompoknya saat beberapa anggota lainnya saling berebut untuk

menguasainya atau ketika beberapa anggota menolak untuk berpartisipasi.

Anggota yang berkonflik ini akan melibatkan secara personal maupun

interpersonal dengan melibatkan orang lain dalam konfliknya. Pada

waktunya ini mungkin penting untuk mengalihkan fokus dari kelompok

pada konsentrasi atas kebutuhan individu, saat memuaskan kebutuhan

anggota untuk persetujuan kelompok, untuk penghargaan secara periodik

(27)

Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, Donnely (1996) konflik dibagi

berdasarkan atas :

a.Konflik yang fungsional yaitu pertentangan antara kelompok untuk

mempertinggi atau menguntungkan organisasi.

b.Konflik yang tidak fungsional yaitu setiap pertentangan atau interaksi antara

kelompok yang menganggu organisasi atau upaya pencapaian tujuan

organisasi.

Menurut Stoner dan Wankel (1996) ada lima jenis konflik yaitu :

a.Konflik Intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.

Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua

keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk

konflik intrapersonal yaitu :

1). Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang

dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.

2). Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang

dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.

3). Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang

dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan

negatif sekaligus.

b. Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain

karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara

(28)

c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini seringkali

berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk

mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja

mereka.

d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini

merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi. Konflik

antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam

bidang konflik antar kelompok.

e. Konflik antara organisasi. Konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.

Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya

pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga

lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

Dari berbagai tipe konflik yang telah dipaparkan diatas maka peneliti

memilih menggunakan dua tipe konflik menurut Kindler (1996) berdasarkan pada

proses interaksi mahasiswa yaitu tipe konflik prosedural dan individual. Tipe

prosedural mengacu pada konflik dalam diri sendiri yang diwujudkan dalam

ketidaksetujuan atas sesuatu yang diputuskan dalam kelompok dan tipe individual

mengacu pada konflik yang berhubungan dengan orang lain. Mengetahui tipe

konfliknya maka individu dapat menentukan gaya pendekatan manajemen konflik

apa yang sesuai dengan kepribadian individu sehingga dapat menyelesaikan

(29)

3. Penyebab Konflik

Menurut Stevenin (2000, hal 132-133), ada beberapa hal yang

menyebabkan munculnya konflik yaitu :

a.Penyesuaian/kompromi.

Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu

langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.

b. Tidak sepakat.

Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan.

Mengambil sikap menjaga jarak, perlu memanfaatkan dan menunjukkan

aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya

perpecahan dalam kelompok.

c.Kalah/menang.

Ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat

kuat. Pada tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang

dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam

cara untuk memenangkan pertarungan.

d.Pertarungan/penerbangan.

Ini adalah konflik “penembak misterius”. Orang-orang yang terlibat di

dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk

menyelamatkan diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal

(30)

e.Keras kepala.

Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.

Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah

karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis.

Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian.

f. Penyangkalan.

Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena

tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya

dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak

bisa diselesaikan.

Dari ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab munculnya

konflik adalah disebabkan pada lingkungan atau kelompok atau organisasi yang

tidak memiliki tujuan, visi atau pandangan, pembagian kekuasaan dan perbedaan

kebutuhan tiap anggota serta komunikasi yang tidak lancar. Dimana dalam hal ini

membuat para anggota satu sama lain saling berbenturan kepentingan dan

kebutuhan sehingga timbul konflik didalamnya. Faktor lain penyebab munculnya

konflik adalah faktor personal yang mengendalikan dan dimiliki pada diri

seseorang. Faktor inilah yang sering menyebabkan seseorang berkonflik dengan

orang lain karena faktor ini yang mengendalikan sikap individu dan ada pada tiap

orang tetapi berbeda pada tiap orang karena faktor personal tergantung pada

lingkungan sekitar individu, pengasuhan orang tua, tingkat pendidikan,

(31)

B. MANAJEMEN KONFLIK

1. Pengertian Manajemen Konflik

Menurut Kindler (1998) konflik adalah suatu proses yang terjadi karena

adanya interaksi yang disebut komunikasi, meliputi kemampuan dan perilaku

komunikasi seseorang dengan orang lain. Dimana konflik pun tidak hanya

diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam

bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan ‘perang

dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata

yang mengandung amarah terhadap orang lain.

Kindler (1996) juga beranggapan bahwa tidak ada satupun solusi untuk

konflik. Satu dari beberapa hal yang berada dalam konflik adalah unik dan harus

ditangani secara berbeda. Tetapi umumnya ada beberapa aturan atau gaya untuk

konflik, gaya ini bukan berusaha untuk menghilangkan konflik tetapi mengatur

atau mengelola konflik menjadi sesuatu yang positif sehingga pendekatan ini

disebut manajemen konflik.

Menurut Kindler (Myers, 1993:339) dalam penjelasan mengenai gaya dan

pendekatan dalam manajemen konflik menjelaskan bahwa efektifitas dalam

menghadapi dan mengatasi konflik bergantung pada pertimbangan atas satu atau

dua pilihan yang dibuat dari tinjauan 9 kemungkinan strategi manajemen konflik

yang ada. Membuat pilihan membutuhkan kesadaran agar kamu tidak jatuh ke

dalam ketidaksetujuan berdasarkan kebiasaan, kesenangan dan gaya lama. Gaya

adalah kebiasaan, suatu cara memberi reaksi dalam menangani konflik. Ini dapat

(32)

dengan situasi, tetapi seringkali tidak sesuai. Anda bermaksud secara sadar

melakukan pendekatan atau menggabungkan dimana hal itu bekerja dengan baik

sesuai tiap keadaan tertentu. Intinya, tantangan anda adalah untuk merubah

strategi menjadi gaya.

Manajemen konflik (Kindler, 1996) adalah keadaan dimana sesorang

mempunyai kemampuan untuk mengatur, mengelola dan menghadapi konflik

secara sadar kemudian melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan konflik

sebagai hal yang mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan pembaharuan

dan perubahan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sedangkan menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan

langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka

mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin

menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak

mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.

Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam

memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan

keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses

manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para

pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran

terhadap konflik.

Sementara Minnery (1980, hal. 220) menyatakan bahwa manajemen

konflik merupakan proses perencanaan. Minnery (1980, hal. 220) juga

(33)

yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen

konflik perencanaan secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai

mencapai model yang representatif dan ideal.

Demi keperluan penelitian ini maka dipilih teori manajemen konflik

menurut Kindler (1996) adalah keadaan dimana sesorang mempunyai kemampuan

untuk mengatur, mengelola dan menghadapi konflik secara sadar kemudian

melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan konflik sebagai hal yang

mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan pembaharuan dan perubahan diri

untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2. Syarat Manajemen Konflik

Saat menghadapi suatu konflik dengan orang lain, individu akan melakukan

manajemen konflik untuk menemukan solusi dan mengatasi konflik. Sebelum

melakukan manajemen konflik ini, individu yang berkonflik terlebih dahulu harus

memenuhi suatu syarat manajemen konflik sebagai dasar persepsi individu dalam

menyikapi dan memandang konflik yang muncul. Menurut Kindler (1996) dalam

menentukan gaya pendekatan manajemen konflik, ada empat syarat manajemen

konflik yang harus diperhatikan, yaitu :

a.Mempertahankan harga diri dan rasa hormat.

Seringkali saat seseorang berada dalam suatu diskusi yang hangat

dengan orang lain dalam satu kelompok atau non kelompok, hal ini

membuat seseorang dengan mudah untuk menyatakan sesuatu yang

(34)

menjaga fokus kita pada pokok persoalan bukan pada kepribadian orang

lain yang tidak sesuai dengan kita. Meski ketika seseorang yang tidak

sependapat dengan kita muncul dengan sikap keras kepala atau bodoh, kita

tidak akan nekat untuk memutuskan memperdebatkannya dengan

memaksa mereka dan membuat interaksi menjadi memburuk. Hal ini akan

lain seandainya saat itu kita menunjukkan respek yang tulus untuk orang

yang tidak sependapat dengan kita, mereka akan cenderung menjadi

kurang melawan. Kita dapat menghindari menghabiskan energi dengan

berpikir kalah-menang dalam suatu kelompok yang sesungguhnya hanya

tentang menyelamatkan muka kita sendiri.

b. Mendengarkan dengan empati (dengan sepenuhnya hadir).

Ketika kita mendengarkan pandangan orang lain, letakkan diri

kamu pada posisi mereka. Lihat dari perspektif (pandangan) mereka,

rasakan tingkatan emosional pembicara, ketika terjadi konflik atas gagasan

dengan apa yang kita sudah percayai, perhatikan jika kita potong pesan

pembicara untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dimana hal

ini sebagai dasar untuk mengatur perbedaan maka kita perlu untuk

mendengar dengan kenetralan yang menyingkirkan kritik penilaian. Saat

konflik gagasan terjadi maka sebaiknya berikan seluruh perhatian kita

untuk menghargai bagaimana orang lain melihat pada situasi yang sama

yang kita dengar. Jadikanlah diri kita lebih reseptif (mudah menerima

gagasan) pada kata apa yang kita dengar, mereka selalu membawa makna

(35)

Ketika perasaan orangn lain ”terdengar” kita akan menerima sesuatu yang

penting meskipun tidak kentara (kelihatan) sehingga kita akan melangkah

ke arah menyelesaikan perselisihan kita.

Dalam mendengarkan dengan empati pendapat orang lain maka

kita juga akan melihat perspektif (pandangan) dari anggota lain. Mencoba

untuk merasakan apa yang mereka rasakan tanpa membuat pertimbangan

kritis dan mencoba untuk bertanya pada diri sendiri kenapa orang lain

melihat dengan berbeda pada suatu situasi dari pandangan yang kamu

lihat.

c.Menemukan kesamaan bersama tanpa memaksakan perbedaan.

Dalam hal ini mencari dan menegaskan dasar bersama adalah hal

yang difokuskan. Saling berhubungan atau berinteraksi dan minat

membukakan jalan untuk pindah dari suatu perselisihan menuju ke

resolusi masing-masing. Hanya perselisihan yang penting saja yang

melibatkan orang ke dalam hubungan atau keadaan yang saling

bergantung, dimana setiap orang saling bergantung pada yang lainnya

untuk mendapatkan penyelesaian tugas atau untuk memperoleh kepuasan.

Untuk itu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam ketergantungan bersama

yang merupakan jalan hidup latar belakang milik bersama. Seandainya

dalam suatu diskusi, seseorang tertarik untuk memaksa atau mengharapkan

orang lain untuk merubah dasar orientasinya atau gaya tingkah lakunya.

Orang itu sendiri merubah pola dasar dengan sangat sulit, hanya dimana

(36)

besar untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sampai kepercayaan dan

respek telah ditegakkan, apa yang membantu adalah membagi penglihatan

yang besar atau luas dan tujuan dengan cakupan yang luas. Meskipun

seandainya di tengah-tengah ketidaksetujuan ada suatu wilayah atas

ketertarikan bersama, kepercayaan bersama dan tujuan bersama maka

menemukan ini dan membangun diatasnya.

d.Menghormati perbedaan, termasuk perspektif kamu sendiri.

Dalam hal ini nilai keberagaman dan nilai perbedaan menjadi hal

penting. Perbedaan sudut pandang mendorong adanya pencarian kreatif

untuk resolusi. Perbedaanya ketika orang berkumpul dengan cepat dan

mencapai persetujuan yang instan, prosesnya menjadi hampa. Tidak

adanya hal yang baru untuk ditambahkan. Ketika kita satu-satunya yang

tidak menyetujui maka kita akan cenderung untuk menyerah dari pendirian

kita untuk menyesuaikan dengan pandangan yang lebih populer. Hadiah

kita untuk orang lain adalah sudut pandang yang independen (berdiri

sendiri tanpa pengaruh orang lain), dimana hal ini memerlukan kita untuk

mengerti apa yang sebenarnya yang menjadi persoalan untuk kita.

Perbedaan membawa benih perubahan konstruktif. Perubahan ini muncul

dari pemecahan masalah yang kreatif, dimanaseringkali muncul dari

perspektif yang bertentangan. Lalu juga berkomentar di atas perbedaan,

malah sebaiknya kita menyelidiki mereka untuk mendapatkan informasi

(37)

Dalam empat syarat manajemen konflik ini mengatur bagaimana kita

dalam menyikapi, menghadapi dan memahami konflik yang terjadi di sekitar kita,

baik itu secara personal maupun kelompok. Aturan manajemen konflik ini akan

membatasi persepsi kita tentang konflik dan membuat kita lebih bijaksana dalam

menyelesaikan konflik tanpa membuat perselisihan dengan orang lain serta dapat

membuat konflik sebagai motivasi untuk melakukan perubahan secara personal

atau kelompok agar menjadi lebih baik. Dengan aturan ini pula akan membuat

konflik menjadi bersifat positif untuk membangun keadaan menjadi lebih

kondusif dan munculnya perbaikan struktur yang lebih solid daripada konflik

yang bersifat negatif yang bertujuan menghancurkan keadaan serta membuat

perselisihan secara personal atau kelompok.

Sedangkan menurut Minnery (1980:220) syarat manajemen konflik meliputi

yaitu:

a. Penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan).

b. Klarifikasi karakteristik dan struktur konflik

c. Evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses

selanjutnya)

d. Menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik

e. Menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam

mengelola konflik.

Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan dan

melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai

(38)

3. Strategi Manajemen Konflik

Menurut Kindler (1998) untuk mengatasi konflik diperlukan strategi

manajemen konflik yang dibagi menjadi 9 pendekatan, yaitu :

a.Memelihara

Definisi : suatu pendekatan dimana individu akan menunda atau

menghindari suatu tindakan, sebelum individu yakin status quo (keadaan

tetap pada suatu saat tertentu) akan terlindungi dan yakin bahwa hal ini

sesuai dengan sifat individu.

Aplikasi : sebuah strategi sementara untuk membuang-buang waktu.

Berguna ketika kamu ingin mengumpulkan suatu informasi, membiarkan

emosi lebih tenang, terdaftar dalam kelompok atau persekutuan,

menghadapi sesuatu dengan prioritas yang tinggi, mengijinkan perubahan

yang ada untuk dimantapkan atau membiarkan keadaan dulu sebelum

memecahkan persoalan.

b.Sopan

Definisi : suatu pendekatan dimana individu semata-mata memfokuskan

pada keuntungan atas gagasan yang dikemukakan, tanpa penegasan (atau

tanpa disebutkan) atau pemaksaan alternatifnya karena individu menjual

gagasannya pada orang lain.

Aplikasi : ini bentuk dari suatu kepercayaan yang akan berguna ketika kamu

menginginkan suatu pilihan dimana hal ini untuk menang. Ini dapat

(39)

c.Dominasi

Definisi : suatu pendekatan dimana ketika individu mempunyai kekuasaan

yang sangat besar untuk menuntut dan memaksakan idenya. Ini mungkin

bentuk penyelesaian dari suatu perintah, ancaman, penghargaan, hukuman

dan tekanan lain untuk perolehan pemenuhan pribadi.

Aplikasi : jika kamu memiliki atau merasa memiliki wewenang atau

kekuasaan yang besar daripada orang lain, kamu mungkin memakai strategi

bijaksana ini untuk menjamin keselamatan fisik dan kesejahteraan pribadi.

Penggunaan yang terlalu sering dari pendekatan ini akan menyebabkan

berkurangnya kekuasaan yang telah dimiliki sebelumnya pada orang lain.

d.Memutuskan dengan aturan

Definisi : suatu pendekatan dimana individu ikut serta dalam suatu

persetujuan untuk menggunakan aturan objektif (tidak berat sebelah atau

sebuah standar sebagai dasar untuk memilih diantara penentuan alternatif

yang ada) yang sudah ditetapkan sebelumnya atau disepakati bersama-sama.

Aplikasi : ketika kamu ingin menjadi jujur dan suatu tindakan tegas sangat

diperlukan untuk menghasilkan solusi atas masalah yang ada.

Contoh : untuk memutuskan dengan aturan secara objektif dapat dilakukan

dengan undian, aturan mayoritas, senioritas, aturan dari permintaan,

(40)

e.Berdampingan

Definisi : suatu pendekatan dimana ketika 2 pihak setuju untuk mengikuti

jalan yang terpisah untuk beberapa periode waktu demi penyelesaian

masalah yang muncul.

Aplikasi : ketika 2 pihak dari kekuasaan yang sederajat (sama) tidak mau

menyerah tentang jasa dari kedudukan mereka dan tidak ada persetujuan

yang dapat dicapai dari keduanya maka pendekatan ini diperlukan untuk

mendinginkan keadaan dan memberikan kesempatan masing-masing pihak

memikirkan penyelesaian masalah yang terbaik.

f.Menawar

Definisi : suatu pendekatan dimana individu dan orang lain sama-sama

saling menyetujui terhadap keputusan dari pihak pemenang terhadap apa

yang harus diberikan atau dilakukan oleh tiap-tiap orang.

Aplikasi : ketika sesuatu dapat diperoleh (solusi masalah) lebih dari sebuah

pertukaran atau oleh perdagangan (termasuk pertukaran (hak) dikemudian

hari) daripada tidak mencapai persetujuan apapun.

g.Mengalah

Definisi : suatu pendekatan dimana individu memilih untuk membiarkan

sudut pandang orang lain yang berlaku dan dengan tegas setuju untuk

memajukan jabatan orang yang kamu pilih.

Aplikasi : ketika suatu persoalan menjadi penting untuk orang lain, tetapi

tidak untuk kita sendiri atau kita memiliki suatu keuntungan lebih dengan

(41)

h.Melepaskan

Definisi : suatu pendekatan dimana individu memberhentikan dirinya dari

suatu penguasaan jabatan atau suatu interaksi tanpa batasan yang

menyenangkan dan tepat.

Aplikasi : ketika kamu berada pada jabatan yang memiliki kekuasaan dan

memiliki resiko yang rendah dari kehilangan sesuatu yang tidak dapat

diubah lagi atau sebuah kesempatan untuk mendorong perkembangan yang

lain kearah yang lebih baik.

i. Berkolaberasi

Definisi : suatu pendekatan dimana individu harus bekerja sama secara

kooperatif dengan orang lain untuk menemukan suatu pemecahan yang

berasal keinginan untuk mendengarkan apa yang menjadi perhatian dari

seluruh partisipan (anggota).

Aplikasi : ketika persoalan terlalu penting untuk dikompromikan dan

diperlukan komitmen. Hal ini akan berguna pada saat membangun tim atau

kelompok dan strategi pengambilan keputusan. Pendekatan ini

membutuhkan waktu, kepercayaan dan kompetensi interpersonal.

Pendekatan manajemen konflik menurut Kindler ini memuat 9 pendekatan

dalam menangani konflik yang berlangsung baik secara personal atau kelompok.

Pendekatan ini disesuaikan dengan kepribadian yang dimiliki tiap individu yang

bersangkutan dan bagaimana cara kepribadian itu dalam menghadapi konflik serta

(42)

bersifat positif dan tidak mengganggu atau berselisih paham dengan orang lain.

Fungsi utama dari pendekatan ini adalah membuat dan menyesuaikan suatu

konflik yang timbul saat individu berinteraksi dengan individu lain sehingga

konflik tidak memecah belah antar individu tetapi akan membuat hubungan

menjadi lebih solid. Pendekatan ini tidak hanya mampu menghadapi dan

mengatasi konflik tetapi juga mampu untuk membuat konflik bukan sebagai hal

(43)

Tabel 1

9 Pendekatan Manajemen Konflik Antara Orang / Kelompok

(44)

Sedangkan menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima pendekatan

manajemen konflik yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik yang

muncul, yaitu :

a) Pengenalan

Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana

keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah

kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau

menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).

b) Diagnosis

Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji

mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan

sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal

sepele.

c) Menyepakati

Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan

dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang

tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan

dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.

d) Pelaksanaan

Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati,

jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah

(45)

e) Evaluasi

Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah

baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke

langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

4. Efek Manajemen Konflik

Individu yang terlibat konflik secara personal maupun interpersonal

seringkali memiliki cara-cara tertentu untuk mengatasinya. Cara-cara individu

tersebut memiliki efek positif dan negatif terhadap penyelesaian konflik. Menurut

Kindler (1998) efek negatif dan positif dalam manajemen konflik, yaitu :

a. Efek negatif, hal ini terjadi saat individu memilih untuk tidak melakukan

manajemen konflik dan lebih memilih menghindari konflik, yaitu :

1). Menghabiskan waktu dan energi dari pokok persoalan.

2). Menunda keputusan.

3). Menciptakan jalan buntu.

4) Menjalankan anggota kelompok dengan tidak berani, percaya diri dan

aktif yang dikesampingkan.

5). Tidak mau mendengarkan.

6). Mempersulit eksplorasi dari alternatif lain.

7). Berkurangnya atau hancurnya sensitivitas.

8). Penyebab anggota berhenti atau mengundurkan diri dari kelompok.

9). Timbulnya kemarahan yang mengacaukan rapat.

(46)

11). Kekalahan meninggalkan rasa jengkel dan dendam.

12). Orang yang tertindas cenderung untuk menyabotase.

13). Menyebabkan perlakuan yang kejam kepada orang lain.

14). Menyebabkan sikap suka bertahan.

b. Efek positif, hal ini terjadi saat individu memutuskan untuk melakukan

manajemen konflik untuk mengatasi konflik yang muncul, yaitu :

1). Dapat memunculkan kekuatan untuk menyelesaikan masalah atau tugas

yang diberikan.

2). Meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu.

3). Menciptakan pembaharuan dan perubahan.

4). Persaingan.

5). Munculnya kreatifitas pemikiran atas suatu masalah.

6). Membantu untuk membangkitkan ketegangan kreatif untuk lebih

memacu diri untuk berkontribusi dalam lingkungan atau kelompok.

Sedangkan menurut Wijono (1993, pp.127-137) efek manajemen konflik

yang dilakukan individu untuk mengatasi konflik, yaitu :

a. Akibat negatif (saat individu memutuskan untuk menghindari konflik)

1). Menghambat komunikasi.

2). Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).

3). Mengganggu kerjasama atau “team work”.

4). Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.

(47)

6). Individu atau personil mengalami tekanan (stress), mengganggu

konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi,

dan apatisme.

b. Akibat Positif (saat individu memutuskan untuk menghadapi dan mengelola

konflik)

1). Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.

2). Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3). Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan

dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan

organisasi.

4). Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.

5). Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

Menurut Swansburg, R.C. ( 1996 ) Konflik dapat menjadi negatif atau

positif tergantung pada bagaimana individu menghadapinya. Efek positif

manajemen konflik, yaitu :

a.Disiplin

Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan

mencegah konflik. Individu harus mengetahui dan memahami

peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari

(48)

b.Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan

Konflik dapat dikelola dengan mendukung individu untuk mencapai

tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.

c.Komunikasi

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang

kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan individu untuk menghindari

konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan

sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.

d.Mendengarkan secara aktif

Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola

konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan individu telah memiliki

pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan

individu lain sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik memiliki

sifat merusak jika individu menghindari konflik. Konflik menjadi negatif pada

saat seseorang bertentangan dengan orang lain yang berada dalam satu kelompok,

dimana itu hanya untuk mencari kedudukan benar atau salah, memaksalan

pemikiran pada orang lain dan keinginan untuk bersaing. Hal ini akan

memunculkan perselisihan dan pertikaian dengan orang lain. Konflik menjadi

positif dan mempunyai sifat membangun saat individu mau untuk menghadapinya

dengan manajemen konflik dan saat seseorang melakukan manajemen konflik

(49)

evaluasi diri atas konflik yang ada serta menjadikannya sebagai motivasi untuk

membuat keadaan menjadi lebih baik dari keaadaan semula.

C. Mahasisiwa

Menurut Departemen Pendidikan (1995) mendefinisikan mahasiswa

sebagai pelajar yang berusia antara 18 - 24 tahun yang telah tamat dari SMA yang

sedang menempuh suatu pendidikan yang khusus dan mengembangkan

kemampuan serta ilmu pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya. Pengertian

disini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Komnas HAM (2000) yang

mengartikan bahwa mahasiswa adalah bentuk dari kedewasaan anak dalam

mengembangkan kemampuan dan ilmu kepada tingkatan yang lebih jauh diatas

pendidikan informal setingkat sekolah. Bila ditinjau dari mata hukum dan sosial,

pengertian dari mahasiswa menurut Idruz S. (2002 : 35) adalah manusia dewasa

yang telah memenuhi syarat kelulusan dan tamat dari SMA (Sekolah Menengah

Atas) serta telah berumur 18 tahun yang sehat jasmani dan rohani.

Dalam tahap perkembangan Erikson mengemukakan bahwa mahasiswa

berada pada tahap identitas dan kebingungan karir serta pada periode

perkembangan masa remaja yang berusia 10 – 20 tahun, dimana individu

dihadapkan dengan temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya

dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya serta otoritas mereka pada peran

dan penjajakan karir. (Life Span Development I : 43).

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti dapat mengartikan

(50)

SMA (Sekolah Menengah Atas) serta berumur 18 – 24 tahun yang sedang

menempuh suatu pendidikan yang khusus dan mengembangkan kemampuan serta

ilmu pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya jauh diatas pendidikan informal

setingkat sekolah. Peneliti dalam melakukan penelitian ini membuat batasan umur

pada mahasiswa Sanata Dharma yang berusia antara 18 – 22 tahun dan masih

berstatus resmi mahasiswa Sanata Dharma.

D. Dinamika Manajemen Konflik Mahasiswa

Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya dan masalah itu akan

menimbulkan konflik, baik konflik dalam dirinya maupun dengan orang lain.

Konflik yang tidak dikelola dengan baik akan membuat kedua belah pihak (diri

sendiri dan orang lain) menjadi tidak sinergis lagi dan akan membuat suasana

menjadi buruk serta akan saling menyakiti diri sendiri dan orang lain. Terkadang

individu melakukan tindakan-tindakan yang negatif yang akan merugikan orang

lain. Konflik tidak akan dapat kita hindari dan setiap hari kita akan

menghadapinya tetapi hal ini dapat kita kelola atau diatur agar dampaknya dapat

dikontrol sehingga sifatnya yang negatif (merusak) menjadi positif (membangun).

Setiap kali kita mampu keluar dan menyelesaikan konflik maka kita akan lebih

percaya diri dan berani untuk menghadapi orang lain serta kita akan mampu

membuat hubungan dan interaksi dengan orang lain menjadi solid (kuat).

Tidak semua individu mampu untuk menyelesaikan konflik. Bahkan

terkadang dalam menghadapi konflik, individu lebih memilih menghindari atau

(51)

interpersonal dari interaksi dengan orang lain dalam suatu lingkungan atau

kelompok (Kindler, 1998). Dalam prateknya kita akan berbenturan dengan

kepercayaan, sikap, kebutuhan, komunikasi, minat dan nilai yang dimiliki orang

lain. Secara sadar atau tidak sadar dan sengaja atau tidak sengaja akan membuat

diri kita merasa terancam dan tertekan sehingga timbul pertentangan dan

perselisihan dengan orang lain yang membuat keadaan menjadi lebih buruk dalam

suatu lingkungan (Sumarmo, 2003). Tidak terkecuali dalam lingkungan akademis,

konflik juga dialami oleh mahasiswa saat berinteraksi dengan mahasiswa lain

dalam mengerjakan tugas kelompok. Konflik yang sering muncul dalam

lingkungan mahasiswa disebabkan karena perbedaan SARA (Suku Agama Ras

Adat istiadat) dan tingkat kematangan pola pikir mahasiswa yang saat ini berada

pada masa remaja menjelang masa dewasa sehingga mereka menjadi labil secara

emosional (Tempo,2003). Jenis konflik yang sering dialami mahasiswa adalah

konflik personal, dimana dalam hal ini lebih berhubungan dengan perbedaan

karakteristik kepribadiannya yang seringkali tidak cocok dengan kepribadian

orang lain

Mahasiswa yang labil, tidak memiliki fokus diri, motivasi kurang dan

susah berinteraksi dengan mahasiswa lain serta emosional cenderung mudah

berkonflik dengan orang lain. Munculnya perasaan berbeda dari mahasiswa lain

dan ketidakcocokan pola pikir membuat komunikasi berjalan satu arah saja.

Karakteristik mahasiswa inilah yang menjadi pemicu awal munculnya konflik.

Sedangkan mahasiswa yang mau menerima perbedaan dan menerima orang lain

(52)

tidak emosional dan mampu berpikir jernih dalam memandang situasi secara

keseluruhannya.

Mereka masih dalam proses pencarian jati diri secara individu maupun

kelompok dan adanya keinginan untuk berhubungan dengan lawan jenis yang

mengarah pada percintaan. Proses menuju kedewasaan, kematangan dan

kemandirian baik secara emosional dan spiritual ini membuat mahasiswa tidak

selalu sesuai dan sejalan dengan mahasiswa yang berada dalam satu lingkungan

dengannya. Perbedaan–perbedaan yang muncul tidak mampu mereka hadapi dan

ketidakmatangan mereka serta kelabilan emosional akan memunculkan konflik.

Mahasiswa yang tidak mampu menghindari adanya konflik sebaiknya

melakukan manajemen konflik. Manajemen konflik (Kindler, 1996) adalah

keadaan dimana seseorang mampu untuk mengatur, mengelola dan menghadapi

konflik secara sadar kemudian melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan

konflik sebagai hal yang mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan

pembaharuan dan perubahan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Mahasiswa melakukan manajemen konflik dengan cara mencari latar belakang

dan akar masalah konflik yang muncul serta melakukan pendekatan yang

komunikatif dan persuasif terhadap orang lain. Pendekatan secara komunikatif

dan negosiasi akan memungkinkan peluang penyelesaian konflik yang lebih baik

(Tempo,2002). Dalam menghadapi konflik dengan perasaan tenang dan tidak

memaksa serta emosional akan menciptakan situasi yang lebih bersahabat dan

membangun hubungan yang lebih kokoh dengan mahasiswa lain. Keakraban dan

(53)

menghadapinya dengan emosional dan berusaha menghindarinya dengan harapan

konflik akan mereda dengan sendirinya.

Manajemen konflik ini memungkinkan mahasiswa untuk mengontrol dan

mengarahkan konflik agar tidak berkembang menjadi lebih buruk serta

meminimalkan dampak dari konflik. Manajemen konflik ini menjadi penting

untuk dilakukan saat mahasiswa berada dalam suatu kelompok dimana dituntut

untuk saling bekerja sama. Manajemen konflik akan memunculkan suatu

pengendalian diri untuk mengelola konflik dan menyelesaikan konflik dengan

bijaksana. Jika hal ini dapat dilakukan akan muncul pengendalian diri dan

pembaharuan diri dalam diri mahasiswa untuk mencapai suatu pemuasaan dan

pembuktian diri untuk berhasil dalam studi. Lingkungan sosial dan emosional

yang baik sangat diperlukan mahasiwa untuk berprestasi dalam studinya sehingga

mahasiswa akan mampu memiliki hubungan interaksi yang baik dengan

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif, yaitu menjelaskan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya

yang menekankan pada data-data yang sudah ada dan diolah dengan metode

statistika. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan dan

mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya atau

mengungkapkan fakta secara lebih mendalam topik penelitian (Muhammad, 1998,

p.3). Sedangkan menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian

fakta dengan interpretasi yang tepat, penelitian deskriptif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dan

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan

dan proses yang sedang berlangsung serta pengaruh dari suatu fenomena. Lingkup

penelitian ini adalah penelitian statistik dengan menggunakan teknik-teknik

statistik untuk menguji hipotesis dan memakai metode Try Out terpakai, artinya skala yang berperan sebagai alat pengumpul data diberikan hanya sekali saja

kepada subjek atau dengan kata lain peneliti hanya sekali saja melakukan proses

pengambilan data. Alasan dipilihnya Try Out terpakai dalam penelitian ini adalah: a. Subjek yang akan diteliti adalah mahasiswa. Mahasiswa memiliki jadwal

perkuliahan yang cukup padat sehingga peneliti mengalami sedikit kesulitan

(55)

dalam proses pengambilan datanya karena harus menyesuaikan waktu jadwal

kuliah mahasiswa tersebut.

b. Batas waktu yang diberikan peneliti untuk melakukan penelitian ini sangat

singkat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan dua kali penelitian.

Pada penelitian ini mencari gaya pendekatan manajemen konflik apa yang

dominan dipilih mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam menyelesaikan

konflik yang muncul.

B. Identifikasi Variabel

Variabel yang terlibat dalam penelitian, yaitu : 9 gaya manajemen konflik,

yang terdiri dari : memelihara, sopan, dominasi, memutuskan dengan aturan,

berdampingan, menawar, mengalah, berkolaberasi dan melepaskan.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional gaya manajemen konflik (Kindler, 1996) adalah

keadaan dimana seseorang mampu untuk mengatur, mengelola dan menghadapi

konflik secara sadar kemudian melakukan pembelajaran diri sehingga menjadikan

konflik sebagai hal yang mampu untuk memotivasi diri untuk melakukan

pembaharuan dan perubahan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Gaya manajemen konflik menurut Kindler ini memuat 9 pendekatan dalam

menangani konflik yang berlangsung baik secara personal atau kelompok yaitu :

memelihara, sopan, dominasi, memutuskan dengan aturan, berdampingan,

Gambar

Tabel 1
 Tabel 2 Model Kualifikasi Jawaban Kuesioner
Tabel 3 Blue Print MODI-SELF
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh

Besarnya biaya perjalanan akan mempengaruhi pelaku perjalanan dalam menentukan pemilihan moda angkutan yang digunakan, karena merupakan pilihan mutlak pengguna untuk mau

Suradinata (1999) menyatakan bahwa bahwa tuntutan desentralisasi dilandasi untuk: a) mencegah tertumpuknya kekuasaan di satu tangan, b) mengikut sertakan masyarakat

Dalam mencapai tujuan penelitian, dilakukan identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan ( vulnerability ) menggunakan analisa deskriptif untuk

Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian responden terhadap dua belas aspek kualitas halte, baik untuk tingkat kepentingan maupun

Penelitian ini menganalisis pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan serta dampaknya pada loyalitas pelanggan. Objek penelitian ini adalah Restoran Sop

( engineering ) dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air dan lahan, perencanaan infrastruktur dan konstruksi bangunan serta penanganan polusi dan

Jika pemilik taksi (atau mobil sewa) menabung sejumlah uang yang telah mencapai nishab, ia harus mengeluarkan zakat atasnya jika telah melewati satu tahun