• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN TERHADAP JENAZAH Oleh : Ahmad Rajafi Sahran, M.Hi. A. Kewajiban Muslim Terhadap Mayit Muslim.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELENGGARAAN TERHADAP JENAZAH Oleh : Ahmad Rajafi Sahran, M.Hi. A. Kewajiban Muslim Terhadap Mayit Muslim."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN TERHADAP JENAZAH Oleh :

Ahmad Rajafi Sahran, M.Hi

A. Kewajiban Muslim Terhadap Mayit Muslim.

1. Memandikannya. 2. Mengkafaninya. 3. Menshalatkannya. 4. Menguburkannya. B. Memandikan Mayit. 1. Syarat Mayit.

a. Harus seorang muslim.

b. Ada tubuhnya walaupun sedikit.

c. Meninggal bukan karena mati syahid (perang jihad).

2. Cara-cara Memandikan Mayit.

a. Dibersihkan terlebih dahulu segala jenis yang ada

pada badannya.

b. Meratakan air pada seluruh tubuhnya, dan

sebaik-baiknya tiga kali atau lebih jika diangggap perlu.

c. Siraman pertama dibersihkan dengan air yang

bercampur sabun.

d. Siraman kedua dengan air bersih.

e. Siraman ketiga dengan air yang bercampur kapur

(2)

Yang perlu didahulukan dalam memandikan mayat adalah anggota wudhu’ kemudian seluruh tubuhnya sebelah kanan dan akhirnya sebelah kiri. Aturan di dalam hadits Rasulullah saw :

َص ِللها ُهٌُعَس اَنْيَيَػ َوَخَد ْدَىاَق اَيْنَػ للها يِظَس َحَّيِطَػ ًُِّؤ َِْػ

ِوْيَيَػ ٌيَّيىا ََّي

ٍءاََِت َلِىَر ٍِِْ َشَثْمَؤ ًَْؤ اًغََْخ ًَْؤ اًثاَيَث اَيَنْيِغْغا َهاَقَف ُوَرَنْتا ُوِغْغَّ ُِْحًََّ ٌََّيَعًَ

اًسٌُفاَم ِجَشِخأْىا يِف َِْيَؼْخاًَ ٍسْذِعًَ

}ٍساخثىا هاًس{

Artinya : “Dari Ummi ‘Athiyah ra. Berkata; telah masuk ke

tempat kami Rasulullah saw. sedangkan kami sedang memandikan mayit anak beliau yang perempuan, lalu Rasulullah saw. bersabda; mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih jika dipandang perlu, dengan menggunakan air serta daun bidara, dan basuhlah yang penghabisan dengan air yang bercampur dengan kapur.” (HR. al-Bukhari)

3. Mayat yang haram dimandikan.

a. Orang yang mati dalam perang di jalan Allah, dan ia

juga tidak di shalatkan.

b. Orang kafir dan munafiq ;

َؤ َخاٍَ ٌُْيْنٍِ ٍذَحَؤ ََيَػ ِّوَصُذ اَىًَ

ِهِشْثَق ََيَػ ٌُْقَذ اَىًَ اًذَت

: حتٌرىا{...

48

}

Artinya : “Dan janganlah kamu sekali-kali

menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka (orang-orang kafir dan munafiq),

(3)

dan janganlah kamu berdiri (mendo`akan) di

kuburnya…” (QS. At-Taubah : 84)

4. Mati bunuh diri.

Rasulullah saw. bersabda;

َجَشََُع ِِْت ِشِتاَخ َِْػ ٍكاََِع َِْػ ٌشْيَىُص اََّشَثْخَؤ ُّيِفٌُنْىا ًٍاَّيَع ُِْت ٌَُُْػ اَنَثَّذَح

ُوَغْفَّ َوَرَق ٍوُخَشِت ٌََّيَعًَ ِوْيَيَػ ٌيَّيىا ََّيَص ُّيِثَّنىا َيِذُؤ َهاَق

ِّوَصُي ٌَْيَف َصِقاَشََِت

ِوْيَيَػ

}ٌيغٍ هاًس{

Artinya : “Diceritakan kepada kami oleh ‘Aunu bin Sallam

al-Kufiyu, oleh Zuhair dari Simak dari Jabir bin Samrah berkata; Telah datang kepada Nabi Muhammad saw. dengan membawa seorang mayit yang telah bunuh diri dengan menggunakan anak panahnya, maka tidak dishalatilah mayat tersebut oleh Rasulullah saw.” (HR. Muslim)

5. Aturan memandikan mayit.

a. Mayit laki-laki dimandikan oleh laki-laki, dan

sebaiknya mayit wanita juga dimandikan oleh wanita, kecuali muhrim.

b. Sebaiknya yang memandikan adalah keluarganya

yang terdekat.

c. Suami boleh memandikan istrinya dan sebaliknya.

d. Yang memandikan tidak boleh menceritakan tentang

(4)

ْدَىاَق َحَشِئاَػ َِْػ

هاق

َيَػ ٌيَّيىا ََّيَص ِللها ُهٌُعَس

ٌََّيَعًَ ِوْي

ِلُرْيَّغَغَف يِيْثَق ِّدٍِ ٌَْى

ِلُرْنَفَدًَ ِلْيَيَػ ُدْيَّيَص ٌَُّث ِلُرْنَّفَمًَ

}ُاثح ِتا وححصً ذحمؤ هاًس{

Artinya : “Dari ‘Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw bersabda;

Jika engkau (‘Aisyah) meninggal dahulu sebelum aku, maka aku yang akan memandikan, mengkafani,

menshalatkan serta menguburkan.” (HR. Ahmad dan

dishahihkan oleh ibn Hibban)

ِويِف ٍَّدَإَف اًرِّيٍَ َوَّغَغ ٍَِْ ٌََّيَعًَ ِوْيَيَػ ُللها ََّيَص ِللها ُهٌُعَس َهاَق ْدَىاَق َحَشِئاَػ َِْػ

ٍَ ِوْيَيَػ ِشْفُي ٌَْىًَ َحَّاٍََإْىا

ُوٍُُّؤ ُوْذَذَىًَ ًٌَِْيَم ِوِتٌُُّر ٍِِْ َجَشَخ َلِىَر َذْنِػ ُوْنٍِ ٌُُُنَي ا

َشْقَؤ ِوِيَيِى َهاَق

ََُّؤ ًََُْشَذ َََِْف ٌَُيْؼَي اَى َُاَم ُِْإَف ٌَُيْؼَي َُاَم ُِْإ ُوْنٍِ ٌُْنُت

ٍحَّاٍََؤًَ ٍعَسًَ ٍِِْ اًّظَح ُهَذْنِػ

} ذحمؤ هاًس{

Artinya : “Dari ‘Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw bersabda;

barangsiapa yang memandikan mayit dan

dijaganya kepercayaan dan tidak membuka (rahasia) sesuatu cacat pada simayat kepada orang lain, maka lepaslah ia dari segala dosa sebagaimana keadaannya sewaktu baru dilahirkan dari ibunya. Rasulullah melanjutkan; hendaklah yang mengaturnya keluarganya sendiri yang terdekat jika mereka dapat memandikan mayat. Tetapi jika tidak dapat, maka siapa saja yang diangggap berhak, karena ke’alimannya dan amanahnya.

(5)

C. Mengkafani Mayit.

1. Mengkafani mayit hukumnya fardhu kifayah.

2. Mayit laki-laki tiga lapis kain kafan ditambah baju

kurung dan serban.

3. Mayit wanita lima lapis kain, yakni berupa sarung, baju,

kudung, dan dua lapis yang menutup seluruh tubuh.

4. Kain yang dipakai adalah kain yang halal dipakainya

sewaktu hidup.

Rasulullah saw bersabda ;

ٌُْنِتاَيِث ٍِِْ اٌُغَثْىا ٌََّيَعًَ ِوْيَيَػ ُللها ََّيَص ِللها ُهٌُعَس َهاَق َهاَق ٍطاَّثَػ ِِْتا َِْػ

ٌٍَْ اَييِف اٌُنِّفَمًَ ٌُْنِتاَيِث ِشْيَخ ٍِِْ اَيَِّّإَف َضاَيَثْىا

ٌُْماَذ

هاًس{

}ٍزٍترىا

Artinya : “Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw.

bersabda; Pakaian di antara kainmu yang putih adalah sebaik-baik kain, dan kafanilah mayitmu dengan kain yang putih.

يِف يِى ِهاَغُذ اَى َهاَق ٍةِىاَط يِتَؤ ِِْت ِّيِيَػ َِْػ

ََّيَص ِللها َهٌُعَس ُدْؼََِع يِِّّإَف ٍَِفَم

اًؼيِشَع اًثْيَع ُوُثَيْغُي ُوَِّّإَف َِِفَنْىا يِف اٌَْىاَغَذ اَى ُهٌُقَي ٌََّيَعًَ ِوْيَيَػ ُللها

ٌتؤ هاًس{

(6)

Artinya : “Dari Ali bin Abi Thalib ra. berkata; Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan kain kafan, karena aku

telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,

janganlah kalian berlebih-lebihan denga kain kafan, karena hal tersbut akan cepat rusak.” (HR. Abu

Daud)

D. Shalat Janazah.

1. Syarat-syarat shalat janazah.

a. Syarat shalat mayit sama dengan syarat shalat yang

lain, yakni menutup aurat, suci dari hadats, bersih badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat.

b. Mayit sudah dimandikan dan dikafani.

c. Letak mayit di sebelah kiblat orang yang

menshalatkannya, kecuali shalat di atas kubur atau shalat ghaib.

2. Rukun shalat mayit.

a. Niat, yakni “sengaja aku malakukan shalat atas

mayit (laki-laki atau perempuan) dengan empat takbir, menghadap kiblat fardhu kifayah karena Allah”.

Jika mayit di depan :

َِّيَصُؤ

{ ِشِظاَحْىا}ِحَرِّيٍَ{ ِحِّيٍَ ََيَػ

ُضْشَف ٍجَشِثْنَذ َغَتْسَؤ }ِج َشِظاَحْىا

(7)

Jika shalat ghaib :

{ ِةِئاَغْىا}ِحَرِّيٍَ{ ِحِّيٍَ ََيَػ َِّيَصُؤ

ٍحَياَفِم ُضْشَف ٍجَشِثْنَذ َغَتْسَؤ }ِحَثِئاَغْىا

ََيَؼَذ ِلله

b. Berdiri bagi yang kuat.

c. Takbir empat kali.

d. Membaca fatihah setelah takbir pertama.

e. Membaca shalawat setelah takbir kedua.

f. Setelah takbir ketiga membaca doa.

Untuk mayit yang dewasa doanya adalah :

ِوِفاَػًَ ُوََْحْساًَ ُوَى ْشِفْغا ٌَُّيَّيىا

ْغِّعًًََ ُوَىُضُّ ًِْشْمَؤًَ ُوْنَػ ُفْػاًَ

َدْيَّقَّ اَََم اَياَطَخْىا ٍِِْ ِوِّقًََّ ِدَشَثْىاًَ ِحْيَّثىاًَ ِءاََْىاِت ُوْيِغْغاًَ ُوَيَخْذٍُ

ٍِِْ اًشْيَخ اًيْىَؤًَ ِهِساَد ٍِِْ اًشْيَخ اًساَد ُوْىِذْتَؤًَ ِظََّّذىا ٍِِْ َطَيْتَإْىا َبٌَّْثىا

ِوِيْىَؤ

ِباَزَػ ٍِِْ ُهْزِػَؤًَ َحَّنَدْىا ُوْيِخْدَؤًَ ِوِخًَْص ٍِِْ اًشْيَخ اًخًَْصًَ

ِساَّنىا ِباَزَػ ٍِِْ ًَْؤ ِشْثَقْىا

(8)

ٌَُّيَّيىا

ٌََت َلاِ اًطَشَف ُوْيَؼْخا

ِوْي

ًَ

َع

َي

ًف

ًَ ا

ُر

ْخ

ًش

ًَ ا

ِػ

َظ

ًح

ًَ

ْػا

ِر

َث

ًسا

ًَ ا

َش

ِف

ْيًؼ

ا

ًََث

ِّق

ْو

ِت

ِو

ٍَ

ٌَ

ِصا

ْيَن

ُي

ََ

ًَ ا

ْفا

ِش

ِؽ

َّصىا

ْث

َش

َػ

ََي

ُق

ُي

ٌْ ِ

ِبه

ََ

ا

ًَ

َلا

َذ

ْف

ِر

ْنُي

ََ

َت ا

ْؼ

َذ

ُه

ًَ

ُهَشْخَا اَنٍِْشْحَذ َلا

g. Setelah takbir keempat membaca doa :

ٌَُّيَّيىا

اَنَىْشِفْغاًَ ُهَذْؼَت اَّنِرْفَذ َلا ًَ ُهَشْخَا اَنٍِْشْحَذ َلا

اَنِّاٌَْخ ِلاِ ًَ ُوَىً

ُِاََْي ِلإْاِت اٌَُّْقَثَع َِْيِزَّىا

َلَِّّإ اَنَّتَس اٌُْنٍَ آ َِْيِزَّيِى ًّلاِغ اَنِتٌُْيُق َِف ْوَؼْدَذَلا ًَ

ٌٌْيِحَس ٌفًُْءَس

Keterangan : Setiap kata-kata “hu” untuk laki-laki, jika wanita menggunakan “ha”

h. Memberi salam.

3. Cara mengerjakan shalat mayit.

Jika berjama’ah, maka imam berdiri menghadap kiblat, sedang makmum berbaris di belakangnya, mayit diletakkan dengan melentang di hadapan imam dan kepalanya di sebelah kanan imam.

Jika mayitnya laki-laki, maka hendaknya imam berdiri mengahadap dekat kepalanya, dan jika mayitnya wanita maka imam berdiri menghadap dekat perutnya.

(9)

4. Membawa janazah ke kuburan.

a. Setelah dilakukan semua kewajiban di atas, maka

mayit hendaknya segera diusung ke kuburan.

b. Membawa ke kubur mayat itu diiringi oleh

saudara-saudaranya yang masih hidup dengan perjalanan yang tenang alias tidak terburu-buru.

c. Di waktu dekat ke kubur, sebaiknya membaca

bacaan yang baik yakni doa-doa, untuk menghindari dari pembicaraan yang tidak baik di kuburan.

d. Diharapkan agar wanita tidak ikut ke kuburan,

Rasulullah saw bersabda :

ًَْضْؼُي ٌَْىًَ ِضِئاَنَدْىا ِعاَثِّذا َِْػ اَنيِيُّ ْدَىاَق اَيْنَػ ُللها َيِظَس َحَّيِطَػ ًُِّؤ َِْػ

اَنْيَيَػ

}ٍساخثىا هاًس{

Artinya : “Dari Ummi ‘Athiyah ra. berkata; kami

dilarang oleh Rasulullah saw untuk mengikuti janazah ke kubur, tetapi tidak diperkeras larangan itu.” (HR. al-Bukhari)

Catatan : Hal ini dilarang oleh Rasulullah saw karena wanita

mudah sekali untuk menangis yang pada akhirnya

menyusahkan mayit, tapi jika dapat menahan maka tidak apa-apa.

(10)

E. Menguburkan Janazah.

1. Lubang kuburan sekurang-kurangnya jangan sampai

bau busuk mayit dapat tercium ke luar.

2. Wajib membaringakan mayit di atas lambung kanan.

3. Menghadapkan ke muka kiblat, muka dan ujung kaki

harus mengenai tanah dan dilepaskan semua ikatannya.

4. Jangan mengubur mayit pada waktu malam, kecuali

dalam keadaan darurat.

5. Tidak boleh satu liang untuk dua mayit atau lebih,

kecuali dalam keadaan darurat.

6. Diwaktu mayit diturunkan, disunnatkan membaca :

ٌََّيَعًَ ِوْيَيَػ ُللها ََّيَص للها ِهٌُْعَس ِحَّيٍِ ََيَػًَ ِللها ٌِْغِت

7. Jika mayit telah dikuburkan maka disunnatkan bagi

pengiring janazah untuk berdiri sejenak di hadapan kuburan dan kemudian berdoa.

8. Disnunnatkan kemudian untuk menyirami kubur dengan

(11)

F. Syarat Dibolehkannya Membongkar Kuburan Muslim.

1. Janazah yang dikuburkan dengan tidak dimandikan

padahal bukan mati syahid.

2. Janazah yang tidak dikafani padahal ia mati biasa.

3. Janazah yang dikubur tidak menghadap kiblat.

4. Janzah yang dukubur di tanah rampasan, dan yang

empunya meminta untuk dikeluarkan.

5. Janazah yang dikubur dengan kain yang tidak halal, dan

yang empunya meminta dikembalikan.

6. Janazah yang terdapat barang yang sangat berharga

terbawa ke dalamnya.

G. Mayit Anak yang Keguguran.

1. Jika keluar dengan bersuara, maka hukumnya sama

dengan mayit yang sudah dewasa.

2. Doa dikhususkan untuk kedua orang tuanya dan

memohon maghfirah.

3. Jika di dalam rahim telah meninggal, maka hanya

dimandikan, dikafani dan dikuburkan.

Referensi

Dokumen terkait

1) Jawaban untuk pertanyaan nomor satu ini berhubungan dengan dasar- dasar mikroekonomi yang diketahui memiliki fokus pembelajarn pada perilaku individu termasuk

produk lokal yang diberi pakan C.calcitrans dan S.costatum pada larva udang stadia post larva 1- 10 untuk menemukan adanya pengaruh pada pertumbuhan, biomass dan

(3) Dalam hal kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa tanah dan/atau bangunan yang berasal dari penyertaan modal Daerah pada perusahaan

Dalam sistem interkoneksi, jika ada generator lain yang diberi eksitasi berlebihan ketika menghadapi pertambahan beban, maka pada generator lainnya akan menyerap daya reaktip

Mereka berencana untuk melangsungkan pernikahan dan berharap agar kali ini rumah tangga RP berjalan dengan baik, RP mengatakan bahwa ketika sudah menikah lagi RP tidak

Kemudian pada uji koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan, kompensasi dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap etos kerja karyawan dengan

Kulit pisang merupakan limbah yang dapat menjadi bahan baku pembuatan etanol, karena banyak mengandung karbohidrat dengan melalui tahap hidrolisis asam dan fermentasi

Berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 14 Tahun 2012 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi Mahasiswa Program Kependidikan