• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Studi Kasus Perilaku Seksual “Dating Couples” di Kota Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Studi Kasus Perilaku Seksual “Dating Couples” di Kota Medan."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek peneliti secara holistik dengan cara deskriptif dalam kata-kata dan bahasa pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah (Burhan,2003:35). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dimana penelitian hanya terbatas pada usaha-usaha untuk mengungkapkan kebenaran dari suatu permasalahan, keadaan, atau peristiwa sebagaimana yang terjadi secara menyeluruh, intensif, dan mendalam.

3.2. Unit Analisis dan Informan 3.2.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bugin, 2007:76). Unit analisis dalam penelitian ini adalah ”dating couples” yang mengunjungi warung remang-remang di Kecamatan Selayang.

3.2.2.Informan

Informan merupakan subjek memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007:76). Dalam penelitian ini informan adalah orang yang berkunjung secara rutin dan yang dianggap penikmat warung remang-remang di sekitar Kecamatan Selayang. Lebih lanjut, informan yang akan diwawancarai terdiri dari:

Penyanyi cafe

(2)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data primer dimana data langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2004). Untuk mendapatkan data primer dilakukan dua metode yaitu observasi dan wawancara mendalam.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan kegiatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan, observasi berstruktur dimana peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku “dating couples” pada siang hari di rumah dan menghabiskan waktu malamnya di kafe remang-remang.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dimana adanya proses tanya jawab secara dari peneliti terhadap informan mengenai masalah-masalah yang terkait secara lengkap dan mendalam. Wawancara yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan informasi yang ingin diperoleh dari “dating couples” yang berkunjung ke warung remang-remang.

3.3.2. Data Sekunder

(3)

3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Medan - Sumatra Utara. Dengan fokus penelitian pada beberapa warung remang-remang di sekitar Kecamatan Selayang karena daerah tersebut secara fisik telah banyak berdiri warung yang terbuat dari tepas-tepas untuk dijadikan sarana penampung para pecinta kehidupan malam, hampir secara keseluruhan bangunan yang ada dipinggiran jalan raya Kecamatan Selayang adalah warung remang-remang dengan hiburan-hiburan melalui alunan musik yang berbunyi keras disertai lampu-lampu yang berkerlip dengan aneka macam warnanya. Lokasi ini terdapat dipinggir jalan di sekitar Kecamatan Selayang, selain itu lokasi ini relatif mudah dijangkau oleh peneliti karena jumlah sarana transportasi umum yang melintas relatif banyak. Warung remang-remang yang akan menjadi tempat untuk meneliti diantaranya ialah Tante Café, Palar Café, Mexico Café, Bamboo Café, dan Sembada Café. Selain itu penelitian juga dilakukan dirumah-rumah “dating couples” karena lingkungan rumah para “dating couples” berdekatan dengan rumah peneliti, dimana rumah tersebut dijadikan sebagai tempat berkumpul “dating couples” pada siang hari.

3.4.1. Deskripsi Wilayah dan Lokalisasi Prostitusi 3.4.1.1.Keadaan Geografis Kota Medan

(4)
(5)

3.4.1.2. Lokalisasi di Kota Medan

Kota Medan sendiri merupakan kota yang terpadat penduduknya dengan jumlah 4.144.583 jiwa setelah kota Jakarta (Jabotabek) 28.019.545 jiwa dan Surabaya 9.115.485 jiwa. Akibatnya Kota Medan sudah memasuki tahapan wilayah metropolitan dengan kehidupan yang serba ada, mall, hotel, hiburan malam serta restoran-restoran sudah berdiri dimana-mana. Akibatnya model Kota Medan sudah mendekati kota metropolitan dimana segala kebutuhan sudah bisa didapatkan dengan serba instan.

Dari kepadatan kota yang hampir seluruh sudut jalan terlihat bangunan raksasa menuntut masyarakat untuk memiliki keinginan menghibur diri dari segala aktifitas sehari-hari. Di lain sisi banyak masyarakat di kota Medan memiliki perekonomian yang dibawah normal sehingga sulitnya masyarakat untuk menikmati sarana-sarana hiburan yang berkualitas yang disediakan oleh pemerintah. Sementara pada masyarakat dewasa kini hiburan yang sangat dibutuhkan adalah hiburan yang mengarah kepada seksualitas, akibatnya banyak sekali menjamur tempat-tempat prostitusi di berbagai tempat yang ada di Kota Medan.

Munculnya prostitusi menunjukkan benar Kota Medan memiliki perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan tersebut dapat terlihat dari perkembangan bangunan-bangunan raksasa yakni berdiri megahnya hotel serta penginapan seperti bungalow serta motel, club malam, loungs, discotique, warung remang-remangg dan tempat hiburan lainnya.

Memberi ijin kepada tempat prostitusi merupakan hal yang bertentangan dengan norma-norma sosial karena dalam berbagai sudut pandang dan pemahaman apapun kegiatan prostitusi tetap merupakan pelanggatan dalam nilai-nilai kemanusiaan terutama etika masyarakat Indonesia yang dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan budaya yang masih mendarah daging. Begitupula suatu lokalisasi dimana suatu tempat dilegalkan untuk tempat mencurahkan nafsu seksualnya kepada lawan jenis yang bukan suami ataupun isterinya.

(6)

setiap manusia dikarenakan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan baik itu kebutuhan batiniah ataupun pemenuhan kebutuhan ekonomi yang dilakukan dengan transaksi dan persetujuan kedua belah pihak dan mendapatkan imbalan tertentu oleh karena itu pihak yang pro terhadap prostitusi berpendapat tidak ada alasan untuk melarang pembangunan lokalisasi. Di lain sisi pihak yang tidak mendukung ataupun kontra dengan prostitusi menganggap hal tersebut merupakan penyimpangan sosial yang bertentangan dan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap kehidupan sosial masyarakat.

Praktik-praktik prostitusi di lokalisasi dianggap masyarakat merupakan bagian dari lemahnya pemerinta dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah sendiri, dimana pemerintah diberikan sebuah wewenang untuk membuat suatu kebijakan dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat. Oleh kareana itu, lokalisasi yang memberikan dampak buruk bagi kenyamanan masyarakat seharusnya ditutup. Beberapa usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam penutupan lahan prostitusi tersebut tetap saja tidak memberikan fungsi yang memuaskan, beberapa penginapan hanya menghentikan operasionalnya untuk sementara saja lalu membuka

Kota Medan memiliki bebarapa tempat yang apabila hari menjelang malam maka daerah tertentu berubah menjadi tempat untuk pertemuan antara wanita dan pria dewasa.

3.4.1.2.1. Jalan Nibung Raya dan Jalan Gajah Mada atau Jalan Iskandar Muda antara

Mall Ramayana dan Medan Plaza

Jalan Nibung Raya di Kecamatan Medan Petisah berderet tempat-tempat prostitusi dengan tampilan salon dan spa tetapi mereka menyediakan fasilitas lebih dengan wanita-wanita yang akan menemani pengunjung laki-laki yang ingin mendapatkan pijatan sampai pada bagian tubuh vital. Tidak jauh dari Jalan Nibung Raya terdapat lagi sebuah kawasan prostitusi dimana pada siang hari lokasi ini merupakan sebuah showroom mobil yang berada pada sebuah ruko-ruko yang berderet memenuhi jalan menuju kawasan Jalan Nibung Raya. Pada malam hari

(7)

merupakan bangunan hotel kelas melati yang digunakan sebagai wadah untuk melakukan hubungan seksual.

Menuju Jalan Gajah Mada dan Iskandar Muda dimana pada siang hari terlihat sangat ramai dilalui oleh kendaraan yang hilir mudik menuju pusat kota, namun sepanjang jalan ini apabila hari sudah menjelang malam maka suasana akan berubah seperti pameran-pameran wanita di Kota Medan. Daerah ini terkenal dengan wanita yang menjaja seks secara langsung tanpa perantara atau germo. Para wanita-wanita ini datang dari berbagai wilayah dan mereka juga tidak saling mengenal satu sama yang lainnya.

Wanita tuna susila yang ingin melakukan transaksi tidak menggunakan modal apapun selain keberanian mereka untuk berdiri dan menggunakan busana dan make up yang sedikit mencolok agar para lelaki yang melewati jalan ini memilih mereka untuk pemuasan seksual. Wanita-wanita tuna susila tersebut berdiri dipinggiran jalan raya dengan menggunakan pakaian ketat dan rok mini dengan memberikan senyuman-senyuman kecil yang dibantu penerangan oleh lampu jalan untuk memikat hati pengguna jalan yang hendak melintasi kawasan ini.

Wanita-wanita tersebut ditemani pria yang merupakan pengemudi becak bermotor atau bentor dengan kesepakatan diantara keduanya, apabila wanita tuna susila mendapatkan kesepakatan transaksi dengan pria yang ingin menyewa tubunya maka si pengendara bentor akan siap mengantar serta menjemput wanita tuna susila tersebut. Mereka akan menemani para lelaki yang berani memberi tawaran dengan harga tinggi kepada mereka dan siap untuk menemani ke mana saja.

(8)

3.4.1.2.2. Hotel antara Jalan Jamin Ginting menuju Pancur Batu

Hotel-hotel di Pancur Batu

(9)

Prostitusi yang beroperasional secara terang-terangan biasanya wanita tuna susila menjajakan dirinya di pinggir jalan dengan dandanan semenarik mungkin serta pakaian yang menunjukan auratnya. Sedangkan prostitusi terselubung biasanya menunjukan suatu tempat sebagai tempat berusaha seperti salon, pijat refleksi, karoke, oukup, dan hotel. Tampilan bangunan membuat beberapa pendatang tidak dapat membedakan usaha dan tempat terselubung yang menyediakan fasilitas prostitusi. Masyarakat akan mengetahui perbedaannya ketika mereka mulai masuk ke tempat yang berkedok usaha tersebut.

Sepanjang Jalan Jamin Gintng menuju Pancur Batu hampir semua hotel yang terlihat memiliki perhatian khusus terutama hotel melati, hotel bintang satu, hotel bintang dua tidak steril dari prostitusi. Keberadaan hotel-hotel tersebut diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat di Kota Medan merupakan hotel yang memiliki prostitusi yang terselubung atau hotel di sepanjang Jalan Jamin Ginting dan Pancur Batu rawan dengan perbuatan mesum. Bangunan yang berbentuk penginapan tersebut menyediakan fasilitas sebagai tempat pemuasan nafsu seksual ataupun prostitusi.

(10)

Hotel yang berada disekitaran jalan tersebut terdapat panti pijat, oukup dan karoke. Ketika hari mulai menjelang petang hotel tersebut dikunjungi oleh tamu-tamu baik yang ingin menikmati pijatan ataupun berendam, ada pula tamu-tamu yang datang hanya untuk menginap sebentar dengan pasangan kencannya. Oukup yang terdapat dalam hotel member fasilitas kepada tamu yang berkunjung yaitu pegawai yang memberi jasa pijat atau penjaga pemandian air hangat tersebut juga menjajakan diri mereka dalam pemenuhan seksual kepada setiap tamu yang berkunjung ke hotel tersebut. Demikian juga bagi tamu yang datang karoke bisa langsung memesan wanita dan langsung menyewakan kamar. Ada juga beberapa pengunjung mendapatkan penawaran dari bell boy untuk memberi fasilitas dengan menyediakan wanita-wanita pemuas seksual untuk para tamu-tamu pria.

Tarif sewa kamar hotel kelas melati tersebut relatif murah berkisar antara Rp. 50.000 sampai Rp. 120.000 tergantung bagaimana keadaan kamar. Kamar yang seharga Rp. 50.000 hanya menyediakan tempat tidur dan kamar mandi didalam kamar tersebut, sedangkan kamar seharga Rp. 120.000 menyediakan fasilitas televisi, springbed, ac, kamar mandi didalam ruangan. Untuk kamar dengan harga termahal hotel memberikan kenyamanan seperti bentuk dekorasi ruangan yang bagus, ruangan yang wangi, serta memberikan alat-alat bantu untuk keperluan mandi.

Layanan yang lebih dari hotel diberikan dengan berbagai macam tawaran, dimulai dengan sentuhan-sentuhan ringan ke daerah vital sampai kepada berhubungan badan memiliki harga yang berbeda-beda. Wanita-wanita yang terdaftar sebagai pegawai di hotel kelas melati tersebut memberikan penawaran harga antara Rp. 150.000 sampai dengan Rp. 250.000 diluar dari biaya oukup, karoke, ataupun fasilitas pemijatan.

(11)

3.4.1.2.3. Bandar Baru Medan

Hotel di Bandar Baru

(12)

murah dimulai dari harga Rp. 50.000 sampai dengan Rp.80.000 yang sangat jauh berbeda dari harga villa di puncak.

Harga-harga yang ditawarkan sesuai dengan fasilitas yang diberikan. Salah satu contoh kamar hotel Bungalow Latersia di Berastagi dengan harga Rp. 60.000 menyediakan tempat tidur springbed berkaki enam, dengan cermin dua buah kursi didalam kamar, satu buah lemari yang terbuat dari bamboo, kamar mandi dengan fasilitas bathup, di depan kamar terdapat ruang tamu dimana tamu-tamu yang berkunjung dapat menikmati kebersamaan mereka diruangan tersebut sambil menikmati suasana kabanjahe.

(13)

Kondisi kamar mandi Bungalow Latersia, Berastagi

(14)

Bagian teras Bungalow Latersia, Berastagi

Di daerah ini terlihat wanita-wanita penjaja seks baik di siang hari ataupun malam hari. Ada seorang yang bertugas untuk menyediakan wanita-wanita tuna susila tersebut dan harga wanita-wanita itu sendiri ditentukan oleh perantara yang menyediakan fasilitas tersebut.

Sepanjang jalan Bandar Baru ataupun lokalisasi-lokaslisasi yang berada di daerah yang berbeda di Kota Medan terdapat beberapa tiang-tiang yang bertuliskan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi yang aman, hal tersebut memiliki pro dan kontra yang berasal dari masyarakat dimana penggunaan kondom memiliki arti bahwa seks bebas adalah perbuatan yang disahkan oleh pemerintah. Program pemerintah ini sendiri sebenranya bertujuan untuk mengurangi angka penyakit HIV/AIDS di Indonesia yang masih tergolong sangat tinggi dikarenakan hubungan seksual yang berisiko yang disebabkan oleh bergantian pasangan, selain itu program penggunaan kondom ini ditujukan untu menahan jumlah kepadatan penduduk dari angka kelahiran serta membantu program keluarga berencana.

(15)

kondom yaitu dengan menjadi penghalang atau menutup jalannya sperma yang diperlukan untuk membuahi sel telur yang ada pada wanita.

soft...dari kondom no 1 di Jepang

Rp. 45.000

(16)

serasa tidak memakai apapun

Rp. 150.000

Tekstur bunga Rose serta double fit

Rp. 15.000

Kondom tertipis di dunia, hanya 0.02 mm

Rp. 310.000

Dilengkapi dengan cincin vibrator

Rp. 55.000

Rp. 85.000

Rp. 9.000

Rp. 9.800

Rp. 14.000

(17)

3.4.1.3. Sejarah Prostitusi

Prostitusi merupakan suatu perilaku yang menyimpang dalam sebuah masyarakat dimana prostitusi ini sendiri sudah menjadi salah penyakit masyarakat yang meradang diseluruh kelas sosial masyarakat dikarenakan kebutuhan seksual sendiri merupakan kebutuhan batiniah yang dianggap normal dan dimiliki oleh seluruh manusia. Prostitusi merupakan fenomena yang akan selalu ada dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Prostitusi berasal dari bahasa Latin pro-situere yang memiliki arti membiarkan diri kita bebas berbuat zina. Pelaku perbuatan zina disebut dengan pelacur atau tuna susila, dimana pelacur ini merupakan profesi yang dijalani dengan menjual jasa untuk memberi kepuasan seksual kepada pelanggan yang membutuhkan pelayanan batniah dengan cara menyewakan tubuhnya.

Di kota-kota penting di Yunani kuno prostitusi merupakan suatu hal yang umum. Kota-kota penting tersebut memiliki banyak pelabuhan-pelabuhan dengan berbagai aktifitas disekitarnya sehingga terdapat banyak masyarakat yang bekerja dan prostitusi ini sendiri merupakan hal yang penting dalam sebuah kegiatan ekonomi. Di Yunani kuno prostitusi bukanlah hal yang diharamkan atau dirahasiakan, banyaknya aktifitas yang terjadi di kota ini menganggap kegiatan ini merupakan sumber pendapatan dengan kepemilikan penginapan dan pembelian gadis-gadis muda yang ditinggalkan ayahnya sebagai budak.

Prostitusi independen ataupun pelacur independen merupakan pelacuran yang memiliki kelas yang jauh lebih tinggi dikarenakan penjaja seks ini menampilkan kualitas yang berbeda dengan pesona yang dimilikinya untuk calon pembeli mereka yang memiliki strata sosial yang lebih tinggi. Kondisi sosial pelacur di Yunani kuno sulit untuk diketahui pasti seperti apa, sebagai perempuan mereka sudah merasa terasing diantara masyarakat lainnya.

(18)

laki-laki tidak hanya memiliki keterbatasan pada kelas sosial saja. Gigolo-gigolo muda tersebut juga memiliki perlindungan hukum yang sama dari segala jenis kekerasan-kekerasan apabila sewaktu-waktu mereka mendapatkan serangan dari perempuan tua yang membeli mereka.

Prostitusi dianggap merupakan suatu profesi yang sangat tua dimuali dari kota di Yunani kuno, walaupun prostitusi sudah mendarah daging disuluruh lapisan dunia masih saja prostitusi tersebut menimbulkan masalah-masalah didalam lingkungan sosial masyarakat yang dalam keadaan seperti apapun prostitusi tersebut tidaklah dibenarkan oleh agama. Norma-norma sosial juga jelas mengharamkan sebuah prostitusi walaupun dengan alasan kebutuhan batiniah, selain itu dunia kesehatan senidiri juga telah menunjukkan bagaimana bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh hubungan badan secara bebas ditengah-tengah masyarakat salah satunya adalah penyakit kelamin yang dapat ditularkan dengan cara berhubungan badan.

Kebutuhan batiniah yang seperti apapun bentuknya tetap saja prostitusi dianggap sebagai suatu perilaku menyimpang dalam sebuah masyarakat. Prostitusi melihat bagaimana tingkah laku khusus yang menentang nilai-nilai, norma serta moral masyarakat.

Ada beberapa jenis prostitusi menurut Ayu (2011). Prostitusi menurut aktivitasnya yaitu :

1. Prostitusi yang Terdaftar.

(19)

2. Prostitusi yang Tidak Terdaftar.

Mereka yang melakukan prostitusi secara gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun dalam kelompok. Perbuatannya tidak terorganisasi dan tempatnyapun tidak tertentu, sehingga kesehatannya sangat diragukan.

Prostitusi menurut jumlahnya yaitu :

1. Prostitusi yang beroperasi secara individual. Merupakan single operator. Sering disebut dengan pelacur jalanan. Mereka biasanya mangkal di pinggir jalan, stasiun maupun tempat-tempat aman lainnya. Para pelacur ini menjalankan profesinya dengan terselubung.

2. Prostitusi yang bekerja dengan bantuan organisasi dan sindikat yang teratur rapi. Jadi, mereka tidak bekerja sendirian melainkan diatur melalui satu sistem kerja suatu organisasi. Biasanya dalam bentuk rumah bordir, bar atau casino.

Prostitusi menurut tempat penggolongan atau lokalisasinya yaitu:

1. Segregasi atau lokalisasi, yang terisolasi atau terpisah dari kompleks penduduk lainnya. Seperti lokalisasi Silir di Solo dan Gang Dolly di Surabaya. Meskipun lokalisasi ini sudah tidak ada namun para pelacur masih beroperasi yaitu di pinggir jalan, hek malam dan mereka merupakan pelacur kelas bawah yang bekerja sama dengan sopir becak dan para pedagang.

2. Rumah-rumah panggilan. Rumah-rumah panggilan ini memiliki ciri khusus dimana hanya pihak yang terkait saja yang mengetahuinya. Selain itu kegiatannyapun lebih terorganisir dan tertutup.

(20)

3.5. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

ACC Judul x

Proposal x x x

Seminar Proposal x

Revisi Proposal x x

Penelitian Lapangan x x

Pengumpulan dan x

x x

Interpretasi Data

Bimbingan Skripsi x x

Penulisan Laporan x x x

(21)

BAB IV

Perilaku Seksual “Dating Couples” di Kota Medan

4.2. Mengenal Para Responden

Penelitian ini dilakukan dengan informan pertama AT merupakan informan yang juga memiliki hubungan dengan lelaki yang bukan suaminya. Dari informan pertama ini selanjutnya membawa peneliti untuk lebih dalam lagi memasuki dunia perselingkuhan dan mengenalkan peneliti kepada informan-informan yang lainnya serta membantu peneliti dalam memberikan informasi-informasi mengenai “dating couples”.

4.2.1. Informan I, AT (Ibu Rumah Tangga)

Informan pertama adalah Agelina Tampubolon (AT) merupakan seorang ibu rumah tangga beragama keristen tinggal di Jl. Jati – Perumnas Simalingkar. AT lahir di Sibolga 17 Agustus 1968 ini hanya menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas ( SMA). AT menikah dengan seorang pria perantauan Medan berinisial HHS ketika AT berusia 19 tahun dan memiliki anak ketika ia berumur 21 tahun. Pria yang menikahinya memiliki orang tua yang masih bersifat tradisional dikarenakan untuk suku batak AT hampir saja dianggap mandul karena lama diberi momongan, hal tersebut sempat membuat keluarga dari pihak suami untuk memisahkan mereka dikarenakan HHS merupakan putera pertama dimana dalam adat batak putera pertama merupakam putera yang membawa nama baik keluarga. Namun, dikarenakan rasa cinta yang dimiliki AT dan HHS mereka tetap bertahan dan akhirnya penantian selama dua tahun itu terkabul dengan kelahiran puteri pertama mereka.

(22)

sendiri yang merawat suaminya pada saat keritis. AT sempat mengaku bahwa ia telah mencoba berulang kali untuk menggugurkan anak nya dengan anggapan bahwa apabila suaminya meninggal maka anak kedua ini akan merasakan kesulitan dikarenakan AT membesarkan anak-anaknya, tetapi niat tersebut gagal dan AT tetap melahirkan puteri kedua mereka. Setelah dua tahun berlangsung setelah lahirnya puteri kedua itu HHS meninggal dunia dengan beberapa konflik didalam keluarga pihak suami.

AT yang merasakan kehilangan mencoba hidup tegar sendiri sehingga akhirnya menikah dengan pria yang berbeda agama dengannya namun tidak dikaruniai seorang anak. Pernikahan tersebut tidak berlangsung lama dan mereka akhirnya memutuskan untuk bercerai dikarenakan ketidaksepahaman antara kedua keluarga mereka. Pada saat itu AT membesarkan kedua anaknya dengan berjualan nasi goreng di kios kecil yang mempertemukannya lagi dengan seorang pria lajang tua dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah pada saat anak-anak AT beranjak remaja. Perekonomian AT bersama suami barunya semakin membaik dikarenakan kebersamaan dan rasa saling percaya diantara keduanya. Namun, kepercayaan suami disalahgunakan oleh AT.

AT yang sering ditinggalkan suaminya keluar kota untuk mencari nafkah merasakan kesepian dirumah dikarenakan tugasnya sebagai ibu untuk merawat dan membesarkan kedua puterinya sudahlah tidak terlalu rutin dikarenakan kedua puterinya sudah tumbuh remaja dan sibuk dengan aktfitas masing-masing. AT yang merasakan kesepian mencoba mengikuti teman-teman untuk masuk ke dunia malam dan menghabiskan waktunya di warung remang-remang. Hal ini membuat AT bertemu dengan orang-orang baru dan melakukan komunikasi yang baik dan hal tersebut juga dilakukan dengan lawan jenisnya sehingga tanpa disadari mereka memiliki rasa ketertarikan dan melakukan pertemuan-pertemuan berikutnya.

(23)

Wawancara 7 April 2013 “.. anak-anak ku gak ada ngomong apa-apa mereka diam aja, cuman si Sembiring itu uangnya banyak, ya samalah dengan suami ku, cuman aku bilang aja ke anak-anakku kalau mau isi pulsa minta aja.. lumayanlah mereka masih anak sekolahan dan pulsa yang diisi pun limapuluh ribu buat seminggu…

Setahun lebih hubungan gelap yang dijalani itu berakhir tanpa kata perpisahan dikarenakan suami AT mengalami penurunan ekonomi dan AT memfokuskan pikirannya kepada keluarganya dan AT yang ibu rumah tangga menjadi wirausaha. Setelah perekonomian mereka kembali stabil AT kembali menjalani hubungan diluar pernikahan.

Hubungan tersebut dijalani tanpa diketahui oleh suami AT walaupun diakui k anak-anak AT berusaha memisahkannya dengan pasangannya tersebut tetapi tetap saja AT tidak menghiraukan perkataan tersebut. AT mengakui bahwa selama bertahun-tahun menikah dengan lajang tua itu dia tidak pernah disentuh ataupun diberi kebutuhan batiniah selayaknya suami dan isteri, hal ini yang dijadikan AT sebagai alasannya melakukan perselingkuhan.

Wawancara, 9 Mai 2013 ”…bertahun-tahun kami nikah gak pernah kayak gituan. Jangankan itu, ciuman aja gak pernah kami. Paling dia cium kening ku dan peluk aku aja… cuman sekedarlah, tapi dia tetap suami yang baik dan sayang sama aku dan anak-anakku..

4.2.2. Informan II, CS (Guru/Pegawai Negeri)

(24)

Wawancara, 16 Mai 2013 “… kalau di agama ku tidak ada yang namanya perceraian, lagian susah ngurus surat-surat cerai… tapi dia masih tetap komunikasi sama anak-anak dan terkadang juga mengirim uang…

CS mengganggap perpisahan bukanlah akhir segala hubungan. Tidak ada yang bisa memutuskan hubungan bapak dan anaknya. CS tidak menginginkan perpisahannya dengan sang suami juga merupakan perpisahan bapaj dan anaknya. Oleh karena itu komunikasi CS dan suaminya masih berjalan dengan berpatokan dengan anak-anaknya meskipun diantara keduanya sudah tidak lagi bisa menjalin komuikasi dalam rumah tangga yang baik. Suami CS yang kini bekerja di Nias sudah enam tahun tidak mengunjungi anak-anaknya di Medan walaupun masih ada komunikasi kepada anak-anaknya dan membelanjai kebutuhan anak-anaknya.

Beberapa kali CS menjalin hubungan dengan pria yang dia temui di warung remang-remang tetapi tidak ada satupun yang diajak untuk serius disamping pria-pria yang ia temui juga memiliki isteri masing-masing. CS hanya menganggap hubungan yang dijalani hanya sekedar disamping CS sendiri juga tidak benar-benar memiliki status bercerai dengan sang suami.

4.2.3. Informan III, HS (Ibu Rumah Tangga)

(25)

HS kembali membesarkan puteri tunggalnya itu sendiri dengan segala keterbatasan, pada saat itu HS menjalani hubungan dengan beberapa pria untuk membantu menghidupi dirinya dan anaknya. Sampai pada saat anaknya tumbuh dewasa dan akhirnya menikah. Tidak sampai disitu HS kembali hidup sendirian dan menghabiskan waktunya hampir di setiap harinya di warung remang-remang. HS yang sering terlihat bersama pasangan diluar dari pernikahannya di warung remang-remang dan menjalin hubungan dengan seorang pria yang memiliki isteri selama dua tahun.

Menurutnya pernikahan hanyalah sebuah ikatan tanpa dapat memastikan bahwa pernikahan akan membawa kebahagiaan sejati, terbukti dia masih tetap menjalani hidupnya dengan kesendirian tanpa seorang suami dan anak disampingnya. HS hidup dengan mengontrak sebuah rumah bersama beberapa teman-teman yang ia temui di warung remang-remang. HS mengatakan bahwa hidup yang dia jalani sekarang lebih tenang dari pada pernikahannya yang beberapa kali mengundang keributan.

(26)

tinggal bersama suaminya, untuk beberapa kali HS melakukan komunikasi melalui telepon padahal anak kandunganya tersebut juga tinggal di daerah tempat tinggal HS yaitu di Perumnas Simalingkar Medan. Namun hal tersebut tidak membuat HS merasa tersinggung dengan anaknya tersebut karena HS menyadari bahwa anaknya juga memiliki tanggung jawab kepada keluarga barunya tersebut sehingga HS tidak ingin mengganggu kebahagiaan puteri tunggalnya.

4.2.4. Informan IV (Penyanyi di Warung Remang-remang)

Informan keempat ini bernama Sungam Br. Ginting atau biasa dipanggil dengan Unjuk Sungam (US), beragama Islam tinggal di Jln. Jati – Perumnas Simalingkar. Ibu tiga anak ini berprofesi sebagai penyanyi di warung remang-remang untuk membiayai hidup anak-anaknya. US bercerai dengan suaminya karena diketahui bahwa sang suami lebih memilih hidup bersama dengan wanita lain yang alasan jelasnya tidak diceritakan oleh US. Selama tiga tahun US menjadi penyanyi di Palar Café. US mulai bekerja pada pukul lima sore sampai jam sembilan malam.

(27)

pekerjaan dikarenakan keterbatasan di dunia pendidikan. Seiring waktu dan keterbiasaan pekerjaan tersebut dinikmati agar tidak terjadi kejenuhan. Palar Café

memulai operasional sekitar pukul satu siang dengan dan memulai hiburan live music

sekitar pukul lima sore dengan tamu paling sedikitnya lima puluh sampai delapan puluh orang di café ini memberi fasilitas agar tamu juga dapat bernyanyi satu sampai dua lagu saja. Hal tersebut membuat US semakin menganggap bahwa pekerjaan sebagai penyanyi warung remang-remang tidaklah sulit dikarenakan tidak harus menyanyi selama empat jam tanpa berhenti.

Wawancara, 21 Mei 2013

“… gak capek kok, soalnya tamu yang datang ke sini juga banyak yang menyanyi, tamu dijatah cuman sampai dua lagu aja biar tamu yang lainnya juga bisa nyanyi… gaji sebulan cuman 800ribu tapi banyak juga tamu disini yang kasih tips buatku, lumayanlah…”

US pernah menjalin hubungan dengan seorang pria yang sering berkunjung ke Palar Café. Rasa cinta US kepada ALI sangat mendalam sehingga US memberikan apa saja kepada ALI, tetapi US juga mengakui bahwa ALI juga menjaga US sepenuh hati dan sering mengantar jemput US ketika sedang bekerja.

4.2.5. Informan V, MJ (Ibu Rumah Tangga)

(28)

Empat tahun yang lalu MJ terserang kanker payudara yang membuatnya semakin jenuh dengan keadaan yang ada. Kesibukan suami dan anak-anaknya yang sangat dimengerti MJ dan akhirnya memilih untuk mencari pergaulan lain yang dapat memberikan semangat baru. Dari sini lah MJ mulai memsauki kehidupan malam di warung remang-remang dan menemukan teman-teman di lingkungan baru mendukung MJ untuk memilih pengangkatan payudara agar kanker tidak menyebar dan menggrogoti tubuh MJ. Setelah sembuh dari penyakit tersebut MJ tetap melakukan rutinitas tersebut, tetapi hal tersebut tidaklah diketahui oleh suami dan anak-anaknya.

Wawancara, 25 Mei 2013 “… orang dirumah gak ada yang tau aku suka ke sini, kalau bisa mereka jangan sampai tau. Seminggu bisa sampai dua kali ke sini ketemu sama teman-teman dan nyanyi-nyanyi…”

4.2.6. Informan VI, SAN (Wiraswasta)

Informan ke enam bernama Pradil Sembiring atau sering disebut dengan Sembiring Aek Nabara (SAN), pria berusia 53 tahun ini beragama Islam tinggal di Jln. Vanili – Perumnas Simalingkar. SAN seorang pengusaha kelapa sawit di Aek Nabara. Dahulu SAN hanyalah seorang pria biasa yang menghabiskan masa mudanya dengan berjualan sayur di Kabanjahe sehingga akhirnya dia bertemu dan menikah dengan seorang wanita yang memiliki satu anak namun telah ditinggal suaminya meninggal. Wanita yang berumur delapan tahun lebih tua dari SAN memiliki kebun kelapa sawit warisan orang tua nya yang kini dikelolah oleh SAN.

Keluarga SAN memiliki kebahagiaan penuh dengan melengkapi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Anak tiri SAN merupakan seorang polisi, puteri pertamanya seorang dokter muda, puteri keduanya seorang mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, dan putera terakhirnya berada di bangku sekolah menengah atas (SMA).

(29)

isterinya karena kondisi fisik isteri yang lebih tua dan telah menunjukan proses menopose. Perubahan fisik dan sikap isteri yang selalu marah ketika SAN pulang ke Medan mengunjungi keluarga membuat SAN merasa tidak nyaman berada dirumah karena tidak disambut dengan baik sehingga untuk menghindari keributan yang terjadi di rumah membuat SAN kerap sekali mengunjungi warung remang-remang untuk mendapatkan hiburan.

Pada tahun 2007 SAN bertemu dengan seorang wanita di warung remang-remang berinisial AT. Mereka menjalin hubungan selama dua tahun. Seperti layaknya remaja yang sedang jatuh cinta SAN sering menjemput AT dan keduanya bersama pergi ke warung remang-remang.

Wawancara SAN, 19 Mei 2013

“… sering antar jemput ke café bareng, disana enak ngbrol karena gak ada keluarga yang kenal kami disitu…”

Kebutuhan batin yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami dan isteri terlihat pada “dating couple” ini, dikarenakan antara AT dan SAN mengakui bahwa hal tersebut juga mereka lakukan. Selepas dari kunjungan ke warung remang-remang mereka melanjutkan tujuan ke hotel terdekat dimana tidak ada yang mengganggu hubungan keduanya.

Wawancara AT, 9 Mai 2013

“… awalnya didasari rasa sayang, walaupun aku bukan isterinya tapi aku menganggap dia itu suami ku. Aku hanya bertindak selayaknya aku seorang isteri yang melayani suami dan dia juga siap membantu aku sebisanya…”

(30)

Wawancara SAN, 19 Mei 2013

“… beberapa kali kalau aku ke sini aku sering lihat dia, tapi aku juga gak ngobrol sama dia. Bukan menghindari, tapi dia selalu sama pacar barunya itu …”

4.2.7. Informan VII, BP ( Polantas )

Mendatangkan Sembiring atau sering disebut dengan Biring Polisi (BP) berusia 53 tahun, menganut agama keristen tinggal di Jln. Tanjung Anom . BP adalah seorang pria yang merupakan pegawai pemerintahan bekerja sebagai polisi lalu lintas. Memiliki seorang isteri yang berpofesi sebagai guru. Dari pernikahannya BP dikaruniai tiga orang anak. Puteri pertamanya adalah seorang guru agama islam yang menamatkan perkuliahannya di Universitas Negeri Medan, putera keduanya seorang mahasiswa di Universitas Sumatera Utara dan anak ketiganya masih duduk di sekolah menengah atas (SMA).

BP melakukan perselingkuhannya dengan rutinitas awalnya di warung remang-remang. Alasan mencari hiburan dan hobi minum tuak membuat BP sering terlihat di warung remang-remang. Selanjutnya BP mulai diperkenalkan dengan orang-orang baru termasuk lawan jenis dengan mengawali komunikasi ringan sehingga ingin mencoba kembali dalam suatu hal yang menurutnya baru. Perselingkuhan merupakan hal yang salah tetapi hal tersebut tetap saja dilakukan oleh BP karena BP hanya menganggap perselingkuhan yang dia lakukan adalah hal yang tidak serius dan bagaimanapun BP tetap memilih untuk bersama keluarganya. BP tidak terlalu berfikir bagaimana ketika isteri dan anak-anaknya mengetahui perselingkuhannya tersebut dikarenakan BP hanya menganggap hal tersebut adalah iseng.

Wawancara, 25 Mei 2013

(31)

4.2.8. Informan VIII, Edi Suranta ( Polisi )

Informan ke-8 bernama Edi Suranta (ES) berusia 43 tahun, tinggal di Pancur Batu – Medan. Pria berusia 43 tahun ini memiliki seorang puteri dan tiga orang putera. ES juga merupakan seorang pegawai pemerintahan yang berprofesi sebagai polisi dibagian rasat serse narkotika. Obat-obatan terlarang yang sering ES geledah di warung remang-remang, Profesi yang dijalankan ES justru membawanya untuk ikut terlibat dalam penggunaan obat-obatan terlarang dan membuat ES ikut tergoda dengan wanita-wanita yang berada di warung remang-remang. ES mengakui beberapa kali berganti pasangan yang kebanyakan dia temukan ditempat tersebut.

Bagi ES keluarga adalah segalanya, ES akan melakukan apa saja untuk menjaga keutuhan keluarganya. Namun prilaku ES menunjukan hal yang berlainan dengan komitmen ES. ES mengaku hal tersebut hanyalah untuk menghabiskan waktunya saja dikarenakan ES sendiri sering berada diluar kota untuk melakukan penangkapan-penangkapan narkotika.

4.2.9. Informan IX, ALI ( Pemulung)

ALI pria berusia 43 tahun adalah ayah dari dua orang putera dan seorang puteri. Pria muslim ini tinggal di Jl. Jati – Perumnas Simalingkar Medan berprofesi sebagai pengumpulan barang-barang bekas atau sering disebut sebagai pemulung. ALI merupakan ayah tunggal dimana sang isteri pergi meninggalkannya bersama dengan pria lain yang lebih dapat memenuhi kebutuhan ekonomi.

(32)

ALI yang kehilangan isterinya ditengah kesulitan ekonomi merasa semakin tidak berdaya sehingga ketika ALI berkunjung ke warung remang-remang ALI semakin dekat dengan tetangganya US yang bekerja sebagai penyanyi di warung remang-remang tersebut. Komunikasi yang semakin akrab membuat keduanya memiliki keterikatan emosi dan menimbulkan perasaan menyayangi. ALI dan US terlihat sering bersama sehingga beberapa kali anak-anak ALI menunjukan ketidaksukaan terhadap hubungan ayahnya.

(33)

sendiri dengan kondisi perokonomian yang tidak baik meskipun beberapa kali isterinya memberi kiriman untuk pendidikan anak-anak mereka.

4.2.10. Informan X, RP (Ibu Rumah Tangga)

Wanita muslim yang masih muda ini berusia 26 tahun merupakan salah satu

“dating couples”. RP tinggal di sekitar Padang Bulan Medan dan menikah ketika ia berumur dua puluh tahun namun dari hasil pernikahan tidak dikaruniai seorang anak.

RP saat ini hidup sendiri dikarenakan suaminya berselingkuh dan pergi bersama wanita yang lain, sifat suami yang terlalu mengatur dan kasar membuat RP juga tidak ingin mempertahankan rumah tangganya walaupun perpisahan antara keduanya tidaklah resmi. Namun RP mengakui bahwa suaminya tersebut sudah menikah dengan wanita yang mengganggu rumah tangganya tersebut.

RP yang merasa kehilangan menghabiskan waktunya di warung remang-remang dan mempertemukannya dengan pria yang jauh lebih baik dan mengerti keadaannya. Mereka berencana untuk melangsungkan pernikahan dan berharap agar kali ini rumah tangga RP berjalan dengan baik, RP mengatakan bahwa ketika sudah menikah lagi RP tidak akan mengunjungi warung remang-remang walaupun RP sendiri belum dapat memastikan apakah pria yang akan menjadi suaminya tersebut juga tidak akan mengunjungi tempat tersebut.

RP dan kekasihnya tinggal menumpang dirumah teman RP. Hal tersebut dilakukan mereka karena tidak memiliki tempat tinggal. Namun ketika sudah menikah mereka berencana untuk tidak menumpang lagi.

Wawancara, 30 Mei 2013

“… orang tua kami sudah tau hubungan kami, jadi kemungkinan tahun depan kami menikah… kalau sudah menikah aku gak akan dating ke sini lagi tapi aku gak tau lah dengan dia…”

4.2. Pola Tempat Tinggal “Dating Couple”

(34)

Sebagai bangunan untuk tempat berlindung rumah berbentuk ruangan-ruangan yang dibatasi oleh beberapa dinding dan bagian atas ditutupi oleh atap. Sebuah rumah memiliki pintu yang digunakan sebagai jalan masuk dan keluar dari sebuah ruangan ditambah beberapa jendela yang berfungsi untuk proses pertukaran udara dalam rumah.

lingkungan tempat tinggal “dating couples

Aktifitas yang sering dilakukan dalam sebuah rumah adalah beristirahat dan tidur selebihnya rumah ini sendiri berfungsi sebagai tempat untuk melakukan komunikasi dan aktifitas santai lainnya bersama keluarga ataupun kunjungan dari teman, dengan kata lain rumah berfungsi sebagaai tempat untuk menikmati suatu aktifitas dari kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat, berkumpulnya keluarga serta rumah menunjukan tingkat sosial dalam masyarakat. Selain dari pada itu para penghuni rumah melakukan aktifitasnya diluar rumah seperti bekerja, bersekolah ataupun yang lainnya.

(35)

Wawancara AT, 9 Mei 2013

“...kalau dulu pas suami kedua ku masih kerja di luar kota, SAN (pacar) suka datang ke sini jemput aku dan ketemu sama anak-anakku...”

Wawancara HS, 9 Mei 2013 “...karena anak ku satu-satunya juga udah nikah gak mungkin aku tinggal sama suaminya. Aku tinggal dengan beberapa temanku yang lainnya, pacarku juga suka datang sore hari ke rumah kalau malam minggu kadang suka nginap dirumah ku dia tapi kadang-kadang juga kami ke hotel…

Beberapa “dating couples” melakukan pertemuan di rumah mereka sendiri dan bahkan melakukan hubungan intim di rumahnya. Perrtemuan yang lebih memungkinkan adalah di rumah seorang wanita yang tidak hidup atau tidak tinggal bersama suaminya.

Wawancara “HS”, tanggal 4 Mei 2013 “...rasanya kalau tinggal terpisah dari keluarga kandung itu bisa bebas, maksudnya kapanpun pacarku mau ketemu gak perlu terlalu sulit untuk cari-cari tempat buat kami ketemu. Hampir setiap sore pacarku datang karena gak mungkin aku yang datangi dia sementara dia ada isterinya....”

Perempuan bekerja yang mempunyai hubungan di luar nikah atau “dating couples”, kemungkinan besar berhubungan intim dengan kekasih mereka di hotel. Kebanyakan laki-laki juga memanfaatkan hotel untuk melakukan hubungan tersebut. Tempat-tempat yang dominan lainnya adalah di luar rumah pribadi seperti di rumah teman, dan warung remang-remang tetapi aktifitas seksual di warung remang-remang hanya sebatas pelukan dan ciuman saja.

(36)

Wawancara US, 21 Mei 2013 “...kalau siang rumah sering kosong karena anak-anak ke sekolah, jadi dulu ALI suka tidur siang dirumah dan ngelakuin itu (hubungan intim) dirumah... karena rumah juga berdekatan setiap hari dia dirumahku...

Pola tempat tinggal yang diperlihatkan dalam penelitian ini adalah berasingan rumah tetapi mempunyai rumah untuk tempat bertemu, tanpa rumah tempat tinggal bersama, tetapi menjadikan rumah keluarga sebagai tempat pertemuan, satu rumah bersama tanpa status pernikahan, tanpa rumah yang dibina bersama, pertemuan hanya di warung remang-remang dan hotel, tanpa rumah tempat tinggal, tanpa berhubungan seksual hanya bertemu di warung remang-remang,

4.2.1. Berasingan Rumah Tetapi Mempunyai Rumah untuk Tempat Bertemu

Pola tempat tinggal yang diperlihatkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa “dating couples” membutuhkan suatu tempat tinggal dengan harga yang murah dan tempat yang nyaman. Hal tersebut didasari bukan semata-mata dikarenakan kelas sosial yang mereka peroleh tetapi suatu kebutuhan yang membuat mereka lebih bisa terbebas dari keluarga mereka apabila “dating couples” ingin membawa pasangan mereka dan melakukan pertemuan dengan pasangan gelapnya tersebut. Terlihat dari “dating couples” yang kebanyakan merupakan golongan menengah yang secara sengaja melepaskan diri mereka dari suami ataupun isteri resminya serta anak-anaknya.

(37)

Wawancara US, tanggal 4 Mei 2013

“...udah lama sihh tinggal disini, ada enam tahunlah... Jadi pas aku kenalan sama mereka, baru mereka tau daerah rumah kontrak ku ini murah... jadi mereka ikutan cari-cari rumah di daerah sini...”

Tinggal di lingkungan dengan kelas sosial lapisan bawah bukan berarti menunjukan kelas sosial uang dimiliki HS juga rendah. HS memiliki menantu seorang dokter gigi dan memberikan fasilitas apa saja kepada mertuanya, tetapi HS sendiri menganggap rumah tersebut hanyalah tempat tinggal sementara sehingga tidak perlu kondisi rumah yang mahal. Lingkungan dengan harga rumah yang murah ditempat tinggalnya juga memiliki norma sosial yang kurang baik juga sehingga tempat tersebut akan memberikan kebebasan ketika HS pulang larut malam ataupun ketika HS sedang bersama kekasihnya dirumah tersebut.

Wawancara “HS”, tanggal 4 Mei 2013 “...walaupun anak ku kehidupannya lebih baik rasanya kalau tinggal terpisah dari keluarga kandung itu bisa bebas... di lingkungan ini semuaya cuekdan gak terlalu mencampuri urusan pribadi orang...”

(38)

HS (kanan) dan kekasihnya (kiri)

Beberapa “dating couples” yang memilih untuk melepaskan diri dari rumah tinggal asalnya bersama keluarga dikarenakan tempat tinggal yang dihuni hanyalah tempat sementara saja. “Dating couples” memilih rumah sebagai tempat tinggal dengan harga yang murah berkisar antara Rp. 2.500.000 sampai dengan Rp. 4.000.000 per tahun dengan kondisi rumah berlantai dua, memiliki dua buah kamar tidur, satu dapur, dua kamar mandi, satu ruang tamu, dan teras. Hal tersebut dilakukan oleh HS, ALI, dan US.

ALI selama empat tahun tinggal di lingkungan tersebut bersama anak-anak dan mantan isterinya sebelum akhirnya berpisah. ALI menjalin hubungan di luar pernikahan dengan US yang juga tinggal di lingkungan tersebut setelah isteri ALI pergi meninggalkannya

(39)

Wawancara HS, tanggal 4 Mei 2013 “...oh rumah ini? Cuman empat juta, dua juta uangnya dari anakku, sejuta setengah dari aku ditambah lima ratus ribu dari dia (pacar). Rumahnya dua lantai ada tiga kamar dan dua kamar mandi. Ini dulu rumah temanku makanya bisa murah dia sewakan samaku, sebelum pindah ke sini setahun yang lalu tinggal di depan sana dek tapi disana dekat kali dengan air sungainya...”

rumah salah satu “dating couples”

(40)

yang menjadi jalur lalu lintas kendaraan, diujung jalan terdapat aliran Sungai Babura yang berhilir dari Pancur Batu, namun air sungai kerap sekali naik apabila turunnya hujan deras.

Wawancara US, 4 Mei 2013

“...rumah daerah sini memang murah, mungkin karena di pinggiran kota. Dulu disini sering banjir, bulan empat dua tahun yang lalu yang pas kota Medan semua kena banjir. Apalagi sungai babura ini kan alirannya dari Berastagi jadi kalau di gunug hujan lebat disini airnya suka naik...”

Hubungan seksual yang terjalin pada HS bersama pasangannya tidaklah merupakan suatu rutinitas dengan waktu yang telah ditentukan, tetapi sesuai dengan kesepakatan bersama. Biasanya HS menunggu kabar berupa sms ataupun telepon dari pasangannya ataupun melakukan pembicaraan untuk perjanjian bertemu selanjutnya ketika kekasih HS berkunjung ke rumahnya.

Wawancara “HS”, 4 Mei 2013 “...biasanya dia sore datang ke rumah buat ngobrol, nanti pas mau pulang baru janjian untuk pertemuan kami selanjutnya soalnya aku juga harus ngerti kalau dia punya isteri... ya ngapain lah kalau berduan, pasti melakukan yang kaya gitu (hubungan seksual) tapi gak ada waktu yang dikhususkan untuk melakukannya...”

Hal yang sama juga ada pada hubungan US dan ALI, dimana dalam “dating couples” terlihat bahwa seorang pria yang masuk ke lingkungan hidup wanita. Ini ditunjukan juga dengan perilaku berhubungan antara US dan ALI dimana mereka memiliki rumah yang berdekatan. Namun, ALI yang sering kali tinggal dan menginap di rumah US.

Wawancara ALI, 15 Mei 2013 “…hampir tiap hari aku tidur dirumahnya (US), aku rasa ada yang perdulikan dan perhatikan aku. Tapi anak-anakku gak suka sama dia, mungkin karena pekerjaan dia yang membuat anak-anakku merasa kalau mamaknya lebih baik…

Wawancara US, 4 Mei 2013

(41)

cuma diam aja kalau ALI di rumah ku. Dulu waktu masih pertama kali berhubungan kami sewa kamar di hotel-hotel yang deket, tapi terlalu boros makanya kalau rumahku sepi kusuruh dia ke rumah. Lama kelamaan jadi sering tidur dan tinggal dirumah”

Rumah digunakan “dating couples” untuk rumah bertemu adalah rumah yang ditempati oleh seorang wanita. Dimana rumah wanita yang dijadikan sebagai tempat bertemu adalah wanita yang tidak hidup bersama dengan suaminya lagi sehingga memungkinkan untuk pria lain mengunjungi rumah tersebut.

Rumah yang ditempati tidak memastikan bahwa wanita tersebut berasal dari ekonomi bawah. Pemilihan tempat tinggal dikarenakan informasi yang didapatkan mengenai keadaan lingkungan dimana penduduk di daerah tersebut memiliki kelas sosial yang rendah, sehingga tidak terlalu menghiraukan norma-norma yang ada. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor pemilihan rumah dengan harga murah dan memiliki peluang untuk bisa bertemu dengan pasangannya.

4.2.2. Tanpa Rumah Tempat Tinggal Bersama, Tetapi Menjadikan Rumah Keluarga Sebagai Tempat Pertemuan

Berbeda dengan ALI, US, dan HS. AT tinggal di Perumnas Simalingkar tidak mengontrak tetapi memiliki rumah ini sendiri. Beberapa kali pasangannya datang mengunjunginya tetapi suami AT tidak mengetahui hubungan lebih yang terjalin diantara isterinya dan lelaki tersebut, AT hanya mengaku bahwa lelaki tersebut hanyalah kerabat dekatnya saja. Hal ini dipercayai oleh suami AT dikarenakan suami AT juga melakukan komunikasi dengan kekasih AT dan sering bergabung ketika ALI, US, HS, AT serta pasangan-pasangan mereka ketika sedang berkumpul di pinggiran sungai di lingkungan rumah mereka tersebut.

Hubungan yang dilakukan HS bersama kekasihnya dan US bersama ALI menunjukan bahwa seorang pria yang masuk ke lingkungan hidup wanita. Hal ini juga ditunjukan dengan perilaku AT yang sering kali membawa kekasihnya untuk datang ke rumah walaupun hanya sebentar saja.

(42)

“...kalau bertemu saja dengan dia (pacar) sering di rumah, tetapi hanya sebatas obrolan ringan aja. Kami suka ngumpul disungai, orang itu suka beli tuak dan tambul supaya enak ngobrolnya. Suami ku juga sering ngumpul dengan kami, kalau ada suami ku kami (dengan pacarnya) berusaha untuk tidak membahas hal yang membuat suamiku curiga. Dan selama tiga tahun hubungan kami berjalan lancar tanpa diketahui suamiku...”

Empat tahun yang lalu sebelum AT pindah ke lingkungan tersebut, AT juga sering membawa pasangannya ke rumah dikarenakan suami AT kerja di luar kota dan anak-anak AT sibuk dengan urusan di luar rumah. AT sering kali dijemput kekasihnya untuk bersama-sama pergi ke warung remang-remang.

Wawancara AT, 9 Mei 2013

“...dulu waktu suami ku jarang pulang ke rumah beberapa pacarku pernah datang, SAN, dan BP. Mereka hanya datang menjemput, masuk ke dalam rumah juga sebentar saja...”

Kunjungan pacar AT ke rumah diketahui oleh anak-anak AT. Beberapa kali AT mencoba mendekatkan anak-anaknya dengan pacarnya degan tujuan untuk lebih saling memahami dalam hubungan mereka. Seperti yang pernah dilakukan AT bersama anak-anaknya dan SAN berlibur.

Wawancara SAN, 19 Mei 2013

“...waktu itu pernah sekali kami jalan-jalan ke pantai, kebetulan anak pertamanya yang kuliah di luar kota liburan ke Medan. Dia (AT) minta diajakin ke pantai sama anak-anaknya karena suaminya sibuk kerja...”

Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh BP bersama anak-anak AT. Kedekatan tersebut dikarenakan AT melakukan komunikasi bersama antara BP dan anak-anaknya.

Wawancara BP, 25 Mei 2013

(43)

Rumah keluarga wanita dijadikan sebagai tempat pertemuan dengan jangka waktu yang sebentar saja. Hubungan seksual tidak terjadi di rumah AT dikarenakan ketidakbebasan walaupun rumah AT pada siang hari dalam keadaan kosong. AT masih menghargai suaminya walaupun suaminya sering tidak berada di rumah dan tidak mengetahui hubungan diluar pernikahannya tersebut.

Wawancara AT, 9 Mei 2013

“...kalau untuk itu (hubungan seksual) kami lebih memilih menyewa kamar saja, karena gak mun gkin juga dilakukan dirumah ku ataupun dirumah dia karena kami masing-masing juga punya keluarga yang harus kami pikirkan...”

Lemahnya rasa saling menjaga kepercayaan pasangan terlihat dalam pola ini. Kunjungan “dating couples” ke rumah pasangannya berawal dari adanya peluang dan kesempatan. Seorang wanita yang biasanya ditinggal suami bekerja di luar kota memiliki peluang besar untuk bertemu dengan kekasihnya. Rasa kesepian yang dimiliki seorang wanita dikarenakan pekerjaan suami ditambah dengan kesibukan anak-anak dengan kegiatan masing-masing menyebabkan wanita yang memiliki ketertarikan dengan seorang pria lain mengajak untuk mengunjungi rumahnya.

Peluang untuk dapat bertemu di rumah keluarga atau di rumah wanita yang masih memiliki suami ini dimulai dengan ajakan seorang wanita yang memberikan informasi tentang keadaan rumahnya yang dapat memungkinkan pertemuan terjadi di dalam rumah. Tetapi pertemuan yang dilakukan hanya sebatas melakukan komunikasi dengan kekasihnya saja, hal ini karena wanita masih menghargai suaminya.

4.2.3. Satu Rumah Bersama Tanpa Status Pernikahan

(44)

keluarga. Dimana dalam keluarga akan melakukan pertemuan-pertemuan dan aktifitas-aktifitas kecil lainnya di dalam rumah.

Beberapa “dating couple” hidup dan tinggal bersama pasangannya tanpa adanya status pernikahan yang terjadi didalamnya. Mereka hidup dan tinggal bersama selayaknya sepasang suami isteri yang menjalani kehidupan.

Tinggal satu rumah bersama tanpa adanya pernikahan terlihat pada hubungan RP dan kekasihnya. RP yang telah menikah enam tahun yang lalu mengaku ditinggal pergi sang suami bersama wanita lain. Namun, setahun terakhir ini RP menjalin hubungan dengan pria lajang tanpa bercerai secara resmi dengan sang suami.

Wawancara RP, 30 Mei 2013

“…dia (suami) pergi sama cewek lain, aku gak bisa apa-apa karena beberapa kali aku pertahankan tetap aja dia selingkuh. Jadi sekarang aku biarkan aja dia sama ceweknya itu. Dengar-dengar sekarang dia udah nikah…”

RP menghabiskan banyak waktunya di warung remang-remang dengan alasan stres setelah pernikahannya tersebut gagal. RP dan kekasihnya tinggal menumpang bersama di sebuah rumah kontrak temannya. Aktifitas yang dijalani bersama menghabiskan waktu seperti pasangan suami isteri.

Wawancara RP, 30 Mei 2013

“…udah enam bulan tinggal dikontrakkan temanku, soalnya aku juga gak punya uang. Tapi kami punya rencana menikah tahun depan…”

Pernikahan kedua yang diharapkan RP memberikan perubahan dari pada pernikahan sebelumnya. Memiliki rumah dan keluarga kecil yang bahagia adalah keinginan setiap manusia termasuk RP.

Wawancara RP, 30 Mei 2013

(45)

Tinggal bersama di sebuah rumah kontrak dengan kekasih memberikan waktu kebersamaan yang lebih banyak dari pada tinggal terpisah. Begitu juga kesempatan untuk berdua atau menjalin hubungan intim, aktifitas tersebut kerap kali dilakukan apabila keadaan memungkinkan mereka untuk melakukannya.

Wawancara RP, 30 Mei 2013

“…kalau yang kayak gituan hampir setiap harinya kami lakukan, tapi kalau kondisi rumah sepi karena kami juga tinggal menumpang dirumah itu jadi ada rasa sengan dengan yang punya rumah. Kalau rutinitasnya setiap malam setelah kami pulang dari Palar (nama warung remang-remang) pasti kami lakukan lagi, karena terbawa kondisi yang setengah sadar pengaruh tuak (alkohol) itu ku rasa…”

Hubungan yang dijalani RP dengan serius bersama kekasihnya ditunjukkan dengan bertemunya keluarga dan orang tua RP dengan kekasihnya tersebut dengan pembahasan pernikahan. Namun, pemutusan hubungan dari pernikahannya sebelumnya ataupun perceraian secara sah tidak terlalu dipikirkan oleh RP dan kekasihnya. Secara hukum RP masih merupakan isteri dari seorang pria tapi diantara RP dan kekasihnya hal tersebut bukanlah hal yang harus dengan serius diselesaikan karena suami RP sebelumnya juga telah dikabarkan menikah dengan wanita lain.

Wawancara RP, 30 Mei 2013

“…keluarga udah saling kenal, udh bahas soal pernikahan. Keluarga juga tau kalo kami tinggal sama-sama di kontrakkan kawanku. Tapi kalau udah nikah kami mau kost ditempat kecil aja…”

Hidup bersama pasangan yang belum menjadi pasangan resminya ini dimulai denga keadaan rasa ingin selalu bersama. Tinggal bersama dapat memberikan banyak waktu untuk menjalin hubungan intim kapan saja mereka menginginkannya tanpa melakukan sebuah perencanaan terlebih dahulu dan tanpa mengeluarkan biaya.

(46)

yang bukan saudara sekadung disebut kumpul kebo dengan kata lain hal tersebut tidaklah pantas dilakukan oleh manusia.

4.2.4. Tanpa Rumah yang Dibina Bersama, Pertemuan Hanya di Warung Remang-remang dan Hotel

Hubungan yang dilakukan oleh “dating couples” merupakan suatu hubungan yang tersembunyi sehingga tidak dengan mudah dapat diterima oleh orang lain. Banyaknya “dating couples” yang memilih untuk melakukan pertemuan secara tersembunyi dan jauh dari padangan masyarakat. Hal ini dijalani oleh CS dan ES bersama kekasihnya AT.

CS melakukan hubungan tersembunyi dikarenakan status yang tidak jelas diantara dia dan suaminya. Bagi kepercayaan ataupun agama yang dijalani oleh CS, pernikahan hanya boleh dilakukan sekali seumur hidup dan boleh menikah kembali apabila pasangannya meninggal dunia. Ketidaksepahaman antara CS dan suaminya sudah dijalani selama enam tahun lebih.

Wawancara CS, 16 Mai 2013 “…udah lama pisah dengan suami di Nias, sekitar enam tahunan lah.. ke sini (warung remang-remang) karena mau buang stres, anak-anak udah besar dan sibuk dengan urusan masing-masing…

CS menjalani hubungannya dengan pria lain dan melakukan pertemuan tersebut di warung remang-remang. Hampir setiap sore CS mengunjungi warung remang-remang sepulangnya dari mengajar di sekolah.

Wawancara CS, 16 Mai 2013 “…kalau ketemuan lebih sering ke sini (warung remang-remang), soalnya awalnya dulu juga kami ketemuan disini. Gak ada tempat yang dikhususkan kalau mau berduaan, tapi kalau kami udah ketemu disini selanjutnya kami bicarakan mau lanjut ke hotel atau cuman ketemu aja…

(47)

untuk mengunjungi isteri dan anak-ananya di Pancur Batu, ketika tidak memiliki tugas penting dalam penggeledahan narkoba. Saat ES berada di Kota Medan, dia juga tidak lupa ke warung remang-remang untuk bertemu dengan rekan-rekan dan AT.

Wawancara ES, 31 Mai 2013 “…gak pasti berapa kali seminggu ke Medan, tergantung tugas yang dikasih juga dari atasan. Kalau lagi kosong tugas aku di Medan aja, tapi lebih sering di luar rumah. Sering ke Palar (nama warung remang-remang) atau tempat lain (hotel) karena bisa ketemu sama AT, gak mungkinlah ku bawa dia ke rumah ku.…

Hubungan seksual yang dilakukan “dating couples” antara pria dan wanita berbeda, dimana seorang pria lebih memprioritaskan hal tersebut dari pada seorang wanita. Seperti pada CS, yang tidak mengutamakan berhubungan badan.

Wawancara CS, 16 Mei 2013 “…aku ketemu karena rasa kangen sama dia (pacarnya), lagian juga hampir tiap hari aku jumpa dia di sini (warung remang-remang). Kalau setiap hari ketemu dan setiap hari sewa kamar kan sayang uangnya, karena sama-sama masih butuh uang untuk biayain anak

Berbeda dengan ES yang setiap kali lepas tugas langsung menemui AT dan mengajak untuk melakukan hubungan seksual. Rasa kejenuhan dengan perlakuan isteri membuat ES untuk mencari kesenangannya sendiri.

Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…di rumah isteriku marah-marah aja terus, memang marahnya ke anak-anak tapi maunya aku di rumah itu nyaman. Dulu setiap ke Medan aku ketemu AT (pacar) terus sewa kamar, seharian kami disana (hotel) sampai malam karena dia harus pulang ke rumah…

(48)

diberikan kepada wanita ketika melakukan hubungan seksual, tetapi biaya yang dikeluarkan selama mereka bertemu adalah uang bersama.

Wawancara CS, 16 Mei 2013 “…ya ga dibayarlah, dia itu kan pacarku.. itukan (hubungan seksual) kebutuhan bersama dan sama-sama mau jadi gak ada paksaan. Tapi kalau dibayar berarti itu bekerja jual diri lah dek…

Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…gak ada yang dikhususkan siapa yang bayar, kalau ada duit aku yang bayar tapi beberapa juga ditambah sama dia. Kadang ku kasih dia pegang duit lumayan untuk isi pulsa dia, tapi bukan sejenis bayaran ke dia karena dulu pernah dia tersinggung aku kasih duit…

Warung remang-remang merupakan awal tempat bertemunya “dating couples” dengan berbagai alasan yang dimiliki. Banyaknya pria dan wanita yang sudah berumur duduk sampai berjoget bersama pasangannya masing-masing dengan tujuan mendapatkan hiburan dari segala alasan yang menurut mereka masalah dalam rumah tangga.

Dating couples” yang tidak memiliki rumah untuk bertemu menggunakan fasilitas warung remang-remang dan hotel kelas melati sebgai tempat bertemu mereka dengan pasangan gelapnya. Tempat tersebut dipilih dikarenakan hubungan yang mereka jalani dengan kekasihnya tidak ingin diketahui pihak keluarga ataupun tetangga mereka.

4.2.5. Tanpa Rumah Tepat Tinggal, Tanpa Berhubungan Seksual Hanya Bertemu di Warung Remang-remang

(49)

MJ sering berkunjung ke warung remang-remang dikarenakan banyaknya teman yang dapat ditemui di tempat tersebut untuk bercerita dan melepaskan kejenuhannya di rumah. MJ menjalani hubungan dengan seorang pria yang juga ditemuinya di warung remang-remang.

Wawancara MJ, 25 Mei 2013

… suntuk di rumah, tapi banyak yang bsa di lihat di sini.. ada orang yang joget-joget, ada yang nyanyi-nyanyi, dan banyak teman seumuran ku untuk cerita-cerita jadi aku gak bosan.…”

Hubungan yang dijalani MJ hanya sebatas perasaan suka, ini disebabkan adanya kesinambungan ketika MJ dan kekasihnya tersebut saling berbagi cerita. Hubungannya dengan kekasih bukan dikarenakan adanya kebutuhan seksual yang diinginkan oleh MJ. Dengan sikap atau prilaku MJ yang santai ketika berada di warung remang, MJ mengaku hanya menghabiskan waktu luang di tempat tersebut dengan duduk santai dan sesekali ikut menyanyi bersama orang-orang yang ada di tempat tersebut.

Wawancara MJ, 25 Mei 2013

…pastinya ada rasa sukalah sama dia (pacar), kalau aku cerita bisa nyambung sama dia. Kami hanya jalani sebatas bertemu di sini aja, pernah beberapa kali dia ngajak ke hotel tapi aku nolak dengan berbagai alasan karena aku juga sebatas senang-senang aja gak mau lebih…”

Penolakkan yang dilakukan MJ dikarenakan adanya rasa menghargai suaminya yang bekerja di luar kota. MJ menyayangi suaminya karena kebaikan dan ketulusan serta kesabaran sang suami membuat MJ tidak berani menjalani hubungan yang terlalu dalam, tetapi MJ tetap mengakui bahwa dia memiliki ketertarikan kepada pasangan di luar pernikahannya tersebut.

Wawancara MJ, 25 Mei 2013

(50)

pacaran yang serius enggak ada. Aku gak mau nanti jadi berantem sama suami ku, karena dia baik kali terima keadaanku (penangkatan payudara)…”

Hubungan seksual merupakan suatu kebutuhan batin yang dibutuhkan dalam suatu rumah tangga. Pekerjaan suami MJ di luar kota bukan hal yang dapat dijadikan alasan untuk MJ mencari pelampiasan dengan melakukan hubungan seksual dengan kekasihnya. MJ yang memiliki rasa tidak percaya diri ketika pertama kali payudaranya diangkat, tetapi dengan sabar suami MJ tidak memiliki respon negatif dalam memperlakukan MJ. Hal tersebut merupakan suatu kebanggaan bagi MJ dikarenakan suaminya menerima keadaannya dan menjadikan MJ untuk tidak mencari pelampiasan seksual ketika suaminya tidak sedang berada di Medan.

Wawancara MJ, 25 Mei 2013

… hubungan seksual itu kan kubutuhan batin antara suami dan isteri, berarti aku harus melakukannya dengan suamiku aja. Kalau dilakukan bukan dengan suami berarti itu hanya nafsu bukanlah kebutuhan. Memang beberapa kali hampir terbawa suasana karena pengaruh minuman (tuak), tapi sebisa mungkin aku ingat suamiku yang bekerja untuk ku dan anak-anak ku …”

Pada pola ini terlihat bahwa hubungan intim bukanlah yang menjadi patokan. Hubungan gelap yang dilakukan hanya dikarenakan kesenangan ketika berada di warung remang-remang dan rasa kenyamanan berkomunikasi yang dilakukan dengan lawan jenis. Tidak terlibatnya hubungan seksual dalam hubungan gelap ini dikarenakan rasa menghargai kepada sang suami, hubungan gelap yang dijalani hanya digunakan untuk teman berbicara tanpa terlalu terikat dalam komitmen diantaranya.

(51)

merupakan informasi yang didapatkan melalui pergaulan untuk memudahkan “dating couple” ketika ingin bertemu dengan pasangan gelapnya. Rumah keluarga yang juga dijadikan sebagai tempat pertemuan dikarenakan adanya peluang dan kesempatan yang memungkinkan pasangan untuk mengunjungi rumahnya, hal dikarenakan suami yang bekerja di luar kota dan anak-anak yang sibuk dengan kegiatan masing-masing emungkinkan rumah lebi sering berada dalam keadaan kosong. Sementara dalam pola satu rumah tinggal bersama digunakan agar tidak ada biaya tambahan dan kapan saja dapan melakukan hubungan intim. Selanjutnya tanpa adanya rumah dan pertemuan dilakukan di warung remang-remang ataupun di hotel saja, terlihat bahwa hubungan gelap yang dilakukan benar-benar dijaga dikarenakan “dating couple” tidak menginginkan tetangga dan keluarga mengetahui hubungan yang dilakukan tersebut, dengan kata lain “dating couple” masih sangat menjaga hubungan rumah tangga satu sama yang lainnya. Pola tempat tinggal yang terakhir dalam penelitian ini adalah tanpa adanya rumah yang dibina bersama, tanpa adanya hubungan intim dan pertemuan hanya dilakukan di warung remang-reamang Pada pola ini terlihat bahwa hubungan intim bukanlah yang menjadi patokan, tidak terlibatnya hubungan seksual dalam hubungan gelap ini dikarenakan rasa menghargai kepada sang suami, hubungan gelap yang dijalani hanya digunakan untuk teman berbicara tanpa terlalu terikat dalam komitmen diantaranya.

4.3. Pola Pertemuan “Dating Couples”

(52)

waktu pertemuan yang terjadi dalam pola pertemuan pada “dating couples” yaitu pertemuan dengan jadwal yang tertentu, pertemuan dengan waktu yang tidak tertentu, dan pertemuan setiap harinya.

Foto “dating couple” yang melakukan pertemuannya di warung remang-remang

Awal pertemuan “dating couples” dilakukan dengan pembicaraan-pembicaraan ringan yang menentukan kecocokan diatara keduanya, selama dalam berkomunikasi baik pria dan wanita memperhatikan dengan teliti bagaimana fisik satu sama yang lain diiringi dengan gerak tubuh kedua belah pihak. Ketika satu dengan yang lainnya memiliki ketertarikan maka mereka akan membicarakan mengenai pertemuan berikutnya ataupun dengan saling memberi nomor handphone

untuk perjanjian bertemu.

Wawancara AT, 9 Mei 2013

“..dulu kami ketemu (dengan BP) secara gak sengaja di warung remang-remang, waktu itu aku baru putus dari SAN. Dia samperin aku disitu terus ajak kenalan, dari situ kami mulai sering ketemu…

Pola pertemuan “dating couples” yang akan dibahas bukanlah bagaimana awal “dating couples” ini bertemu, tetapi bagaimana cara “dating couples”

(53)

tersembunyi yang memberikan kenyamanan antara keduanya untuk melakukan komunikasi dan menyampaikan perasaan yang ada seperti di warung remang-remang dan hotel-hotel kelas melati.

Selain itu “dating couples” juga melakukan tegur sapa dan panggilan-panggilan mesra. Panggilan mesra yang diberikan “dating couples” merupakan panggilan istimewa kepada pasangannya. Panggilan tersebut seperti telah melekat di diri mereka, apabila “dating couples” mengalami perselisihan. Panggilan sayang tersebut tidak bisa terucap namun memiliki arti apabila mereka memanggil pasangannya kembali dengan mesra ketika mereka mulai berbaikan lagi. Panggilan “sayang”, “honey”, “sweat heart”, “mama papa” dianggap merupakan pengungkapan perasaan sehingga ketika mereka sedang bersama di warung remang-remang tidak ada orang lain yang berani mendekati ataupun merebut pasanganny tersebut dikarenakan adanya perasaan bahwa “dia adalah milikku”.

Wawancara ALI, 15 Mei 2013 “… kalau dulu setiap ketemu aku panggil bre nya, “capek kerjanya nanginku sayang” kayak gitu lah…

Wawancara RP, 30 Mei 2013

“…kami tinggal serumah jadi yang paling sering aku komunikasi ke dia itu bilang “udah makan kam sayangku” sewajarnya aja sih…

Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…ada rasa memiliki kalau ada panggilan sayang gitu, tapi gak jaminan juga panggilan itu buat jaga hubungan…”

Menjaga pasangan untuk tidak berpaling adalah hal yang sulit dikarenakan kepribadian yang dimiliki manusia adalah berbeda. “Dating couples” memiliki beberapa jawaban agar mereka dapat menjaga hubungan dengan pasangannya :

(54)

memiliki penampilan yang lebih baik sehingga memikat hati pasangannya. “Dating couples” kerap kali memberikan penampilan yang menarik dan sedikit berlebihan ketika akan bertemu dengan kekasih gelapnya.

Wawancara MJ, 25 Mei 2013

...menjaga penampilan itu lebih baik kalau tidak seperti itu dia akan mencari wanita yang lebih cantik dari pada ku, nanti beberapa kali kalau kami ketemu dia suka bilang aku cantik…”

2. Komunikasi. Komunikasi dalam “dating couples” merupakan hal yang penting dimana satu sama yang lainnya seling member kabar, disamping itu “dating couples” berkomunikasi juga untuk menjaga agar hubungan mereka tidak diketahui oleh suami ataupun isteri resmi mereka. Komunikasi yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan hubungan “dating couples”.

Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…saling menjaga perasaan aja dengan komunikasi, kalau udah ada komunikasi semuapun aman…sering janjian ketemuan terus sewa kamar”

3. Hubungan Seksual dan Foreplay. Hubungan seksual dalam “dating couples”

tidak pernah lepas dari bagian hubungan mereka. “dating couples” berusaha untuk tetap menjaga kebutuhan seksual antara satu dengan yang lainnya tanpa. “Dating couples” harus mengetahui bagian-bagian yang sensitif agar hubungan seksual lebih sempurna apabila kebutuhan itu tidak dipenuhi maka dengan kemungkinan “dating couples” akan mencari pasangan yang baru yang lebih mengerti akan kebutuhannya.

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…kalau aku lebih ke yang kayak gituannya karena waktu aku masih hubungan dengan AT secara langsung dia bilang kalau dia butuh karena aku juga tau kalau suaminya sendiri gak pernah memanjakannya dengan berhubungan yang begituan…”

(55)

hasrat dan kebutuhan seks seiring dengan kebebasan yang ingin dirasakan. Lingkungan bebas norma yang memiliki kontrol sosial yang rendah ini berada dilingkungan dengan kelas sosial menengah kebawah. Lingkungan ini kerap kali dikaitkan dengan prostitusi dan penggunaan obat-obat terlarang.

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…aku suka ke warung remang-remang tapi awalnya yang ku cari disini minum tuak biar lebih tenang, ternyata jadi banyak kenalan termasuk kenal-kenal sama perempuan disini. Semuanya disini perempuannya sama dan disetiap sudut bersama pasangannya, jadi apa salahnya aku juga sambilan dengan perempuan disini biar ada kawan cerita…”

Wawancara ES, 31 Mei 2013

“…aku sering janjian di hotel-hotel, karena aku gak suka tempat-tempat terbuka terlalu banyak yang ngelihat aku takutnya terancam dengan kerjaanku karena aku juga sambilan (mengkonsumsi narkoba) di hotel itu…”

Lingkungan tempat bertamunya “dating couple” adalah lingkungan yang terlepas dari norma dan kontrol sosial. Namun hal tersebut tetap saja dilakukan “dating couples” dimana menurut mereka hal tersebut dapat memberikan kebahagiaan kepada diri mereka sendiri tanpa memperhatikan bahwa mereka telah melanggar norma-norma yang ada.

Wawancara AT, 9 Mei 2013

“…memang tidak seharusnya seperti ini, perbuatan ku memang tidak baik tapi semua orang itu berhak mencari kebahagiaannya walaupun cara ku salah, ada niat memang untuk berubah tapi mungkin bukan sekarang…”

Wawancara US, 21 Mei 2013

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan lindungan-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Air Herba Putri Malu Terhadap LD50, Aktivitas

Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan biji anggur yaitu sebagai antimikrobia dalam kosmetik, serta meningkatkan pemanfaatan angkak yaitu tidak

Team keabsahan berhak melakukan pemeriksaan melalui Test Forensik bagi pemain yang diragukan kebenaran umurnya, atlit yang menolak Test Forensik akan didiskualifikasi dan

Team keabsahan berhak melakukan pemeriksaan melalui Test Forensik bagi pemain yang diragukan kebenaran umurnya, atlit yang menolak Test Forensik akan didiskualifikasi dan tidak

a. Dalam rangka Pengumpulan Data kelengkapan pengurusan tanda tangan Digital KPA dan PPTK untuk penerapan SPJ Online ke Kec. IV Jurai dan Kec. Hasil dari Pengumpulan Data

bahwa dalam kondisi tertentu yang diduga kuat akan menimbulkan risiko pengalihan/penarikan dana nasabah dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) akibat tingkat imbalan yang tidak

Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kepala Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Vll Basariah : Determinan Pemanfaatan Dukun Bayi Dalam Pertolongan Persalinan Di

SUPRAMNARYO, MM Pembina Utama