• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan seorang pria dan wanita pertama sekali tidak akan pernah disangka dan diketahui kapan itu terjadi. Pertemuan antara seorang pria dan wanita merupakan awal komunikasi yang terjadi diantaranya. Pola pertemuan ini melihat lingkungan tempat bertemunya “dating couples” yaitu di warung remang-remang dan bungalow atau hotel kelas melati, selanjutnya penelitian ini juga melihat adanya

waktu pertemuan yang terjadi dalam pola pertemuan pada “dating couples” yaitu pertemuan dengan jadwal yang tertentu, pertemuan dengan waktu yang tidak tertentu, dan pertemuan setiap harinya.

Foto “dating couple” yang melakukan pertemuannya di warung remang-remang

Awal pertemuan “dating couples” dilakukan dengan pembicaraan- pembicaraan ringan yang menentukan kecocokan diatara keduanya, selama dalam berkomunikasi baik pria dan wanita memperhatikan dengan teliti bagaimana fisik satu sama yang lain diiringi dengan gerak tubuh kedua belah pihak. Ketika satu dengan yang lainnya memiliki ketertarikan maka mereka akan membicarakan mengenai pertemuan berikutnya ataupun dengan saling memberi nomor handphone

untuk perjanjian bertemu.

Wawancara AT, 9 Mei 2013 “..dulu kami ketemu (dengan BP) secara gak sengaja di warung remang-remang, waktu itu aku baru putus dari SAN. Dia samperin aku disitu terus ajak kenalan, dari situ kami mulai sering ketemu…

Pola pertemuan “dating couples” yang akan dibahas bukanlah bagaimana awal “dating couples” ini bertemu, tetapi bagaimana cara “dating couples”

melakukan pertemuan-pertemuan berikutnya ditempat-tempat yag telah disepakati bersama. Tempat-tempat tersebut biasanya jauh dari lingkungan keluarga ataupun

tersembunyi yang memberikan kenyamanan antara keduanya untuk melakukan komunikasi dan menyampaikan perasaan yang ada seperti di warung remang-remang dan hotel-hotel kelas melati.

Selain itu “dating couples” juga melakukan tegur sapa dan panggilan- panggilan mesra. Panggilan mesra yang diberikan “dating couples” merupakan panggilan istimewa kepada pasangannya. Panggilan tersebut seperti telah melekat di diri mereka, apabila “dating couples” mengalami perselisihan. Panggilan sayang tersebut tidak bisa terucap namun memiliki arti apabila mereka memanggil pasangannya kembali dengan mesra ketika mereka mulai berbaikan lagi. Panggilan “sayang”, “honey”, “sweat heart”, “mama papa” dianggap merupakan pengungkapan perasaan sehingga ketika mereka sedang bersama di warung remang-remang tidak ada orang lain yang berani mendekati ataupun merebut pasanganny tersebut dikarenakan adanya perasaan bahwa “dia adalah milikku”.

Wawancara ALI, 15 Mei 2013 “… kalau dulu setiap ketemu aku panggil bre nya, “capek kerjanya nanginku sayang” kayak gitu lah…

Wawancara RP, 30 Mei 2013 “…kami tinggal serumah jadi yang paling sering aku komunikasi ke dia itu bilang “udah makan kam sayangku” sewajarnya aja sih…

Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…ada rasa memiliki kalau ada panggilan sayang gitu, tapi gak jaminan juga panggilan itu buat jaga hubungan…”

Menjaga pasangan untuk tidak berpaling adalah hal yang sulit dikarenakan kepribadian yang dimiliki manusia adalah berbeda. “Dating couples” memiliki beberapa jawaban agar mereka dapat menjaga hubungan dengan pasangannya :

1. Fisik. “Dating couples” berusaha untuk selalu memberikan penampilan yang menarik kepada pasangannya agar pasangannya tidak melihat orang lain yang

memiliki penampilan yang lebih baik sehingga memikat hati pasangannya. “Dating couples” kerap kali memberikan penampilan yang menarik dan sedikit berlebihan ketika akan bertemu dengan kekasih gelapnya.

Wawancara MJ, 25 Mei 2013

...menjaga penampilan itu lebih baik kalau tidak seperti itu dia akan mencari wanita yang lebih cantik dari pada ku, nanti beberapa kali kalau kami ketemu dia suka bilang aku cantik…”

2. Komunikasi. Komunikasi dalam “dating couples” merupakan hal yang penting dimana satu sama yang lainnya seling member kabar, disamping itu “dating couples” berkomunikasi juga untuk menjaga agar hubungan mereka tidak diketahui oleh suami ataupun isteri resmi mereka. Komunikasi yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan hubungan “dating couples”.

Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…saling menjaga perasaan aja dengan komunikasi, kalau udah ada komunikasi semuapun aman…sering janjian ketemuan terus sewa kamar”

3. Hubungan Seksual dan Foreplay. Hubungan seksual dalam “dating couples”

tidak pernah lepas dari bagian hubungan mereka. “dating couples” berusaha untuk tetap menjaga kebutuhan seksual antara satu dengan yang lainnya tanpa. “Dating couples” harus mengetahui bagian-bagian yang sensitif agar hubungan seksual lebih sempurna apabila kebutuhan itu tidak dipenuhi maka dengan kemungkinan “dating couples” akan mencari pasangan yang baru yang lebih mengerti akan kebutuhannya.

Wawancara BP, 25 Mei 2013 “…kalau aku lebih ke yang kayak gituannya karena waktu aku masih hubungan dengan AT secara langsung dia bilang kalau dia butuh karena aku juga tau kalau suaminya sendiri gak pernah memanjakannya dengan berhubungan yang begituan…”

Pola pertemuan yang melibatkan “dating couples” biasanya terdapat pada lingkungan bebas norma dan rendahnya kontrol sosial, cenderung mengundang

hasrat dan kebutuhan seks seiring dengan kebebasan yang ingin dirasakan. Lingkungan bebas norma yang memiliki kontrol sosial yang rendah ini berada dilingkungan dengan kelas sosial menengah kebawah. Lingkungan ini kerap kali dikaitkan dengan prostitusi dan penggunaan obat-obat terlarang.

Wawancara BP, 25 Mei 2013 “…aku suka ke warung remang-remang tapi awalnya yang ku cari disini minum tuak biar lebih tenang, ternyata jadi banyak kenalan termasuk kenal-kenal sama perempuan disini. Semuanya disini perempuannya sama dan disetiap sudut bersama pasangannya, jadi apa salahnya aku juga sambilan dengan perempuan disini biar ada kawan cerita…”

Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…aku sering janjian di hotel-hotel, karena aku gak suka tempat- tempat terbuka terlalu banyak yang ngelihat aku takutnya terancam dengan kerjaanku karena aku juga sambilan (mengkonsumsi narkoba) di hotel itu…”

Lingkungan tempat bertamunya “dating couple” adalah lingkungan yang terlepas dari norma dan kontrol sosial. Namun hal tersebut tetap saja dilakukan “dating couples” dimana menurut mereka hal tersebut dapat memberikan kebahagiaan kepada diri mereka sendiri tanpa memperhatikan bahwa mereka telah melanggar norma-norma yang ada.

Wawancara AT, 9 Mei 2013 “…memang tidak seharusnya seperti ini, perbuatan ku memang tidak baik tapi semua orang itu berhak mencari kebahagiaannya walaupun cara ku salah, ada niat memang untuk berubah tapi mungkin bukan sekarang…”

Wawancara US, 21 Mei 2013 “…memang tidak sesuai dengan norma yang diajarkan, tapi dengan inilah cara ku bekerja dan hilangi stress ku. Semuanya tergantung keadaan kalau bisa milih gak ada orang yang mau kayak gini…”

4.3.1. Lingkungan Tempat bertemunya “Dating Couples” 4.3.1.1.Rumah Salah Satu “Dating Couples”

Rumah merupakan tempat untuk manusia berlindung dari hujan dan teriknya sinar matahari, rumah juga dijadikan tempat perlindungan dari ancaman-ancaman yang terdapat diluar. Namun rumah tersebut beralih fungsi oleh “dating couples”. Rumah salah satu “dating couples” dijadikan sebagai tempat bertemunya pasangan diluar pernikahan ini. Seperti yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya, rumah “dating couples” terdapat pola tempat tinggal yang juga dijadikan sebagai pola pertemuan yang dilakukan oleh “dating couples”. Pertemuan di rumah dilakukan HS dan kekasihnya, AT dan kekasihnya, serta US dan ALI

Wawancara US, 21 Mei 2013

“…biasanya kalau aku lagi gak kerja orang ini suka duduk-duduk di dekat sungai, beli tuak dan tambul sambil ngobrol-ngobrol…”

Wawancara AT, 7 April 2013

... kebetulan juga rumah kami berdekatan, jadi gak pernah ada janji untuk kumpul, tapi kalau nanti misalnya pacar HS datang dan ajak kumpul dia tinggal panggil aja terus aku hubungi pacarku juga biar datang...”

Sering kali pria terlihat duduk diteras rumah wanita yang merupakan kekasihnya. Suasana yang diperoleh tidak hanya suasana yang memiliki kenyamanan diantara keduanya saja tetapi beberapa dari pertemuan mereka di rumah tersebut terjadi pertengkaran yang melibatkan orang-orang yang berada disekitar lingkungan rumah tersebut.

Pola pertemuan yang dilakukan “dating couples” ke rumah pasangannya terlihat bahwa seorang pria yang kerap sekali mengunjungi wanita. Wanita diberi jarak agar tidak terlalu masuk dalam kehidupan pria tersebut, terlihat bahwa pria lebih menjaga keutuhan keluarganya.

Wawancara HS, 4 Mei 2013 “...aku tau rumahnya, tapi aku gak pernah ke sana karena aku juga tau kalau dia (pacar) itu suami orang. Aku juga gak mau kami berantem karena sampai ketauan sama isterinya...”

ES, SAN, ALI, dan BP menjaga agar hubungannya dengan wanita simpanannya tetap berjalan stabil dan romantis begitu juga hal tersebut dilakukan pria kepada isteri resminya. ES, SAN, ALI, dan BP tidak ingin keluarganya mengetahui pengkhianatannya hanya karena kejenuhan yang dimiliki pria tersebut. Kejadian yang seperti inilah yang berulang kali menjadi pertengkaran antara “dating couples”.

Wawancara SAN, 19 Mei 2013

“…waktu masih sama AT, aku sering bertengkar dengan isteriku karena beberapa kali anak ku tau kami ketemuan dan anak- anak ku sms an sama AT. Aku yang tau kejadian itu langsung marahin AT karena kami kan sama-sama punya keluarga masing-masing jadi dia juga harus ngerti kondisi supaya sama-sama nyaman jalani hubungan…”

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…aku langsung kasih pengertia supaya dia jangan pernah luan hubungi aku, biar kedepannya juga gak ada masalah…”

Wawancara ES, 31 Mei 2013

“…aku pun jaran di Medan, tapi kalau aku mau ke Medan aku kabari dia biar janjian ketemu dimana dan jam berapa. Pernah lah ketahuan sama isteri ku, tapi sebisaku ku asih penjelasan…”

4.3.1.2.Warung Remang-remang

Warung remang-remang merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh para “dating couples” dan merupakan salah satu tempat pertama kalinya “dating couples” bertemu. Warung remang-remang ini banyak terlihat di Kecamatan Medan Selayang atau disepanjang Jl. Setia Budi Medan menuju arah Pancur Batu. Dengan beratapkan rumbia dan bangku serta meja yang terbuat dari potongan kayu yang bentuknya tidak rapi selayaknya kursi atau meja yang diberi ukiran seni.

Warung remang-remang ini bukanlah tempat hiburan malam seperti kehidupan modern dimana didalamnya terdapat minuman-minuman beralkohol yang berasal dari berbagai negara dengan racikan-racikan sehingga memberikan rasa tersendiri. Di warung remang-remang hanya tersedia minuman yang terbuat dari olahan pohon nira dan disebut dengan minuman tuak, adapun campuran alkohol didalamnya bukanlah alkohol yang memiliki kadar yang tinggi.

Warung remang-remang memiliki sedikit lampu sehingga suasana yang terdapat didalamnya terlihat sedikit gelap ataupun remang. Lampu-lampu terdiri dari berbagai macam warna yang berkelap-kelip membuat para pengunjung yang kebanyakannya adalah “dating couples” bebas melakukan sesuatu terhadap pasangannya.

Dari beberapa warung remang-remang yang diamati operasional dimulai pada siang hari sekitar jam satu siang, namun pengunjung yang datang hanyalah satu sampai dua orang saja. Warung remang-remang dibuka cepat agar para pegawai yang bekerja membersihkan lokasi ini agar pengunjung mendapatkan kenyamanan apabila berada ditempat tersebut. Operasional mulai berjalan sepenuhnya sekitar jam lima sore dimana pengunjung dapat menikmati live music dan bisa berkaroke ditempat ini. Ketika music mulai dimainkan terlihat pengunjung semakin berdatangan untuk menikati suasana yang terdapatnya. Warung remang-remang dapat menampung 80- 110 pengunjung didalamnya.

Wawancara US, 21 Mei 2013 “…banyak yang ku kenal disini, selain tempatku cari makan disini banyak kawan-kawan baru juga yang bisa bantu-bantu aku supaya gak terlalu jenuh dengan kerjaanku…”

Wawancara CS, 16 Mei 2013 “…pulang kerja aku suka ke sini, dirumah cuman ada anak pertama dan anak terakhirku. Kalau disini sehabis capek ngajar aku bisa ketemu kawan-kawan buat ngobrol dan ketemu dama dia (kekasihnya)…”

Terlihat seluruh pria dan wanita yang berada diwarung remang-remang ini bersantai sambil menikmati puntungan demi puntungan rokok. Ketika jam mulai meninggi pengunjung secara bergantian menuju tempat untuk menunjukkan keahliannya dalam bernyanyi, para pengunjung dibatasi hanya sampai dua lagu saja. Sekitar hari menjelang gelap lampu kelap-kelip mulai dinyalakan oleh pengunjung dan mereka mulai bergerak ke lantai dansa bersama pasangan mereka masing-masing berjoget sambil berpelukan satu sama lainnya, ekspresi mereka terlihat sangat bahagia bersama pasangan mereka.

4.3.1.3.Bungalow atau Hotel kelas Melati

Hotel-hotel kelas melati yang terdapat disekitar jalan Jamin Ginting menuju Pancur Batu dan hotel-hotel di sekitar Bandar Baru merupakan lokasi kedua yang sering sekali dikunjungi “dating couples” selepas mereka melakukan pertemuannya di warung remang-remang. Namun hotel yang paling sering dikunjungi adalah hotel yang berada di sekitar Jalan Jamin Ginting dikarenakan dekat dengan warung remang-remang dan harga yang ditawarkan relatif murah.

Di tempat ini “dating couples” menunjukan kerinduannya terhadap pasangannya ditempat ini dengan obrolan-obrolan kecil diantaranya dan saling menceritakan keberadaan mereka ketika sedang tidak bertemu. Obrolan kecil yang

dimulai berujung pada pujian-pujian sehingga dapat memikat hati pasangan dan selanjutnya mereka akan berhubungan seksual.

Hotel kelas melati yang berbentuk seperti kamar di rumah tidak memiliki fasilitas dengan kualitas yang tinggi seperti hotel-hotel berbintang yang berdiri megah di tengah-tengah Kota Medan. Namun harga kamar yang ditawarkan cukup murah dengan fasilitas ac, televisi, springbed, meja, kursai, seperti kamar mandi di dalam ruangan tetapi dengan kualitas yang seadanya saja tidak seperti di hotel berbintang. Dalam penelitian yang dilakukan di Hotel Sehati di sekitar jalan menuju Pancur Batu pengelola hotel menyediakan garasi yang tertutup didepan kamar hotel dimana apabila pengunjung datang dengan membawa kendaraan maka rooling door

ataupun pintu garasa itu akan ditutup untuk menjaga privasi pengunjung dan kamar ini hanya seharga Rp. 70.000.

Wawancara CS, 16 Mei 2013 “…selepas dari warung remang-remang kami sewa kamar deket- deket sini karena kalau sewa kamar privasi lebih terjaga dan tidak canggung untuk ngapain aja karena gak takut diomongi sama orang- orang…”

Menuju arah Berastagi tepatnya di penatapan ada sebuah penginapan yang tidak memiliki nama, mereka menyediakan kamar-kamar dengan fasilitas televisi, spring bed, kursi yang terbuat dari bamboo, serta kamar mandi yang terdapat di dalam ruangan, kamar ini disewa senilai Rp. 100.000 berbanding jauh dengan yang berada di Hotel Sehati, tetapi penginapan ini menjual susasana dimana mereka menyediakan tempat duduk di halaman penginapan yang berhubungan langsung dengan bukit-bukit di Penatapan serta dapat menikmati dinginnya Penatapan dengan menikmati jangung bakar yang merupakan jajanan khas Penatapan.

Bungalow Latersia merupakan bungalow dengan taman yang besar merngelilingi lokasi ini, berbentuk sebuah villa dimana terdapat lima ruangan yang didalam ruangan tersebut terdapat tiga buah kamar dengan fasilitas spring bed, kursi dan meja yang terbuat dari bambu, lemari yang terbuat dari bambu, dan kamar mandi dengan bethup. Didepan kamar terdapat ruang tamu yang digunakan untuk bersantai serta memiliki teras dengan meja dan bangku yang terbuat dari bambu juga.

Bungalow ini dikelilingi rerumputan hijau dan sangat sejuk. Harga yang ditawarkan hanya Rp. 60.000 saja namun kondisi kamar yang diberikan hanya untuk berdua saja apabila pengunjung menyewa kamar dengan kondisi tiga orang maka akan dikenakan tambahan biaya Rp. 40.000 per orangnya.

4.3.2. Waktu Pertemuan

Waktu pertemuan “dating couples” melihat rutinitas pertemuan yang terjadi disesuaikan dengan kegiatan antar “dating couples” tersebut. Pria yang sudah menikah dan memiliki hubungan gelap lebih mengatur waktu untuk bertemu, daripada wanita yang sudah menikah dan juga memiliki hubungan gelap.

Wawancara SAN, 19 Mei 2013

“…aku juga punya keluarga yang harus ku biayai, sebelum kenal dia (pacar) aku memang sudah disibukkan dengan kebun sawit ku di luar kota (aek nabara) jadi dia memang sudah mengerti itu, tapi aku juga harus pintar-pintar ngatur waktu untuk bertemu…”

Pria lebih bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari ataupun perekonomian. Pria lebih disibukkan dengan masalah pekerjaan, sehingga seorang wanita yang menjalani hubungan gelapnya dengan seorang pria yang memiliki isteri akan lebih mengikuti waktu luang pasangannya untuk bertemu

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…laki-laki itu kan kepala keluarga jadi memang udah jadi tugasnya untuk membiayai keluarga. Kalau ada waktu aku pasti ketemu dengan dia,tapi tetap saja aku harus ngutamakan keluargaku…”

Wawancara HS, 4 Mei 2013 “...kalau dia ada waktu aja dia ke rumah terus sama-sama ke sana (warung remang-remang) , tapi kalau dia gak sempat aku ke sana sendiri sama teman-temanku..”

Ada juga beberapa wanita “dating couple” yang bekerja seperti CS dan US. Tetapi CS memberikan banyak waktu untuk bisa bertemu dengan pasangannya, sehingga pekerjaan tidak menghalangi pertemuan dengan pasangannya.

…gak mengganggu pekerjaanku, karena kerjanya palinglama jam empat sore udah selesai. Pulang kerja aku langsung ke sini (warung remang-remang)ketemu sama dia (pacar), walaupun kadang-kadang dia ada urusan sama keluarganya…

Sama dengan jawaban yang diberikan CS, US mengaku bahwa pekerjaannya tidak menghambat aktifitas untuk pertemuan di antara keduanya.

Wawancara US, 21 Mei 2013

“…kerja ku kan sore dan kami juga ketemu di tempat kerjaku (wrung remang-remang) jadi gak ada hambatan, selain itupun dia juga sering nginap di rumah ku…”

Dalam pertemuan terlihat bahwa pria yang sudah menikah dan menjalani hubungan gelap sulit untuk mengatur waktu bertemu, karena pria terlihat lebih menjaga keharmonisan di dalam keluarganya serta pasangannya. Sementara wanita sendiri walaupun mereka memiliki pekerjaan tetapi juga memiliki kelonggaran untuk bertemu dengan kekasihnya. Hal ini juga disebabkan karena adanya jarak antara suami. Jarak tersebut bisa dikarenakan pekerjaan suami seperti AT, dan MJ yang berada di luar kota ataupun suami yang meninggalkan isterinya tanpa atau dengan adanya status perceraian seperti US, HS, dan CS.

4.3.2.1.Pertemuan dengan Jadwal Tertentu

Pertemuan dengan jadwal tertentu adalah suatu kesepakatan bersama antar “dating couple”. Dimana adanya waktu yang ditentukan untuk setiap kali bertemu yang disesuaikan dengan rutinitas ataupun kegiatan sehari-hari “dating couple”.

Wawancara AT, 7 April 2013

“...kapanpun ketemuan aku bisa, karena memang gak ada kegiatan sama sekali. Aku cuman nunggu kabar dia kapan bisa ketemuan, tapi kalaupun gak ada dia aku tetap bisa pergi ke sana (warung remang- remang)...”

Seperti pertemuan antara AT dan BP. Pertemuan yang mereka lakukan tidak bisa pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin. Waktu yang tidak bisa bertemu tersebut dikarenakan pekerjaan pada hari Sabtu dan Senin yang tidak bisa diganggu dan pada hari Minggu ada rutinitas bersama keluarga untuk beribadah dan berlibur bersama

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…sering ketemu cuman kalau hari Sabtu, Minggu dan Senin gak bisa. Sabtu dan Senin aku harus apel. Hari Minggu itu udah hari untuk kebersamaan dengan keluargaku, udah memang dari dulu kalau hari Minggu harus berkumpul dengan isteri dan anak-anak…”

Pertemuan selain pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin selalu dilakukan AT dan BP dahulu ketika masih menjalin hubungan. Pertemuan tersebut dilakukan pada sore hari hingga malam hari dimulai pada jam empat sore hingga sepuluh malam.

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…setiap sore selain hari yang tadi kami ketemu di warung remang- remang, kadang ku jemput ditempat tertentu, kadang dia naik kereta ...”

Wawancara AT, 7 April 2013 “...sore sekitar jam empatan kami (dengan BP) ketemunya, sampai tutup warung remang-remang jam sembilanan....”

Apabila mereka tidak mengunjungi warung remang-remang, AT dan BP pergi menuju hotel kelas melati yang berada dekat dengan warung remang-remang.

Wawancara AT, 7 April 2013 “...kalau gak ke sini (warung remang-remang) palingan kami langsung ke hotel, kadang pengen kayak gitu (hubungan seksual) gak mungkin di depan umum....”

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…langsung janjian ketemu di tempat yang kami obrolin terus langsung sewa kamar ke hotel yang dekat-dekat aja. Gak bisa bebas kalau dilihat-lihat orang, walaupun banyak disini (warung remang- remang) yang datang sama pacarnya sendiri tapi kan gak enak juga ...”

Tidak ada waktu ataupun yang dikhususkan untuk mereka menju hotel kelas melati tersebut. Keinginan melakukan hubungan seksual diiringi dengan kesepakatan bersama antara AT dan BP ketika melakukan pembicaraan khusus.

Wawancara BP, 25 Mei 2013

“…gak pernah ada hari tertentu untuk ngelakuin itu (hubungan seksual), kapan pengennya aja. Kadang aku yang ngajak ke hotel, kadang dia luan yang ngajak. Jadi gak ada kepastian untuk ngelakukan yang kayak gitu (hubungan seksual), palingan sekali seminggu, kadang juga setiap ketemuan...”

Tetapi ketika AT dan BP bertemu di warung remang-remang dan ingin melanjutkan hubungan seksual mereka akan melakukan short time. AT dan BP pulang lebih awal dari warung remang-remang dan melanjutkannya di hotel kelas melati hingga jam dua belas malam.

Dokumen terkait