• Tidak ada hasil yang ditemukan

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Istilah kohesif mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Halliday dan Hasan (1976: 4) menyatakan “The concept of cohesion is a semantic one; it refers to the relations of meaning that exist within the text”. Ini berarti bahwa kohesi itu memungkinkan terjalinnya keteraturan hubungan semantik antara unsur-unsur dalam wacana, sehingga memiliki tekstur yang nyata.

Kohesi atau kepaduan wacana ialah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian yang koheren. Kohesi juga merupakan hubungan yang diciptakan sebagai hasil ketika interpretasi suatu unsur tekstual bergantung pada unsur lain di dalam teks (Renkema, 1993: 35). Dengan kata lain, kajian kohesi mengindikasikan bahwa makna yang digambarkan di dalam teks adalah makna yang diinterpretasikan oleh penutur dan petutur berdasarkan kesimpulan yang mereka buat tentang hubungan proposisi yang melandasi apa yang diujarkan.

Wacana yang baik dan padu disusun oleh kalimat-kalimat yang kohesif yang ditujukan dengan kehadiran pemarkah atau penanda khusus yang bersifat lingual formal sehingga kohesi memiliki peranan penting dalam wacana. Hal ini seperti yang diungkapkan Elhindi (2010: 139) dalam jurnalnya berbunyi “cohesion, which may be defined as the gramatical and lexical relations exist between various parts of spoken or written texts, is an essential feature of discourse’.

Dalam analisis wacana hubungan kohesif meliputi dua aspek yakni aspek gramatikal dan aspek leksikal. Kedua jenis kohesi ini terdapat dalam suatu kesatuan teks wacana. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan ujaran dalam bentuk kalimat untuk membentuk suatu teks wacana dengan cara menghubungkan makna yang terkandung di dalam unsur.

Kekohesifan sebuah wacana juga sangatlah mendukung kekoherensian. Sebagaimana dikemukakan oleh Halliday dan Hasan (1989: 65) “An important contribution to coherence comes from cohesion: the set of linguistic resources that

(2)

every language has (as the part of textual metafunction) for linking one part of a text to another” yakni sumbangan yang penting terhadap koherensi berasal dari kohesi, yaitu seperangkat sumber-sumber kebahasaan yang dimiliki oleh setiap bahasa (sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya) dengan kata lain, aspek-aspek yang membentuk kohesi di dalam wacana harus berkesinambungan dan membentuk kesatuan struktur teks agar mendukung kesatuan koherensi. Apabila tidak terdapat kepaduan dan kesinambungan, maka wacana tersebut menjadi kurang bermakna atau dapat mengakibatkan sebuah wacana yang dihasilkan tidak berterima maknanya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kohesi memegang peranan penting dalam mendukung koherensi suatu wacana. Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur bathinnya bersifat koheren. Sesuai dengan pendapatnya Sumarlam (2013: 40) menyatakan bahwa wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren. Jadi, Wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan melalui penanda kekohesian.

Dari uraian di atas, jelas bahwa aspek-aspek yang membentuk kohesi di dalam wacana harus berkesinambungan dan membentuk kesatuan struktur teks agar dapat mendukung koherensi. Apabila urutan arah atau bentuk pada suatu wacana tidak jelas maka akan menyebabkan ambigu bahkan tidak berterima dan membutuhkan pertanyaan serta tidak koherennya suatu wacana. Suatu ujaran yang tidak jelas maksud dan acuannya bukan merupakan wacana. Hal tersebut dapat dilihat pada perbandingan contoh wacana yang tidak padu pada no. (1) dengan wacana yang padu pada wacana no. (2) berikut ini.

Contoh 1 : Wacana yang tidak padu:

(1) Indonesia Lawyers Club edisi, hadir kembali dengan tema” Bisakah hak politik koruptor dicabut”, sambut presiden Indonesia lawyers club yakni Karni Ilyas”. (TWLT: N:8)

(3)

Bandingkan dengan contoh no. (2) berikut: Wacana yang padu.

(2) “Karni Ilyas: Pemirsa, kita bertemu kembali malam ini di diskusi Indonesia Lawyers Club, malam ini kita akan membahas tema yang kebetulan terakhir ini sering menjadi pembicaraan dengan adanya keputusan mahkamah baru dari peradilan kita yaitu pencabutan hak politik”. (TWLT: N:9 )

Pada contoh wacana nomor (1) di atas dikatakan tidak memiliki kekohesifan yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami dan menimbulkan pertanyaan serta keambiguan. Antara kata “Edisi” pada kalimat pertama dan sebelum kata “sambut “ pada kalimat kedua tidak memiliki unsur pertalian penunjuk, tidak jelas hubungan “edisi” dan “sambut “ yang di maksud sehingga tidak bersifat kohesif yang mendukung kepaduan wacana. Wacana tersebut menjadi kohesif apabila diberikan penanda kohesi berupa kata ganti pronomina demonstratif/penunjuk waktu yaitu “malam ini “ pada kata setelah “edisi”, dan kata ganti penunjuk waktu kini yakni kata “kini” sebelum kata “sambut” serta penggunaan persona pertama bentuk jamak berupa satuan lingual kita setelah kata kini, sehingga wacana tersebut dapat diperbaiki menjadi wacana yang kohesif sebagai berikut. “Indonesia Lawyers Club edisi malam ini, hadir kembali dengan tema ”Bisakah hak politik koruptor dicabut”, kini kita sambut presiden Indonesia Lawyers Club yakni Karni Ilyas”.

Pada contoh wacana nomor (2) tersebut dikatakan wacana kohesif dan padu/ utuh karena unsur-unsur penanda kohesif telah digunakan pada wacana tersebut. Penggunaan kata “kita” yang merupakan referensi persona I jamak yang mengacu pada pemirsa dan Karni Ilyas berupa aspek kohesi gramatikal dan repetisi “malam ini” yang merupakan penunjukan waktu tayang talk show ILC sebagai upaya kekohesifan wacana lisan tersebut.

Wacana lisan merupakan wacana yang disampaikan dengan media lisan. Wacana lisan yang digunakan sebagai sarana komunikasi dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan segala sesuatu yang menjadi buah pikiran, dan perasaan dalam bentuk ide, gagasan, ataupun pendapat. Wacana lisan dapat disampaikan secara langsung bertatap muka maupun disampaikan melalui media, misalnya televisi, radio, maupun telfon.

Dalam konteks wacana lisan, Kristina (2010: 90) menjelaskan bahwa “bahasa yang digunakan manusia pada dasarnya ada dua jenis, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis”. Sebagai bentuk wacana, bahasa lisan memiliki ciri dan karakter tertentu yakni

(4)

terdiri atas, fonem, kata, dan ujaran yang mengungkapkan makna, dan sikap, melalui pilihan kata, nada, tekanan kata dll. Bahasa tulis terbentuk dari huruf, asal kata, kata, kalimat, tata bahasa, register, genre dan idiologi. Ciri dan karakter bahasa lisan ini sangat penting karena berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam proses komunikasi lisan di dalam suatu masyarakat, dan dengan demikian penting pula dalam kaitannya dengan analisis wacana.

Wacana yang disampaikan dengan media lisan dapat dipakai dalam berbagai jenis kegiatan, salah satunya dapat dipakai dalam sebuah acara talk show. Oleh karena itu, talk show dapat dikategorikan sebagai wacana lisan. Proses terjadinya wacana lisan dalam percakapan talk show juga tidak terlepas dari hubungan antar bagian wacana yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi (cohesion) dan hubungan makna yang disebut koheren (coherence).

Talk show merupakan sebuah program televisi atau radio di mana seseorang ataupun grup berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, talk show menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Salah satu program talk show yang merebut perhatian khalayak pemirsa luas adalah tayangan Talk Show Indonesia Lawyers Club (ILC)di TV One.

Talk show ILC adalah sebuah program Talk show yang dikemas secara interaktif dan apik untuk memberikan pembelajaran hukum bagi para pemirsanya. Acara ini ditayangkan pada setiap hari Selasa pukul 19: 30 WIB oleh stasiun TV One. Talk show ini dipandu oleh Karni Ilyas. Seorang host yang bernama lengkap Sukarni Ilyas, Karni lahir di Balingka, Agam, Sumatera Barat, 25 September 1952; umur 61 tahun dan salah seorang tokoh jurnalis dan pejuang hukum Indonesia. Karni merupakan wartawan yang cukup sukses, dan banyak melahirkan liputan serta program-program unggulan (www.wikipedia.org).

Secara umum, alasan dipilihnya Talk show ILC sebagai objek kajian karena Talk show ini merupakan salah satu bentuk wacana lisan yang tidak terlepas dari pemakaian penanda kohesi yang banyak dan padat yang merupakan syarat keutuhan wacana dan kepaduan pendukung terjadinya wacana lisan tersebut. Setelah peneliti dengar dan perhatikan, ternyata dalam Talk show tersebut ditemukan banyak pemakaian

(5)

berbagai penanda kohesi gramatikal dan leksikal yang dapat mendukung kepaduan dan keutuhan wacana lisan Talk show itu sendiri .

Sementara itu, alasan khusus dipilihnya talk show ILC karena talk show tersebut merupakan salah satu jenis talk show yang menghadirkan pakar-pakar ternama, mulai dari pengamat-pengamat ternama, pakar bidang lain, dosen, mahasiswa, bahkan pejabat yang terkait dengan topik yang diangkat. Sehingga sering memungkinkan terjadi perdebatan diantara orang-orang yang pakar dibidangnya serta berkompeten untuk mengomentari persoalan-persoalan aktual yang menjadi topik diskusi dan sangat memungkinkan terjadi fenomena kebahasaan di dalamnya.

Analisis wacana lisan dalam acara talk show ILC, khususnya pada tanggal 23 September 2014. Dalam proses talk show ini akan di perlihatkan bagaimana sebenarnya struktur penggunaan bahasa yang para politisi gunakan. Dengan demikian, peneliti ingin meneliti piranti kebahasaan yang digunakan oleh partisipan dalam talk show tersebut khususnya dari aspek gramatikal dan leksikal, serta untuk mengetahui kepaduan wacana lisan berdasarkan penggunaan penanda kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan.

Penelitian-penelitian tentang analisis wacana telah banyak dilakukan terutama pengkajian terhadap analisis kohesi gramatikal dan leksikal, akan tetapi masih terbatas pada kajian wacana tulis seperti novel, cerpen, hikayat, puisi, naskah drama, dan editorial. Oleh karena itu, peneliti mendapat celah untuk melakukan penelitian tentang wacana lisan khususnya wacana lisan yang terdapat pada percakapan talk show yang belum pernah diteliti dari aspek kajian wacana, talk show yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang pada tanggal 23 September 2014 yang bertema”Bisakah hak politik koruptor dicabut”.

Di antara penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti kaji, yaitu mengenai penelitian-penelitian yang telah ada yang termuat dalam Jurnal Internasional, Makalah dan Tesis-tesis yang telah selesai disusun. Penelitian relevan di sini dimaksud untuk membandingkan antara penelitian peneliti sendiri dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

Beberapa penelitian yang dimaksud dengan bidang kajian yang sama yang telah dilakukan. Asuman dan Vasher (2013) Jurnal Vol.6, No.12 berjudul “Discourse Markers and Spoken English: Non Native Use In The Turkis EFL Setteing “. Dalam Journal English Language Teaching. Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan

(6)

penanda wacana lisan pada percakapan bahasa Inggris penutur asli dengan dengan penutur asing . Dari hasil penelitiannya terdapat perbandingan penggunaan penanda kohesi antara penutur asing dan penutur asli Turki, penutur asing lebih banyak menggunakan penanda dibandingkan dengan penutur asli, bisa dikatakan bahwa penanda kewacanaan yang digunakan oleh penutur asli bersifat terbatas.

Jianfeng (2012) Jurnal Vol.5, No.3 berjudul Discours Makers In College English Listening Instruction: An Empirical Study of Chinese Learners”. Dalam journal English Language Teaching. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap penggunaan penanda wacana bahasa inggris dapat meningkatkan kompetesi keterampilan mendengarkan instruksi dari mata kuliyah mendengarkan pada mahasiswa Cina. (non bahasa Inggris).

Huseyin (2012) jurnal vol.5, No.3 Maret berjudul Lexical Cohesion: An Issue Only In The Foreign Language”. Dalam JournalEnglish Language Teaching.Penelitian ini mengkaji tentang apakah ada kesamaan antara pemakaian perangkat kohesi gramatikal dalam menyusun teks dengan bahasa Turki maupun bahasa Inggris. Akan tetapi hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aspek leksikallah yang paling mendominasi dalam struktur penggunaan piranti kohesi. Adapun tujuannya yaitu penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemampuan membuat teks yang kohesif dalam bahasa Turki dan bahasa Inggris oleh mahasiswa Turki di ELF.

Dwi (2002) tentang Wacana Percakapan dalam Radio Amatir. Penelitian itu mengkaji tentang bentuk, struktur, dan karakteristik kebahasaan wacana percakapan dalam radio amatir ditinjau dari segi pragmatiknya. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah terletak pada fokus penelitian dan subjek penelitian yang tentu saja berimplikasi pada perbedaan bahasa komunikasi, setting dan hasil penelitian.

Sri (2010) tentang Penanda Kohesi Leksikal dan Gramatikal dalam Cerpen “The Killers” Karya Ernest Hemingway. Penelitian ini mengkaji tentang pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal pada sebuah cerpen serta mengulas alasan mengapa cerpen tersebut menggunakan penanda kohesi gramatikal dan leksikal.Sedangkan penelitian ini mengulas bagaimana kepaduan teks dengan adanya aspek gramatikal dan leksikal tersebut.

Ratnanto(2010)tentang Kohesi Gramatikal dan Leksikal Editorial “The Jakarta Post”. Penelitian ini membahas tentang jenis penggunaan penanda kohesi gramatikal

(7)

dan leksikal yang terdapat pada editorial berita serta bagaimana bentuk penggunaan penanda kohesi tersebut.

Agus (2003) tentang Wacana Lisan pada Interaksi Belajar Mengajar di Kelas. Penelitian ini memfokuskan pada bentuk interaksi, prinsip kerja sama dan konteks percakapan interaksi belajar mengajar yang ditinjau dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik.

Hidayatullah (2013) yang dimuat dalam makalah yang berjudul Kohesi Gramatikal dan Leksikal pada Karangan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Klaten. Makalah ini berisi tentang bentuk dan wujud pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal oleh siswa dalam membuat karangan pada pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa dalam membuat karangan sangat di dominasi oleh penggunaan aspek gramatikal dan leksikal, sehingga wujud karangannya berkutat pada aspek tersebut bukan pada wawasan pengolahan kosa kata yang tepat, sehingga kesan karangan siswa tersebut menjadi monoton.

Abdulhafeed (2012) jurnal Vol.5, No.5, Mei, berjudul “Use of Discourse Markers In The Composition Writing of Arab EFL Learners”. Dalam Journal English Language Teaching. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanda wacana pada teks komposisi yang dibuat oleh mahasiswa yaman di ELF didominasi oleh penanda elaborasi, yang terdiri dari konjungsi penyimpulan, pertentangan, kausalitas, dan konjungsi antar-topik.

Sarwiji (2008: 119-144) berjudul “Peranti Kohesi dalam Bahasa Indonesia”. Ditulis dalam buku Serbalingustik (Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa). Makalah ini menyajikan jenis-jenis peranti kohesi wacana baik dari segi gramatikal maupun kohesi leksikal dalam bahasa Indonesia.

Slamet (1994) tentang “Pemarkah Kohesif di Dalam Teks Pembukaan UUD 1945” yang berisi tentang kajian wacana pemakaian bahasa tulis yang memfokuskan kajian pada kohesif di dalam teks. Hasilnya menunjukkan bahwa pemarkah-pemarkah hubungan kohesif di dalam teks mencakup: refrensial dengan tipe personal dan demonstratif, konjungsi dengan tipe kausal, aditif dan temporal; serta leksikal dengan tipe sinonim dan kolokasi. Diantara tipe-tipe itu pemarkah yang paling banyak di dominasi oleh tipe aditif.

(8)

Chen (2007). Jurnal vol. 30, No. 5, Oktober, berjudul “Lexical Cohesion in Chinese College EFL Writing”. Dalam Journal CELEA. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan piranti kohesi leksikal dalam karangan yang ditulis peserta didik perguruan tinggi China. Hasilnya menunjukkan subkategori perangkat kohesi leksikal berupa kolokasi lebih sering digunakan pada tulisan bergaya narasi dan argumentasi.

Julianah. (2011). Jurnal Vol. 3, juni berjudul “Cohesive Device in Selected ESL Academic Papers”. Dalam Journal African Nebula. Penelitian ini mengkaji berbagai perangkat kohesif leksikal dan gramatikal yang digunakan pada beberapa makalah akademi ESL (English as Second Language). Hasilnya menunjukkan bahwa analisis fitur kohesif yang digunakan dalam makalah akademi mengungkapkan bahwa untuk teks menjadi kohesif maka harus dipegang bersama oleh perangkat linguistik berupa aspek leksikal dan gramatikal. Pengkajian dalam penelitian ini mengadopsi taksonomi hubungan kohesi yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan untuk membangun hubungan dalam sebuah teks.

Alarcon dan Morales. (2011). Jurnal Vol. 2, No. 5, juni berjudul “Gramatical Cohesion in Students Argumentatif Essay”. Dalam Journal of English and Literature. Penelitian ini mengkaji tentang kohesi gramatikal yang terdapat pada essay argumentatif siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa refrensi atau pengacuan merupakan peranti kohesif yang paling sering digunakan diantara piranti kohesi gramatikal yang ada pada karangan essay siswa.

Rustono dan Sari. (2011). Jurnal Vol. VII, No.1, januari berjudul “Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Karya Ilmiah Siswa SMA Sekota Semarang”. Dalam Lingua jurnal Bahasa dan Sastra. Penelitian ini mengkaji tentang wujud kohesi gramatikal dan leksikal yang tidak tepat dalam karya ilmiah siswa, dan frekwensi penggunaan sarana kohesi leksikal dan kohesi gramatikal pada karya ilmiah siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemakaian sarana kohesi leksikallah pada karya ilmiah siswa SMA sekota Semarang lebih baik daripada pemakaian kohesi gramatikal.

Ardanareswari. (2015). Tentang “Kohesi Dalam Novel Kelangan Satang Karya Suparto Brata”. Penelitian ini mengkaji tentang pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal pada sebuah wacana tulis yakni wacana dalam novel serta mengulas peran mengapa novel tersebut menggunakan penanda kohesi gramatikal dan leksikal.

(9)

Sedangkan penelitian ini mengulas bagaimana kepaduan teks dengan adanya aspek gramatikal dan leksikal tersebut.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing mempunyai objek penelitian tersendiri yaitu, bahasa Asing orang Turki, pelajaran mendengarkan mahasiwa Chines, percakapan radio, cerpen, karangan siswa, editorial dan percakapan interaksi belajar mengajar, dan karangan siswa. Sehingga dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di atas, terdapat persamaan-persaman bidang penelitian yaitu persamaannya terletak pada pemakaian penanda kohesi gramatikal dan leksikal, bidang kajian dan jenis sumber data yang sama yakni pada jenis sumber data yang menganalisis sumber data yang berbentuk tulis. Walaupun beberapa penelitian di atas berbentuk lisan, akan tetapi pengkajiannya masih bersifat perbandingan, artinya masih hanya meninjau sekilas bentuk pemakaian penanda kohesi yang digunakan pada percakapan penduduk setempat dengan percakapan penutur asing, dan belum membahas bentuk kohesi secara keseluruhan. Sedangkan perbedaanya adalah penelitian pertama meneliti tentang perbandingan penggunaan penanda kohesi penutur asing dan asli di Turki, yang kedua tentang kompetensi penggunaan penanda kohesi pada mata kuliyah mendengarkan, ketiga tentang penanda kohesi sebagai isu dan aspek leksikallah yang paling dominan, keempat tentang karakteristik kebahasaan ditinjau dari pendekatan pragmatik, yang kelima mengulas tentang alasan penggunaan kohesi gramatikal dan leksikal, keenam mengulas tentang penanda kohesi yang paling dominan, dan ketujuh mengulas tentang prinsip kerja sama, bentuk interaksi dan konteks munculnya interaksi percakapan, kedelapan mengulas tentang bentuk dan wujud pemakaian penanda pada karangan siswa, kesembilan mengenai penanda wacana komposisi pada siswa, kesepuluh mengulas jenis penanda kohesi gramatikal dan leksikal pada bahasa indonesia, kesebelas mengenai penada pemarkah pada teks, keduabelas mengenai subkategori yang dominan pada karya ilmiah peserta didik sekolah tinggi China, ketigabelas mengenai penggunaan piranti kohesi pada makalah akademik ESL, keempatbelas mengenai pengkajian kohesi gramatikal dan leksikal dalam essay siswa, dan yang terakhir mengenai pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal pada karangan siswa sekota Semarang.

Penelitian-penelitian tersebut di atas telah mengkaji kohesi yang dapat membantu peneliti untuk mengkaji kekohesifan pada wacana lisan talk show, namun

(10)

dalam penelitian yang telah dilakukan tersebut belum ada yang meneliti bagaimana penggunaan kohesi gramatikal dan leksikal pada wacana yang berbentuk lisan khususnya pada talk show, khususnya talk show ILC pada tanggal 23 September 2014 yang bertema “Bisakah hak politik koruptor dicabut” serta belum menetukan bagaimana kepaduan wacana lisan dengan adanya penggunaan penanda kohesi tersebut.

Adapun alasan pemilihan topik yang ditayangkan pada tanggal 23 September karena pada bulan tersebut rancangan pembuatan proposal penelitian ini dilakukan. Selain itu, karena pada tanggal tersebut peneliti anggap menarik untuk diteliti. Pengambilan sumber data pada tanggal 23 September juga disebabkan karena topik yang diangkat menarik yakni mengenai “Bisakah hak politik koruptor dicabut” tersebut, yang mampu membuat para politisi hukum di Indonesia bersikap tegas dalam menjalankan peraturan hukum negaranya. Ketika topik “Bisakah hak politik koruptor dicabut” dijadikan sebagai tema utama dalam pembahasan talk show ini, terlebih dengan dihadirkannya para partisipan talk show yang langsung sebagai pakar terkait dengan topik yang diangkat. Hal ini dapat berpengaruh terhadap proses menjalankan hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di Indonesia misalnya, dari waktu ke waktu perkembangan tindak korupsi sudah begitu meluas di masyarakat. Perluasan itu tidak hanya dalam jumlah kerugian keuangan negara dan kualitas tindak pidana yang dilakukan tetapi juga semakin sistematis dan meluas sehingga menimbulkan bencana kerugian bagi negara. Dalam sudut pandang hak asasi manusia, tindak pidana korupsi yang sistematis dan meluas juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak ekonomi masyarakat. Karenanya tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa. Oleh karena itulah topik pada tanggal 23 September yang bertema “Bisakah hak politik koruptor dicabut” peneliti anggap menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan pada penelitian ini peneliti rumuskan sebagai berikut.

(11)

1. Aspek gramatikal apa sajakah yang terdapat pada wacana lisan dengan tema “Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut” dalam Talk Show Indonessia Lawyers Club (ILC)pada tanggal 23 September 2014?

2. Aspek leksikal apa sajakah yang terdapat pada wacana lisan dengan tema “Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut” dalam Talk Show Indonessia Lawyers Club (ILC) pada tanggal 23 September 2014?

3. Bagaimanakah kepaduan teks dalam hal penggunaan penanda aspek gramatikal dan leksikal pada wacana lisan Talk Show ILC dengan tema “Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut” dalam Talk Show ILCpada tanggal 23 September 2014?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang menjadi objek penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan aspek gramatikal dan leksikal yang terdapat dalam wacana lisan “Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut” dalam Talk Show ILCpada tanggal 23 September 2014,

2. Untuk mendeskripsikan aspek leksikal yang terdapat dalam wacana lisan “Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut” dalam Talk Show ILC pada tanggal 23 September 2014,

3. Untuk mengetahui kepaduan teks dalam hal penggunaan penanda aspek gramatikal dan leksikal pada wacana lisan Talk Show ILC dengan tema “Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut” dalam Talk Show ILCpada tanggal 23 September 2014.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberi dua manfaat yaitu manfaat yang dapat memberikan sumbangan teoretis dan manfaat yang memberi sumbangan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Diharapkan melalui penelitian ini ada pemahaman lebih jauh mengenai wacana lisan karena bagaimanapun kajian seperti ini perlu dikaji secara menyeluruh di berbagai bidang objek penelitian.

b. Memberikan contoh tentang analisis linguistis terhadap penggunaaan aspek leksikal dan gramatikal pada wacana lisan di media massa khususnya media elektronik.

(12)

c. Sebagai motivasi peneliti untuk meneliti kajian analisis wacana pada bidang yang lain selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Para mahasiswa, dosen, guru dan kritikus baik dari sastra maupun linguistik dapat menambah pengetahuan lewat membaca hasil kajian analisis wacana lisan di media massa khususnya media elektronik.

b. Mendalami penggunaan aspek gramatikal dan leksikal kajian wacana lisan pada media massa khususnya elektronik pada tuturan nyata pada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

c. Hasil penelitian ini akan menambah wawasan keilmuan bidang analisis wacana khususnya analisis wacana lisan media massa khususnya media elektronik yang berbentuk percakapan Talk show.

E. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian bisa terarah dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada masalah pemakaian penanda kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan oleh partisipan pada talk show ILC serta menemukan kepaduan wacana lisan dengan adanya penggunaan penanda kohesi tersebut. Peneliti menggunakan tinjauan analisis wacana untuk menganalisis permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Data yang diambil sebagai objek penelitian berupa wacana lisan talk show ILC yang tayang pada tanggal 23 September 2014 yang bertema “Bisakah hak politik koruptor dicabut”

Referensi

Dokumen terkait

Mengukur dan menganalisis persepsi petani terhadap peran penyuluh pada kegiatan penangkaran benih IPB 3S dilakukan dengan mengunakan pengukuran data scoring skala

Hari dan waktu yang tepat dilakukan dengan mencocokkan antara nama penghuni rumah (kepala rumah tangga) dengan penanggalan berdasarkan hitung-hitungan yang

Hipotesis null :Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap persepsi pelajar terhadap pengalaman pembelajaran dengan halangan-halangan yang dihadapi oleh

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dibatasi oleh biaya, mutu, dan waktu (Sumber: Suharto,1999:3) Sehingga manajemen

Penguatan tata kelola Kurikulum 2013 ngawengku penguatan: (1) tata kerja guru nu sifatna kolaboratif, (2) manajemén sakola ngaliwatan penguatan kamampuh

kelas adalah faktor peserta didik. Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu

82 Teori ini dikembangkan oleh sarjana terkemuka Belanda disebut sebagai Islamolog Christian Snouck Hurgronje (1857-1936) yang selanjutnya dikembangkan dan

Ancasipun panalitèn punika inggih mênika (1) ngandharakên persamaan bunyi (Purwakanthi) wontên lirik lagu campursari anggitanipun Dhimas Tedjo, (2) ngandharakên diksi