• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD. Nur Baroroh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD. Nur Baroroh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD

Nur Baroroh 17 Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas

Vol. 16, No. 4, Agustus 2015 (Edisi Khusus)

ISSN 2087-3557

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN

ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL

STAD

Nur Baroroh

SMP Negeri 1 Comal Kab. Pemalang

Abstrak

Target dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peserta didik pada materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an melalui penerapan model pembelajaran STAD. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX E sejumlah 36 siswa. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 3. Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup. Penelitian dikatakan berhasil jika dari 36 siswa yang menjadi sampel dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an melalui model STAD menunjukkan 75% siswa secara klasikal mencapai KKM.

©2015 Didaktikum (Edisi Khusus) Kata Kunci: Kebiasaan; Adat; Etika; Novel Siti Nurbaya;Model STAD

PENDAHULUAN

Bahasa dalam sebuah negara merupakan hal yang sangat penting adanya. Bahasa selain sebagai alat komunikasi juga merupakan alat pemersatu antar warga negara. Pembelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan model yang inovatif untuk menumbuhkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Keterampilan berbahasa Indonesia terutama membaca sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Dalam membaca, sedikitnya ada enam kata yang harus dikenal yaitu literasi, iliterasi, aliterasi, literat, iliterat, dan aliterat.

Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks. Selain membutuhkan kemampuan visual untuk membaca lambang-lambang huruf menjadi bermakna, kemampuan kognitif untuk memahami bacaan pun diperlukan. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs terutama pada keterampilan membaca merupakan kegiatan reseptif aktif. Reseptif artinya dengan membaca pembaca menerima berbagai informasi, ide, gagasan dan amanat yang

(2)

ingin disampaikan penulis. Aktif artinya dalam kegiatan membaca pembaca melakukan kegiatan aktif menggunakan kemampuan visual dan kognitifnya.

Berdasarkan data hasil pra siklus, masih banyak peserta didik yang belum mampu mencapai nilai yang dipersyaratkan terutama pada materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30 an. Penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut antara lain karena: (1) Ketekunan peserta didik pada materi membaca dan mengidentifikasi novel masih sangat kurang; (2) Peserta didik jarang mengajukan pertanyaan ketika kurang memahami materi; (3) Kurangnya keaktifan peserta didik dalam mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru; dan (4) Kurangnya partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran STAD memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) Setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara; (2) Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik; (3) Membantu peserta didik untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak; (4) Melatih peserta didik dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif; dan (5) Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Dalam membaca, sedikitnya ada enam kata yang harus dikenal yaitu literasi, iliterasi, aliterasi, literat, iliterat, dan aliterat. Literasi ialah kemampuan membaca. Iliterasi berarti ketidakmampuan membaca. Aliterasi kerarti kekurangan sikap membaca. Literat adalah bentuk adjektiva yang berarti dapat menulis dan membaca dalam suatu bahasa. Iliterat adalah bentuk adjektiva yang berarti tidak bisa membaca. Aliterat merupakan bentuk adjektiva kata aliterasi. dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang berimplikasi adanya penulis.

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan sebagai akibat dari hasil pengalaman. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.

(3)

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD

Nur Baroroh 19 Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dila-kukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ngalim Purwanto mendefinisikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman, sedang Oemar Hamalik (1986: 40) mengatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses seseorang yang dilakukan secara sadar, dirancang untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku seseorang sehingga dapat mengembangkan dirinya kearah kemajuan yang lebih baik dari pengalaman dan interaksi yang telah dialaminya.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003: 9). Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning, pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran memiliki hakikat perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik.

Pembelajaran adalah proses dan cara menjadikan peserta didik untuk belajar. Pembelajaran di sekolah merupakan upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan menyiapkan menjadi warga negara yang baik. Pembelajaran yang baik harus didukung interaksi yang baik antara komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley dalam Jamal Abdul Azis (2013: 8) membagi 3 (tiga) macam hasil belajar, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan cita-cita.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu: (1) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia.Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu faktor biologis (misalnya: usia, kematangan, dan kesehatan) dan faktor psikologis (misalnya: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar); dan (2) Faktor yang bersumber dari luar manusia. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu faktor manusia dan faktor non manusia (seperti: alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik).

Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Dikembangkan oleh Mohamad Nur dalam Sergur (2008: 6-19). Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1) Mengajar, guru mempresentasikan materi pelajaran; (2) Belajar dalam tim, peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok mereka dengan dipandu oleh LKPD, untuk menuntaskan materi pelajaran; (3) Pemberian kuis, peserta didik mengerjakan kuis secara individual dan peserta didik tidak boleh bekerja sama; (4) Penghargaan, pemberian penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi dan tim/kelompok yang memperoleh skor tertinggi.

Yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran ini adalah: (1) Nilai rata-rata harian peserta didik. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk kelompok peserta didik yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok (jumlah nilai rata-rata peserta didik dalam suatu kelompok dibagi dengan banyaknya peserta didik dalam kelompok tersebut). (2) Guru membentuk kelompok peserta didik yang heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku/bangsa maupun agama. Jadi dalam setiap kelompok sebaiknya ada peserta didik yang pandai, sedang, atau lemah, dan masing-masing peserta didik sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri atas 4–5 peserta didik. (3) Guru mempersiapkan LKPD. LKPD itu untuk belajar dan bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan. (4) Kunci jawaban LKPD untuk mengecek pekerjaan peserta didik

(4)

(dicek oleh peserta didik sendiri). Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk diberi kunci jawaban LKPD. (4) Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh peserta didik. Kuis berbeda dengan ulangan harian. Waktu kuis berkisar antar 10–15 menit. (5) Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.

Langkah-langkah STAD dalam pembelajaran di sekolah: (1) Guru dapat meminta para peserta didik untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing. (2) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka. (3) Guru membagikan LKPD. Setiap kelompok diberi 2 set saja. (4) Anjurkan agar setiap peserta didik dalam kelompok dapat mengerjakan LKPD secara berpasangan dua-dua atau tigaan, kemudian saling mengecek pekerjaannya di antara teman dalam pasangan atau tigaan. (5) Bila ada peserta didik yang tidak dapat mengerjakan LKPD, teman 1 tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada temannya yang tidak bisa tadi. (6) Berikan kunci LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. (7) Bila ada pertanyaan dari peserta didik, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum mengajukannya kepada guru. (8) Guru berkeliling untuk mengawasi kerja kelompok. (9) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKPD. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. (10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami dan dapat mengerjakan LKPD yang diberikan guru. (11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan. (12) Setelah selesai mengerjakan LKPD secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh peserta didik. Para peserta didik tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan kuis, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. (13) Berikan penghargaan kepada peserta didik yang benar dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. (14) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para peserta didik tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. (15) Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para peserta didik kembali ke tempat duduknya masing-masing. (16) Guru dapat memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (diadaptasi dari Suharsimi Arikunto, 2006). Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mitra/pengamat untuk mendukung kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif. Penelitian berjalan sesuai dengan kurikulum sekolah. Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an melalui model STAD menunjukkan 75% siswa secara klasikal mencapai KKM.

Pada pra siklus masih bersifat konvensional, dengan kegiatan: (1) pembelajaran dengan metode cermah; (2) mengadakan tes formatif; (3) analisis hasil tes formatif; dan (4) mengamati aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran.

Hasil masukan pra siklus dianalisis dan solusinya diterapkan pada siklus 1. Pada siklus 1, perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru mitra mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik. Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku

(5)

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD

Nur Baroroh 21 novel angkatan 20-30an melalui model STAD. Semua data yang diperoleh pada siklus 1, dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan yang direkomendasikan pada tahap refleksi siklus 1.

Pada siklus 2, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang direkomendasikan dan dilaksanakan secara cermat. Guru mitra melakukan pengawasan secara detail terutama untuk mengetahui apakah perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan dilaksanakan. Akhir siklus 2 diberi tes formatif, dan semua data yang diperoleh dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 3.Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Materi pembelajaran pada pra siklus adalah mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an. Tes formatif dilaksanakan pada hari Jumat 6 Februari 2015 jam ke 3-4. Hasil tes formatif menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 22 peserta didik atau prosentase ketercapaian KKM baru 61,1%. Hal ini terjadi karena pembelajaran bersifat teacher center oriented. Pencapaian ini belum memuaskan dan masih jauh ketercapaian indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Pada siklus 1, pembelajaran diawali dengan guru melakukan apersepsi, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan kondisi fisik dan psikis, serta memberi motivasi agar peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Penyampaian materi menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan model STAD.

Hasil tes formatif siklus 1 yang dilaksanakan menunjukkan bahwa peserta didik yang telah mencapai KKM sebanyak 26 peserta didik (72,2%). Perolehan ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM.

Hasil refleksi dilakukan pada siklus 1adalah: (1) Peserta didik masih bingung dengan langkah pembelajaran dengan model STAD; (2) Penggunaan waktu dalam penerapan model STAD masih kurang optimal; dan (3) Masih ada peserta didik yang belum berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Beberapa hal hasil refleksi siklus 1 yang direkomendasikan untuk dilaksanakan pada siklus 2 adalah: (1) Menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran STAD agar peserta didik lebih memanfaatkan waktu secara efektif; (2) Lebih menarik minat dan perhatian peserta didik dalam pembelajaran melalui apersepsi yang lebih bervariasi; dan (3) Memberikan penghargaan pada peserta didik yang aktif agar peserta didik merasa yakin dan penuh percaya diri dalam berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.

Silkus 2 dilaksanakan dengan berpedoman pada hasil refleksi pada siklus 1. Pembelajaran diawali dengan guru mengadakan presensi peserta didik, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan kondisi fisik dan psikis, serta memberi motivasi agar peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Hasil penelitian siklus 2 berdasarkan tes formatif menunjukkan bahwa terdapat 31 peserta didik (86,1%) yang telah mencapai ketuntasan (KKM). Perolehan ini telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM pada tes formatif.

(6)

Pembahasan

Pada saat pra siklus proses pembelajaran masih konvensional (menggunakan metode ceramah). Kegiatan pembelajaran semestinya melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan peserta didik yang saling mempengaruhi dan memberi masukan sehingga kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai, dan senantiasa memiliki tujuan.

Pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah menempatkan guru sebagai aktor utama dalam pembelajaran sedang peserta didik ditempatkan sebagai objek pembelajaran. Model ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan peserta didik dalam proses pembelajaran karena peserta didik tidak terlibat secara aktif baik secara fisik, psikologis, maupun mental. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar peserta didik.

Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 1, peserta didik lebih terlibat dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta didik saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu menguasai materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an dengan sebaik-baiknya dan mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.

Peserta didik belum menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu 1) berada dalam tugas, yaitu tetap berada dalam kerja kelompok dan menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya; 2) mengambil giliran dan mengambil tugas, yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas; 3) mendorong partisipasi, yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok; 4) mendengarkan dengan aktif, yaitu mendengar dengan menyerap informasi yang disampaikan oleh teman dan menghargai pendapat teman; dan 5) bertanya, yaitu terampil menanyakan informasi/penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok.

Hasil tes formatif siklus 2 menunjukkan terdapat 31 peserta didik (86,1%) yang telah mencapai KKM. Perolehan ini telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% hasil tes for-matif pesertadidik mencapai KKM dalam pembelajaran matematika materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an melalui model pembela-jaran kooperatif tipe STAD. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD proses dan hasil belajar menjadi lebih cepat (faster), lebih baik (better), dan lebih mudah (easer).

Secara umum hasil tes formatif pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 ditinjau pada prosentase ketercapaian KKM dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik

61,10% 72,10% 86,10% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

PE R SE N TA SE

(7)

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD

Nur Baroroh 23

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Pembelajaran Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika Pada Novel Siti Nurbaya Melalui Model STAD”, peneliti menyimpulkan: (1) Melalui Model STAD dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bahasa indonesia materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an pada kelas IX E SMP Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Pembelajaran Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika pada Novel Siti Nurbaya melalui Model STAD dapat meningkatkan sikap dan minat belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Jamal Abdul Azis. 2013. Penggunaan Konsep Kesebangunan Segitiga dalam Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Laporan PTK SMP Negeri 2 Ulujami: Pemalang (Tidak Dipublikasikan).

Nur Baroroh. 2015. Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika pada Novel Siti Nurbaya Melalui Model STAD pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Comal. Laporan PTK SMP Negeri 1 Comal: Pemalang (Tidak Dipublikasikan).

Oemar Hamalik, 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Gambar

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik 61,10% 72,10% 86,10%0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%90,00%100,00%

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Penggugat dalam gugatan pada intinya mendalilkan bahwa pada tanggal 15 Pebruari 2002 setelah timbul keadaan kegagalan pembayaran kembali telah terjadi jual beli saham

Terdapat beberapa penelitian tentang penerapan metode Maternal Reflektif (MMR) pada anak tunarungu telah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik kelas X SMA

Konsep nilai hasil adalah suatu me lode daiarn sis lorn pengendaiian biaya dan waktu proyek, yang jugo rnampu mengendalikan kinerja kegiatan yang sedong beriongsung. Metode konsep

Jika kita mem-ahas tentan* +enye-a- *an**uan +enyalah*unaan dan keter*antun*an @at termasuk +erilaku merokok harus dimen*erti -aha seseoran* menadi keter*antun*an +ada suatu

jenis dana transfer yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berupa Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus untuk mendanai penyelenggaraan

kasus seperti ini si pelaku harus dijatuhi hukuman ta’zi>r. Disamping itu ta’zi>r berkaitan dengan hak Adami hanya dapat di maafkan oleh korban dan tidak dapat dimaafkan