• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Air merupakan komponen penting dan aset yang berharga dalam kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi dan cuci), kegiatan pertanian (mengairi sawah, kolam perikanan), industri dan bahkan rekreasi. Saat ini, air mengalami penurunan kuantitas dan kualitas karena terlalu banyak digunakan secara tidak hemat, keterbatasan untuk mengakses dan perubahan iklim. Pada saat kekurangan air, perebutan air akan menimbulkan konflik diantara pemakainya. Ismail Serageldin, sebagai wakil presiden Bank Dunia pernah berkata bahwa “if the wars of this century were fought over oil, the wars of the next century will be fought over water” yang dapat diartikan sebagai

perang saat ini adalah memperebutkan minyak, tetapi di abad yang akan datang akan memperebutkan air (Spoth, 2009).

Persoalan akan air ini juga tidak luput melanda Indonesia, biasanya diperebutkan antara rakyat dengan perusahaan besar ataupun antar masyarakat itu sendiri. Provinsi Dearah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai banyak sungai juga dihadapkan akan hal yang serupa. Provinsi Dearah Istimewa Yogyakarta dengan luas tanah 3.185,80 km2 mempunyai dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar yaitu DAS Progo di barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya. DAS Progo mempunyai keunikan dimana

(2)

ada bagian sungai Progo yang diambil airnya untuk dialirkan melalui selokan mataram yaitu tepatnya di Bendungan Karang Talun diwilayah Dusun Ancol, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selokan ini dibangun pada Pemerintahan Kolonial Belanda pada awal abad 19 dan dilanjutkan oleh Sri Sultan HB IX. Walaupun hanya mempunyai kedalaman 2 meter dan lebar 3-5 meter, Selokan Mataram mempunyai keunikan lain yaitu salurannya ada yang dibawah tanah, dibawah jembatan, dibawah sungai, diatas tanah dan bahkan ada diatas jalan raya memakai talang air. Menurut Dinas PUP ESDM Provinsi DI Yogyakarta, Selokan mataram secara garis besar terbagi dua yaitu Jaringan Irigasi Selokan Mataram I (sampai Sungai Opak) dan Jaringan Irigasi Selokan Mataram II (Selokan Van Der Wijck). Hulu kedua jaringan ini disebut Jaringan Induk Selokan Mataram yang panjangnya 3 km sebagai Titik 0

(nol) Selokan Mataram.

Tujuan awal pembangunan selokan ini adalah untuk mengairi lahan pertanian Belanda yang berupa padi dan perkebunan tebu di Sleman dan Bantul. Pada musim kemarau debit air berkurang sehingga jatah untuk pengguna berkurang. Hal ini yang memicu konflik antara petani padi dan pembudidaya ikan yang membutuhkan banyak air untuk mengisi kolamnya. Banyak pengguna air yang mengambil melebihi haknya bahkan menggunakan pipa PVC langsung dari saluran utama. Akibatnya petani yang berada di hilir kekurangan air dan mengakibatkan gagal panen. Banyak petani yang memprotes penggunaan air selokan mataram untuk kegiatan perikanan karena banyak memnyedot air dan hanya membuang air sisa kolamnya kesungai atau sawah dibawahnya sehingga

(3)

debit air selokan semakin menurun. Selain itu kerusakan saluran irigasi juga memperparah kelangkaan air ini.

Sebenarnya, Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” telah mengamanatkan negara untuk mengatur air. Saat ini upaya mengatur air telah diwujudkan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air yang intinya adalah negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari dan mengusahakan produksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengeksplorasi penyebab konflik, solusi atas konflik yang terjadi di Selokan Van Der Wijck dan peran stakeholder dalam penyelesaian konflik serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, khususnya di Kecamatan Minggir dan Moyudan.

(4)

Sumber : Bappeda Kabupaten Sleman, 2014

Gambar 1. Peta Kabupaten Sleman

Sumber : Dokumentasi penulis, 2014

(5)

1.2 Perumusan Masalah

Peran sektor pertanian sangat strategis dalam perekonomian nasional yaitu untuk swasembada beras dan ketahanan pangan yang dalam proses kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Oleh karena itu, irigasi sebagai salah satu komponen pendukung keberhasilan pembangunan pertanian mempunyai peran yang sangat penting. Kabupaten Sleman merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada dua selokan besar di Sleman yang berperan dalam menyuplai air untuk mengairi sawah, salah satunya adalah Selokan Van Der Wijck yang mengaliri daerah Kecamatan Minggir, Kecamatan Moyudan dan sebagian Kabupaten Bantul utara. Lima belas tahun belakangan, Kabupaten Sleman terkenal sebagai sentral perikanan darat seperti Nila, Gurami, Mas, Lele dan Udang Galah. Tak terkecuali, Kecamatan Minggir dan Moyudan termasuk sentra Udang Galah dan Gurami yang membutuhkan banyak air untuk budidayanya. Pada musim kemarau, biasanya debit selokan mengalami penurunan sehingga lahan sawah yang ada di hilir seperti Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Sedayu kekurangan air, bahkan ada yang kekeringan. Hal ini mengakibatkan konflik horisontal antar pengguna air selokan yaitu antara kelompok petani padi dan kelompok pembudidaya ikan. Bahkan petani padi sampai melakukan protes dan demo ke DPRD tingkat satu di Malioboro.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Resolusi apa untuk menyelesaikan konflik di selokan Van Der Wijck? 2. Bagaimana peran dari stakeholder dalam penyelesaian konflik? 3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi resolusi konflik?

(6)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan resolusi konflik yang telah dilakukan untuk mengatasi konflik di selokan Van Der Wijck

2. Menggambarkan peran dari stakeholder yang terlibat

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi resolusi konflik

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Akademik : menambah informasi dan pemahaman tentang pemanfaatan air, konflik dan resolusi konflik yang terjadi di selokan Van Der Wijck 2. Praktik : memberi informasi untuk Pemerintah Daerah dan stakeholder

tentang manajemen sumber daya air serta masukan saran dalam mencegah konflik yang akan datang.

1.6 Keaslian Penelitian

Penulis menyadari bahwa penelitian ini bukan penelitian satu-satunya yang mengambil permasalahan tentang resolusi konflik pemanfaatan sumber daya air, akan tetapi menurut penelusuran yang dilakukan peneliti secara kepustakaan baik pada media cetak maupun elektronik belum ada penelitian yang mengambil judul dan lokasi seperti tersebut diatas. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang resolusi konflik, akan tetapi berdasarkan studi komparasi ditemukan adanya perbedaan dengan penelitian penulis sebagai berikut ini :

(7)

1. Resolusi konflik dalam penyediaan air minum berbasis masyarakat di Kabupaten Magelang, Wahyu Hernowo, MPKD UGM, 2010. Penelitian ini berfokus pada masalah yang berkaitan dengan konflik pemanfaatan air dalam konteks system penyediaan air minum (SSPAM) berbasis masyarakat. Studi ini berfokus berbagai isu terkait dengan konflik penggunaan air dalam sistem penyediaan air berbasis masyarakat. Konflik dikelola dalam struktur sistem untuk menemukan sebab akibat untuk penyelesaian masalah.

2. Peran Forum Koordinasi Sekunder Sendang Pitu Irigasi Van Der Wijck dalam Penyelesaian Konflik Penggunaan Air di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman, Margaretha, Magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, 2010. Penelitian ini berfokus hanya kepada peran Forum Koordinasi Sekunder Sendang Pitu Irigasi Van Der Wijck dalam penyelesaian konflik antara petani sawah dan petani ikan di Kecamatan Minggir saja.

3. Konflik dalam Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Tambak, Kabupaten Bantul, Esty, MPKD UGM 2011. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persepsi dan mengidentifikasi bentuk respon masyarakat, serta konflik yang terjadi dengan metode kualitatif, induktif serta fenomenologi. 4. Negosiasi sebagai proses penyelesaian konflik : studi kasus dalam sengketa

lahan hutan di Indonesia, Dien Fahriyandy, MPKD UGM, 2013. Penelitian ini memfokuskan pada konflik hutan di mana kesepakatan yang dicapai. Penelitian ini hanya menunjukkan kesuksesan dari negosiasi sebagai resolusi konflik di Taman Nasional Tanjung Puting.

(8)

5. Konflik Antar Stakeholders dalam Pemanfaatan Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Bambang Susilo, MPKD UGM, 2008. Penelitian ini menelusuri ragam dan relasi konflik antar pihak yang terlibat dalam pemanfaatan lingkungan pesisir Kulon Progo untuk beragam kepentingan yang ternyata menimbulkan benturan kepentingan baik horisontal maupun vertikal.

Penelitian ini sama seperti penelitian terdahulu, membahas tentang resolusi konflik. Perbedaannya, penelitian ini memfokuskan pada resolusi konflik secara menyeluruh di sepanjang Selokan Van Der Wijck Kabupaten Sleman, tidak hanya Kecamatan Minggir saja karena suatu konflik yang melibatkan sumberdaya air harus dilihat utuh sepanjang aliran selokannya yaitu dari Minggir sampai Moyudan. Selain itu, penelitian ini juga menyajikan resolusi konflik yang utuh sampai terjadinya penyelesaian masalah, sedangkan penelitian terdahulu belum selesai konfliknya. Untuk memperjelas penelitian ini maka akan dibuat pemetaan stakeholder yang terlibat dalam konflik beserta analisanya.

Gambar

Gambar 1. Peta Kabupaten Sleman

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kehandalan merupakan kemampuan dalam memberikan layanan secara tepat dan akurat. Dalam hal ini guru BK berusaha untuk dapat

Karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha sirup pidada, mengkaji strategi pemasaran sirup pidada yang tepat di Desa Margasari dan mengkaji

(2) Dalam hal calon Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berstatus Pegawai Negeri Sipil maka yang bersangkutan harus melepaskan terlebih dahulu status kepegawaiannya, yang

Dalam gambar tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin besar prosentasi penambahan filler (serbuk) limbah arang kayu terhadap tanah lempung lunak maka nilai angka pori (e)

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan kadar air, kehilagan berat, perubahan warna, tekstur dan menentukan tingkat kerusakan yang terjadi selama

Observing the above-mentioned problems, a descriptive-analytical research with a method of empirical-juridical approach was conducted in Medan at Medan Timur Tax Office, and

Alirkan tumpahan ke area penampungan atau batasi pinggiran terluar area tumpahan dengan menggunakan bahan penyerap yang tidak mudah terbakar (misalnya pasir, tanah atau

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Hibriditas