• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI (PLI) INDUSTRI CAT. Disusun Oleh : YULI WICAHYO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI (PLI) INDUSTRI CAT. Disusun Oleh : YULI WICAHYO"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI (PLI)

INDUSTRI CAT

Disusun Oleh :

YULI WICAHYO

25313042

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013

(2)

i

DAFTAR

ISI

DAFTAR ISI ... i 1. Pendahuluan ... 1 1.1. Sejarah Cat... 1 1.2. Jenis Cat ... 2

1.3. Industri Cat di Indonesia ... 3

2. Produksi Cat ... 5

2.1. Bahan Pembuatan Cat ... 5

2.2. Proses Pembuatan Cat... 6

2.2.1. Pembuatan Cat Secara Umum ... 6

2.2.2. Proses Pembuatan Cat Solvent-Based ... 7

2.2.3. Proses Pembuatan Cat Water -Based ... 7

3. Penanganan Limbah Produksi Cat ... 8

3.1. Limbah Padat... 8

3.1.1. Kemasan bekas ... 8

3.1.2. Lumpur/Sludge ... 8

3.1.3. Sampah Domestik ... 9

3.2. Limbah Cair ... 9

3.2.1. Penanganan Limbah Cair ... 10

4. Kesimpulan ... 16

(3)

1

1.

P

ENDAHULUAN

1.1.

S

EJARAH

C

AT

Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan metrial-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik. Yang mengejutkan, cat-cat ini mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem Land Australia, dan lukisan-lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan.

Gambar 1. Cat di zaman purba

Orang-orang Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna, mereka menemukan cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya dari akar tanaman tertentu. Kemudian orang-orang Mesir itu menemukan kasein sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu, manusia mulai menemukan minyak tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai perekat cat. Saat ini walaupun telah ditemukan perekat/resin yang semakin baik dengan berkembangnya teknologi kimia, resin-resin natural hingga kini masih banyak dipakai (Anonim, 2007)..

(4)

2

1.2.

J

ENIS

C

AT

Jenis-jenis dan tipe cat adalah sangat banyak dan beragam, untuk mengklasifikasikannya bisa dari bermacam-macam mulai dari bahan penyusunnya sampai kegunaannya.

Gambar 2. Beberapa merk cat

Jika cat diklasifikasikan dari pembawa/pelarutnya, cat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu cat basis air (water-based) dan cat basis solvent (solvent-based). Untuk pengklasifikasian dari jenis binder/film formernya misalnya jika cat tersebut memakai resin epoksi maka cat tersebut digolongkan dinamakan cat epoksi, jika memakai binder alkyd dinamakan cat alkyd, jika memakai binder melamine dinamakan cat melamine, begitu seterusnya (Anonim, 2007).

Gambar 3. Jenis cat berdasarkan penggunaan

Dari penggunaan cat juga dapat diklasifikasi seperti cat mobil, cat tembok, cat genteng, cat kapal, cat kolam, cat primer, cat kayu, cat lantai/flooring, dan sebagainya.

(5)

3

Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis cat bisa dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Jenis - jenis cat (Susantyo, 2009 )

DASAR PENGELOMPOKAN

JENIS DAN KETERANGAN

BAHAN BAKU

Berdasarkan jenis resin yang dipakai: cat epoxy, polyurethane, acrylic, melamine, alkyd, nitro cellulose, polyester, vinyl, chlorinated rubber, dll Berdasarkan ada tidaknya pigment dalam cat tersebut, yaitu varnish atau lacquer (transparent, tidak mengandung pigment); duco atau enamel (berwarna dan menutup permukaan bahan, mengandung pigment). FUNGSI

Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion), anti jamur (anti fungus), tahan api, tahan panas (heat resistance), anti bocor (water proofing), decorative, protective, heavy duty, industrial dll.

METODE PENGECATAN

Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik, roll, dll.

LETAK PEMAKAIAN

Cat Primer (sebagai dasar), undercoat, intermediate (ditengah-tengah), top coat/finishing (pada permukaan paling atas dari beberapa lapisan cat), interior (di dalam tidak terkena secara langsung sinar matahari) dan exterior (di luar), dll.

JENIS SUBSTRAT

Cat besi (metal protective), lantai (flooring systems), kayu (wood finishing), beton (concrete paint), kapal (marine paint), mobil (automotive paint, plastik, kulit, tembok, dll.

KONDISI DAN BENTUK CAMPURAN

Cat pasta, ready-mixed, emulsi, aerosol, dll.

ADA TIDAKNYA SOLVENT

Water base, cat solvent base, tanpa solvent, powder, dll. MEKANISME

PENGERINGAN

Cat kering udara (varnish dan syntetic enamel), cat stoving (panggang), cat UV curing, cat penguapan solvent (lacquer dan duco), dll.

1.3.

I

NDUSTRI

C

AT DI

I

NDONESIA

Kebijakan lingkungan sudah tidak dapat disangkal dan merupakan keharusan yang perlu ditingkatkan oleh industri. Kepedulian industri terhadap lingkungan haruslah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan kebijakan perusahaan. Dengan semakin mengglobalnya pasar internasional (Era Pasar Global), maka industri harus dapat mengantisipasi globalisasi pasar internasional tersebut. Salah satu desakan pasar internasional adalah produk yang masuk ke pasar mereka harus diproduksi dengan proses produksi yang ramah lingkungan (green product). Hal ini berarti mulai dari bahan baku, teknologi proses, produk yang dihasilkan sampai

(6)

4

dengan limbah yang dibuang haruslah ramah terhadap lingkungan, dengan menghasilkan zero waste.

Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk menghindari kerusakan tersebut perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Salah satu komponen penting agar program tersebut dapat berjalan adalah dengan diberlakukannya peraturan perundang-undangan lingkungan hidup sebagai dasar dalam menjaga kualitas lingkungan. Dengan diberlakukannya peraturan tersebut maka hak, kewajiban dan kewenangan dalam pengelolaann limbah oleh setiap orang, badan usaha maupun organisasi kemasyarakatan dijaga dan dilindungi oleh hukum.

Arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri. Berkembangnya industri khususnya industri cat disamping akan mengahasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat juga akan membawa dampak negatif terhadap lingkungan hidup disekitarnya. Salah satu dampak tersebut adalah dihasilkannya limbah buangan. Berbagai jenis limbah buangan yang tidak memenuhi standar baku mutu limbah merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan yang utama.

Lingkungan yang telah tercemar dan rusak akan menimbulkan dan meningkatkan biaya eksternalitas yang harus ditanggung oleh masyarakat. Kondisi demikian rawan sekali terhadap resiko timbulnya konflik sosial yang pada akhirnya akan mengancam kelestarian dari industri itu sendiri.

Industri pembuatan cat di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Beberapa pabrik mengekspor produknya namun dalam jumlah yang tidak terlalu besar, karena kebutuhan pasar dalam negeri menghasilkan cat dekoratif dan 20% untuk kebutuhan industri dan penggunaan khusus. Kebutuhan terbesar dari pasar dalam negeri sekitar 70% adalah cat latek (water-based cat) dan sekitar 30% merupakan cat solvent-based.

Di Indonesia terdapat sekitar 65 pabrik cat berskala besar dan menengah serta sekitar 100 pabrik berskala kecil. Tiga pabrik terbesar mendominasi sekitar 50% pasar dalam negeri dan pabrik yang terbesar mendominasi sekitar 25%-nya . Beberapa

(7)

5

pabrik hanya memproduksi cat latek sedangkan pabrik- pabrik yang berskala besar memproduksi kedua tipe cat, yaitu cat latek (water-based cat) dan cat solvent- based (Hernadewita, ).

2.

P

RODUKSI

C

AT

2.1.

B

AHAN

P

EMBUATAN

C

AT

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cat adalah sangat banyak dan bervariasi, tetapi intinya cat terdiri dari padatan (solids) dan cairan (liquids). Dengan bagian padatan tersebut tertahan (tersuspensi) dalam porsi cairan atau carrier. Solids atau padatan adalah bahan yang tertinggal di permukaan setelah bagian liquids menguap (Anonim, 2007)..

Gambar 4. Bahan pembuat cat

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi cat adalah resin, pelarut, pigmen danekstender.

 Resin : Alkid, Aklirik, Vinil dan lain-lain

 Pelarut : Aromatik, Alifatik, Ketone, Alkohol, dan lain-lain

 Pigmen : TiO2 - Anorganik - Organik

 Ekstender : Kalsium Karbonat, Kapur, Tanah Liat dan lain-lain;

 Bahan Pembantu: Minyak Goreng, Plasticizer dan lain-lain.

Menurut Susantyo, bahan baku pigmen yang digunakan biasanya mengandung 60% FeO, ZnO, bubuk Zn dan pasta aluminium; 27% mengandung senyawa Pb dan Cr; dan 13% senyawa lainnya.

(8)

6

Ada dua jenis cat yang dihasilkan berdasarkan pemanfaatannya, yaitu: Cat Solvent-Based dan Cat Water-Based. Pada prinsipnya proses produksi pembuatan cat untuk Cat solvent-based dan water- based sama, namun proses pembuatannya masing- masing terpisah dan tidak menggunakan alat yang sama. Perbedaannya hanya pada bahan aditif pada tahap pra-pencampuran pada proses penggilingan dan proses pencampuran awal.

Untuk cat Solvent-Based bahan yang dimasukkan adalah resin, pigmen, ekstender, pelarut dan plasticizer; sedangkan pada cat water-based bahan yang dimasukkan adalah air, ammonia, dispersan, pigmen dan ekstender (Hernadewita, ).

2.2.

P

ROSES

P

EMBUATAN

C

AT

2.2.1.

P

EMBUATAN

C

AT

S

ECARA

U

MUM

Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-down, filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses pencampuran awal dimana bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler didispersikan ke pelarutnya dengan tambahan aditif yang sesuai seperti dispersing agent dan wetting agent.

(9)

7

Pada proses grinding partikel-partikel pigmen dihaluskan dengan mesin giling/grinder agar ukuran partikel menjadi lebih kecil dan diperoleh kehalusan dan warna yang diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching sampai packaging. Pada proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif, disaring dari kotoran saat pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya, dan pada akhirnya di kemas (Anonim, 2007).

2.2.2.

P

ROSES

P

EMBUATAN

C

AT

S

OLVENT

-B

ASED

Bahan baku resin, pigmen kering dan ekstender digiling dan diaduk dengan kecepatan tinggi pada tangki pengaduk atau pencampur. Selama proses ini berlangsung, bahan pelarut dan plasticizer dimasukkan ke dalam tangki pencampur. Proses ini disebut tahap pencampuran. Kemudian hasil dari proses pra-pencampuran dimasukkan ke tangki penggiling dan pengadukan lanjut untuk tahap proses pendispersian bahan yang telah dicampur.

Selanjutnya dilakukan tahap stabilisasi dalam tangki pengaduk dengan penambahan zat pewarna dan tinner (cairan yang mudah menguap). Proses selanjutnya adalah tahap stabilisasi dengan penambahan bahan resin untuk menghasilkan kualitas cat yang di inginkan, kemudian hasilnya dimasukkan dalam proses penyaringan. Produk dari hasil proses penyaringan kemudian memasuki proses pengalengan cat, penyegelan dan pengemasan produk akhir (Hernadewita, ).

2.2.3.

P

ROSES

P

EMBUATAN

C

AT

W

ATER

-B

ASED

Bahan baku air, ammonia, dispersan, pigmen dan ekstender digiling dan diaduk dalam tangki pengaduk/pencampur. Selama proses ini berlangsung, bahan pigmen kering dan ekstender pigmen dimasukkan ke dalam tangki pencampur. Proses ini disebut tahap pra-pencampuran. Kemudian hasil dari proses pra-pencampuran dimasukkan ke tangki penggiling dan pengadukan lanjut untuk tahap proses dispersi bahan yang telah dicampur dengan penambahan bahan penolong seperti resin, plasticizer, bahan pengawet, antifoaming (gelembung), bahan pengemulsi polivinil asetat (PVA) dan air sebagai tinner.

Proses selanjutnya adalah tahap stabilisasi dalam tangki pencampur untuk menghasilkan kualitas cat yang diinginkan, kemudian hasilnya dimasukkan dalam

(10)

8

proses penyaringan. Hasil proses penyaringan kemudian memasuki proses pengalengan cat, penyegelan dan pengemasan (Hernadewita, ).

3.

P

ENANGANAN

L

IMBAH

P

RODUKSI

C

AT

3.1.

L

IMBAH

P

ADAT

Limbah padat yang dihasilkan meliputi :

3.1.1.

K

EMASAN BEKAS

Limbah ini dihasilkan dari bekas kemasan bahan baku/penolong berupa kantong/sak atau karung dari kertas dan plastik. Penanganan limbah ini dilakukan dengan pengumpulan setiap hari kerja dan ditempatkan di TPS pabrik lalu diangkut/dibeli oleh perusahaan daur ulang kemasan.

3.1.2.

L

UMPUR

/S

LUDGE

Limbah ini dihasilkan dari proses pengolahan air limbah di IPAL pabrik. Limbah ini bersifat B3 (bahan beracun dan berbahaya) sehingga penanggulangannya sangat hati-hati mulai dari pengumpulan, pengeringan sampai pada pembuatannya menjadi flintkote sebagai produk sampingan (dengan catatan perusahaan telah memiliki izin pemanfaatan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup). Flinkote ini biasanya digunakan sebagai pelapis anti karat pada logam seperti pada bangunan maupun pada mobil.

(11)

9

3.1.3.

S

AMPAH

D

OMESTIK

Limbah dan sampah lainnya dihasilkan dari kegiatan kantor dan pabrik. Limbah ini berupa kertas, dedaunan dan lainnya dihasilkan dari kegiatan kantor dan pabrik. Pengumpulan dilakukan setiap hari kerja di TPS pabrik dan diangkut oleh Dinas Kebersihan Daerah ke TPA.

3.2.

L

IMBAH

C

AIR

Sumber utama limbah cair berasal dari pencucian, pembilasan dan pembersihan tangki serta peralatan proses produksi cat, yaitu :

 Air pencucian

 Ceceran dari proses produksi

 Laboratorium dan bak-bak pencucian

 Air pendingin dan boiler (blow down)

 Pencucian alat-alat transportasi bahan-bahan baku dan penolong pembuatan cat

 Peralatan pengendalian pencemaran udara yang menggunakan air seperti wet-scrubber dan alat lainnya.

Limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan dari pencucian peralatan pemroses serta pencucian dan pembersihan lantai. Pada beberapa pabrik cat, pencucian tangki dan peralatan menggunakan larutan kostik panas. Limbah cair dari pencucian ini kemudian ditampung dalam tangki atau drum penampung untuk pembuatan cat solvent based, sedangkan untuk pembuatan cat water-based, limbah cair dari pencucian tangki menuju ke unit pengolahan limbah cair.

Limbah cair dari pencucian peralatan pemroses cat solvent-based dapat dimanfaatkan lagi dengan menggunakan unit perolehan kembali pelarut supaya pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Faktor penjagaan kebersihan di pabrik atau proses produksi dapat mencerminkan pengelolaan limbah cair yang dilaksanakan, karena faktor ini dapat meminimumkan jumlah dan karakter limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan produksi.

(12)

10

3.2.1.

P

ENANGANAN

L

IMBAH

C

AIR

Pengolahan limbah cair industri cat dapat menggunakan teknologi pengolahan limbah secara fisik, kimia dan biologi untuk mengurangi kadar parameter utama limbah cair yang dihasilkan. Banyak logam berat yang terkandung dalam limbah cair produksi cat, seperti : merkuri (Hg), timbal (Pb), cadmium (Cd), kromium (Cr6+), seng (Zn), besi (Fe) dan titanium (Ti) serta parameter lainnya, tergantung pada jenis bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan. Pengolahan limbah cair yang dihasilkan dalam proses pembuatan cat dengan pemanfaatan IPAL yang meliputi :

1. Ekualisasi debit limbah dengan tangki pengumpul

Tangki yang satu ini bukanlah tangki untuk mengolah air limbah, namun berperan penting bagi proses pengolahan limbah. Tangki ekualisasi yaitu tangki yang digunakan untuk meredam variasi debit air limbah. Melihat tujuannya sebagai peredam variasi debit, tangki ekualisasi ditempatkan di awal rangkaian pengolahan air limbah

Tujuan utama dari instalasi tangki ekualisasi di dalam suatu instalasi pengolahan air limbah adalah untuk mencapai debit air limbah yang konstan atau mendekati konstan. Tercapainya debit yang konstan akan bermanfaat bagi unit-unit pengolahan selanjutnya, antara lain:

 Meningkatkan performa proses biologi akibat tidak adanya shock loading

 Meningkatkan kualitas efluen serta performa thickening (pengentalan lumpur) dalam tangki sedimentasi kedua karena solids loading yang konsisten

 Mengurangi luas area permukaan filter

 Meningkatkan kontrol penambahan bahan kimia dan keterandalan proses pengolahan kimia

Penempatan tangki ekualisasi dapat dilakukan secara in-line maupun off-line (disebut juga side-line). Penempatan secara in-line (Gambar 6 A) maksudnya adalah mengalirkan seluruh air limbah ke dalam tangki ekualisasi untuk kemudian dipompakan ke unit-unit pengolahan. Pada sistem off-line (Gambar 6 B), tangki ekualisasi hanya menampung kelebihan debit air limbah untuk kemudian dialirkan sebagai penambahan debit apabila diperlukan (Goel et al, 2005 dalam Anonim, 2009).

(13)

11

Gambar 6. in- line (A) dan off- line (B)

Volume tangki ekualisasi dapat dihitung menggunakan dua pendekatan, yaitu berdasarkan pola debit harian (flow balance) serta berdasarkan pola beban massa untuk polutan tertentu (composition balance). Flow balance digunakan saat komposisi air limbah yang masuk relatif konstan namun debit air limbah berfluktuasi seiring dengan waktu. Sementara itu pada composition balance berlaku sebaliknya. Metode flow balance adalah yang paling sering digunakan. Perhitungannya dilakukan menggunakan diagram Rippl dimana volume kumulatif di plot terhadap waktu.

Gambar 7. Diagram Rippl

Berdasarkan diagram di atas, volume tangki yang diperlukan adalah hasil penjumlahan antara AB dan CD. Hal penting dalam penentuan volume tangki

(14)

12

ekualisasi adalah penambahan safety factor yang biasanya sebesar 10-20% dari volume tangki (Metcalf & Eddy, 2004 dalam Anonim, 2009).

2. Pengaturan pH

pH adalah faktor yang penting dalam proses penyisihan logam. Hal ini disebabkan karena untuk setiap logam memiliki kondisi dimana dia bisa mengendap. Seperti contoh adalah dalam penyisihan logam kromium (Cr6+) yang bersifat oksidator kuat dimana sebelum diendapkan kromium (Cr6+) diubah dahulu menjadi kromium (Cr3+) yang lebih tidak berbahaya. Proses ini hanya dapat terjadi apabila keadaan pH nya asam sehingga perlu dikondisikan dahulu. Setelah menjadi kromium (Cr3+) baru dapat diendapkan tetapi setelah pH dinaikkan kembali.

3. Pengendapan dengan penambahan bahan kimia alum, kapur, PAC dan garam besi di dalam unit koagulasi

Beberapa proses penghilangan kandungan logam berat dapat dilakukan melalui proses pengolahan secara kimia seperti dengan presipitasi (pengendapan), adsorpsi (penyerapan), filtrasi (penyaringan) dan koagulasi. Pengolahan kimia yang biasa dilakukan yaitu melalui proses pengendapan dengan proses koagulasi-flokulasi dengan koagulan yang beragam. Koagulasi flokulasi merupakan metode yang efektif untuk pengolahan limbah industri yang mengandung logam berat, karena dengan metode ini akan terjadi pemisahan antara air dan lumpur/endapan.

(15)

13

Pemisahan ini terjadi karena adanya gaya tarik inti flok yang berasal dari endapan yang terbentuk, dapat menghilangkan beberapa jenis organisme dalam air, dan efektif untuk menghilangkan kekeruhan. Metode pengendapan dengan koagulasi ini dipilih karena dalam limbah cat terdapat konstituen kimia seperti kation-kation yang dapat diubah menjadi bentuk senyawa tak larut dengan menambahkan koagulan. Pada metode ini biasanya digunakan suatu koagulan sintetik. Koagulan yang umumnya dipakai adalah kapur, garam-garam aluminium seperti aluminium sulfat , garam-garam besi seperti ferri sulfat dan PAC (polyaluminium chloride).

4. Pengentalan atau pengeringan lumpur

Pengentalan lumpur dan pengeringan merupakan hal yang umum untuk sistem pengolahan yang lengkap, Sistem ini menggunakan pengental dan penjernih yang dilanjutkan dengan belt press atau gulungan pengeringan sedangkan air yang dihasilkan oleh perlakuan ini dikembalikan ke unit awal pengolahan limbah.

Belt Filter Press (BFP) merupakan salah satu unit yang digunakan di dalam proses sludge dewatering. Pada prinsipnya, proses yang berlangsung di dalam BFP adalah memeras cake (lumpur dengan konsentrasi padatan yang tinggi) di atas belt (sabuk berjalan) sehingga air yang masih terkandung di dalam cake dapat keluar dan lumpur menjadi kering. Tahapan proses pada sludge dewatering dengan BFP yaitu (sumber: www.gruptefsa.com dalam Anonim, 2009):

 Flokulasi

Kebanyakan lumpur memerlukan penambahan polimer sebagai flokulan untuk mempermudah proses separasi air dari dalam lumpur.

 Feeding

Lumpur yang telah bercampur dengan flokulan disebar secara merata ke atas permukaan belt.

 Penirisan

Proses awal pemisahan air dari lumpur dilakukan dengan cara meniriskan lumpur pada suatu zona penirisan yang memanfaatkan gaya gravitasi.

(16)

14

 Penyaringan

Penyaringan dilakukan dengan memberikan tekanan secara bertahap pada suatu zona tepat sebelum melewati silinder penggiling. Pada proses penyaringan ini volume dikurangi hingga 50%.

 Kompaksi dan Pengeringan

Kompaksi akhir dari cake dicapai pada saat tekanan dan gaya geser mencapai nilai tertingginya.

 Pembuangan

Cake yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku flinkote (dengan catatan perusahaan telah memiliki izin pemanfaatan limbah B3 dari KLH). Selain dimanfaatkan kembali dapat juga diserahkan kepada pihak ketiga untuk pengelolaannya. Dengan penggunaan BFP maka semakin sedikit limbah yang dibuang jadi semakin kecil juga cost yang dikeluarkan apabila dibandingkan tidak dilakukan pengeringan dengan BFP.

 Pembersihan Belt

Pembersihan belt secara harus dilakukan agar tidak ada limbah yang menempel. Hal ini dilakukan agar belt lebih tahan lama karena sangat dimungkinkan limbah B3 dapat merusak belt apalagi kalau limbah tersebut oksidator kuat.

Beberapa masalah dalam hal penirisan, melubernya lumpur, serta kadar padatan yang terlalu rendah di dalam cake dapat menurunkan kinerja BFP. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan masalah-masalah tersebut (sumber: SNF Floerger dalam Anonim, 2009)

Tabel 2. Permasalahan pada Belt Filter Press

Masalah Penyebab Solusi / Hal yang Harus

Diperhatikan

Penirisan lumpur yang kurang memadai

Kondisi pencampuran lumpur dengan flokulan kurang

optimal

Meningkatkan intensitas pengadukan, meninjau kembali

lokasi injeksi flokulan, memastikan bahwa lumpur terdistribusi secara merata di

atas belt. Belt kurang bersih sehingga

pori-pori pada belt tersumbat

Nozzle air pencuci (tersumbat/tidak), tekanan air pencuci (kemungkinan kurang

(17)

15

tinggi), debit aliran air pencuci (terlalu kecil/tidak), mengurangi

tekanan pada belt. Kualitas flokulasi kurang

optimal

Mengatur debit aliran lumpur dan flokulan

Melubernya lumpur ke bagian tepi belt

Dosis flokulan yang kurang optimal

Pengaturan dosis dapat dicoba dengan menurunkan dosis ke

batas minimumnya terlebih dahulu kemudian dinaikkan

sedikit

Penirisan Mempercepat proses penirisan lumpur

Input lumpur dengan kandungan padatan yang tinggi

Menurunkan debit lumpur, mengurangi lebar zona saluran

air, optimalisasi kekentalan cake.

Kandungan padatan di dalam cake yang

terlalu rendah

Kondisi pengadukan yang kurang baik

Melakukan modifikasi kondisi pengadukan

Kecepatan belt terlalu tinggi

Mengurangi kecepatan belt agar penirisan air dari dalam lumpur

lebih optimal atau meningkatkan tekanan pada

belt. Masalah pada polimer

(flokulan)

Menentukan dosis yang tepat atau memilih polimer yang

sesuai.

5. Filtrasi dengan menggunakan pasir atau media lainnya

Filtrasi merupakan proses pengolahan air dimana air dipisahkan dari koloid dan zat pengotor yang dikandungnya, jumlah bakteri berkurang dan karakteristik kimia air tersebut berubah, dengan cara melewatkannya melalui media berpori. Filtrasi merupakan proses pengolahan air limbah dengan cara mengalirkan air limbah melewati suatu media filter (lapisan berpori) yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan diameter dan tebal tertentu. Lapisan berpori ini dapat terdiri dari bermacam-macam bahan, seperti granular (kerikil), pasir, batuan kecil, antrasit, pecahan kaca, abu (Huisman, 1975 dalam Makhmudah, ).

Salah satu penerapannya adah saringan pasir lambat. Pada saringan pasir lambat, proses pemisahan kotoran dari air baku terjadi melalui kombinasi beberapa proses yang berbeda seperti mechanical straining, adsorpsi, sedimentasi,

(18)

16

dan aktivitas biologis serta bio-kimia. Mechanical straining adalah proses pemisahan partikel tersuspensi yang mempunyai ukuran terlalu besar untuk dapat melewati ruang antar butir pasir. Adsorbsi sederhana disebabkan oleh tumbukan antara partikel tersuspensi dengan butiran pasir, lapisan schmutzdecke berbentuk gelatin lekat (agar-agar) yang terbentuk pada butir pasir oleh bakteri dan partikel koloid. Proses sedimentasi terjadi dimana partikulat tersuspensi dengan ukuran yang lebih halus dari bukaan pori-pori antara butir pasir dengan pengendapan pada bagian sisi butir pasir. Bakteri yang terdapat pada lapisan schmutzdecke memanfaatkan zat organik yang terkandung dalam air baku sebagai sumber makanan.

6. Tangki penyimpanan akhir

Tangki penyimpanan akhir ini berguna sebagai penampung air hasil pengolahan IPAL. Air hasil olahan ini digunakan kembali dalam proses produksi sehingga mengurangi jumlah penggunaan air bersih dan mengurangi jumlah air limbah yang dibuang ke lingkungan.

Penanganan limbah cair untuk industri pembuatan cat terutama dilakukan pada saat pencucian peralatan pada pembuatan cat solvent-based yang tidak boleh tercecer dan masuk ke saluran drainase melalui pemeliharaan lingkungan pabrik yang baik dan benar, sehingga pembuatan cat solvent-based dalam pembuangan limbah diharapkan mencapai zero waste.

4.

K

ESIMPULAN

Pengelolaan limbah di pabrik cat telah menerapkan prinsip 5R apabila dapat dilakukan sesuai prosedur yang telah ada. Hal ini akan semakin baik apabila perusahaan cat memiliki izin pemanfaatan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup karena limbah sludge dari IPAL berkarakteristik B3. Pengelolaan timbulan limbah yang dihasilkan lebih difokuskan kepada pemanfaatan kembali sehingga semakin sedikit limbah yang dibuang ke TPA (untuk limbah padat) ataupun ke badan air penerima (untuk limbah cair) karena dilakukan recycle air hasil olahan IPAL.

(19)

17

D

AFTAR

P

USTAKA

1. Hernadewita . Pengaruh Penanganan Limbah Industri Cat Ditinjau dari Sisi Clean Technology dalam Manajemen Industri. [online]. 7 November 2013.

2. Makhmudah, Nisaul. PENYISIHAN BESI-MANGAN, KEKERUHAN DAN WARNA MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR LAMBAT DUA TINGKAT PADA KONDISI ALIRAN TAK JENUH STUDI KASUS: AIR SUNGAI CIKAPUNDUNG. [online]. 18 November 2013

3. Susyanto, Heri. 2009. Jenis Cat. http://www.geocities.com , diakses pada 7 November 2013

4. Susyanto, Heri. 2009. Pembuatan Cat. http://www.geocities.com , diakses pada 7 November 2013

5. Anonim. 2007. Sejarah Cat. http://cattembok.web.id, diakses pada 7 November 2013 6. Anonim. 2007. Jenis Cat. http://cattembok.web.id, diakses pada 7 November 2013 7. Anonim. 2007. Bahan Penyusun Cat. http://cattembok.web.id, diakses pada 7

November 2013

8. Anonim. 2009. Air Limbah. http://www.airlimbah.com/ , diakses pada 18 November 2013

Gambar

Gambar 1. Cat di zaman purba
Gambar 3. Jenis cat berdasarkan penggunaan
Gambar 4. Bahan pembuat cat
Gambar 5. Diagram alir pembuatan cat
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; kemampuan koagulan biji kelor dalam menurunkan turbiditas limbah cair industri pencucian jeans pada proses koagulasi/flokulasi,

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh biji kelor sebagai koagulan, pH limbah cair Industri tekstil (pencucian jeans) ukuran partikel biji kalor dan kombinasi biji

Limbah cair industri tapioka dihasilkan dari proses pembuatan, baik dari pencucian bahan baku sampai pada proses pemisahan pati dari airnya atau proses

Limbah cair tahu khususnya didaerah palembang banyak dihasilkan dari industri rumahan dengan instalasi yang sederhana dan penanganan limbah yang belum

Efek samping dari produk yang dihasilkan suatu industri adalah limbah industri. Dalam bidang teknik sipil, limbah cair yang mengandung sejumlah zat kimia yang masuk ke

Penurunan Kadar Total Suspended Solid (TSS) Limbah Cair Industri Pencucian Kendaraan Bermotor Dengan Menggunakan Pelepah Pisang; Kurnia Ardiansyah Akbar;

Hasil analisis limbah cair dari ketiga perusahaan yang diteliti menunjukkan bahwa inlet yang masuk ke bak penampungan mengandung bahan pencemar dan kualitas limbah cair dari

Limbah tempe dihasilkan dalam proses pembuatan tempe maupun saat pencucian kedelai, limbah yang diperoleh pun dapat berupa limbah cair maupun limbah padat.. Limbah