• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

PADA SISWA - SISWI KELAS VII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Skrips i

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

NAMA :

NI LUH PUTU KEMALA DEWI N.

011114039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

PADA SISWA - SISWI KELAS VII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

NAMA :

NI LUH PUTU KEMALA DEWI N.

011114039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Doa Yabes (1 Tawarikh 4:9)

”K iranya Engkau memberkat i aku berlimpah-limpah dan memperluas

daerahku, dan kiranya t angan-M u menyertai aku dan melindungiku

daripada malapet aka sehingga kesakit an t idak menimpa aku”.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orangtuaku yang telah memberikan doa, materi, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Someone, atas segala pengorbanan, semangat dan motivasi, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah diberikan.

(6)

v

(7)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : NI LUH PUTU KEMALA DEWI N. Nomor Mahasiswa : 011114039

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

(8)

vi

PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Ni Luh Putu Kemala Dewi N.

Bimbingan dan Konseling

2008

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Masalah penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa- siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun Ajaran 2007/2008?. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 42 orang. Angket penelitian ini merupakan modifikiasi kuesioner penyesuaian diri yang disusun oleh Agnes Dwi Eryani (2006). Modifikasi kuesioner yang dilakukan peneliti yaitu penambahan empat item pertanyaan pada bagian aspek lingkungan sekolah secara umum. Angket ini terdiri atas lima aspek yaitu peraturan akademik, peraturan administratif, peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan kegiatan sekolah, dan peraturan lingkungan sekolah secara umum.

(9)

vii

SCHOOL’S REGULATION AMONG THE SEVENTH GRADE STUDENTS OF

BOPKRI II JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2007/2008

Ni Luh Putu Kema la Dewi N.

Guidance and Counseling

2008

This research used descriptive research type that aimed to get the description of the distinction level of self-adjustment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The problem in this study was whether is a distinction level of self-adjusment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008?. The subjects of this research were 42 students of the seventh grade of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The questio n of this study was the modification of self-adjustment questionnaire which was assembled by Agnes Dwi Eryani (2006). The modification of questionnaire which was undertaken by the researcher was the addition of four items of questi on the part of environmental aspect of school in general. This questionnaire consisted of five aspects academic regulation, administrative regulation, maintenance and student’s self- treatment regulation, school activity regulation and school environment regulation in general.

(10)

viii

Penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kebaikan, bimbingan dan penyertaan-Nya selama penulisan skripsi ini. Didalam penyertaan dan bimbingan-Nya, penulis mendapatkan kekuatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan selaku sebagai dosen tamu.

2. Drs. Puji Purnomo,M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. J. Sumedi, sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan banyak masukkan- masukkan yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bekal dan bantuan pada penulis dalam menjalani tugas studi.

5. Kepala Sekolah dan keluarga besar SMP Kanisius Sumber Muntilan yang telah membantu penulis untuk memberikan ijin mengadakan uji coba.

(11)

ix semangat dan materi.

8. Lek Nano dan Lek Nani yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan selama uji coba penelitian berlangsung.

9. Someone, yang selalu memberikan semangat, dukungan doa, kesabaran.

10. Sahabat penulis Rani, Pri, Arny, Indira, Bety, Lia, Mas Bayu, Astri, Barnas, Bertus, Nur, dan semua teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat kepada penulis, terima kasih atas segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan sumbangan saran kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

(12)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... . viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 2

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Masalah... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Batasan Istilah... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 5

A. Penyesuaian Diri... 5

1. Pengertian Penyesuaian Diri... 5

2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri... 5

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi proses Penyesauian Diri... 10

C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik... 12

D. Penyesuaian Diri di Sekolah... 13

E. Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan Perempuan... 15

1. Penyesuaian Diri Pada Anak Laki- laki... 15

2. Penyesuaian Diri Pada Anak Perempuan... 16

F. Tata Tertib Sekolah... . 17

1. Pengertian Tata Tertib Sekolah... 17

(13)

xi

5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan

Siswi Perempuan Terhadap Tata Tertib Sekolah... 22

G. Hipotesis... 24

BAB III. METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 25

C. Alat Pengumpul Data... 26

D. Alat Pengumpulan Data... 28

E. Teknis Analisis Data... 29

1. Reliabilitas... 29

2. Validitas... 31

F. Uji Hipotesis... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35

A. Hasil Penelitian... 36

1. Penyesuaian Diri Siswa Keseluruhan dan Jenis Kelamin... 35

2. Bidang Penyesauian Diri dan Jenis Kelamin... 35

3. Chi Kuadrat... 40

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 41

BAB V. PENUTUP... 44

A. Kesimpulan... 44

B. Saran... 44

DAFTAR PUSTAKA... 46

(14)

xii

Halaman

1. Rincian aspek dan nomer- nomer item untuk uji coba penelitian... 26

2. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes... 31

3. Rincian aspek dan nomer- nomer item untuk penelitian... 32

4. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin... 36

(15)

xiii

Halaman

1. Angket penyesuaian diri siswa SMP terhadap tata tertib sekolah... 49

2. Hasil perhitungan reliabilitas dan validitas angket penyesuaian diri... 54

3. Hasil perhitungan chi-kuadrat secara keseluruhan... 57

4. Data mentah uji coba angket penyesuaian diri siswa... 58

5. Data hasil pengolahan kedalam bentuk diskrit uji coba angket penyesuaian diri siswa... 60

6. Data mentah per aspek angket penyesuaian diri siswa... 62

7. Tabel data uji coba validitas angket angket penyesuaian diri siswa... 64

8. Data mentah penelitian angket penyesuaian diri siswa... 67

9. Data mentah penelitian per aspek angket penyesuaian diri siswa... 69

10.Data hasil pengolahan penelitian kedalam bentuk diskrit Angket penyesuaian diri siswa... 74

(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan antara masa kanak-kanak kemasa dewasa. Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir yang kira-kira-kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Djiwandono, 2002: 93-94).

(17)

kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16). Pada saat itu remaja harus menyesuaiakan diri lagi di sekolahnya yang baru, guru, teman sebaya. Disini peneliti ingin meneliti penyesuaian diri terhadap tata tertib di sekolah. Tata tertib memuat beberapa aturan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Seperti siswa harus meminta ijin terlebih dahulu kepada guru yang sedang mengajar apabila siswa hendak mau keluar dari kelas, siswa dilarang buang sampah sembarangan, siswa harus memakai kaos kaki putih dan sepatu hitam, dan lain- lain. Apabila siswa tidak dapat mematuhi tata tertib di sekolah maka siswa akan mendapatkan sanksi dari sekolah, mulai dari sangsi ringan hingga berat.

Siswa yang dapat menyesuaikan diri di sekolah maka akan diterima oleh teman-temannya di lingkungan sekolah. Sedangkan siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri maka akan cenderung bersifat pasif terhadap perubahan yang terjadi sehingga akan menghambat perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya. Bagi siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan maka akan mengalami hambatan sehingga membutuhk an bimbingan dari konselor sekolah. Siswa ada yang penyesuian dirinya cepat dan lambat. Bagi siswa yang penyesuaian dirinya cepat maka tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangan dalam hal belajar maupun perkembangan kepribadiannya. Sedangkan bagi siswa yang lambat penyesuian dirinya akan merasa canggung dan akan mengalami hambatan dalam perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya.

(18)

berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Sedangkan anak perempuan identik dengan lebih pasif, menghindari situasi berbahaya, gampang menyerah, feminism, dan lain- lain.

Dari permasalahan tersebut sehingga peneliti ingin mengetahui penyesuain diri siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap tata tertib sekolah.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun Ajaran 2007/2008?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008

D. Manfaat Penelitian

(19)

E. Batasan Istilah

Ada istilah- istilah yang perlu dipertegas :

1) Penyesuaian diri siswa adalah kemampuan untuk dapat berperilaku dan bersikap yang sesuai dengan tuntutan yang berlaku di sekolah pada lima aspek peraturan, yang berhubungan dengan pengalaman siswa dalam mengikuti kegiatan di sekolah, yaitu: a) Peraturan akademik adalah yang menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, seperti kegiatan belajar- mengajar, waktu belajar, dan pelaksanaan ujian; b) Peraturan administratif adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan peraturan mengenai sangsi-sangsi; c) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa adalah menyangkut pemeliharaan dan merawat tubuh dan kerapian dalam berpakian selama di lingkungan sekolah; d) Peraturan kegiatan sekolah adalah yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler, upacara bendera, peringatan hari raya besar nasional dan keagamaan; e) Peraturan lingkungan sekolah secara umum adalah yang berhubungan siswa dengan perangkat sekolah dan sesama siswa dalam menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah.

2) Jenis kelamin adalah laki- laki dan perempuan.

(20)

5

KAJIAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Sebagai mahluk sosial, remaja dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

Menurut ahli psikologi istilah adjustment adalah penyesuaian pada berbagai macam kondisi atau hubungan-hubungan inter-personal dalam lingkungan sosial masyarakat. Dalam penyesuaian sosial manusia melakukan reaksi terhadap tuntutan-tuntutan dan tekanan-tekanan lingkungan sosial yang mengenai dirinya. Tuntutan-tuntutan ini dapat dari luar dan dari dalam diri manusia, kepada siapa manusia atau individu harus beraksi. Penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan dan kondisi-kondisi luar, itulah tuntutan dari luar. Sedangkan tuntutan-tuntutan dari dalam misalnya menghadapi lapar, haus, dan lain- lain. Jika mereka tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dari dalam tersebut,maka ia merasa tidak enak dan tidak nyaman (Fudyartanta, 2002:296).

(21)

secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima pandangan dan nilai- nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka dan mempelajari pola perilaku yang diterima kelompok.

Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa kemampuan penyesuian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah meninjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan akan sangat menentukan. Pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif. Pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya pada masa remaja sebagian berasal dari keinginan remaja untuk dapat diterima oleh kelompok dan sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu lebih banyak dengan teman sebaya.

Penerimaan dari teman-teman sebaya atau kelompoknya membuat remaja merasa nyaman. Remaja juga mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti geng atau kelompok besar. Nilai ini didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok.

(22)

pengelompokan sifat-sindroma aliensi- yang membuat orang lain tidak menyukai dan menolaknya (Hurlock, 1994:216).

Setiap remaja ingin menjadi populer. Ada dua macam tipe anak-anak yang populer dimata teman-teman sebayanya: anak-anak yang diabaikan dan anak-anak yang ditolak (Santrock, 2002:347). Anak-anak yang diabaikan (neglected children) menerima sedikit perhatian dari teman sebaya mereka, tetapi tidak berarti mereka tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Anak-anak yang ditolak (rejected children) adalah anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Mereka cenderung lebih bersifat mengganggu dan agresif dibandingkan anak-anak yang diabaikan. Anak-anak yang ditolak seringkali mengalami masalah penyesuian diri yang lebih serius dikemudian hari dalam hidupnya dibandingkan anak-anak yang diabaikan.

(23)

2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri

Ali (2005: 176) mengatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri baik jika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antar individu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya. Bahkan dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian diri itu dikatakan baik. Sedangkan menurut Warga (1983:24) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang penyesuaian diri baik adalah

a.) Memperlakukan orang lain sebagai individu. b.) Bekerja dengan kemampuan penuh.

c.) Produktif dalam masyarakat. d.) Mampu menikmati banyak hal.

e.) Mampu memecahkan masalah internal dan eksternal. f.) Mengenal, menerima dan memahami orang lain.

Selain itu Hurlock (1999) menyebutkan ciri-ciri orang yang berpenyesuaian baik adalah

a.) Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab yang sesuai dengan usia.

(24)

c.) Bersedia menerima tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mereka yang hidup.

d.) Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian.

e.) Senang memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan yang mengancam kebahagiaan.

f.) Mengambil keputusan dengan senang, tanpa konflik dan tanpa banyak meminta nasehat.

g.) Tetap pada pilihannya sampai diyakinkan bahwa pilihan itu salah. h.) Lebih banyak memperoleh kepuasan dari prestasi yang nyata

ketimbang dari prestasi yang imajiner.

i.) Dapat menggunakan pikiran sebagai ala t untuk merencanakan cetak biru tindakan, bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari suatu tindakan.

j.) Belajar dari kegagalan dan tidak mencari-cari alasan untuk menjelaskan kegagalan.

k.) Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau menerapkannya pada bidang yang tidak berkaitan.

l.) Mengetahui bagaimana bekerja bila saatnya bekerja dan bermain bila saatnya bermain.

m.)Dapat mengatakan “Tidak” dalam situasi yang membahayakan kepentingan sendiri.

n.) Dapat mengatakan “Ya” dalam situasi yang pada akhirnya menguntungkan.

(25)

p.) Dapat menunjukkan kasih sayang secara langsung dengan cara dan takaran yang sesuai.

q.) Dapat menahan sakit dan frustasi emosional bila perlu. r.) Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan.

s.) Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting.

t.) Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak kunjung berakhir.

Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa yang dapat menyesuaikan diri adalah siswa yang dapat menempatkan dirinya pada lingkungan sekitarnya seperti pergaulan dengan teman sebayanya, bagaimana siswa dapat berinteraksi dengan keadaan sekitarnya, dan lain- lain.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

Scneiders (Ali, 2005:181) mengatakan bahwa setidaknya ada lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja yaitu

1. Kondisi fisik

(26)

2. Kepribadian

Penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan karakteristik sejenis lainnya. Oleh sebab itu, semakin kaku dan tidak adanya kemauan serta kemampuan untuk merespon lingkungan, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Kemauan dan kemampuan untuk berubah ini akan berkembang melalui proses belajar.

3. Proses belajar

Kemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyelesaian diri individu karena pada umumya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi penyelesaian diri diperoleh dan menyerap kedalam diri individu melalui proses belajar.

4. Lingkungan

(27)

Pada umumnya, sekolah dipandang sebagai media yang sangat berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial, nilai- nilai, sikap, dan moral siswa. Dan di lingkungan masyarakat juga dapat menjadi berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi nilai- nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian diri.

5. Agama serta budaya

Agama berkaitan erat dengan faktor budaya. Agama memberikan sumbangan nilai- nilai, keyakinan, praktek-praktek yang memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu.

C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik:

Heuken (1992:49) mengatakan bahwa mengajak kita untuk menyadari beberapa petunjuk penyesuaian diri sebagai berikut:

1. Seseorang memenuhi kebutuhan penyesuaian diri yang baik dengan mempelajari perbuatannya sendiri.

2. Rintangan dalam mencapai kebutuhan penyesuaian diri adalah sesuatu hal yang wajar.

(28)

4. Rintangan dalam penyesuaian diri yang muncul perlu dihadapi dengan tenang agar tidak timbul kesulitan lebih besar pada rintangan yang baru.

5. Setiap cara memecahkan masalah penyesuaian diri entah benar dan entah tidak yang cenderung diulang akan menjadi suatu kebiasaan.

D. Penyesuaian Diri di Sekolah

Setiap awal tahun ajaran baru, siswa baru dihadapkan pada MOS (Masa Orientasi Siswa). Dimana siswa diperkenalkan pada lingkungan baru sekolahnya. Siswa diberi kesempatan untuk beradaptasi pada lingkungan barunya meliputi kadaan lingkungan sekolah, tata tertib sekolah, dan pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah serta relasi dengan guru dan teman sebaya.

Prayitno (2004) mengatakan bahwa penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah berarti meliputi siswa di lingkungan sekolah seperti sikap terhadap sekolah, tata tertib, fasilitas sekolah, interaksi dengan teman sebaya. Kegiatan akademik meliputi belajar perorangan, belajar kelompok. Pelaksanaan belajar di kelas meliputi terhadap guru, terhadap mata pelajaran dan persiapan ulangan.

Penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah yaitu mengenal seluk beluk gedung sekolah, menggunakan fasilitas sekolah untuk mendukung semua kegaitan belajar siswa serta memelihara keindahan, keamanan, dan ketenangan lingkungan sekolah sehingga siswa dapat belajar dengan baik.

(29)

berlaku. Seperti mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok, pembayaran iuran sekolah tepat pada waktunya, siswa harus memakai atribut sekolah sesuai dengan peraturan sekolah.

Siswa menggunakan fasilitas sekolah seperti siswa menggunakan ruang laboratorium sekolah, menggunakan lapangan basket, menggunakan lapangan sepakbola, dan lain- lain untuk kegiatan siswa dan bagaimana siswa menjaga kebersihan fasilitas sekolah. Di sekolah, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya dan guru.

Penyesuaian diri siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah yaitu siswa perlu menyesuaikan dan mengikuti kegaitan pendidikan di sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun kegaitan ekstrakulikuler. Kegiatan kurikuler mencakup penguasaan mata pelajaran yang menuntut pemahaman dan pengetahuan siswa. Kegiatan ekstrakulikuler mencakup keterampilan-keterampilan dan pelatihan diluar jam belajar formal seperti kegiatan pramuka olah raga, dan kesenian. Nasution (1983:79) mengatakan bahwa pada kegiatan akademik, meliputi bagaimana siswa mengikuti pelajaran di dalam kelas, mendengarkan guru saat mengajar, mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh tanggung jawabnya, berlaku jujur dalam ulangan, membaca ulang pelajaran di sekolah ketika telah usai pulang dari sekolah, siswa tidak diperbolehkan bercakap-cakap dalam kelas atau berjalan mondar- mandir karena mengganggu jalan pelajaran, dan lain- lain.

(30)

dan memahami apa yang diberikan oleh guru. Penyesuaian diri dengan teman sebaya berarti siswa mampu bergaul dengan teman di sekolah dengan tidak memandang asal, suku, agama, budaya, tingkat sosial dan mampu mengembangkan sikap tenggang rasa, setia kawan, dan bisa memahami orang lain.

E. Karakteristik Siswa Laki-laki dan Perempuan

1. Karakteristik Anak Laki-laki

Pada umumnya jenis kelamin laki- laki berbeda dengan jenis kelamin perempuan. Perbedaan ini dapat kita lihat dari fisik, harapan- harapan orangtua, serta kebiasaan-kebiasaan yang harus menunjukkan bahwa dia adalah seorang pria.

Hurlock (1999:159) mengatakan bahwa pria mempunyai tubuh yang lebih besar, otot yang lebih kua t, dan kekuatan otot yang lebih besar. Sehingga pria mampu melakukan hal- hal yang menuntut tenaga yang lebih besar.

(31)

cepat menyerah dalam mengerjakan sesuatu, dalam bekerja lebih menggunakan otak daripada perasaan, tegas dalam mengambil setiap keputusan serta menjadi pribadi yang mandiri. Ini berarti pria lebih mampu mengendalikan emosi dari wanita.

Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak laki-laki dituntut untuk bersikap tegar, maskulin, bertanggung jawab, pemberani. Sehingga anak laki- laki akan cenderung dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan lingkungan daripada anak perempuan.

2. Karakteristik Anak Perempuan

Peran anak perempuan terhadap anak laki- laki sangat berbeda didalam kehidupan sehari- hari. Perbedaan tersebut meliputi bidang penampilan, fisik, emosional, dan tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan.

Hurlock (1999:158) menyatakan bahwa pakaian yang melambangkan keterbatasan seperti ketidak mampuan untuk berjalan jauh karena tumit yang tinggi atau melakukan pekerjaan yang mudah robek dianggap sesuai bagi wanita.

Di masyarakat pada umumnya anak perempuan mempunyai tubuh yang lebih kecil, otot yang lebih kecil, kurang bertenaga. Anak perempuan menggunakan perasaan sehingga anak perempuan lebih sensitif daripada anak laki- laki.

(32)

dikemudian hari dan anak tersebut dituntut untuk cepat menyesuaikan diri dilingkungan sekolahnya. Maka anak tersebut akan mengalami hambatan. Karena peran anak perempuan yang menuntut mereka untuk lebih feminim, pasif, dan mempunyai kedudukan dibawah pria.

F. Tata Tertib Sekolah

1. Pengertian Tata Tertib Sekolah

Setiap sekolah mempunyai tata tertib yang beda-beda satu dengan lainnya. Subroto (1984:65) mengatakan bahwa tata tertib atau peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari- hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarannya. Sangsi yang diberikan mulai dari sangsi ringan hingga berat. Sangsi tersebut diberikan apabila siswa telah melanggar tata tertib yang sudah berlaku di sekolahnya.

2. Tata Tertib Bagi Siswa

Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 1 Mei 1974, No.14/U/1974 (dalam Subroto, 1984:65), tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut :

a.) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan Intra Sekolah:

1.) Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai.

2.) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai.

(33)

5.) Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.

6.) Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah.

7.) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakulikuler seperti : kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan lain- lain.

b.) Larangan- larangan yang harus diperhatikan :

1.) Meninggalkan sekolah/ jam pelajaran tanpa ijin kepala sekolah/ guru yang bersangkutan.

2.) Merokok di sekolah.

3.) Berpakaian tidak senonoh/ bersolek yang berlebihan. 4.) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran. c.) Sangsi bagi murid dapat berupa:

1.) Peringatan lisan secara langsung.

2.) Peringatan tertulis dengan tembusan pada orangtua. 3.) Diberhentikan sementara.

4.) Dikeluarkan dari sekolah

3. Bidang-bidang Tata Tertib

Peraturan-peraturan yang terdapat pada lingkungan sekolah dibagi menjadi 2 bagian yaitu peraturan akademik dan peraturan non-akademik (Bernadus, 2001). Yaitu:

a. Peraturan Akademik

(34)

b. Peraturan Non-Akademik

Menurut Ali (2005: 170) mengatakan bahwa sekolah perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan non-akademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan penggemar olahraga sejenis, kesenian, dan lain- lain

Dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1.) Peraturan administratif.

Adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan peraturan mengenai sangsi-sangsi bagi siswa.

2.) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa.

Adalah yang menyangkut tentang perihal pemeliharaan dan merawat tubuh dan perihal tentang kerapian dalam berpakaian selama di lingkungan sekolah seperti aturan tidak boleh berambut panjang dan memakai anting-anting untuk siswa putra, dan lain-lain.

3.) Peraturan kegiatan sekolah.

Adalah yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler, upacara bendera, peringatan hari raya besar nasional/keagamaan.

4.) Peraturan lingkungan sekolah secara umum.

(35)

4. Penyesuaian Diri Terhadap Tata Tertib

Ketika siswa kelas 1 baru memasuki sekolah menengah pertama. Siswa harus menyesuaikan diri terhadap sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri siswa salah satunya adalah penyesuaian diri terhadap tata tertib atau peraturan sekolah. Karena ketika siswa melakukan transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, mereka mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak dari posisi teratas (di sekolah dasar, mereka adalah murid- murid yang paling tua, paling besar, dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi terendah (di sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, menjadi murid-murid yang paling muda, paling kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16).

Sekolah terikat dengan beberapa peranan dan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Tetapi biasanya peranan yang diharapkan guru, murid, dan staf administrasi sekolah tertulis dalam peraturan sekolah. Sedangkan dalam keluarga tidak ada peraturan yang tertulis, namun harapan orangtua terhadapnya adalah supaya anaknya sukses (Bahar, 1989).

Prayitno (2004:16) mengatakan bahwa penyesuian diri terhadap tata tertib sekolah artinya siswa mampu memahami dan berusaha untuk mentaati peraturan-peraturan sekolah yang berlaku. Peraturan-peraturan tersebut seperti mengikuti jadwal pelajaran sekolah, aturan ijin masuk dan keluar selama pelajaran sekolah, membuat surat ijin tidak masuk sekolah, ketentuan seragam sekolah, dan pembayaran..

(36)

pertama memerlukan penyesuaian diri di sekolahnya yang baru. Diamna penyesuian tersebut meliputi penyesuaian diri terhadap tata tertib atau peraturan sekolah.

Tata tertib atau peraturan sekolah dari sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya berbeda-beda. Apabila siswa tidak mematuhi tata tertib tersebut, maka siswa akan dikenai sangsi yang berlaku di sekolah tersebut. Untuk itu siswa harus menyesuaikan dirinya di sekolahnya yang baru.

5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki-laki dan Siswi Perempuan

Terhadap Tata Tertib Sekolah

Setiap sekolah memiliki tata tertib sekolah dimana semua siswa wajib mematuhinya. Tata tertib sekolah mengandung tugas dan kewajiban, larangan- larangan, dan sangsi bagi siswa yang melanggar tata tertib tersebut. Siswa kelas satu membutuhkan penyesuaian diri di lingkungan sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri tersebut meliputi tata tertib, pergaulan dengan teman sebaya, lingkungan sekolah seperti gedung sekolah, ruangan kelas, dan guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut.

(37)

peran seks. Belajar melakukan peran seks yang diakui lebih mudah bagi laki- laki daripada bagi perempuan. Pertama, sejak awal masa kanak-kanak, laki- laki telah disadarkan akan perilaku seksual yang patut dan didorong, didesak atau bahkan dipermalukan sebagai upaya penyesuaian diri dengan standart-standart yang diakui. Kedua, dari tahun ke tahun laki- laki mengetahui bahwa peran laki- laki memberi martabat yang lebih terhormat daripada peran perempuan. Sedangkan anak perempuan identik dengan lemah lembut, tidak boleh agresif, feminim, me miliki perasaan lebih sensitif daripada laki- laki, dan sebagainya.

(38)

Sedangkan pada siswi perempuan, mereka dikatakan lebih penurut, pemalu, feminim, dan lain- lain. Oleh karena sifat pemalunya, maka hal itu membuat ruang gerak siswi untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya menjadi lembih sempit.

(39)

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah

(40)

25

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan dan diarahkan untuk menerapkan sifat suatu situasi pada waktu penelitian dilakukan (Furchan, 1982). Dalam kaitan ini penelitian ini dirancang untuk memperleh gambaran tingkat penyesuaian diri siswa-siswi kelas VII terhadap kehidupan sekolah di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

B. Populasi dan Sample Penelitian

(41)

Subjek penelitian dipilih kelas satu dengan alasan kelas satu dianggap sedang dalam proses penyesuaian diri, terutama penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya.

C. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa angket penyesuaian diri siswa. Angket ini merupakan pemodifikasian dari kuesioner yang telah disusun oleh Agnes Dwi Eryani (2006). Isi angket yang semula berjumlah 70 item diubah menjadi 74 item karena peneliti menambahkan 4 pertanyaan pada aspek peraturan lingkungan sekolah secara umum. Angket terdiri dari dua bagian yaitu identitas, petunjuk pengisian dan bagian pertanyaan tentang penyesuian diri siswa di sekolah, angket tersebut berdasarkan kelima bidang aspek tata tertib sekolah/ peraturan sekolah yang sudah ditentukan.

Pernyataan dipusatkan pada bidang-bidang peraturan akademik, peraturan administratif, peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan kegiatan sekolah, dan peraturan lingkungan sekolah se cara umum.

Tabel 1 : Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk uji coba penelitian.

No. Item

No.

Aspek

Positif

Negatif

Jumlah

Item

1. Peraturan akademik : a. Kegiatan belajar

b. Penggunaan waktu belajar c. Pelaksanaan ujian

(42)

2. Peraturan administratif 15,16,17,18, 19,20,21

22,23,24,25, 26,27,28

14

3. Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa :

a. Pemeliharaan dan perawatan tubuh

b. Kerapian berpakaian

29,30,31 37,38,39,40 32,33,34, 35,36 41,42 8 6 4. Peraturan kegiatan sekolah :

a. Kegiatan ekstrakulikuler b. Upacara bendera

c. Kegiatan hari besar nasional dan keagamaan 43,44 47,48,49 53,54 45,46 50,51,52 55,56 4 6 4

5. Peraturan lingkungan sekolah secara umum :

a. Kebersihan dan kerapian b. Hubungan dengan aparatur

sekolah

c. Hubungan dengan siswa

57,58,59 63,64 66,67,71,72 60,61,62 65 68,69,70, 73,74 6 3 9

Total

74
(43)

adalah pernyataan yang berisi tentang perilaku siswa yang tidak diharapkan. Pada saat mengisi kuesioner, siswa diminta memilih satu dari lima alternatif pilihan jawaban untuk tiap item. Setiap alternatif jawaban diberi skor yang besarnya berbeda-beda berdasarkan sifat item.

Skor pernyataan positif : Skor pernyataan negatif : Selalu = 4 Selalu = 1 Sering = 3 Sering = 2 Kadang-kadang = 2 Kadang-kadang = 3 Tidak pernah = 1 Tidak pernah = 4

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data peneliti melakukan tiga tahapan : 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini penulis melakukan berbagai persiapan untuk melakukan penelitian yang sebenarnya. Persiapan yang dilakukan peneliti adalah memodifikasi angket yang diadaptasi dari Agnes Dwi Eryani dengan mengkonsultasikan pada dosen pembimbing, kemudian peneliti memberitahukan kepada kepala sekolah SMP Kanisius Sumber Muntilan bahwa peneliti ingin mengadakan uji coba penelitian.

2. Tahap Uji Coba

(44)

pelajaran fisika dengan didampingi oleh Ibu Sri Rahayu dan pengisian ini berlangsung kurang lebih 45 menit. Dari hasil uji coba tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan item- item yang gugur atau valid. 3. Pelaksanaan Penelitian

Pene liti meminta ijin kepada Bapak Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Peneliti mengadakan penelitian di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, pada tanggal 22 Oktober 2007. Penelitian ini menggambil dua kelas dengan 42 responden. Pengisian angket penelitian ini dilakukan di kelas VII A dan kelas VII B dengan mengambil jam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan jam mata pelajaran matematika dengan didampingi oleh Ibu Win. Pengisian angket ini berlangsung kurang lebih 45 menit.

E. Teknik Analisis Data

1. Reliabilitas dan Validitas Angket Penyesuaian Diri

Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995: 209).

(45)

item- item bernomer gasal dan bagian kedua berupa hasil atau skor yang berasal dari item- item bernomor genap.

Hasil angket penyesuaian diri terhadap tata tertib ini disusun dalam bentuk skala diskrit. Skala diskrit adalah skor angka 1 dan 2 diubah menjadi 0 dan skor angka 3 dan 4 diubah menjadi 1. Reliabilitas angket penyesuaian diri siswa ditentukan dengan cara.

Langkah 1 : Menghitung koefisien korelasi skor item ganjil dan skor item genap dengan teknik korelasi Product-Mome nt dari Pearson dengan rumus :

( )( )

( )

{

2

2

}

{

2

( )

2

}

− − − = y y N x x N y x xy N rxy Keterangan : xy

r = Koefisien ganjil- genap N = Jumlah subjek

X = Belahan ganjil Y = Belahan genap

Langkah II : Menghitung reliabilitas skor item ganjil dan skor item genap angket penyesuaian diri dengan rumus Spearman-Brown sebagai berikut : rgg xrgg rtt + = 1 2 Keterangan : = tt

r Koefisien reliabilitas

(46)

Tabel 2 : Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes

Koefisien korelasi Klasifikasi

00 , 1 91 ,

0 −±

± Sangat Tinggi

90 , 0 71 ,

0 −±

± Tinggi 70 , 0 41 ,

0 −±

± Cukup 40 , 0 21 ,

0 −±

± Rendah

Negatif - ±0,20 Sangat Rendah Sumber : Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius. Hal 209.

Validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat pengukur tersebut (Masidjo, 1995: 244).

Untuk mencari validitas butir setiap item dengan mengkorelasikan skor setiap butir item dengan skor total peraspek. Selanjutnya proses menghitung validitas setiap item menggunakan rumus koefisien validitas. Rumus koefisien validitas yaitu :

( )( )

( )

{

2

2

}

{

2

( )

2

}

(47)

Keterangan :

xy

r = Koefisien Korelasi antara X dan Y

N = Jumlah Subjek

X = Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y = Skor total dari item per aspek

Sebagai kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total, biasanya menggunakan batasan rix ≥0,30. Apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batasan rix ≤0,30 (Azwar, 1999: 65).

Setelah dilakukan uji coba penelitian di SMP Kanisius Sumber, Muntilan pada tanggal 20 Agustus 2007. Maka didapatkan item- item yang valid dan gugur. Jumlah item- item yang valid terdapat 52 buah. Sedangkan jumlah item- item yang gugur dari 74 item yang diuji cobakan, terdapat 22 buah. Dan dari 22 buah item- item yang gugur, peneliti mengambil 10 buah item yang gugur untuk revisi. Rinc ian aspek dan nomer-nomer item untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 7 halaman 64.

Tabel 3 : Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk penelitian.

No. Item

No.

Aspek

Positif

Negatif

Jumlah

Item

1. Peraturan akademik : a. Kegiatan belajar

b. Penggunaan waktu belajar

(48)

c. Pelaksanaan ujian 10,11 12,13 4

2. Peraturan administratif 14,15,16, 17,18,19

20,21,22, 23,24,25

12

3. Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa :

a. Pemeliharaan dan perawatan tubuh

b. Kerapian berpakaian

26,27,28

30,31,32

29 4

3 4. Peraturan kegiatan sekolah :

a. Kegiatan ekstrakulikuler b. Upacara bendera

c. Kegiatan hari besar nasional dan keagamaan 33,34 37,38,39 43,44 35,36 40,41,42 45,46 4 6 4

5. Peraturan lingkungan sekolah secara umum :

a. Kebersihan dan kerapian b. Hubungan dengan aparatur

sekolah

c. Hubungan dengan siswa

47,48 52 54,55, 59,60 49,50,51 53 56,57,58, 61,62 5 2 9

(49)

F. Uji Hipotesis

Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik chi-kuadrat. Teknik chi-kuadrat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara frekuensi berbagai subjek, objek, kejadian, dan lain- lainnya yang termasuk dalam berbagai kategori (Furchan, 1982). Tetapi sebelum menguji hipotesis maka peneliti harus menempuh langkah pertama yaitu mencari mean.

Langkah 1 : Rumus Mean

N X

= Keterangan : =

X Jumlah keseluruhan total skor

N = Jumlah seluruh subjek

Langkah 2 : Rumus chi-kuadrat adalah sebagai berikut

X2=

(

)(

{

)(

}

)(

)

d b c a d c b a bc ad N + + + + − 2 Keterangan: X2= Chi-kuadrat

(50)

Langkah 3 : Besarnya derajat kebebasan diketahui dengan rumus df = (C−1)(R−1)

Keterangan :

df = Jumlah derajat kebebasan C = Jumlah kolom

(51)

36

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian secara sistematis guna untuk menjawab rumusan masalah yang dibuat peneliti yaitu “Apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri antara siswa putra dan siswi putri kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007-2008 terhadap tata tertib sekolah?”.

A. Hasil Penelitian

1. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin

Pada penyesuaian diri terhadap tata tertib ini dibagi menjadi dua kategori yaitu penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri yang kurang baik. Siswa dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik apabila memperoleh skor sama dengan atau lebih tinggi dari rata-rata skor total. Dan sedangkan siswa dikatakan penyesuaian diri yang kurang baik apabila siswa memperoleh skor dibawah rata-rata skor total. Dari hasil mean secara keseluruhan maka didapat rata-rata skor total pada angket tersebut adalah 209. Data hasil penyesuaian diri siswa secara keseluruhan dapat disajikan dalam tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4 Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin

Penyesuaian diri Jenis

kelamin Baik Kurang baik Total

(52)

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan :

a. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik

[

11

(

26,19%

)

]

lebih sedikit daripada jumlah siswa yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

13

(

30,95%

)

]

.

b. Jumlah siswa putri yang menyesuaiakan diri dengan baik

[

13

(

30,95%

)

]

lebih banyak daripada jumlah siswa putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

5

(

11,90%

)

]

.

c. Secara keseluruhan jumlah siswa yang menyesuaiakan diri dengan baik

(

)

[

2457,14%

]

lebih banyak daripada jumlah siswa yang menyesuaikan

diri dengan kurang baik

[

18

(

42,86%

)

]

.

2. Bidang penyesuaian diri dan jenis kelamin

(53)

Data hasil penyesuaian diri siswa secara keseluruhan dapat disajikan dalam tabel 5 dibawah ini :

Penyesuaian diri Jenis

kelamin Bidang penyesuaian diri

Baik Kurang baik Total

peraturan akademik 9 (21,43%) 15 (35,71%) 24 (57,14%)

peraturan administratif 15 (35,71%) 9 (21,43%) 24 (57,14%) pemeliharaan dan perawatan

diri siswa

14 (33,33%) 10 (23,81%) 24 (57,14%)

kegiatan sekolah 11 (26,19%) 13 (30,95%) 24 (57,14%)

Putra

lingkungan sekolah 13 (30,95%) 11 (26,19%) 24 (57,14%) peraturan akademik 11 (26,19%) 7 (16,67%) 18 (42,86%)

peraturan administratif 10 (23,81%) 8 (19,05%) 18 (42,86%)

pemeliharaan dan perawatan

diri siswa

15 (35,71%) 3 (7,14%) 18 (42,86%)

kegiatan sekolah 14 (33,33%) 4 (9,52%) 18 (42,86%)

Putri

lingkungan sekolah 14 (33,33%) 4 (9,52%) 18 (42,86%)

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan akademik

[

9

(

21,43%

)

]

lebih sedikit daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

15

(

35,71%

)

]

.

b. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan administratif

[

15

(

35,71%

)

]

lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

9

(

21,43%

)

]

. c. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
(54)

daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

10

(

23,81%

)

]

.

d. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap kegiatan sekolah

[

11

(

26,19%

)

]

lebih sedikit daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

13

(

30,95%

)

]

e. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekolah

[

13

(

30,95%

)

]

lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

11

(

26,19%

)

]

.

f. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan akademik

[

11

(

26,19%

)

]

lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

7

(

16,67%

)

]

.

g. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan administratif

[

10

(

23,81%

)

]

lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

8

(

19,05%

)

]

. h. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap

pemeliharaan dan perawatan diri siswa

[

15

(

35,71%

)

]

lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

3

(

7,14%

)

]

.
(55)

j. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekolah

[

14

(

33,33%

)

]

lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik

[

4

(

9,52%

)

]

.

3. Chi kuadrat

Setelah peneliti mencari chi-kuadrat secara keseluruhan, maka peneliti dapat menjawab hipotesis penelitian ini. Hasil dari chi-kuadrat secara keseluruhan adalah 2,8326. Hasil tersebut selengkapnya dapat dilihat pada lembaran lampiran halaman 57

Hipotesis penelitian :

Ada perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

Hipotesis statistika :

Ada perbedaan frekuensi penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

Hipotesis nol :

Tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

(56)

terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Peneliti akan membahas hasil penelitian, angket penyesuaian diri tersebut terdiri atas lima aspek. Dimana kelima aspek tersebut meliputi aspek peraturan akademik, aspek peraturan administratif, aspek pemeliharaan dan perawatan diri siswa, aspek kegiatan sekolah, aspek peraturan lingkungan sekolah secara umum. Dari hasil penelitian tersebut dapat menjawab semua hipotesis yang dibuat oleh peneliti. Dari hasil kelima aspek tersebut diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Hal tersebut tidak sejalan dengan hipotesis peneliti selama ini.

(57)

Sedangkan anak perempuan dimasyarakat pada umumnya anak perempuan mempunyai tubuh yang lebih kecil, otot yang lebih kecil, kurang bertenaga. Anak perempuan menggunakan perasaan sehingga anak perempuan lebih sensitif daripada anak laki- laki. Sedangkan Byrne (2003:193) mengatakan bahwa laki- laki seharusnya kuat, dominan, asertif, sementara perempuan seharusnya perhatian, sensitif, dan apresif secara emosional. Tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan seperti anak perempuan tidak boleh agresif, feminim, menghindari sesuatu yang berbahaya.

Kedua, Berkembangnya media seperti film dan iklan yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat akhir-akhir ini. Byrne (2003:201) mengatakan bahwa saat ini anak-anak dapat membaca cerita tentang pahlawan perempuan yang berani dan cerdas berperang, kalau perlu menyelamatkan laki- laki yang berada dalam bahaya. Selain itu juga didalam film- film dan program-program TV, perempuan semakin ditemui dalam peran yang aktif, asertif, dan terkadang agresif. Dari pernyataan tersebut dapat membuat masyarakat menjadi sadar bahwa perempuan mempunyai hak yang sama seperti laki- laki dan perempuan pun dapat berperan didalam masyarakat.

Ketiga, Memperoleh pendidikan yang sama antara laki- laki dan perempuan. Menurut Hurlock (1999: 162) mengatakan bahwa sejak pendidikan yang sama telah menggantikan ”pendidikan anak laki- laki” dan ”pendidikan anak perempuan” sejak taman kanak-kanak sampai universitas, nampak bahwa bilamana perempuan diberikan kesempatan pendidikan yang sama, mereka dapat mencapai hasil akademik yang sama dengan laki- laki.

(58)

dalam hal penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah. Siswa putra penyesuaian diri baik lebih sedikit daripada siswa putra ya ng penyesuaian dirinya kurang baik. Begitu pula sebaliknya siswi putri penyesuaian dirinya baik lebih banyak daripada siswi putri peyesuaian dirinya kurang baik. Dengan demikian jelas sudah bahwa perempuan mempunyai kesempatan yang sama seperti laki- laki, hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perempuan yang memperoleh pendidikan dan kesempatan yang sama sehingga hal tersebut berdampak pada banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dimasuki oleh perempuan dan mereka dapat menunjukkan prestasi ditempat kerja mereka dan disegala bidang.

(59)

44

PENUTUP

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat hasil penelitian sedangkan pada bagian saran memuat saran-saran untuk SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian adalah

1. Penyesuaian diri ini berdasarkan jenis kelamin yaitu putra dan putri secara keseluruhan, pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa putra dan siswa putri.

2. Uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa putra dan siswi putri.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah, maka peneliti akan menyampaikan beberapa saran-saran yaitu :

(60)

berlaku di sekolah tersebut. Dan siswa dapat mengurangi melakukan kesalahan di sekolah tersebut.

2. Program Konseling akademik perlu ditingkatkan dalam rangka membantu para siswa yang bermasalah dalam penyesuaian dirinya terhadap tata tertib sekolah. Dengan cara pemberian konseling individual maupun kelompok bagi siswa yang bermasalah.

(61)

46

Akinson, Rita L & Richard C. 1996. Pengantar Psikologi 1. Jakarta : Erlangga. Ali & Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).

Jakarta : PT Bumi Aksara.

Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahar, Drs. H. Aswandi. 1989. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Bernadus, D. 2002. Perilaku Menyimpang Para Siswa Di Lingkungan Sekolah SMU Sanjaya XIV Naggulan Kulon Progo Tahun Ajaran 2001/2002. Yogyakarta: Skripsi.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Fudyartanta, Ki RBS. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Hadi, S. (1981). Statistik jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM. Hartono. (2004). Statistika untuk penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mahmud. Drs. M. Dimyati. 1990. Pikologi Pendidikan. Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta.

Masijo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius.

Mu’tadin, Zainun. 2002. Mengembangkan Ketrampilan Sosial Pada Remaja. Jakarta : www.e-psikologi.com

Nasution, Dr.S. 1983. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Jemmars Bandung.

Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan. (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.

(62)

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perkembangan Anak (Jilid 2). (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Prayitno, Yohanes. 2004. Deskripsi Penyesuaian Diri Siswa Kelas Satu SMU Sanjaya Tahun Ajaran 2003/2004 Pada Kehidupan Sekolah Ditinjau dari Jenis

Kelamin dan Status Ekonomi Keluarga. Yogyakarta : Skripsi.

Santrock, John W. 2002. Life-span development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 1). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. 2002. Life-span development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 2). Jakarta : Erlangga.

Sarmento, Rosa Bruno. 2000. Deskripsi Penyesuaian Siswa Terhadap Kehidupan Di Sekolah Studi Pada Siswa I SMU Tiga Maret (GAMA). Yogyakarta : Skripsi. Vembriarto, St. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.

Warga, Richard G. 1983. Personal Awarness A. Psichology of Adjustment. (Terjemahan). Buston : Houghton Mifflin Company.

(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)

Gambar

Tabel 2 : Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes
Tabel 3 : Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk penelitian.
Tabel 4 Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin

Referensi

Dokumen terkait

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

unit
 20
 1.100.000.000
 APBD
Kabupaten
 Dinas
PU
 Kabupaten
 Gorontalo
.

Sebelum melaksanakan praktek mengajar, praktikan membuat RPP sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Praktikan mendapat kesempatan untuk mengajar menggunakan

Kabupaten dan Pengiriman Lomba Tk...

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mencari dan membandingkan besar tegangan torsi, geser,dan lentur yang terjadi pada struktur balok

Peran dokter umum dalam pelayanan kedokteran forensik antara lain pemeriksaan korban tindak pidana hidup, pemeriksaan korban tindak pidana meninggal, sebagai saksi

Terhadap Produktivitas tenaga Kerja (Survey pada Tenaga Kerja Industri.. Novialita Silalahi, 2015. PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS

Hasil dari penelitian ini setelah dilakukan analisis regresi model logit dengan menggunakan tingkat signifikasi 0,05 menunjukan bahwa variabel selisih pendapatan