• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - ANALISIS PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA YOGYAKARTA (PERIODE TAHUN 2008-2015) - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - ANALISIS PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA YOGYAKARTA (PERIODE TAHUN 2008-2015) - UMBY repository"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang

diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

milik daerah dan lain-lain PAD yang sah (Mardiasmo:2002).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 ayat (18)

menyebutkan bahwa “Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD

adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan

Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.” PAD

merupakan sumber pendapatan daerah yang dapat dijadikan sebagai salah

satu tolok ukur bagi kinerja perekonomian suatu daaerah. Dalam

undang-undang tersebut Pasal 6 disebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan

PAD terdiri dari :

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

d. Lain-lain PAD yang sah

(2)

2) Jasa giro

3) Pendapatan bunga

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,

dan

5) Komisi, potongan, atau apapun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh

daerah.

2. PAJAK DAERAH

Menurut Mardiasmo (2011) pajak daerah adalah pajak yang

dipungut daerah berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh daerah

(melalui Peraturan Daerah) untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga

Pemerintah Daerah. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009, pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah

yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara

langsung dan dapat digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. FUNGSI PAJAK DAERAH

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang mempunyai

(3)

a. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah,

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau

melaksanakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.

Fungsi pajak daerah tidak jauh beda dengan fungsi pajak pada

umumnya. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah memiliki fungsi

sebagai salah satu sumber penerimaan daerah untuk membiayai rumah

tangga pemerintahannya dalam segala bidang.

4. JENIS PAJAK DAERAH a. Pajak Provinsi

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 terdiri

dari :

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4. Pajak Pengambilan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

b. Pajak Kabupaten/ Kota

Pemerintah Kota Yogyakarta mengatur pajak daerah dalam

(4)

restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak

parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet.

Namun dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai

revisi dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, yang

mengamanatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

(PBB-P2) serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

(BPHTB) sebagai pajak daerah yang kewenangannya dilimpahkan

kepada daerah, maka pemerintah daerah kini mempunyai tambahan

sumber PAD yang berasal dari pajak daerah (diatur dalam Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2011), sehingga saat ini jenis pajak daerah

di Kota Yogyakarta terdiri dari 10 jenis pajak, yaitu :

1) Pajak Hotel

Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan

oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai

kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan

kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Tarif

pajak hotel ditetapkan sebesar 10%.

2) Pajak Restoran

Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan

(5)

pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang

dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan

maupun di tempat lain. Tarif pajak restoran ditetapkan sebesar

10%.

3) Pajak Hiburan

Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan

hiburan dengan dipungut bayaran. Tarif pajak hiburan

ditetapkan sebagai berikut :

a) Tontonan film sebesar 10%

b) Pagelaran kesenian non tradisional, musik, tari dan/ atau

busana sebesar 15%

c) Pagelaran kesenian tradisional sebesar 7,5%

d) Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya sebesar 30%

e) Pameran sebesar 10%

f) Diskotik, karaoke dan klub malam dan sejenisnya sebesar

40%

g) Karaoke sebesar 30%

h) Sirkus, akrobat dan sulap sebesar 20%

i) Permainan bilyar, golf, bowling sebesar 20%

j) Pacuan kuda dan kendaraan bermotor sebesar 20%

k) Permainan ketangkasan sebesar 20%

(6)

m) Pertandingan olah raga sebesar 5%

n) Pusat kebugaran (fitnes center) sebesar 10%

Tarif pajak hiburan tersebut dikalikan dari dasar

pengenaaan pajak hiburan yaitu jumlah uang yang seharusnya

diterima penyelenggara hiburan termasuk potongan harga dan

tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.

4) Pajak Reklame

Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan

reklame yang meliputi reklame papan/ billboard/ videotron/

megatron dan sejenisnya, reklame kain, reklame melekkat

(stiker), reklame selebaran, reklame berjalan (termasuk pada

kendaraan), reklame udara, reklame apung, reklame suara,

reklame film/ slide, dan reklame peragaan. Tarif pajak reklame

ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame yang ditetapkan

berdasarkan nilai kontrak reklame.

5) Pajak Penerangan Jalan

Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan

tenaga listrik dari sumber lain kecuali penggunaan tenaga listrik

oleh instansi pemerintah dan pemerintah daerah, penggunaan

tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh

(7)

balik dan penggunaan tenaga listrik yang digunakan untuk

tempat ibadah dan tempat sosial. Tarif pajak penerangan jalan

ditetapkan sebesar 8%, penggunaan listrik dari sumber lain oleh

industri dikenakan tarif pajak penerangan jalan sebesar 3% dari

tagihan biaya beban/ tetap ditambah dengan biaya paemakaian

kwh/ variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik.

6) Pajak Parkir

Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat

parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan

dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai salah satu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

bermotor kecuali penyelenggaraan tempat parkir oleh

pemerintah dan pemerintah daerah, penyelenggaraan tempat

parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk

karyawannya sendiri, dan penyelenggaraan tempat parkir oleh

kedutaan, konsulat dan perwakilan negara asing dengan asas

timbal balik. Tarif pajak parkir ditetapkan sebesar 20% dari

jumlah yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat

parkir termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma

(8)

7) Pajak Air Tanah

Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan atau

pemanfaatan air tanah kecuali pengambilan dan atau

pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga,

pengairan pertanian, perikanan rakyat, peribadatan dan tempat

sosial. Tarif pajak air tanah ditetapkan sebesar 20% dari nilai

perolehan air tanah yang dihitung dengan mempertimbangkan

faktor-faktor seperti jenis sumber air, lokasi sumber air, kualitas

air, tujuan pengambilan dan atau pemanfaatan air, volume air

yang diambil dan atau dimanfaatkan, tingkat kerusakan

lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/ atau

pemanfaatan air.

8) Pajak Sarang Burung Walet

Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan

dan/ atau pengusahaan sarang burung walet. Tarif pajak sarang

burung walet ditetapkan sebesar 10% dari nilai jual sarang

burung walet yang dihitung berdasarkan perkalian antara harga

pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di daerah yang

(9)

9) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

Objek pajak PBB-P2 adalah bumi dan bangunan yang

dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi

atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Trif PBB-P2

ditetapkan sebagai berikut :

a) 0,1% untuk NJOP sampai dengan Rp 500.000.000,-

b) 0,125% untuk NJOP > Rp 500.000.000,- sampai dengan Rp

1.000.000.000,-

c) 0,160% untuk NJOP > Rp 1.000.000.000,- sampai dengan

Rp 2.000.000.000,-

d) 0,220% untuk NJOP > Rp 2.000.000.000,- sampai dengan

Rp 5.000.000.000,-

e) 0,3% untuk NJOP > Rp 5.000.000.000,-

10) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Merupakan pajak atas perolehan hak atas tanah dan/

atau bangunan oleh orang pribadi atau badan, termasuk hak

pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan

(10)

5. RETRIBUSI DAERAH

Retribusi daerah sebagai pembayaran wajib dari penduduk

kepada negara dengan adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara

bagi penduduknya secara perorangan (Siahaan (2005). Namun tidak

semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut

retribusinya. Hanya jenis-jenis jasa tertentu saja yang menurut

pertimbangan sosial ekonomi dapat dijadikan sebagai obyek retribusi.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dalam Pasal 1

ayat (64) disebutkan bahwa Retribusi Daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

6. JENIS-JENIS RETRIBUSI DAERAH

Pemerintah Kota Yogyakarta mengatur retribusi daerah dalam

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2012 tentang

Retribusi Perizinan Tertentu, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012

tentang Retribusi Jasa Usaha, dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun

2012 tentang Retribusi Jasa Umum.

a) Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

(11)

izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,

pemanfaatan ruang, serta pengguanaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Ruang lingkup dari retribusi perizinan tertentu adalah

retribusi izin mendirikan bangunan dan retribusi izin gangguan

merupakan jenis retribusi perizinan tertentu yang pedoman

pemungutannya sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

diharapkan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, dan

memberikan timbal balik pelayanan kepada masyarakat yang

menjamin ketertiban, keamanan dan kelayakan fungsi bangunan

gedung serta ketertiban keberadaan tempat-tempat usaha.

b) Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah

dengan menganut prinsip-prinsip komersial pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh sektor swasta. Prinsip-prinsip komersial tersebut

meliputi pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan kekayaan

daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan atau pelayanan

oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai

(12)

Ruang lingkup dari retribusi jasa usaha didasarkan pada

potensi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, sehingga

yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi retribusi pemakaian

kekayaan daerah, retribusi terminal penumpang, retribusi tempat

khusus parkir dan retribusi rumah potong hewan, retribusi penjualan

produksi usaha daerah.

c) Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan/ atau diberikan

oleh pemerintah daerah untuk kemanfaatan umum yang dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Ruang lingkup dari retribusi jasa umum didasarkan pada

potensi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, sehingga

yang diatur dalam peraturan daerah meliputi retribusi pelayanan

kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan, retribusi

penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil,

retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi

pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,

retribusi pengujian kendaraan bermotor, dan retribusi pengolahan

(13)

7. EFEKTIVITAS

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,

maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal

terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan

tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan

tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan

telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mardiasmo:2002).

Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian

tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan

hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.

Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai

tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Jika semakin besar

kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau

sasaran atau target yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses

kerja suatu unit organisasi (Mardiasmo:2002).

Analisis efektivitas pajak daerah dan retribusi daerah menurut

Halim (2004) dalam Octovindo Irsandy, dkk (2014) adalah dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Mengukur Efektivitas Pajak Daerah

(14)

2. Mengukur Efektivitas Retribusi Daerah

Kriteria yang digunakan dalam menilai efektivitas pajak daerah dan

retribusi daerah adalah :

Tabel II.1.

Klasifikasi Kriteria Nilai Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Sumber:Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996, dalam Mersita 2016

8. KONTRIBUSI

Kontribusi adalah besaran sumbangan yang diberikan atas

sebuah kegiatan yang dilaksanakan (Handoko:2013).

Analisis kontribusi pajak daerah adalah suatu analisis yang

digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat

disumbangkan dari penerimaan pajak terhadap pendapatan asli daerah,

maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak daerah terhadap

pendapatan asli daerah (Handoko:2013).

Prosentase Kriteria

> 100% Sangat Efektif

90% - 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% - 80% Kurang Efektif

< 60% Tidak Efektif

(15)

Analisis kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

PAD menurut Handoko (2013) dalam Octovindo Irsandy, dkk (2014)

adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Mengukur Kontribusi Pajak Daerah

2. Mengukur Kontribusi Retribusi Daerah

Untuk mengetahui kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap PAD digunakan klasifikasi kriteria nilai kontribusi sebagai berikut:

Tabel II.2.

Klasifikasi Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Sumber:Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996, dalam Mersita 2016

Prosentase Kriteria

0,00% - 10% Sangat Kurang

10,00% - 20% Kurang

20,00% - 30% Sedang

30,00% - 40% Cukup Baik

40,00% - 50% Baik

> 50% Sangat Baik

Analisis Kontribusi = Realisasi Pajak Daerah x 100% Realisasi PAD

(16)

B. KAJIAN PENELITIAN SEBELUMNYA

1. Nona Nelly Bawun, Lintje Kalangi, Treesje Runtu (2016)

Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas Kinerja

Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro. Penelitian ini

dilakukan pada tahun 2010-2015 dengan hasil yang menunjukan bahwa

tingkat efektivitas pajak daerah sangat efektif yaitu pada kisaran 111% -

129%, sedangkan untuk tingkat efektivitas retribusi daerah cukup efektif

yaitu pada kisaran 68% - 116%. Hasil perhitungan analisis komparatif

menunjukan bahwa retribusi daerah lebih mendominasi memberikan

kontribusi terhadap PAD dengan presentase kontribusi sebesar 19,66% -

28,01%, dibandingkan kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD

berada pada kisaran 10% - 17,81%.

2. Agita Nugraha N (2008)

Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas dan

Kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi

Kasus pada Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Dari data yang dianalisis

pada tahun 2002-2006 menunjukan bahwa pajak reklame pada

Kabupaten Wonogiri dapat dikatakan efektif karena tingkat

efektivitasnya mencapai lebih dari 100%, capaian tertinggi pada tahun

2003 yaitu sebesar 176,18%. Analisis kontribusi pajak reklame dari tahun

(17)

lebih dari dua kali lipat menjadi 0,5074% dibandingkan tahun

sebelumnya yaitu 0,2370%. Hal ini disebabkan di satu sisi penerimaan

pajak reklame pada tahun 2006 meningkat sangat tinggi, disisi lain

penerimaan PAD tahun 2006 juga meningkat dari tahun sebelumnya,

tetapi peningkatanya tidak sebanding dengan peningkatan penerimaan

pajak reklame. Dengan kondisi yang demikian mengakibatkan kontribusi

pajak reklame terhadap PAD pada tahun tersebut terlihat sangat besar

dibandingkan dengan tahun sebelumnya walaupun porsi penerimaan

pajak reklame terhadap PAD dapat dikatakan sangat kecil.

3. Reza Ardita (2012)

Melakukan penelitian tentang Analisis Kontribusi Efektivitas

Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetehui besar kontribusi

masing-masing pos pajak daerah terhadap PAD Kota Surabaya dari tahun

2007-2011 dan mengetahui tingkat efektivitas masing-masing pos pajak daerah

terhadap PAD Kota Surabaya dari tahun 2007-2011. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Hasil Penelitian diperoleh bahwa kontribusi pajak daerah

terhadap PAD Kota Surabaya berada dalam kategori sangat kurang

sampai dengan kurang atau berkisar antara lebih dari satu 1% - 20%

terhadap PAD. Pos pajak daerah yang memberikan kontribusi terbesar

(18)

daerah yang memberikan kontribusi terendah adalah pajak parkir.

Efektivitas untuk masing-masing pos pajak daerah Kota Surabaya masuk

dalam kategori pajak yang kurang efektif (berkisar >60% - 80%), cukup

efektif (berkisar >80% - 90%), efektif (berkisar >90% - 100%), dan

sangat efektif (berkisar >100%).

4. Irsandy Octovindo, Nengah Sudjana, Devi Farah Azizah (2014) Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas dan

Kontribusi Pajak Daerah sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota

Batu (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu Tahun

2009-2013). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada tahun 2010

memiliki tingkat efektivitas terendah yaitu 69,30% sedangkan pada tahun

2012 memiliki tingkat efektivitas tertinggi yaitu 136,67%. Pada tahun

2010 secara umum terdapat permasalahan pada saat penetapan target

yang kurang realistis, yang mengakibatkan tidak tercapainya target secara

baik. Hasil analisis kontribusi pajak yang telah dilakukan tampak bahwa

tahun 2009 memiliki tingkat kontribusi pajak daerah terhadap PAD yang

terkecil yaitu 45,21% sedangkan tahun 2012 memiliki tingkat kontribusi

terbesar yaitu 72,66%. Pada tahun 2009 memiliki kontribusi pajak

terkecil karena memiliki obyek dan potensi pajak yang lebih sedikit jika

dibandingkan dengan tahun-tahun setelahnya. Tahun 2009 termasuk

dalam kategori baik, dan 4 tahun terakhir tingkat kontribusinya diatas

(19)

5. Danied Mikha (2010)

Melakukan penelitian tentang Analisis Kontribusi Pajak dan

Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman

tahun 2003-2007. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pajak

daerah dan retribusi daerah Kabupaten Sleman tahun anggran 2003-2007

secara garis besar mengalami pertumbuhan yang positif dengan tingkat

pertumbuhan yang fluktuatif dan tingkat pertumbuhan tertinggi untuk

pajak daerah terjadi pada tahun 2004 dan 2007 yaitu sebesar 0,41% dan

0,32% sedangkan retribusi daerah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar

0,95%. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kabupaten Sleman selama

periode tahun 2003-2007 cenderung menurun. Kontribusi tertinggi terjadi

pada tahun 2004 yaitu 49,95% dan terendah pada tahun 2007 yaitu

41,67% dengan rata-rata hanya 45,50% setiap tahunnya, sehingga perlu

dilakukan upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah sesuai

dengan undang-undang yang berlaku, agar kontribusi pajak daerah

terhadap total PAD lebih besar.

6. Kharisma Wanta Taringan (2013)

Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas dan

Kontribusi PBB Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Kota

Manado. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari,

(20)

Bumi dan Bangunan (PBB) dan Kontribusi pajak Bumi dan Bangunan

terhadap penerimaan pajak dari tahun 2008-2011.

Penerimaan PBB dalam kurun waktu empat tahun terus

mengalami peningkatan kecuali tahun 2009. Namun, dari target yang di

berikan kepada KPP Pratama Manado sudah terealisasikan secara efektif.

PBB di KPP Pratama Manado dinilai sudah efektif karena diatas 90%.

Kontribusi PBB dari data tahun 2008-2011 rata-rata 5%, kecuali pada

tahun 2010 yaitu 6%.

7. Edward W. Memah (2013)

Melakukan penelitian tentang Efektivitas dan Kontribusi

Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran terhadap PAD Kota Manado.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa efektivitas pajak

hotel dan pajak restoran pada pemerintah Kota Manado dan kontribusi

pajak hotel dan pajak restoran terhadap PAD Kota Manado. Data yang

digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan data

kuantitatif berupa daftar rincian penerimaan pendapatan daerah Kota

Manado (2007-2011).

Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat

efektivitas dari pajak hotel dan pajak restoran Kota Manado sudah sangat

efektif karena secara keseluruhan tingkat efektivitas mencapai persentase

(21)

restoran pada tahun 2007-2011 memberikan kontribusi yang baik

terhadap PAD sehingga dapat mempengaruhi jumlah PAD yang diterima.

8. Frederikus Tauvan Arvian (2013)

Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas, Efisiensi dan

Potensi Pajak Daerah Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan

efektivitas penerimaan masing-masing jenis pajak daerah, mengetahui

perkembangan efisiensi pemungutan masing-masing pajak daerah, serta

mengetahui kondisi masing-masing jenis pajak yang dihitung dengan

matriks potensi penerimaan pajak daerah yang dimiliki di Kota

Yogyakarta tahun 2006-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah target penerimaan, realisasi dan biaya pemungutan pajak daerah

Kota Yogyakarta tahun 2006-2010. Penelitian ini menggunakan

pendekatan analisis kuantitatif.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat

efektivitas per pajak daerah selama kurun waktu tersebut rata-rata

menunjukan peningkatan setiap tahunnya, sedangkan pajak reklame dan

Gambar

Tabel II.1.
Tabel II.2.

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan komoditas brokoli yang menjadi salah satu komoditas unggulan dari Desa Cibodas yang juga cukup banyak ditanam oleh para petani di desa tersebut mampu

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan intensifikasi lahan pekarangan transmigran di Unit Pemukiman Transmigrasi IV Sp-6 Alue Peunyareng yang dilakukan

Manfaat Penelitian ini adalah didapatkan informasi mengenai data kinetika reaksi dari absorben MDEA berpromotor campuran Arginine dan L-Glutamic Acid pada variabel komposisi

Tetapi, bila koordinat dari suatu vektor disajikan sebagai baris atau kolom dalam suatu matriks, maka secara esensi penyajian bergantung pada urutan vektor-vektor basis. Begitu

(pemilik bisnis ritel Islam) memiliki strategi yang baik, seperti right product, produk yang ia jual sesuai dengan kriteria Islam dan pelayanan yang ramah,

Untuk itu semangat kebangsaan harus dikembangkan ke arah nasionalisme demokratis, konstruktif yang tidak mempertentangan kepentingan nasional dengan kepentingan

Kepentingan dan kebutuhan masyarakat akan hidup sejahtera lahir dan bathin, tempat tinggal dan lingkungan yang baik dan sehat yang terbebas dari dampak negative

Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa antena mikrostrip dapat diandalkan untuk bekerja sesuai dengan frekuensi yang diinginkan.. M ETODE