BAB II
LANDASAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang
diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah dan lain-lain PAD yang sah (Mardiasmo:2002).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 ayat (18)
menyebutkan bahwa “Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD
adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.” PAD
merupakan sumber pendapatan daerah yang dapat dijadikan sebagai salah
satu tolok ukur bagi kinerja perekonomian suatu daaerah. Dalam
undang-undang tersebut Pasal 6 disebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan
PAD terdiri dari :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
d. Lain-lain PAD yang sah
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
dan
5) Komisi, potongan, atau apapun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh
daerah.
2. PAJAK DAERAH
Menurut Mardiasmo (2011) pajak daerah adalah pajak yang
dipungut daerah berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh daerah
(melalui Peraturan Daerah) untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga
Pemerintah Daerah. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009, pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan dapat digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. FUNGSI PAJAK DAERAH
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang mempunyai
a. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah,
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau
melaksanakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
Fungsi pajak daerah tidak jauh beda dengan fungsi pajak pada
umumnya. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah memiliki fungsi
sebagai salah satu sumber penerimaan daerah untuk membiayai rumah
tangga pemerintahannya dalam segala bidang.
4. JENIS PAJAK DAERAH a. Pajak Provinsi
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 terdiri
dari :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
b. Pajak Kabupaten/ Kota
Pemerintah Kota Yogyakarta mengatur pajak daerah dalam
restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet.
Namun dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai
revisi dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, yang
mengamanatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
(PBB-P2) serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB) sebagai pajak daerah yang kewenangannya dilimpahkan
kepada daerah, maka pemerintah daerah kini mempunyai tambahan
sumber PAD yang berasal dari pajak daerah (diatur dalam Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2011), sehingga saat ini jenis pajak daerah
di Kota Yogyakarta terdiri dari 10 jenis pajak, yaitu :
1) Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan
oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Tarif
pajak hotel ditetapkan sebesar 10%.
2) Pajak Restoran
Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan
pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang
dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun di tempat lain. Tarif pajak restoran ditetapkan sebesar
10%.
3) Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan
hiburan dengan dipungut bayaran. Tarif pajak hiburan
ditetapkan sebagai berikut :
a) Tontonan film sebesar 10%
b) Pagelaran kesenian non tradisional, musik, tari dan/ atau
busana sebesar 15%
c) Pagelaran kesenian tradisional sebesar 7,5%
d) Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya sebesar 30%
e) Pameran sebesar 10%
f) Diskotik, karaoke dan klub malam dan sejenisnya sebesar
40%
g) Karaoke sebesar 30%
h) Sirkus, akrobat dan sulap sebesar 20%
i) Permainan bilyar, golf, bowling sebesar 20%
j) Pacuan kuda dan kendaraan bermotor sebesar 20%
k) Permainan ketangkasan sebesar 20%
m) Pertandingan olah raga sebesar 5%
n) Pusat kebugaran (fitnes center) sebesar 10%
Tarif pajak hiburan tersebut dikalikan dari dasar
pengenaaan pajak hiburan yaitu jumlah uang yang seharusnya
diterima penyelenggara hiburan termasuk potongan harga dan
tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.
4) Pajak Reklame
Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan
reklame yang meliputi reklame papan/ billboard/ videotron/
megatron dan sejenisnya, reklame kain, reklame melekkat
(stiker), reklame selebaran, reklame berjalan (termasuk pada
kendaraan), reklame udara, reklame apung, reklame suara,
reklame film/ slide, dan reklame peragaan. Tarif pajak reklame
ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame yang ditetapkan
berdasarkan nilai kontrak reklame.
5) Pajak Penerangan Jalan
Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan
tenaga listrik dari sumber lain kecuali penggunaan tenaga listrik
oleh instansi pemerintah dan pemerintah daerah, penggunaan
tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh
balik dan penggunaan tenaga listrik yang digunakan untuk
tempat ibadah dan tempat sosial. Tarif pajak penerangan jalan
ditetapkan sebesar 8%, penggunaan listrik dari sumber lain oleh
industri dikenakan tarif pajak penerangan jalan sebesar 3% dari
tagihan biaya beban/ tetap ditambah dengan biaya paemakaian
kwh/ variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik.
6) Pajak Parkir
Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai salah satu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor kecuali penyelenggaraan tempat parkir oleh
pemerintah dan pemerintah daerah, penyelenggaraan tempat
parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk
karyawannya sendiri, dan penyelenggaraan tempat parkir oleh
kedutaan, konsulat dan perwakilan negara asing dengan asas
timbal balik. Tarif pajak parkir ditetapkan sebesar 20% dari
jumlah yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat
parkir termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma
7) Pajak Air Tanah
Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan atau
pemanfaatan air tanah kecuali pengambilan dan atau
pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga,
pengairan pertanian, perikanan rakyat, peribadatan dan tempat
sosial. Tarif pajak air tanah ditetapkan sebesar 20% dari nilai
perolehan air tanah yang dihitung dengan mempertimbangkan
faktor-faktor seperti jenis sumber air, lokasi sumber air, kualitas
air, tujuan pengambilan dan atau pemanfaatan air, volume air
yang diambil dan atau dimanfaatkan, tingkat kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/ atau
pemanfaatan air.
8) Pajak Sarang Burung Walet
Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan
dan/ atau pengusahaan sarang burung walet. Tarif pajak sarang
burung walet ditetapkan sebesar 10% dari nilai jual sarang
burung walet yang dihitung berdasarkan perkalian antara harga
pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di daerah yang
9) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Objek pajak PBB-P2 adalah bumi dan bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Trif PBB-P2
ditetapkan sebagai berikut :
a) 0,1% untuk NJOP sampai dengan Rp 500.000.000,-
b) 0,125% untuk NJOP > Rp 500.000.000,- sampai dengan Rp
1.000.000.000,-
c) 0,160% untuk NJOP > Rp 1.000.000.000,- sampai dengan
Rp 2.000.000.000,-
d) 0,220% untuk NJOP > Rp 2.000.000.000,- sampai dengan
Rp 5.000.000.000,-
e) 0,3% untuk NJOP > Rp 5.000.000.000,-
10) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Merupakan pajak atas perolehan hak atas tanah dan/
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan
5. RETRIBUSI DAERAH
Retribusi daerah sebagai pembayaran wajib dari penduduk
kepada negara dengan adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara
bagi penduduknya secara perorangan (Siahaan (2005). Namun tidak
semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut
retribusinya. Hanya jenis-jenis jasa tertentu saja yang menurut
pertimbangan sosial ekonomi dapat dijadikan sebagai obyek retribusi.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dalam Pasal 1
ayat (64) disebutkan bahwa Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
6. JENIS-JENIS RETRIBUSI DAERAH
Pemerintah Kota Yogyakarta mengatur retribusi daerah dalam
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012
tentang Retribusi Jasa Usaha, dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2012 tentang Retribusi Jasa Umum.
a) Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi perizinan tertentu adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, serta pengguanaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Ruang lingkup dari retribusi perizinan tertentu adalah
retribusi izin mendirikan bangunan dan retribusi izin gangguan
merupakan jenis retribusi perizinan tertentu yang pedoman
pemungutannya sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
diharapkan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, dan
memberikan timbal balik pelayanan kepada masyarakat yang
menjamin ketertiban, keamanan dan kelayakan fungsi bangunan
gedung serta ketertiban keberadaan tempat-tempat usaha.
b) Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta. Prinsip-prinsip komersial tersebut
meliputi pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan kekayaan
daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan atau pelayanan
oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai
Ruang lingkup dari retribusi jasa usaha didasarkan pada
potensi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, sehingga
yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi retribusi pemakaian
kekayaan daerah, retribusi terminal penumpang, retribusi tempat
khusus parkir dan retribusi rumah potong hewan, retribusi penjualan
produksi usaha daerah.
c) Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan/ atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kemanfaatan umum yang dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Ruang lingkup dari retribusi jasa umum didasarkan pada
potensi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, sehingga
yang diatur dalam peraturan daerah meliputi retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan, retribusi
penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil,
retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,
retribusi pengujian kendaraan bermotor, dan retribusi pengolahan
7. EFEKTIVITAS
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,
maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal
terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan
tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mardiasmo:2002).
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian
tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai
tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Jika semakin besar
kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau
sasaran atau target yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses
kerja suatu unit organisasi (Mardiasmo:2002).
Analisis efektivitas pajak daerah dan retribusi daerah menurut
Halim (2004) dalam Octovindo Irsandy, dkk (2014) adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Mengukur Efektivitas Pajak Daerah
2. Mengukur Efektivitas Retribusi Daerah
Kriteria yang digunakan dalam menilai efektivitas pajak daerah dan
retribusi daerah adalah :
Tabel II.1.
Klasifikasi Kriteria Nilai Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Sumber:Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996, dalam Mersita 2016
8. KONTRIBUSI
Kontribusi adalah besaran sumbangan yang diberikan atas
sebuah kegiatan yang dilaksanakan (Handoko:2013).
Analisis kontribusi pajak daerah adalah suatu analisis yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat
disumbangkan dari penerimaan pajak terhadap pendapatan asli daerah,
maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah (Handoko:2013).
Prosentase Kriteria
> 100% Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
< 60% Tidak Efektif
Analisis kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
PAD menurut Handoko (2013) dalam Octovindo Irsandy, dkk (2014)
adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Mengukur Kontribusi Pajak Daerah
2. Mengukur Kontribusi Retribusi Daerah
Untuk mengetahui kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap PAD digunakan klasifikasi kriteria nilai kontribusi sebagai berikut:
Tabel II.2.
Klasifikasi Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Sumber:Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996, dalam Mersita 2016
Prosentase Kriteria
0,00% - 10% Sangat Kurang
10,00% - 20% Kurang
20,00% - 30% Sedang
30,00% - 40% Cukup Baik
40,00% - 50% Baik
> 50% Sangat Baik
Analisis Kontribusi = Realisasi Pajak Daerah x 100% Realisasi PAD
B. KAJIAN PENELITIAN SEBELUMNYA
1. Nona Nelly Bawun, Lintje Kalangi, Treesje Runtu (2016)
Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas Kinerja
Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro. Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2010-2015 dengan hasil yang menunjukan bahwa
tingkat efektivitas pajak daerah sangat efektif yaitu pada kisaran 111% -
129%, sedangkan untuk tingkat efektivitas retribusi daerah cukup efektif
yaitu pada kisaran 68% - 116%. Hasil perhitungan analisis komparatif
menunjukan bahwa retribusi daerah lebih mendominasi memberikan
kontribusi terhadap PAD dengan presentase kontribusi sebesar 19,66% -
28,01%, dibandingkan kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD
berada pada kisaran 10% - 17,81%.
2. Agita Nugraha N (2008)
Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas dan
Kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi
Kasus pada Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Dari data yang dianalisis
pada tahun 2002-2006 menunjukan bahwa pajak reklame pada
Kabupaten Wonogiri dapat dikatakan efektif karena tingkat
efektivitasnya mencapai lebih dari 100%, capaian tertinggi pada tahun
2003 yaitu sebesar 176,18%. Analisis kontribusi pajak reklame dari tahun
lebih dari dua kali lipat menjadi 0,5074% dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 0,2370%. Hal ini disebabkan di satu sisi penerimaan
pajak reklame pada tahun 2006 meningkat sangat tinggi, disisi lain
penerimaan PAD tahun 2006 juga meningkat dari tahun sebelumnya,
tetapi peningkatanya tidak sebanding dengan peningkatan penerimaan
pajak reklame. Dengan kondisi yang demikian mengakibatkan kontribusi
pajak reklame terhadap PAD pada tahun tersebut terlihat sangat besar
dibandingkan dengan tahun sebelumnya walaupun porsi penerimaan
pajak reklame terhadap PAD dapat dikatakan sangat kecil.
3. Reza Ardita (2012)
Melakukan penelitian tentang Analisis Kontribusi Efektivitas
Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetehui besar kontribusi
masing-masing pos pajak daerah terhadap PAD Kota Surabaya dari tahun
2007-2011 dan mengetahui tingkat efektivitas masing-masing pos pajak daerah
terhadap PAD Kota Surabaya dari tahun 2007-2011. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Hasil Penelitian diperoleh bahwa kontribusi pajak daerah
terhadap PAD Kota Surabaya berada dalam kategori sangat kurang
sampai dengan kurang atau berkisar antara lebih dari satu 1% - 20%
terhadap PAD. Pos pajak daerah yang memberikan kontribusi terbesar
daerah yang memberikan kontribusi terendah adalah pajak parkir.
Efektivitas untuk masing-masing pos pajak daerah Kota Surabaya masuk
dalam kategori pajak yang kurang efektif (berkisar >60% - 80%), cukup
efektif (berkisar >80% - 90%), efektif (berkisar >90% - 100%), dan
sangat efektif (berkisar >100%).
4. Irsandy Octovindo, Nengah Sudjana, Devi Farah Azizah (2014) Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas dan
Kontribusi Pajak Daerah sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota
Batu (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu Tahun
2009-2013). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada tahun 2010
memiliki tingkat efektivitas terendah yaitu 69,30% sedangkan pada tahun
2012 memiliki tingkat efektivitas tertinggi yaitu 136,67%. Pada tahun
2010 secara umum terdapat permasalahan pada saat penetapan target
yang kurang realistis, yang mengakibatkan tidak tercapainya target secara
baik. Hasil analisis kontribusi pajak yang telah dilakukan tampak bahwa
tahun 2009 memiliki tingkat kontribusi pajak daerah terhadap PAD yang
terkecil yaitu 45,21% sedangkan tahun 2012 memiliki tingkat kontribusi
terbesar yaitu 72,66%. Pada tahun 2009 memiliki kontribusi pajak
terkecil karena memiliki obyek dan potensi pajak yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan tahun-tahun setelahnya. Tahun 2009 termasuk
dalam kategori baik, dan 4 tahun terakhir tingkat kontribusinya diatas
5. Danied Mikha (2010)
Melakukan penelitian tentang Analisis Kontribusi Pajak dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman
tahun 2003-2007. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pajak
daerah dan retribusi daerah Kabupaten Sleman tahun anggran 2003-2007
secara garis besar mengalami pertumbuhan yang positif dengan tingkat
pertumbuhan yang fluktuatif dan tingkat pertumbuhan tertinggi untuk
pajak daerah terjadi pada tahun 2004 dan 2007 yaitu sebesar 0,41% dan
0,32% sedangkan retribusi daerah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar
0,95%. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kabupaten Sleman selama
periode tahun 2003-2007 cenderung menurun. Kontribusi tertinggi terjadi
pada tahun 2004 yaitu 49,95% dan terendah pada tahun 2007 yaitu
41,67% dengan rata-rata hanya 45,50% setiap tahunnya, sehingga perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah sesuai
dengan undang-undang yang berlaku, agar kontribusi pajak daerah
terhadap total PAD lebih besar.
6. Kharisma Wanta Taringan (2013)
Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas dan
Kontribusi PBB Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Kota
Manado. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari,
Bumi dan Bangunan (PBB) dan Kontribusi pajak Bumi dan Bangunan
terhadap penerimaan pajak dari tahun 2008-2011.
Penerimaan PBB dalam kurun waktu empat tahun terus
mengalami peningkatan kecuali tahun 2009. Namun, dari target yang di
berikan kepada KPP Pratama Manado sudah terealisasikan secara efektif.
PBB di KPP Pratama Manado dinilai sudah efektif karena diatas 90%.
Kontribusi PBB dari data tahun 2008-2011 rata-rata 5%, kecuali pada
tahun 2010 yaitu 6%.
7. Edward W. Memah (2013)
Melakukan penelitian tentang Efektivitas dan Kontribusi
Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran terhadap PAD Kota Manado.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa efektivitas pajak
hotel dan pajak restoran pada pemerintah Kota Manado dan kontribusi
pajak hotel dan pajak restoran terhadap PAD Kota Manado. Data yang
digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan data
kuantitatif berupa daftar rincian penerimaan pendapatan daerah Kota
Manado (2007-2011).
Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat
efektivitas dari pajak hotel dan pajak restoran Kota Manado sudah sangat
efektif karena secara keseluruhan tingkat efektivitas mencapai persentase
restoran pada tahun 2007-2011 memberikan kontribusi yang baik
terhadap PAD sehingga dapat mempengaruhi jumlah PAD yang diterima.
8. Frederikus Tauvan Arvian (2013)
Melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas, Efisiensi dan
Potensi Pajak Daerah Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
efektivitas penerimaan masing-masing jenis pajak daerah, mengetahui
perkembangan efisiensi pemungutan masing-masing pajak daerah, serta
mengetahui kondisi masing-masing jenis pajak yang dihitung dengan
matriks potensi penerimaan pajak daerah yang dimiliki di Kota
Yogyakarta tahun 2006-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah target penerimaan, realisasi dan biaya pemungutan pajak daerah
Kota Yogyakarta tahun 2006-2010. Penelitian ini menggunakan
pendekatan analisis kuantitatif.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
efektivitas per pajak daerah selama kurun waktu tersebut rata-rata
menunjukan peningkatan setiap tahunnya, sedangkan pajak reklame dan