• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI 1. PENGETAHUAN a. Definisi Pengetahuan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008) pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo,2007, p.139). Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan dan orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :

1) Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus).

2) Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tertentu. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

(2)

3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak baik lagi.

4) Trial dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adopsi (adaption) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmodjo, 2007, p.139).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2007, p.140), yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

(3)

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan adanya prinsip terhadap objek yang dipelajari.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi– formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(4)

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003 p.11 dikutip oleh Wawan, 2010, p.14) adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

(5)

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

b. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi beberapa faktor antara lain: 1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak diperoleh di pendidikan

(6)

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.

2) Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi adalah hal yang dilakukan orang–orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

(7)

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolakbelakang dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

(8)

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain misalnya kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Wawan, 2010, p.16).

(9)

c. Cara Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat–tingkat tersebut diatas (Notoadmodjo, 2007, p.142).

Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan diberikan pertanyaan–pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian. Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik (76%-100%), cukup(56%-75%) dan kurang(>56%) (Menurut Arikunto dikutip oleh Wawan, 2010, p.18).

2. KEHAMILAN

a. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2008, p.89).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Hanifa, 2008, p.213).

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus didalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar atau triplet) (Arief, 2008, p. 41).

(10)

b. Lama Kehamilan

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu 10 hari atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua dalam 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke 27) dan trimester ketiga dalam 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Hanifa, 2008, p.213).

Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan) (Arief, 2008, p.41). Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2008, p.89).

c. Perubahan pada Trimester III

Pada trimester ketiga kehamilan, terjadi beberapa perubahan sebagai berikut :

1) Uterus menjadi sangat besar dan keras.

2) Uterus terasa berkontraksi dan terkadang mengencang.

3) Otot-otot menjadi semakin rileks sebagai persiapan melahirkan. Kondisi ini menyebabkan frekuensi buang air kecil semakin meningkat sekitar 5 menit sekali, bahkan terkadang sampai merembes keluar.

(11)

4) Sesak nafas karena paru-paru harus memasok udara untuk ibu dan janin.

5) Gerakan menjadi kaku dan cenderung kurang terkoordinasi karena berat dan ukuran badan yang bertambah.

6) Nyeri punggung dan sakit kaki menjadi lebih parah.

7) Sulit tidur dan menemukan posisi berbaring yang nyaman. Kegelisahan sebagai calon ibu juga dapat menyebabkan sulit tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan.

8) Pada bulan terakhir, akan merasa agak lega. Uterus telah tumbuh meninggi kearah paru-paru sehingga tersedia ruang yang cukup besar bagi janin. Tetapi, pada minggu ke-36, uterus semakin membesar sebagai persiapan proses melahirkan. Ruang untuk janin semakin luas dan kepalanya sedikit menunduk, sehingga lebih mudah bernafas.

9) Sekitar minggu ke-40, tubuh sudah siap menghadapi proses persalinan (Arief, 2008, p.53).

3. SIKAP

a. Pengertian sikap

Secara bahasa, Oxcord Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu berarti sikap adalah cara menempatkan atau cara merasakan, jalan pikiran dan perilaku (Wawan, 2010, p. 31).

(12)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2007, p.142). Manifestasi sikap itu tidak langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Menurut New Comb sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan hukum merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi terhadap perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup. Sikap adalah kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu pengharapan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007, p.143).

Gerungan (1966) menyatakan bahwa sikap adalah sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap disertai oleh kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Jadi lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan terhadap sesuatu hal. Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh Triandis (1974) bahwa sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya tindakan-tindakan tertentu dalam suatu situasi sosial, ide yang merupakan predisposisi tersebut berkaitan dengan emosi (dalam Wawan, 2010, p.30).

b. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

(13)

1) Komponen kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlalu atau apa yang benar bagi objek sikap

2) Komponen afektif, komponen ini menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perorangan seringkali sangat berbeda perwujudannya bisa dikaitkan dengan sikap.

3) Komponen perilaku atau komponen konatif, menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.

Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap. Kemampuan untuk bersikap diperoleh melalui proses belajar dan didapatkan dari pengalaman. Oleh karena itu perubahan sikap juga melalui profesi yang sama yaitu dengan pengalaman pribadi, sosialisasi atau proses belajar sosial.

Sedangkan Baron Byrne dan Myers Gerungan menyatakan bahwa ada 3 komponen yang membentuk sikap yaitu :

1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek

(14)

sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap yaitu positif dan negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap (Notoadmodjo, 2007, p.143).

d. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menurut Soekidjo Notoadmodjo (1996) (Wawan, 2010, p.33) yakni :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

(15)

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

e. Fungsi sikap

Sikap mempunyai empat fungsi Menurut Katz (Iih. Second dan Backman, 1994) yaitu :

1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana dan tujuan. Disini sikap merupakan sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek tersebut, demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap yang bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat (ultility), yaitu sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi

(16)

penyesuaian karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap sekitarnya.

2) Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keaadan dirinya atau egonya. Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya, dalam keadaan terdesak pada waktu diskusi dengan anaknya.

3) Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

4) Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya dan untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah

(17)

sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan (Azwar, 2005, p.53).

f. Sifat sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan, 2010, p.34):

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu

g. Ciri – ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (dalam Wawan, 2010, p.34) antara lain :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus dan kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang apabila terdapat

(18)

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senatiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang.

h. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor - faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain (Azwar, 2005, p.30) :

1) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

(19)

Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral, ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor Emosional

Sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

(20)

i. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner. Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu sangat setuju, setuju dan tidak setuju (Notoadmojo, 2007, p.144).

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2005, p.106).

(21)

j. Teknik pengukuran sikap

Metode pengungkapan sikap dengan menggunakan daftar-daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut skala sikap. Beberapa teknik pengukuran sikap antara lain :

1) Skala Thurstone

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangat favourable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat favourabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap persyaratan sikap dan perhitungan ukuran yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar 100 buah atau lebih. Pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai. Penilai itu bertugas untuk menentukan derajat favorabilitasnya masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala ranting yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju. Rata – rata perbedaan penilaian antar penilai terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat skala kemudian

(22)

menyusun item mulai dari item yang memiliki skala terendah hingga tertinggi. Dari item tersebut, kemudian pembuat skala memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya (Wawan, 2010, p.40). 2) Skala Likert

Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok yaitu yang favourable dan yang unfavourable. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi tes yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing item dalam 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang favourable kemudian diubah nilainya dalam angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala untuk sangat setuju nilainya 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5 (Azwar, 2005, p.155).

Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah skor T yaitu:

Keterangan :

X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

(23)

π : Mean skor kelompok

s : Deviasi standar skor kelompok

4. INISIASI MENYUSU DINI

a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Hal itu terjadi jika segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam untuk menjamin berlangsungnya proses menyusu yang benar (Rosita, 2008, p.4)

Inisiasi menyusu dini adalah memberikan sesegera mungkin air susu ibu kepada bayi. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008, p.3).

b. Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini

Bagi bayi dada ibu menghangatkan bayi selama bayi merangkak mencari payudara, ini akan menurunkan kematian bayi yang disebabkan oleh hipotermi. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan lebih

(24)

jarang menangis. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya melalui jilatan dan masuk ke dalam tubuh bayi, bakteri ini bermanfaat untuk pertahanan tubuh bayi dari lingkungan luar. Terjalinnya ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Roesli, 2008, p.13).

Mengoptimalkan kondisi hormonal antara ibu dan bayi. Dapat memastikan perilaku optimum proses menyusu berdasarkan insting. Mengendalikan temperatur tubuh bayi secara optimal. Memperbaiki pola tidur yang lebih baik pada bayi. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan efektif. Kadar billirubin lebih cepat normal sehingga proses pengeluaran mekonium berlangsung lebih cepat sehingga dapat menurunkan kejadian ikterus. Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya (JNPK-KR, 2008).

Bagi ibu hentakkan kepala bayi, sentuhan tangan dan jilatan bayi pada puting merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Roesli, 2008, p.13). Kontak kulit dapat merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. Membantu kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi perdarahan. Merangsang pengeluaran kolostrum. Ibu akan lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir. Membantu ibu dalam mengatasi stres. Meningkatkan produksi ASI. Mendorong ibu cepat tidur dan berfungsi untuk proses relaksasi. Menunda ovulasi (JNPK-KR, 2008).

(25)

c. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini

Melahirkan, mengeringkan dan menilai bayi. Suami serta keluarga harus selalu mendampingi ibu saat proses persalinan. Saat proses persalinan berlangsung agar tidak menggunakan obat kimiawi dapat juga diganti dengan cara non kimiawi seperti melalui pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok (Roesli, 2008, p.20).

Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran kemudian meletakkan bayi di perut bawah ibu nilai usaha nafas bayi, guna menentukan apakah diperlukan resusitasi atau tidak selama selang waktu 2 detik (JNPK-KR, 2008). Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh tanpa membersihkan verniks dimana verniks dapat menghangatkan tubuh bayi serta menyamankan kulit bayi (Roesli, 2008, p.10).

Cairan di tangan bayi jangan dikeringkan, karena bau cairan amnion pada tangan bayi dapat membantunya mencari puting ibunya. Lendir di tubuh bayi dilap, lendir jangan dihisap karena dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan. Merangsang taktil dengan menepuk telapak kaki, menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan secara perlahan. Setelah mengeringkan dan menilai bayi, memeriksa kembali

(26)

uterus untuk memastikan bahwa tidak ada lagi bayi dalam uterus lalu suntikkan pada ibu cairan Intramuskular 10 IU oksitosin (JNPK-KR, 2008).

Melakukan kontak kulit dengan kulit paling sedikit satu jam. Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan pada tali pusat dengan menggunakan klem sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Memegang tali pusat di antara dua klem, kemudian memotong tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu. Ibu dan bayi diselimuti dengan kain serta memasangakan topi di kepala bayi. Bayi melakukan kontak kulit di dada ibu setidaknya selama satu jam serta ibu membelai bayinya. Tidak perlu membasuh payudara sebelum bayi menyusu biarkan bayi mencari puting ibunya, ibu merangsangnya dengan sentuhan. Saat kontak kulit, lanjutkan langkah kala 3 (JNPK-KR, 2008). Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu (Roesli, 2008, p.21).

Bayi dibiarkan mencari dan menemukan puting susu dan mulai menyusu. Menganjurkan ibu untuk tidak menginterupsi bayi saat menyusu. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal hingga bayi selesai menyusu, tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir. Mengusahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin. Setelah bayi selesai menghisap, kemudian bayi dibungkus dengan kain, lakukan proses penimbangan dan pengukuran bayi, beri suntikkan vitamin K1, serta oleskan salep antibiotik pada mata bayi.

(27)

Jika bayi belum melakukan inisiasi dini, biarkan kontak kulit selama 30-60 menit. Untuk menjaga kehangatan bayi, bayi harus tetap diselimuti. Setelah satu jam, bayi disuntik Hepatitis B. Rawat gabung dan hindari pemberian minuman prelaktal (Roesli, 2008, p.22).

d. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini

Pada 30 menit pertama, bayi berada pada stadium istrahat dalam keadaan bayi diam, terkadang matanya terbuka lebar untuk melihat ibunya. Masa tenang ini merupakan proses penyesuaian peralihan keadaan bayi, dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Tercipta hubungan kasih sayang yang membuat bayi merasa aman. Antara 30 sampai 40 menit, bayi mulai mengeluarkan suara, menggerakkan mulutnya, mencium, dan menjilat-jlat tangannya. Bayi mulai mencium dan merasakan cairan ketuban yang menempel ditangannya, bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu, hal ini berguna dalam membimbing bayi untuk menemukan puting susu ibu (Suryoprajogo, 2009, p. 22)

Bayi mulai mengeluarkan air liur, karena pada saat bayi mulai menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya. Bayi mulai bergerak ke arah payudara, areola sebagai daerah sasaran dengan kaki menekan perut ibu, bayi mulai menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya.

(28)

Bayi mulai menjilat, mengulum puting, membuka mulut selebar-lebarnya serta melakukan kontak kulit dengan baik (Roesli, 2008, p.17).

e. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini

Terciptanya kontak kulit antara ibu dan bayi merangsang hormon stres sehingga membuat bayi lebih tenang, pernapasan dan detak jantungnya stabil, membuat ibu menjadi tenang, rileks, serta merangsang pengaliran ASI dan dapat meningkatkan lamanya proses penyusuan. Sentuhan dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya hormon oksitosin yang dapat membantu pengeluaran plasenta. Jilatan bayi pada kulit ibu akan membantu bayi untuk memperoleh bakteri yang menempel pada kulit ibu, dimana bakteri tersebut akan sangat bermanfaat bagi bayi untuk pertahanan tubuhnya. Kesempatan bayi memperoleh kolostrum untuk imunitas pertama yang mengandung zat kekebalan (Roesli, 2008, p.20).

Memberi kehangatan pada bayi, karena biasanya bayi baru lahir mengalami hypothermia dan dengan adanya proses ini terjadi skin contact dan terjadi penyesuaian suhu tubuh, karena kulit ibu bersifat thermoregulator. Meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun (Roesli, 2008). Timbul bonding atau ikatan kasih sayang keluarga. Memberikan imunisasi pertama bagi bayi berupa cairan kolostrum. Meningkatkan kecerdasan bayi dan membantu bayi saat proses menghisap (JNPK-KR, 2008).

(29)

f. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi :

1) Bayi kedinginan.

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 10C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 10C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 20C untuk menghangatkan bayi.

2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

3) Tenaga kesehatan kurang tersedia.

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Melibatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

(30)

4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

5) Ibu harus dijahit.

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorhea harus segera diberikan setelah lahir.

Tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

8) Bayi kurang siaga.

Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan untuk bonding.

(31)

9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal).

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda (Roesli, 2008, p.20).

(32)

B. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Lawrence Green (Notoadmodjo, 2003 p.13 )

Keterangan : Yang diteliti = cetak tebal

Perilaku Kesehatan Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

a. Pengetahuan b. Nilai

c. Sikap d. Kepercayaan e. Tradisi

f. Faktor demografi (umur, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pendapatan)

Faktor Penguat (Reinforcing Factor) a. Keluarga

b. Teman sebaya c. Guru

d. Petugas kesehatan e. Tokoh masyarakat

Faktor Pemungkin (Enabling Factors) a. Ketersediaan sumber daya kesehatan b. Keterjangkauan sumber daya kesehatan c. Kebijakan dan peraturan pemerintah di

(33)

C. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS

Ha : ada hubungan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang inisiasi menyusu dini dengan sikap ibu terhadap inisiasi menyusu dini di RB Bhakti Ibu Semarang.

Variabel Bebas Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini

Variabel Terikat Sikap terhadap inisiasi

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Ternyata masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja perawat tenaga PNS pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu, sebab kepuasan kerja

Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Resiko injuri berhungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya

berkontribusi pada daya saing bangsa, (4) menyelenggarakan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan non-kependidikan yang diperlukan dalam

Dalam penelitian ini, memahami isi bacaan dilihat dari bagaimana kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru sesuai dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan kinerja keuangan perusahaan induk sebelum dan sesudah melakukan akuisisi ditinjau dari rasio likuiditas, rasio leverage

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas audit, due professional care ,

Hasil penelitian variasi ukuran partikel batu kapur untuk meningkatkan kadar etanol dari umbi ganyong sudah memenuhi syarat Keputusan Direktorat Jenderal