• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT PENGHUNI ASRAMA PUTRA DI PANTI ASUHAN WAL-ASHRI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2013 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT PENGHUNI ASRAMA PUTRA DI PANTI ASUHAN WAL-ASHRI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2013 SKRIPSI"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

SADLI MUKHLIS

08C10104057

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH ACEH BARAT

(2)

1 1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (1992), sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang di tandai oleh penduduk yang hidup dengan prilaku dan lingkungan yang sehat. Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

(3)

Kebijaksanaan pembangunan akan lebih ditekankan pada upayapromotif dan preventif dengan melakukan peningkatkan, pememelihara, perlindungan terhadap orang sehat agar menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak jatuh sakit, sedangkan yang sakit dapat pula segera disembuhkan agar menjadi sehat (Depkes RI , 2004).

Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Hendrick L. Blum dalam buku Notoatmodjo (2003). Faktor-faktor yang dimaksud antara lain : faktor keturunan, factor pelayanan kesehatan, faktor prilaku dan faktor lingkungan. Selain itu kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, pendidikan , sosial dan budaya. Diantara faktor- faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat.

Masalah kesehatan sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah masalah di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatan itu sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

(4)

menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Dinkes Prov NAD, 2005).

Kebersihan diri (Personal hygiene) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurangnya perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Dengan melihat hal ini ada enam tujuan Personal hygiene yaitu meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang,memperbaiki Personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri. Kebersihan diri yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang sangat cukup sensitive terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit ( Harahap, 2000).

(5)

sosio-ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Penelitian Harahap (2000) pada lembaga pemasyarakatan di Palembang menunjukkan bahwa penderita dermatofitosis yang mempunyai tingkat kebersihan yang kurang mencapai 83,76%.

Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen. Selama tinggal berpisah dengan orang tua maka murid akan tinggal bersama-sama dengan teman-teman dalam satu asrama, kehidupan berkelompok yang akan dijalani dengan berbagai macam karakteristik para murid dan dalam kehidupan berkelompok masalah yang dihadapi adalah pemeliharaan kebersihan. Asrama ini terdiri dari kamar-kamar yang di huni oleh anak-anak dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda-beda. Penghuninya cukup banyak dan hampir tidak ada kamar yang kosong (Badri, 2008).

1.2 Perumusan Masalah

(6)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kondisi kesehatan terhadap keluhan penyakit kulit penghuni asrama putra di Panti Asuhan Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi penyakit kulit penghuni asrama putra Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku penghuni asrama putra yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan tentang personal hygiene, sanitasi dasarnya, kondisi kesehatan asrama serta kaitannya dengan penyakit kulit penghuni asrama putra Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sanitasi dasar di asrama putra yang meliputi penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan air bersih dan pembuangan sampah asrama putra Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai masukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya bagaimana kondisi kesehatan penghuni asrama putra yang berkaitan pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentangpersonal hygiene, sanitasi dasarnya, kondisi kesehatan asrama serta penyakit kulit.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangsih pemikiran bagi pengelola asrama putra tentang personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama serta kaitannya dengan penyakit kulit penghuni asrama Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013. 2. Untuk menambah masukan bagi murid yang tinggal di asrama putra agar

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan dengan adanya keluhan penyakit kulit pada penghuni di asrama putra panti asuhan Al-Asri. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit yaitu menyangkut dengan reaksinya baik secara passif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan penyakit yang ada pada dirinya atau diluar dirinya) maupun aktif (tindakan atau praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit maupun keluhan kesehatan kulit tersebut. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan yang kemudian menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu tindakan. Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit yaitu bagaimana manusia merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

(9)

c. Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan.

2.1.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan penghuni asrama dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi keluhan penyakit maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit.Pengetahuan dalam penelitian ini adalah menyangkut pengetahuan tentang personal hygiene ,penyakit kulit, sanitasi dasar, dan bagaimana syarat kesehatan asrama.

2.1.2 Sikap

(10)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan subjek.

b. Merespon (Responding)

Memberikan apabila ditanya, mengajarkan dan menyelesaikan tugas yang diberika adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengajarkan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap sesuatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan–

(11)

2.1.3 Tindakan

Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan dalam penelitian ini adalah segala bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya keluhan kesehatan yang berbasis penularan dari air. Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan ( Notoatmodjo, 2003) :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

(12)

2.2 PengertianHygiene

Hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam pengertian ini termasuk pula melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (perorangan dan masyarakat) sedemikian rupa sehingga faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan.

2.2.1 PengertianPersonal hygiene

(13)

2.2.2 Jenis-jenisPersonal Hygiene Kebersihan perorangan meliputi : a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari–hari (Harahap, 2000).

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti :

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri 2. Mandi minimal 2x sehari

3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah 6. Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

(14)

2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. 3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Membersihkan tangan sebelum makan 2. Memotong kuku secara teratur

3. Membersihkan lingkungan 4. Mencuci kaki sebelum tidur

Faktorhygieneyang mempengaruhi gangguan kulit adalah : 1. Kebersihan kulit

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku 3. Kebersihan rambut .

2.2.3 FaktorFaktor yang MempengaruhiPersonal Hygiene

(15)

1. Citra tubuh (Body Image)

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan polapersonal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang

(16)

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3 Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyehatkan lingkungan pemukiman meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (Waluyo, 2005 ).

2.3.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari :

1. Air permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya.

2. Air tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal yaitu terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.

(17)

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai standart tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu ( Kusnoputranto, 2000) :

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau karier. Bila air yang mengandung kuman pathogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid, HepatitisdanDysentri Basiler.

2. Water based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (Host) perantara, misalnya Schistosomiasis.

(18)

melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed). Contoh penyakit ini adalah Cholera, Typhoiddan Dysentri Basiler. Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk minum, makan, memasak, dan kebersihan alat- alat makan.

4. Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever,Trypanosomiasis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/ 1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Syarat–syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa

b. Syarat kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l

(19)

menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan, penampungan mata air dan perpipaan. Sumur merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan masyarakat Indonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah : 1. Lokasi

a. Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat–tempat pembuangan kotoran lainnya.

b. Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereg pegunungan, letak sumur gali di atas sumber pencemaran.

2. Konstruksi

a. Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.

b. Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur. c. Cara pengambilan air ke dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat

(20)

d. Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi dalam dan tepi luar dinding sumur harus minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai.

e. Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.

f. Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.

Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan dengan sederhana dengan cara sebagai berikut (Azwar, 1995) :

a. Sediakan bahan-bahan seperti : pasir, arang aktif (dapat dibuat dari batok kelapa, tawas, kaporit dan bubuk kapur).

b. Sediakan pula empat buah kaleng. Kaleng pertama di gunakan untuk menampung air yang akan dibersihkan, dalam proses pengolahan kedalamnya dibubuhi setengah sendok teh kaporit, 2 sendok makan tawas yang telah dilarutkan terlebih dahulu, kemudian semuanya di aduk dalam beberapa menit. Setelah tampak keping-keping bubuhkan satu sendok makan bubuk kapur, kemudian aduk lagi, setelah beberpa menit akan tampak kepingan yang lebih besar. Setelah itu endapkan selama setengah jam.

c. Kaleng kedua yang berisi pasir dialirkan air dari kaleng pertama.

(21)

lama-kelamaan akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini digunakan untuk proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.

e. Kaleng keempat diisi dengan arang aktif gunanya untuk menghilangkan bau khlor yang ada. Air yang keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat dipergunakan untuk sumber air bersih.

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan ini berupa tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebutlatrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo,2003).

(22)

1. Tidak mencemari air

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang tidak kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, pempang, danau, sungai dan laut.

2. Tidak mencemari tanah permukaan

a. Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir sungai.

b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, dan kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.

(23)

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

d. Lantai jamban harus selalu kering dan bersih.

e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan.

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air.

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowllicin. Pembersihan harus dilakukan secara priodik.

5. Aman digunakan oleh pemakainya

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan bata atau selongsongan anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat.

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya. a. Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

(24)

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati dan gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

2.3.3. Pembuangan Air Limbah

Yang dimaksud dengan air limbah, air kotoran atau air bekas adalah air yangm tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan Kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995). Beberapa sumber air buangan

a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water)

Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari ekskreta (tinja dan urin), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar merupakan bahan–bahan oranik.

b. Air buangan kotapraja (minicipal waste water)

Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya.

c. Air buangan industri (industrial waste water)

(25)

yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan lain-lain (Entjang, 2000).

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media transmisi penyakit seperti Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya. Menurut Kusnoputranto (2000),

pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Terhadap lingkungan

Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah, atau lingkungan hidup lainnya. Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Terhadap kesehatan masyarakat

(26)

2.3.4 Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan bahan asalnya, sampah di bagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.

2. Sampah anorganik

(27)

a. Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah.

2. Mempunyai penutup yang mudah dibuka, dikosongkan isinya serta ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempatnya sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

b. Pengumpulan sampah

(28)

sampah, terutama dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003)

c. Pemusnahan sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :

1. Ditanam (Landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan sampah.

2. Dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran.

3. Dijadikan pupuk (Composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan efek negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh–pengaruh tersebut antara lain (kusnoputranto, 2000).

1. Terhadap Kesehatan

(29)

mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehinga dapat menimbulkan penyakit.

2. Terhadap Lingkungan

a. Dapat mengganggu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme.

b. Debu-debu yang beterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan. Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara.

c. Pembuangan sampah ke saluran–saluran air akan estetika terganggu, pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran. d. Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya

serap alirannya sudah menurun.

e. Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.

2.4 Pengertian Asrama

(30)

Hal ini sejalan dengan kriteria rumah/asrama sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memenuhi fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi sehat antar angota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, kostruksi yang kuat, tidak mudah mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus diperhatikan(Notoatmodjo, 2010) :

1. Bahan bangunan

(31)

Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain

b. Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api yaitu dinding yang dari batu.

c. Langit- langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan

angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk di musim panas dan hangat di musim hujan.

2. Ventilasi

(32)

Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu:

a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara.

3. Pencahayaan

(33)

sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya ( Notoatmodjo, 2007).

4. Luas bangunan rumah

Berdasarkan Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu :

a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu , lubang angin , lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut , misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara.

2.5 Pengertian Kulit

(34)

Selain itu kulit juga berfungsi sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Azhara, 2011).

Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbeda-beda dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.

2.5.1. Anatomi Kulit

Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira–kira 15% berat badan. Rata–rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis. kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis ( Harahap, 2000).

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu :

a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.

(35)

2.5.2 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai mempunyai fungsi yang bermacam- macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :

1. Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melamin yang memberi warna pada kulit untuk melindungi kulit dari akibat sinar ultraviolet. 2. Pengatur suhu

Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga tubuh dapat terjaga tidak terlalu panas .

3. Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat – zat yang larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit.

4. Indra perasa

(36)

5. Fungsi pergetahan

Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat. Getah sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat di hasilkan oleh kelenjar keringat. Sebum adalah sejenis zat lemak yang membuat kulit menjadi lentur. 6. Sintesis vitamin D.

7. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial (Graham, 2005). 2.5.3 Penyakit Kulit

Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit ( Harahap, 2000).

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000).

(37)

2.5.4 Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Harahap (2000), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain. c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral,

dll.

(38)

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit. Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat kimia tersbut antara lain adalahkromium, nikel, cobalt, dan merkuri.

2.5.5 Jenis-Jenis Penyakit Kulit

1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis verukosa,kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalahpioderma(Harahap, 2000).

2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies,pedikulosis kapitis,pedikulosis korporis,pedikulosis pubis,creeping eruption,

amebiasis kutis, gigitan serangga, trikomoniasis.

3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata,

tinea pedis,tinea manus,tinea kruris,kandidiasis,sporotrikosis,

(39)
(40)

berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedisdantinea krurisadalah rasa gatal.

4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis,

dermatitis numularis, dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain. Pada umumnya keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/bentol-bentol/bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005). Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah kulit (epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Predisposisi b. Pekerjaan

c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas f. Kebersihan perorangan yang kurang baik g. Gangguan hormonal

(41)
(42)

2.7 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis Penelitian

Adanya hubungan antara perilaku , pesonal hygiene penghuni asrama , sanitasi dasar dan kondisi kesehatan asrama dengan penyakit kulit.

Perilaku

Personal Hygiene

Sanitasi Dasar

Kesehatan Asrama

(43)

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan wawancara dan observasi lapangan yang bertujuan untuk melihat atau mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan penghuni asrama putra tentang personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama serta penyakit kulit sebagaimana yang terdapat dalam kerangka konsepsional.

Metode deskripsi ini menggunakan jenis survey cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang bersamaan(point time approach)(Notoatmodjo, 2010)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan pada asrama putra Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

3.2.2 Waktu Penelitian

(44)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni asrama putra yang ada di Panti Asuhan Al-Asri sebanyak 32 orang.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan Sampel pada penelitian ini diambil secara Total Sampling yaitu 100% dari Populasi sebanyak 32 putra penghuni asrama. Pengambilan sampel diambil pada Kepala Asrama Al-Asri Kecamatan Aceh Barat Daya Tahun 2013.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini, yaitu meliputi tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penghuni asrama putra tentang personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama serta penyakit kulit, pengumpulan data dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2 Data Skunder

(45)

No Variabel Independen

2. Variabel : Personal Hygiene

Definisi

3. Variabel : Sanitasi Dasar

Definisi

4. Variabel : Kondisi Kesehatan Asrama

(46)

Definisi bakteri, dan reaksi alergi yang ditandai dengan gejala

gatal-Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner≥ 50% dengan tepat, dengan hasil rentang dari tabel skor < 3

Kurang : Apabila Responden hanya hanya menjawab < 50% jawaban yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang dari tabel skor≤ 3

3.6.2 Personal Hiegene

(47)

hasil rentang skor < 5. 3.6.3 Sanitasi Dasar

Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner≥ 50 % dengan tepat, dengan hasil rentang dari tabel skor≥ 5

Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab < 50% jawaban yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang skor < 5.

3.6.4 Penyakit Kulit

Ada penyakit : jika ada ditemukan penyakit kulit pada penghuni asrama putra

Tidak ada penyakit : jika tidak ada ditemukan penyakit kulit pada penghuni asrama putra

3.6.5 Kondisi Kesehatan Asrama

Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner≥ 50 % dengan tepat, dengan hasil rentang dari tabel skor≥ 5

(48)

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi frekuensi dari setiap veriabel penelitian.

Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan hubungan perilaku, personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama dengan penyakit kulit

penghuni asrama.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel depeden dan sebuah variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05. Dasar pengambilan hipotesis

penelitian berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :

a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian (Ho di tolak) atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perilaku, personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama dengan penyakit kulit penghuni asrama. b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha diterima) atau dapat

(49)

untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika tidak ada sel memiliki harapan kurang dari 5, maka digunakan Continuity Correction(Notoatmodjo. 2005)

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Letak Geografi

Panti asuhan yayasan tamita wal’ashri adalah salah satu panti asuhan yang berada diwilayah Kabupaten Aceh Barat Daya yang terletak di Lamkuta KM 379 Blangpidie dengan luas lokasi ± 23,210 M.

4.1.2 Susunan Kepengurusan

Pelindung : Camat Blangpidie : Kapolsek Blangpidie Penasehat : Danramil Blangpidie

: Kepala Kantor Urusan Agama Blangpidie Pengawas : Sudirman Hasan Yusuf

Pembina : Drs. H. Tajuddin Nyakman

Ketua : Tadli, MBA

(51)

4.1.3 Fasilitas

Panti asuhan yayasan tamita wal’ashri memiliki beberapa fasilitas diantaranya terdiri dari ruang tamu seluas 104 M, kamar tidur berjumlah 4 ruang dengan luas keseluruhan 294 M, kamar mandi berjumlah 6 ruang dengan luas rata-rata 24 M, kamar pengurus dengan luas 32 M, ruang dapur seluas 40 M, ruang makan 80 M, ruang cuci dan gudang.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kecamatan Aceh Barat Daya tentang Kondisi Kesehatan tentang Keluhan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya, maka hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut :

4.2.1 Analisis Univariat

(52)

4.2.1.1 Perilaku

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Terhadap Penyakit Kulit Di Panti Asuhan Wal-asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Perilaku Frekuensi %

1 Baik 9 28,1

2 Kurang 23 71,9

Total 32 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 32 orang responden, yang memiliki perilaku yang baik dengan jumlah 9 orang (28,1) dari responden yang memiliki prilaku yang kurang berjumlah 23 orang (71,9%).

4.2.1.2 Personal Higiene

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Personal Higiene Terhadap Penyakit Kulit Di Panti Asuhan Wal-asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Personal Higiene Frekuensi %

1 Baik 10 31,3

2 Kurang 22 68,8

Total 32 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

(53)

4.2.1.3 Sanitasi Dasar

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Sanitasi Dasar Di Panti Asuhan Wal-asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Sanitasi dasar Frekuensi %

1 Baik 7 21,9

2 Kurang 25 78,1

Total 32 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.3 dari 32 orang responden, yang sanitasi dasar nya baik dengan jumlah 7 orang (21,9%) dan kurang baik berjumlah 25 orang (78,1%).

4.2.1.4 Kondisi Asrama

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Kondisi Asrama Di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Kondisi Asrama Frekuensi %

1 Baik 5 15,6

2 Kurang 27 84,4

Total 32 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

(54)

4.2.1.5 Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Penyakit Kulit Penghuni Asrama Di Panti Asuhan Wal-asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Frekuensi %

1 Ada penyakit kulit 20 62,5

2 Tidak ada penyakit kulit 12 37,5

Total 32 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.5 dari 32 orang responden, yang mengidap penyakit kulit dengan jumlah 20 orang (62,5%) dari responden yang tidak mengidap penyakit kulit berjumlah 12 orang (37,5%).

4.2.2. Analisis Bivariat

(55)

4.2.2.1 Hubungan Perilaku dengan Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Tabel 4.6 Hubungan antara Perilaku dengan Penyakit Kulit Di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui penghuni asrama yang memiliki prilaku kurang sebanyak 15 orang ( 75 %) yang sangat berpotensi mengidap penyakit kulit yang jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan penghuni asrama yang memiliki perilaku yang baik dan tidak mengidap penyakit kulit sebanyak 5 orang penghuni asrama ( 25 %)

Dari hasil uji chi square adalah 0,01 nilai ini lebih kecil dari level of significance(a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,667.

Perilaku

(56)

4.2.2.2. Hubungan antara Personal Higiene dan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Tabel 4.7 Hubungan antara Personal Higiene dan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.6. dapat diketahui penghuni asrama yang personal hygiene kurang sebanyak 14 orang (70 %) yang berpotensi untuk mengidap penyakit kulit yang apabila dibandingkan dengan penghuni asrama yang personal higiene baik sebanyak 8 orang ( 30%) yang berpotensi mengidap penyakit kulit.

Dari hasil uji chi square adalah 0,00 nilai ini lebih kecil dari level of significance(a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,867.

Personal

(57)

4.2.2.3. Hubungan antara Sanitasi Dasar dan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Tabel 4.8 Hubungan antara Sanitasi Dasar dan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Dari tabel 4.6. dapat diketahui penghuni asrama yang sanitasi kurang baik ada 16 orang (80 %) yang berpotensi untuk mengidap penyakit kulit yang apabila dibandingkan dengan penghuni asrama yang sanitasi dasar baik (20%) yang berpotensi mengidap penyakit kulit.

Dari hasil uji chi square adalah 0,00 nilai ini lebih kecil dari level of significance(a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,750.

Sanitasi Dasar

(58)

4.2.2.4. Hubungan antara Kondisi Asrama dan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Tabel 4.9 Hubungan antara Kondisi Asrama dan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Dari tabel 4.6. dapat diketahui penghuni asrama yang kondisi asrama kurang baik berjumlah 17 0rang ( 85%) yang berpotensi untuk mengidap penyakit kulit yang apabila dibandingkan dengan penghuni asrama yang kondisi asrama baik berjumlah 3 orang ( 15 %) yang berpotensi mengidap penyakit kulit.

Dari hasil uji chi square adalah 0,00 nilai ini lebih kecil dari level of significance(a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,882.

Kondisi

(59)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Perilaku dengan Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Hubungan Perilaku dengan penyakit kulit penghuni asrama dapat dilihat pada tabel 4.5, dikatakan bahwa responden dengan prilaku kurang baik yang mengidap penyakit kulit sebanyak penghuni asrama. Pada penelitian ini adanya hubungan yang bermakna antara prilaku dengan penyakit kulit penghuni asrama, dengan nilai p value sebesar 0.01 yang berartiP Value< α (0,05

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit yaitu bagaimana manusia merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang tradisional maupun yang modern.

c. Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

(60)

4.3.2 Hubungan Personal Higiene terhadap Penyakit Kulit Penghuni Asrama Hubungan Personal Higiene dengan penyakit kulit dapat dilihat pada tabel 4.6, berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji Chi-square menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara personal hygiene terhadap penyakit kulit dengan nilai p value 0,002 yang berartiP Value< α (0,05. Menurut Potter (2005) Personal Higiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

4.3.3 Hubungan Sanitasi Dasar terhadap Penyakit Kulit Penghuni Asrama

(61)

Menurut Waluyo ( 2005) Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyehatkan lingkungan pemukiman meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/ 1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti : thypus,disentri,kolera,bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita),Schistosomiasisdan sebagainya

(62)

sebagainya yang dapat ditempati oleh beberapa orang penghuni disetiap kamarnya dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada hotel dan losmen.

(63)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan antara Perilaku dengan penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013. Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi-square p value = 0,01 yang berarti p value <0,05

2. Ada hubungan antara Personal Higiene dengan penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013 . Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi-square p value = 0,00 yang berarti p value <0,05

3. Ada hubungan antara Sanitasi dasar dengan penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013 . Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi-square p value = 0,00 yang berarti p value <0,05

(64)

5.2 Saran

1. Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Diharapkan kepada pihak Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu :

1. Memberikan pengarahan kepada penghuni asrama agar menjaga prilaku dalam menjaga kesehatan lingkungan dan terhindar dari penyakit kulit 2. Mengawasi penghuni asrama yang personal higienenya kurang baik an

memberikan sanksi.

3. Memberikan pengarahan dan pengawasan kepada penghuni asrama agar menjaga dan membersihkan setiap fasilitas sanitasi yang ada di asrama dan tetap awet.

4. Mengawasi dan memberikan hukuman kepada penghuni yang tidak mau membersihkan asrama.

5. Penghuni Asrama

1. Untuk menjaga prilaku dalam menjaga kesehatan lingkungan dan menjaga kebersihan diri agar merasa nyaman dan terhindar dari penyakit

(65)

Wydia , Jakarta.

Chandra, Dr. Budiman. 2007.Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT . Citra Aditya Bakti, Bandung.

Harahap, M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan Pertama, Penerbit HIpokrates, Jakarta.

Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta

__________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta : Jakarta __________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta Graham, Robin. 2005.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Erlangga : Jakarta

Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC : Jakarta

Kusnoputranto, Haryoto. 1986.Kesehatan Lingkungan. Departemen Pendidikan Indonesia, Universitas Indonesia : Jakarta

Gambar

Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Tabel 4.1Distribusi Responden berdasarkanPerilakuTerhadapPenyakit Kulit Di Panti Asuhan Wal-asri Kecamatan BlangpidieKabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
Tabel 4.3Distribusi Responden berdasarkan Sanitasi Dasar Di Panti
Tabel 4.6 Hubungan antara Perilaku dengan Penyakit Kulit Di Panti AsuhanWal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan : Informasi Grafis dari bengkel resmi milik Yamaha tidak jauh beda dengan bengkel resmi lainnya, yaitu dengan melihat warna dan keseragaman yang di buat oleh

Agar sistem pakar dapat melakukan penalaran sebagaimana seorang pakar meskipun berada dalam kondisi ketidakpastian data, dan untuk mendapatkan nilai kepercayaan

i. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai; j. Menjadi bawahan dari pihak yang dinilai;.. Insan NINDYA yang dirinya berpotensi dan atau

Given 0 = 3^ radians and the area of sector OPCQ is equal to the area of the shaded region.. Find the radius of

Di negara-negara di mana tidak ada hukum atau aturan situasi darurat untuk pendidikan, situasi darurat ini dapat memberikan kesempatan bagi negara bersangkutan untuk

Secara umum karakter fisik buah kuini hampir sama dengan buah mangga pada umumnya, yaitu dari segi bentuk buah, warna kulit buah, warna daging buah, tekstur

Agar dalam proses pendataan di sekolah ini bisa bekerja lebih efektif dan menggunakan sistem informasi sesuai dengan perkembangan teknologi yang dapat membantu mempercepat

(e) Model pendidikan karakter kewirausahaan melalui unit produksi dan jasa di SMKN 2 Pengasih dilakukan melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan proses produksi UPJ dengan