• Tidak ada hasil yang ditemukan

Widyawati*), Rosalina**), Eko Susilo ***)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Widyawati*), Rosalina**), Eko Susilo ***)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA JENIS KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA URUTSEWU

KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

Widyawati*), Rosalina**), Eko Susilo ***)

*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

**) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Penggunaan kontrasepsi suntik berkaitan erat dengan adanya perubahan pada hormon seperti hormon estrogen dan progesteron. Gangguan pada siklus menstruasi akibat penggunaan kontrasepsi suntik dapat berupa amenorea (tidak haid), menoragia (perdarahan haid yang lebih lama), metroragia (perdarahan di luar haid), spotting atau perdarahan yang berupa tetesan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jenis kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik yang tinggal di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan jumlah rata-rata per bulan sebanyak 105 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Data dianalisis menggunakan menggunakan uji chi square.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden menggunakan KB suntik 3 bulan yaitu sebanyak 57,7 % dan sebagian besar responden mengalami perubahan menstruasi yaitu sebanyak 76,9 %. Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi square

diketahui ada hubungan yang signifikan antara jenis kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan nilai p value 0,023.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan akseptor pengguna kontrasepsi suntik agar mampu memahami penggunaan dan efek samping pada kontrasepsi jenis suntik.

(2)

ABSTRACT

The use of contraceptive injection is closely related to changes in hormones such as estrogen and progesterone. Disorders of the menstrual cycle due to the use of contraceptive injection can be amenorrhea (no menstruation), menorrhagia (menstrual bleeding longer), metrorrhagia (bleeding outside of menstruation), spotting or bleeding in the form of droplets. The aim of this study is to determine the correlation between the type of contraceptive injection with menstrual cycle changes in family planning acceptors in the Urutsewu village, Ampel District, Boyolali regency

This research was a descriptive correlation with cross sectional approach using questionnaires as a data collection tool. The population in this study was all contraceptive injection acceptors in Urutsewu village, Ampel District, Boyolali regency with an average amount per month as many as 105 people. The sampling technique used simple random sampling with the samples 52 people. Data were analyzed using the chi square test .

Based on the research, most respondents use 3 monthly injection 57.7% and the majority of respondents experience menstrual changes as many as 76.9%. From the statistical test using chi square test, it is has a significant correlation between the type of contraceptive injection with menstrual cycle changes in family planning acceptors in Urutsewu village, Ampel District, Boyolali regency with p value 0.023.

The result is expected to increase the knowledge of contraceptive injection to be able to understand the use and side effects of the contraceptive injection.

Keywords: The type of contraceptive injection, Menstrual cycle changes, Family planning acceptors

PENDAHULUAN Latar Belakang

Siklus menstruasi merupakan siklus bulanan yang sering terjadi pada wanita setiap bulannya, siklus reproduksi wanita memerlukan kira-kira 28 hari untuk menyiapkan dan melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan jaringan dari uterus yang dikenal sebagai menstruasi (Hartanto, 2011:103).

Siklus menstruasi diatur oleh hormon estrogen dan progesteron. Estrogen dibuat oleh folikel de graaf yang matang. Progesteron dibuat dalam jumlah kecil sebelum ovulasi oleh ovarium dan kemudian dalam jumlah lebih besar sesudah ovulasi oleh corpus luteum (masa glandular yang dibentuk oleh folikel matang setelah pelepasan ovum). Corpus luteum juga menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Hartanto, 2010).

Kusmiran (2014:20) mengatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan pada siklus menstruasi antara lain faktor hormon, faktor enzim, faktor vaskular, faktor

prostaglandin. Faktor hormon

mempengaruhi terjadinya menstruasi pada seorang wanita yaitu follicle stimulating hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis serta progesteron yang dihasilkan oleh ovarium. Faktor enzim dimana enzim hidrolitik terdapat endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan. Faktor vaskular adalah fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium.

Penggunaan kontrasepsi suntik berkaitan erat dengan adanya perubahan pada hormon seperti hormon estrogen dan

(3)

progesteron. Sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisis ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan terganggu. Gangguan pada siklus menstruasi akibat penggunaan kontrasepsi suntik dapat berupa amenorea (tidak haid), menoragia (perdarahan haid yang lebih lama), metroragia (perdarahan di luar haid), spotting atau perdarahan yang berupa tetesan (Sulistyawati, 2011).

Metode KB hormonal sangat popular yang dapat digunakan dalam waktu yang

relatif panjang, terutama dalam

penggunaan metode KB suntik,

penggunaan kontrasepsi suntik masih banyak dipakai oleh masyarakat karena KB suntik ini sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi serta cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI (Sulistyawati, 2011:75).

Metode KB suntik terdiri dari dua jenis yaitu suntik kombinasi (1 bulan) dan suntik tribulan atau progestin. Suntik kombinasi (1 bulan) merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap bulan

dengan jalan penyuntikan secara

intramuscular sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik ini mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan kematangan

folicel de graaf tidak terjadi. Cara kerja dari KB suntik 1 bulan adalah untuk mencegah ovulasi, lender serviks menjadi kental dan sedikit sehingga sulit ditembus

spermatozoa, membuat endometrium

menjadi kurang baik untuk implantasi, menghambat transportasi ovum dalam tuba falopi(Mulyani, 2013:87).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Kabupaten Boyolali Kecamatan Ampel didapatkan hasil bahwa data akseptor KB suntik tertinggi berada di Desa Urutsewu dengan jumlah akseptor KB suntik sebesar 105

akseptor KB suntik pada satu bulan terakhir bulan Agustus 2015. Dilakukan wawancara sebanyak 20 akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, di dapatkan hasil bahwa penggunaan KB suntik jenis 1 bulan yang diambil secara acak sebanyak 10 orang, diantaranya 2 orang mengalami amenorea, 1 orang mengalami spotting, 4 orang mengalami menoragia dan 3 orang tidak mengalami gangguan menstruasi selama pemakaian KB suntik jenis 1 bulan. Sedangkan penggunaan KB suntik jenis 3 bulan yang diambil secara acak sebanyak 10 orang, didapatkan hasil 3 orang mengalami amenorea, 2 orang mengalami spotting, 2 orang mengalami menoragia dan 3 orang tidak mengalami gangguan menstruasi selama pemakaian KB suntik jenis 3 bulan. Didapatkan hasil bahwa pemakaian KB suntik jenis 3 bulan memiliki tingkat gangguan pada siklus menstruasi lebih tinggi dari pada pemakaian KB suntik jenis 1 bulan.

Rumusan Masalah

Adakah Hubungan Antara Jenis Kontrasepsi Suntik Dengan Perubahan Siklus Menstruasi Pada Akseptor KB Suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui sejauh mana hubungan antara jenis kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk meningkatkan suatu pelayanan dalam memberikan informasi

tentang efek samping penggunaan

kontrasepsi jenis suntik dengan perubahan siklus menstruasi.

Bagi responden, dapat menambah

pengetahuan akseptor pengguna

(4)

penggunaan dan efek samping pada kontrasepsi jenis suntik.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah

deskriptif korelatif dengan menggunakan

cross sectional yaitu penelitian melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada tanggal 20-25 Januari 2016.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik yang tinggal di

Desa Urutsewu Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali dengan jumlah rata-rata per bulan sebanyak 105 akseptor KB suntik selama satu bulan terakhir dibulan Agustus 2015.

Sampel

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah akseptor KB suntik yang berada di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

dilakukan dengan metode Random

Sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau acak dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 52 responden.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini merupakan data primer. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kontrasepsi

untuk mengukur jenis kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB suntik, dan

kuesioner siklus menstrusi untuk

mengukur perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik.

Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku, artinya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, sehingga untuk menguji akurasi alat ukur dilakukan uji validitas.

Analisa Data Analisa Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis ini berupa distribusi frekuensi dan prosentase pada setiap variabel, yaitu variabel jenis kontrasepsi suntik dan variabel perubahan siklus menstruasi.

Analisa Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini uji bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jenis kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Analisa yang digunakan adalah Chi Square.

HASIL PENELITIAN Karakteristik responden

Umur

Tabel 1

Distribusi frekuensi umur responden di

Desa Urutsewu Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali Umur f % < 20 tahun 3 5,8 20-30 tahun 36 69,2 > 30 tahun 13 25,0 Total 52 100,0 Pekerjaan Tabel 2

Distribusi frekuensi pekerjaan responden di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

Pekerjaan f %

Bekerja 34 65,4

Tidak bekerja 18 34,6

(5)

Analisa univariat

Gambaran jenis kontrasepsi suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Boyolali

Tabel 3

Distribusi frekuensi jenis kontrasepsi suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

Jenis kontrasepsi f %

KB suntik 1 bulan 22 42,3

KB suntik 3 bulan 30 57,7

Total 52 100,0

Gambaran perubahan siklus menstruasi pada penggunaan kontrasepsi jenis suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

Tabel 4

Distribusi frekuensi perubahan siklus menstruasi pada penggunaan kontrasepsi jenis suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

Perubahan siklus menstruasi f % Ya 40 76,9 Tidak 12 23,1 Total 52 100,0 Tabel 5

Perubahan siklus menstruasi Perubahan siklus menstruasi f % Tidak ada 12 23,1 Amenore 18 34,6 Menoragia 7 13,5 Metroragia 2 3,8 Spotting 13 25,0 Total 52 100,0 Analisa Bivariat Tabel 6

Tabulasi silang hubungan antara jenis kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Boyolali

Jenis KB Perubahan siklus menstruasi Total p- value Tidak Ya n % n % n % KB suntik 1 bulan 9 40,9 13 59.1 22 100 0,023 KB suntik 3 bulan 3 10,0 27 90,0 30 100 Total 12 23,1 40 76,9 52 100 PEMBAHASAN Analisa Univariat

Gambaran jenis kontrasepsi suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi serta wawancara sekilas terhadap responden pada saat memberikan dan mendampingi responden dalam pengisian kuesioner didapatkan data bahwa alasan responden memilih alat kontrasepsi suntik 3 bulan karena melihat keuntungan atau manfaatnya. Keuntungan tersebut antara lain karena sangat efektif, efek sampingnya sedikit dan dapat digunakan pada perempuan usia diatas 35 tahun sampai premenopause. Hal ini dikuatkan pula oleh paparan dari Saifuddin, ed. (2006) bahwa keuntungan kontrasepsi suntik progestin (KB suntik 3 bulan) sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah, tidak memiliki

pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan krisis anemia bulan sabit.

Sebagian besar responden yang menggunakan KB suntik berusia antara 20-30 tahun. Hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa banyak responden yang memilih menggunakan KB suntik khususnya KB suntik 3 bulan. Menurut Hartanto (2010) menyatakan bahwa umur 20-30 tahun, alat kontrasepsi yang rasional dipakai adalah KB suntik DMPA. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanti (2011) menyatakan bahwa dari 55 akseptor KB suntik DMPA di BPS Sumarni Pundong Bantul, menunjukkan Bahwa mayoritas responden berumur antara 20-29 tahun yaitu sebanyak 25 responden (45,5%).

(6)

Responden dengan pendidikan rendah sebagian besar mempunyai pengetahuan yang rendah sehingga kemampuannya untuk menggali informasi tentang alat kontrasepsi yang sesuai dengan usianya lebih rendah dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar responden yang

menggunakan KB suntik 3 bulan adalah responden dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 7 responden (87,5 %) dan responden dengan pendidikan SMP yaitu sebanyak 16 responden (66,7 %).

Berdasarkan hasil penelitian juga didapat data bahwa alasan karena kemudahan metode merupakan salah satu alasan mendasar setelah biaya yang menjadikan sebagian besar responden tetap memilih DMPA 3 bulan sebagai salah satu alternatif dalam pemakaian KB walaupun sebagian besar responden dalam kategori usia di atas 35 tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara sekilas terhadap responden saat memberikan kuesioner kepada responden. Dalam wawancara sekilas tersebut peneliti menggali informasi tentang tingkat pengetahuan responden terhadap metode kontrasepsi yang digunakannya yaitu sebagian besar responden mengatakan bahwa DMPA lebih mudah dipergunakan, tidak perlu setiap hari seperti menelan pil, dalam pemakaiannnya tidak terbatas umur, tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri dan merupakan alat kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang.

Gambaran perubahan siklus menstruasi pada penggunaan kontrasepsi jenis suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perubahan siklus menstruasi yang terjadi pada sebagian besar responden adalah kejadian amenorea yaitu sebanyak 19 responden (34,6 %). Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada

seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 18 tahun keatas, sedangkan amenorea sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi tetapi kemudian tidak menstruasi lagi (Suryati, 2009).

Pada akseptor KB suntik dengan perubahan menstruasi berupa amenorea disebabkan oleh progesteron dalam komponen KB suntik menekan Luteinizing Hormone (LH). Meningkatnya DMPA dalam darah akan menghambat LH, perkembangan folikel dan ovulasi selama beberapa bulan. Selain itu, DMPA juga mempengaruhi penurunan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus yang menyebabkan pelepasan

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis anterior berkurang. Penurunan FSH akan

menghambat perkembangan folikel

sehingga tidak terjadinya ovulasi atau pembuahan. Pada pemakaian DMPA menyebabkan endometrium menjadi lebih dangkal dan atropis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif sehingga membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi (Hartanto, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa perubahan siklus menstruasi yang terjadi pada sebagian besar responden selain terjadinya amenorea adalah kejadian spotting yaitu sebanyak 13 responden (25,0 %). Kejadian spotting pada akseptor KB suntik ini

dikarenakan adanya penambahan

progesterone yang menyebabkan

terjadinya pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal serta terjadilah spotting.

Pada pemakaian KB suntik

endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif.

(7)

Sering stroma menjadi oedematous.

Dengan pemakaian jangka lama,

endomertium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan

DMPA yang terakhir. Sedangkan

mekanisme kerja kontrasepsi DMPA secara sekunder bahwa lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa, membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum

yang telah dibuahi, mungkin

mempengaruhi kecepatan transfor ovum didalam tuba fallopi.

Selain itu, ada penyebab lain dari spoting. Menurut Hartanto (2010) penyebab lain dari spotting adalah

ketidakseimbangan hormone dan

diperkirakan karena kerja enzim plasmin yang terkonsentrasi di jaringan selaput lendir rahim. Enzim ini bersifat fibrinolitik (menghancurkan fibrin yang berguna untuk pembentukan darah). Perdarahan yang berupa bercak-bercak juga diduga terjadi penurunan kadar estrogen pra-menstruasi. Perlu juga dipikirkan adanya polip servik, erosi porsio dan juga dapat disebabkan oleh insufisiensi corpus luteum

(perdarahan terjadi karena menurunnya kadar estrogen), sedangkan pada masa pasca menstruasi disebabkan oleh defisiensi estrogen, sehingga regenerasi endometrium terganggu.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden akseptor KB suntik mengalami beberapa perubahan siklus haid setelah menggunakan KB suntik. Efek KB suntik terhadap siklus menstruasi sering tidak menyenangkan, tetapi tidak terlalu berbahaya dan bukan tanda gejala adanya suatu penyakit. Perubahan siklus menstruasi biasanya pada tahun pertama pemakaian KB suntik DMPA yaitu perdarahan berupa bercak-bercak (spotting), yang dapat berlangsung

cukup lama, jarang terjadi perdarahan atau menstruasi normal. Sedangkan apabila sudah beberapa kali suntikan ulang seringkali bahkan tidak mengalami menstruasi sama sekali. Hal tersebut adalah efek samping yang normal. Siklus haid akan kembali normal setelah 3-6 kali penggunaan KB suntik dihentikan.

Karakteristik hormon dalam siklus menstruasi manusia berubah dari satu tahap perkembangan ovarium ke tahap berikutnya dan setelah usia mencapai 45

tahun ada kecenderungan ambang

ekstrogen yang lebih rendah dalam siklus. Siklus mestruasi normal berlangsung rata-rata 28 hari. Siklus menstruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-13 tahun (Proverawati, 2009).

Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang

menggunakan KB suntik 1 bulan

mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu sebanyak 13 responden (59,1 %) dan

sebagian besar responden yang

menggunakan KB suntik 3 bulan

mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu sebanyak 27 responden (90,0 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa semua responden baik yang menggunakan KB suntik 1 bulan maupun 3 bulan tetap mengalami peruabahan siklus menstruasi. Penggunaan KB suntik 3 bulan berpeluang lebih tinggi untuk mengalami perubahan siklus menstruasi dibandingkan responden yang menggunakan KB suntik 1 bulan.

Normalnya siklus menstruasi

berlangsung teratur dalam interval 21-35 hari. Namun ada kalanya tidak demikian. Banyak hal yang dapat menyebabkan siklus tidak teratur, antara lain pemakaian kontrasepsi yang tidak cocok, stres, kafein,

merokok, alkohol, olahraga yang

berlebihan, endometriosis ataupun

penyakit-penyakit yang dapat

menyebabkan ketidakseimbangan hormon seperti sindrom ovarium polikistik, kerusakan ovarium akibat radiasi atau

(8)

kemoterapi, dan endometriosis (Abidin, 2012).

Dari hasil uji statistik menggunakan

Chi Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,023. Apabila p value atau signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

Perubahan siklus menstruasi yang terjadi pada sebagian besar responden pengguna alat kontrasepsi suntik 3 bulan juga dikarenakan lamanya pemakaaian alat kontrasepsi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 19 bulan yaitu sebanyak 19 responden (63,3 %). Hal tersebut menunjukkan lamanya pemakaian KB suntik 3 bulan pada sebagian besar

responden sehingga hal tersebut

berpengaruh terhadap terjadinya perubahan siklus menstruasi pada responden.

Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari adanya kekurangan pada saat melakukan penelitian. Peneliti hanya berfokus pada kuesioner untuk menanyakan pertanyaan yang akan diteliti. Terdapat beberapa kekurangan pada kuesioner. Seharusnya peneliti melakukan beberapa wawancara yang mendalam terkait penelitian yang akan dilakukan pada responden untuk hasil yang lebih optimal.

KESIMPULAN

Ada hubungan antara jenis kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan nilai p value 0,023.

SARAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk meningkatkan suatu pelayanan dalam memberikan informasi tentang efek samping penggunaan kontrasepsi jenis

suntik dengan perubahan siklus

menstruasi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan teori bagi peneliti lainnya tentang perubahan siklus menstruasi akibat pemakaian kontrasepsi jenis suntik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. [2] BKKBN. (2006). Buku Saku Bagi

Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi Konseling. Jakarta: BKKBN

[3] Farrel, H. (2005). Perawatan Maternitas Vol. 2. Jakarta: EGC. [4] Hanafiah, M.J., (2007). Haid dan

Siklusnya. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-114.

[5] Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

[6] Hidayat. (2011). Menyusun Skripsi dan Tesis. (Edisi Revisi). Bandung: Informatika.

[7] Krisnadi, R.S., Effendi, S.J. & Pribadi, A. (2009). Prematuritas. Bandung: Refika Aditama

[8] Kusmiran, E. (2014). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.

Jakarta: Salemba Medika.

[9] Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

(9)

[10]Manuaba, dkk. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.

Jakarta: EGC.

[11]Maryani. (2008). Pelyanaan KB dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM.

[12]Mitayani. (2009). Asuhan

Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

[13]Mulyani, Nina Siti. (2013). Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.

Yogyakarta: Nuha Medika.

[14]Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

[15]Prawirahardjo, Sarwono dan Hanifa

wiknjosastro. (2012). Ilmu

Kandungan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka

[16]Proverawati dan Misaroh. (2009).

Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika. [17]Roumauli, Suryati. (2009). Kesehatan

Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

[18]Sastroasmoro, Sudigdo. (2011).

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto. [19]Sugiyono. (2009). Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

[20]Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

[21]Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

[22]Syaifudin. (2012). Buku Kedokteran Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC. [23]Uliyah, Mar’atul. (2010). Panduan

Aman dan Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

[24]Wulansari, P. (2007). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil rata-rata kadar lemak mie basah dengan penambahan tinta cumi-cumi sebagai pewarna alami dan bahan pengikat berbeda, dapat dilihat pada Tabel 11.. Hal ini

Pemberian motif batik yang berbeda antara tampilan dalam dan luar ini bertujuan untuk memberi pilihan motif kepada konsumen agar bisa digunakan secara bergantian sesuai

Data Pencatatan Produksi Master Supplier IDSupplier NamaSupplier AlamatSupplier KotaSupplier ContactPerson NoTelp Produk Master Kandang IDKandang NamaKandang LokasiKandang

Pemantauan → pasien yang mendapat pengobatan harus datang untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat hingga target tekanan darah tercapai → setelah tercapai dan

memahami suatu masa lah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:1)Bagaimana penerapan metode sosiodrama dalam bidang studi Agama Islam, 2)Bagaimana

Mari berfokus pada kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah atau dunia pendidikan, penelitian (Kurniadi, 2017) menyatakan masih banyak dan maraknya penggunaan

 Planned Value: anggaran dasar untuk pekerjaan yang dijadwalkan / anggaran resmi yang direncanakan untuk pekerjaan yang harus dilakukan untuk suatu kegiatan atau

Setelah meraih kemenangan atas Kadiri dan merebut Daha, Raden Wijaya memohon ijin kepada pimpinan pasukan Mongol untuk kembali ke Majapahit, dengan dalih untuk