• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL SIR PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Symphorianus Faming Patrianto

NIM: 111414100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Nothing is impossible.

Anything can happen as long as we

believe.”

Skripsi ini kupersembahkan untuk,

Kedua orang tua tercinta,

Kakakku Nicasius Ade dan adik sepupuku Faida Fitria,

Yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam semua hal

Patner terbaikku: Gisela Laurenti Delani Winarto

Semoga menjadi patner terbaik untuk saat ini dan di masa depan

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Januari 2016

Penulis,

(6)

vi ABSTRAK

Model SIR (Susceptibles-Infectious-Recovered) merupakan model epidemi yang pertama kali diperkenalkan oleh W.O. Kennack dan McKendrick. Pada model ini anggota dari populasi dibagi menjadi tiga kelas yaitu Susceptibles,Infectious, dan Recovered.

Model SIR ini telah digunakan oleh B. Pimphunchat et al pada penelitian sebelumnya dengan studi kasus tentang penyebaran penyakit leptospirosis di Thailand. Model SIR ini digunakan berdasarkan asumsi yang telah disusun dan sesuai dengan perilaku epidemi penyakit tersebut. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan model epidemi lain juga dapat digunakan seperti model epidemi SEIR, SIS, dan MSIR.

Pada tulisan ini akan melengkapi penelitian sebelumnya dengan menambahkan dua kelas populasi yaitu manusia rentan dan vektor rentan. Berdasarkan asumsi-asumsi, disusun model SIR dengan lima kelas populasi, yaitu kelompok manusia yang rentan terinfeksi penyakit ( ), kelompok manusia yang terinfeksi oleh penyakit ( ), kelompok manusia yang telah sembuh dari penyakit ( ), kelompok vektor yang rentan terinfeksi penyakit ( ), dan kelompok vektor yang terinfeksi oleh penyakit ( ).

Sebagai hasil penelitian diperoleh model dengan lima variabel sebagai berikut:

.

Dari model di atas diperoleh dua titik kesetimbangan yang merupakan titik dimana sistem berada pada keadaan setimbang, yaitu titik kesetimbangan endemik penyakit dan titik kesetimbangan bebas penyakit. Setelah itu, dilakukan analisis kestabilan pada titik kesetimbangan untuk mengetahui kestabilan dari titik kesetimbangan dengan linearisasi sistem menggunakan matriks jacobian diperoleh nilai-nilai eigen dari masing-masing titik kesetimbangan. Dari analisis kestabilann diperoleh bahwa titik kesetimbangan endemik penyakit tidak stabil sehingga penyakit tidak bersifat endemik sedangkan titik kesetimbangan bebas penyakit stabil asimptotik jika angka kematian vektor lebih tinggi dari angka kelahirannya atau sehingga penyakit tidak menyebar pada populasi.

(7)

vii ABSTRACT

SIR (Susceptibles-Infectious-Removed) model is a epidemic model who has been introduced by W.O. Kennack and McKendrick. In this model, population is devided into three subgroups; Susceptible, Infectious, and Removed. This model was used by B. Pimphunchat et al in their journal by study case of spread of leptospirosis in Thailand. SIR model was used to discribe the spread of this desease based by the assumptions and this model is compatible to describe the desease behaviour. Nevertheles, another models can used to describe this desease too, like SIS, SEIR, and MSIR.

This paper was made to complete the last research by add two groups of population to this model, there are group of susceptible humans and group of susceptible vectorns. By the assumptions, it was constructed SIR model by five groups of populations; group of susceptible humans ( ), group of infected humans ( ), group of recovered humans ( ), group of susceptable vectors ( ), and group of infected vectors ( ).

The result of the research was a mathematic model wih five variables, there are:

.

Two equilibrium points were found , there are desease-free equilibrium point and endemic equilibrium point. Then stability analysis was done by linearized method using jacobian matrix to get the eigenvalues for every equilibrium points. From stability analysis, we found that the endemic equilibrium point was unstable, so, the desease was not endemic, but the desease-free equilibrium point was asymptotically stable if natural birth rate of vectors is less than natural death rate of vectors or , so, over a long time, the population in the desease-free state.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma dengan:

Nama : Symphorianus Faming Patrianto

NIM : 111414100

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah

saya kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan judul:

MODEL SIR PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

Beserta perangkat yang diperlukan, bila ada. Dengan demikian, saya

memberikan hak untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,

dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma. Demikian pernyataan ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 21 Januari 2016

Yang menyatakan,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan banyak kesulitan, akan

tetapi atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

sabar memberi bimbingan, meluangkan waktu dan pikiran dalam

menyusun skripsi ini.

2. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan banyak bimbingan dalam hal akademik dan

perkuliahan.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah

memberikan ilmu yang sangat berguna dan bermanfaat bagi penulis.

4. Kedua orang tuaku, kakakku Nicasius Ade Patrianto, dan adik sepupuku

Faida Fitria Fatma yang senantiasa selalu memberikan doa dan dukungan

dalam segala hal.

5. Sahabat-sahabat: Danik, Lilik, Yoga, Fian, Chris, Yosa, dan Ditya, terima

kasih untuk kebersamaan selama proses kuliah, saling berbagi dalam suka

(10)

x

6. Patner terbaik, Gisela Laurenti Delani Winarto yang selalu memberikan

semangat, dukungan, dan sebagai tempat curahan hati.

7. Teman-teman seperjuangan Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2011

dalam kebersamaan, semangat, doa, dan segala bantuan kepada penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang terlibat

dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi

penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 09 Desember 2015

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG ... 1 B. RUMUSAN MASALAH ... 3 C. BATASAN MASALAH ... 4 D. TUJUAN PENULISAN ... 4 E. MANFAAT PENULISAN ... 4 F. SISTEMATIKA PENULISAN ... 5

(12)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. MODEL MATEMATIKA ... 7

B. SISTEM LINEAR DAN MATRIKS ... 11

C. PERSAMAAN DIFERENSIAL ... 18

D. TEORI SISTEM DINAMIK ... 22

BAB III MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS ... 30

A. PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS ... 30

B. MODEL MATEMATIKA UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS ... 32

C. FORMULASI MODEL ... 37

BAB IV ANALISIS KESTABILAN ... 46

A. TITIK KESETIMBANGAN ... 47 B. ANALISIS KESTABILAN ... 52 C. SIMULASI MODEL ... 58 BAB V PENUTUP ... 67 A. KESIMPULAN ... 67 B. SARAN ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN ... 70

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Daftar Variabel-variabel ... 35

Tabel 3. 2. Daftar Parameter-parameter ... 36

Tabel 4. 1. Nilai-nilai Parameter Kasus 1 ... 59

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Bakteri Leptospira ... 2

Gambar 3. 1. Tikus sebagai Penyebar Utama ... 30

Gambar 3. 2. Siklus Penyebaran Penyakit Leptospirosis ... 31

Gambar 3. 3. Diagram Penyebaran Penyakit Leptospirosis ... 37

Gambar 3. 4. Diagram Jumlah Total Populasi Manusia ... 38

Gambar 3. 5. Diagram Jumlah Total Populasi Vektor ... 38

Gambar 4. 1. Grafik Dinamika Populasi Vektor dan Manusia ... 60

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dan kemajuan dunia modern ini berkaitan erat dengan

semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, salah satunya dalam bidang

matematika. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang matematika

memberikan dampak positif dalam kehidupan manusia. Matematika banyak

digunakan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa

medis, dan ilmu pengetahuan sosial. Selain itu, matematika juga banyak

diaplikasikan pada seluruh aspek kehidupan manusia sehari-hari. Peran

matematika pada masalah kehidupan sehari-hari maupun pada bidang ilmu

lain disajikan dalam pemodelan matematika dan direpresentasikan dalam

bentuk model yaitu model matematika.

Secara umum, model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau

pertidaksamaan yang mengungkapkan perilaku suatu permasalahan yang

nyata (Ekawati, 2012). Model matematika dibuat berdasarkan asumsi-asumsi.

Kemudian model matematika tersebut dianalisis agar model yang telah dibuat

representatif terhadap permasalahan yang dibahas. Berbagai masalah yang

terjadi dan timbul dari berbagai bidang ilmu, misalnya bidang kesehatan,

biologi, ekonomi, dan lain sebagainya dapat dibuat model matematikanya.

(16)

penyebaran penyakit leptospirosis. Penyakit leptospirosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Spirochetes dari genus Leptospira, yang dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui air

(water borne disease). Penularan penyakit ini paling sering melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia

melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa

juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urin tikus

yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.

Berdasarkan laporan The Leptospirosis Information Center, pada tahun 2000 case fatality rate (CFR) leptospirosis di Indonesia menempati urutan ketiga di dunia (16,7%). Sementara menurut Depkes RI (2009), leptospirosis di Indonesia pada rentang 2004-2010 cenderung mengalami peningkatan,

baik dari jumlah kasus maupun kematian dengan insiden tertinggi terjadi pada

tahun 2007.

Model matematika yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah model

penyebaran penyakit leptospirosis yang dimodelkan dalam bentuk SIR

Gambar 1. 1. Bakteri Leptospira

(17)

(Susceptibles-Infectious-Removed). Model SIR digunakan karena model ini sesuai dengan perilaku epidemi penyakit ini yaitu rentan penyakit, terinfeksi,

dan kemudian sembuh. Selain itu, model SIR ini lebih mudah dalam

penerapannya karena setiap populasi hanya dibagi menjadi tiga kelas. Model

SIR ini menggambarkan bahwa individu yang rentan terserang penyakit

menjadi individu yang terinfeksi penyakit, kemudian sembuh dengan

kekebalan sementara terhadap penyakit tersebut. Berdasarkan populasinya,

model SIR ini dibagi dua yaitu populasi manusia dan populasi vektor.

Populasi manusia dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas populasi manusia yang

rentan terhadap penyakit ( ), kelas populasi manusia yang terinfeksi

penyakit ( ), dan kelas populasi manusia yang sembuh dan kebal penyakit

( ). Dan populasi vektor dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas populasi

vektor yang rentan penyakit ( ) dan kelas populasi vektor yang terinfeksi

penyakit ( ).

Dalam tugas akhir ini, akan dianalisis model penyebaran penyakit

leptospirosis untuk mengetahui perilaku penyebaran penyakit ini dengan melakukan analisis kestabilan model pada keadaan bebas penyakit dan pada

saat penyakit menyebar.

B. RUMUSAN MASALAH

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu:

(18)

2. Bagaimana menentukan titik-titik kesetimbangan dan melakukan analisis

kestabilan di titik kesetimbangan?

C. BATASAN MASALAH

Pada penulisan ini, masalah yang akan dibahas hanya dibatasi pada

penyebaran penyakit leptospirosis dengan model SIR (Susceptibles, Infectious, Recovered). Jumlah populasi manusia dan vektor diasumsikan tetap atau konstan.

D. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan perumusan masalah, penulisan ini bertujuan untuk:

1. Memodelkan penyebaran penyakit leptospirosis.

2. Menentukan titik kesetimbangan dan melakukan analisis kestabilan di

titik kesetimbangannya.

E. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diambil dari tulisan ini adalah untuk memperoleh

pengetahuan tentang perilaku penyebaran penyakit leptospirosis pada populasi dengan model matematika.

(19)

F. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai teori-teori penunjang yang akan

digunakan dalam pembentukan model dan analisis kestabilan

model. Teori-teori yang digunakan yaitu teori-teori aljabar linear

dan sistem persamaan linear, sistem persamaan diferensial, serta

teori sistem dinamik.

BAB III MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

Bab ini membahas penyebaran penyakit leptospirosis dengan model SIR. Menentukan asumsi-asumsi yang digunakan untuk

menyusun model matematika dan menyusun model matematika

SIR berdasarkan asumsi-asumsi.

BAB IV ANALISIS KESTABILAN

Bab ini membahas tentang menentukan titik kesetimbangan model

matematika SIR. Melakukan analisis kestabilan model berdasarkan

(20)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah

yang diajukan. Selain itu, berisi saran untuk pengembangan tulisan

(21)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. MODEL MATEMATIKA

Model matematika merupakan salah satu alat yang dapat membantu

mempermudah penyelesaian masalah dalam kehidupan nyata.

Masalah-masalah tersebut dapat dibawa ke dalam model matematis dengan

menggunakan asumsi-asumsi tertentu (Ripno Juli, 2012).

Secara umum, epidemi adalah timbulnya suatu penyakit yang menimpa

sekelompok masyarakat atau suatu wilayah dengan angka kejadian yang

melebihi angka normal dari kejadian penyakit tersebut (Ripno Juli, 2012).

Model epidemi merupakan model matematika yang digunakan untuk melihat

laju penyebaran penyakit. Kondisi epidemi terjadi ketika ada salah satu

individu rentan pada populasi tersebut, maka populasi tersebut memiliki

peluang menjadi populasi rentan, dan kemungkinan besar infeksi tersebut

akan mewabah pada populasi tersebut. Sehingga pada akhirnya seluruh

individu dalam populasi berpeluang terinfeksi. Beberapa model matematika

epidemi diantaranya:

1. Model SIR

Model SIR pada awalnya diperkenalkan oleh W.O. Kennack dan

McKendrick dalam makalahnya yang berjudul “A Contribution to the Mathematical Theory of Epidemics”, yang kemudian muncul dalam

(22)

Rangkuman tersebut dituliskan secara lengkap oleh Murray. Dalam

model epidemik SIR, anggota dari populasi manusia dibagi menjadi tiga

kelas, yaitu: suspek dengan simbol S, terinfeksi dengan simbol I, dan

sembuh atau recovery dengan simbol R, yang masing-masing diberikan

dalam bentuk S, I, dan R. Jumlah total dari keseluruhan kelompok tersebut adalah

atau susceptable dalam pemodelan SIR merupakan individu yang tidak terinfeksi tetapi golongan ini rentan terinfeksi penyakit. Oleh

karena itu, golongan ini juga memiliki kemungkinan untuk menjadi

terinfeksi menjadi atau infected.

atau infected merupakan individu yang dapat menyebarkan penyakit pada individu yang susceptable waktu yang diperlukan oleh penderita infeksi penyakit dinamakan periode penyakit. Setelah

mengalami periode penyakit kemudian individu ini pindah dan menjadi

individu yang sembuh atau recovered.

atau recovered merupakan individu yang telah sembuh atau kebal dalam kehidupannya.

Model SIR umumnya ditulis dalam bentuk persamaan diferensial

biasa, yang merupakan salah satu bagian model deterministik dengan

waktu kontinu. Laju perubahan jumlah individu terinfeksi didefinisikan

sebagai , dengan merupakan laju penularan penyakit sedangkan merupakan nilai laju penyembuhan. Individu yang

(23)

terinfeksi diasumsikan dapat kembali sembuh dengan probabilitas

konstan sepanjang waktu, yang kemudian berubah secara konstan dengan

laju penyembuhan per kapita yang dinotasikan sebagai dan

keseluruhannya disimbolkan sebagai . Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut:

Laju perubahan jumlah individu yang rentan dipengaruhi oleh

banyaknya individu yang tertular penyakit oleh individu yang terinfeksi

dengan laju penularan . Laju perubahan jumlah individu yang terinfeksi

dipengaruhi oleh banyaknya individu yang rentan tertular penyakit

menjadi terinfeksi dan banyaknya individu yang terinfeksi menjadi

sembuh dengan laju penyembuhan β. Laju perubahan jumlah individu

yang sembuh dipengaruhi oleh banyaknya individu yang terinfeksi

menjadi sembuh dengan laju penyembuhan β, sehingga dari diagram

tersebut dapat dibentuk dalam persamaan diferensial sebagai berikut:

(2.1)

Persamaan ini menggambarkan mengenai transisi masing-masing

individu dari ke lalu ke . Dengan menambahkan sistem persamaan

(2.1) dapat ditunjukkan bahwa total populasi adalah konstan.

(24)

2. Model SI

Model SI adalah bentuk sederhana dari model SIR klasik. Pada

beberapa kasus infeksi tidak diperlukan adanya kelas populasi

recovered. Misalnya, bisa jadi individu yang telah terinfeksi sama sekali tidak dapat sembuh. Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam model SI, anggota dari populasi manusia hanya dibagi

menjadi dua kelas, yaitu: suspek dengan simbol S dan terinfeksi dengan

simbol I. Jumlah total dari keseluruhan kelompok tersebut adalah

3. Model SEIR

Model SEIR menggunakan pertimbangan bahwa adanya periode

ekspose atau tersembunyi dari penyakit. Beberapa penyakit mempunyai

sebuah fase tersembunyi atau belum terlihat, pada waktu dimana individu

dikatakan telah terinfeksi tetapi tidak menginfeksi dilambangkan dengan

simbol . Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam model SEIR, anggota dari populasi manusia dibagi menjadi

empat kelas, yaitu: suspek dengan simbol S , ekspose dengan simbol ,

susceptables infected

(25)

terinfeksi dengan simbol I, dan sembuh dengan simbol . Jumlah total

dari keseluruhan kelompok tersebut adalah

4. Model MSIR

Model MSIR menggunakan anggapan bahwa untuk beberapa kasus

penyakit dimana seorang individu terlahir dengan kekebalan pasif dari

ibunya. Individu yang memiliki kekebalan pasif ini disimbolkan dengan

. Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam model MSIR, anggota dari populasi manusia hanya dibagi

menjadi empat kelas, yaitu: bayi dengan kekebalan pasif dengan simbol

, suspek dengan simbol , terinfeksi dengan simbol , dan sembuh

dengan simbol . Jumlah total dari keseluruhan kelompok tersebut

adalah

B. SISTEM LINEAR DAN MATRIKS

1. Sistem persamaan linear

Definisi 2.1. (Howard Anton, 1988). Sistem persamaan linear adalah suatu himpunan berhingga dari persamaan-persamaan linear dalam

peubah .

(26)

Bentuk umum dari sistem persamaan linear yang terdiri dari

persamaan linear dengan bilangan tak diketahui dapat dituliskan

sebagai

di mana , , , adalah bilangan-bilangan tak diketahui sedangkan

dan menyatakan konstanta-konstanta. Sistem persamaan linear di atas

dapat dituliskan juga dalam bentuk matriks.

Contoh 1:

2. Matriks

Definisi 2.2. (Howard Anton, 1988). Matriks adalah susunan segiempat dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut

dinamakan entri dalam matriks.

Ukuran matriks dapat dijelaskan dengan menyatakan banyaknya m

baris dan banyaknya n kolom yang terdapat dalam matriks tersebut. Jika

adalah sebuah matriks berukuran dengan untuk entrinya pada baris dan kolom , maka dapat dituliskan sebagai

(27)

[ ] atau [ ] Contoh 2: * +

Matriks mempunyai 3 baris dan 2 kolom sehingga ukurannya adalah

. Jadi matriks adalah matriks .

[ ]

Matriks mempunyai 3 baris dan 3 kolom sehingga ukurannya adalah

. Jadi matriks adalah matriks atau dapat juga disebut sebagai matriks persegi.

Jika adalah suatu matriks persegi berukuran , maka memiliki skalar khusus yang disebut determinan . Biasanya

dilambangkan dengan ( ) atai | |.

3. Determinan matriks

Definisi 2.3. (Howard Anton, 1988). Misalkan adalah matriks persegi. Fungsi determinan ( ) didefinisikan sebagai jumlah semua hasil kali elementer bertanda dari . Jumlah ( ) dinamakan determinan.

Contoh 3:

* +

(28)

[ ]

Determinan-determinan matriks di atas, yaitu

( ) (* +) | | ( ) ([ ]) ( ) ( ) ( )

Akan tetapi, metode tersebut tidak berlaku untuk determinan

matriks yang lebih tinggi. Oleh karena itu, determinan juga dapat

dihitung dengan sebuah metode yaitu ekspansi kofaktor.

4. Ekspansi Kofaktor

Definisi 2.4. (Howard Anton, 1988).Jika adalah suatu matriks persegi, maka minor entri dinyatakan oleh dan didefinisikan sebagai

determinan submatriks dari yang diperoleh setelah menghilangkan

baris ke- dan kolom ke- . Bilangan ( ) dinyatakan oleh dan disebut kofaktor entri .

(29)

Contoh 4:

[

]

Minor entri adalah

| |

Kofaktor adalah

( )

Pada contoh 3, determinan dari matriks yang berukuran adalah ( )

yang dapat dituliskan kembali sebagai ( ) ( ) ( ) ( ).

Karena pernyataan-pernyataan dalam kurung adalah kofaktor-kofaktor

, , dan maka diperoleh

( )

sehingga determinan matriks dapat ditulis

( )

(30)

Teorema 2.1. (Howard Anton, 1988). Determinan matriks yang berukuran dapat dihitung dengan mengalikan entri-entri dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktornya dan menambahkan

hasil-hasil kali yang dihasil-hasilkan; yaitu, untuk setiap dan maka,

( )

(perluasan kofaktor di sepanjang kolom ke- )

dan

( )

(perluasan kofaktor di sepanjang baris ke- ).

Contoh 5:

[

]

Hitung ( ) dengan perluasan kofaktor di sepanjang baris pertama. Penyelesaian. ( ) | | | | | | | | ( ) ( )

Suatu matriks persegi atau matriks berukuran memiliki suatu nilai karakteristik. Nilai karakteristik dari matriks ini disebut dengan nilai eigen.

(31)

5. Nilai Eigen

Definisi 2.5. (Howard Anton, 1988). Jika adalah matriks , maka vektor tak nol di dalam dinamakan vektor eigen (eigenvector) dari

jika adalah kelipatan skalar dari yakni,

untuk suatu skalar . Skalar dinamakan nilai eigen (eigenvalue) dari dan dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan .

Jika adalah nilai eigen dari yang bersesuaian dengan , maka

, sehingga perkalian oleh akan memperbesar , atau membalik arah , yang bergantung pada nilai , sedangkan untuk mencari nilai

eigen matriks yang berukuran maka kita menulis kembali

sebagai

atau secara ekuivalen

( )

Supaya menjadi nilai eigen, maka harus ada penyelesaian tak nol dari

persamaan ini. Persamaan ini akan mempunyai penyelesaian tak nol jika

dan hanya jika

( )

Ini dinamakan persamaan karakteristik ; skalar yang memenuhi

persamaan ini adalah nilai eigen dari . Bila diperluas, maka determinan

( ) adalah polinom yang dinamakan polinom karakteristik dari . Jika adalah matriks , maka polinom karakteristik harus

(32)

memenuhi dan koefisien adalah , sehingga polinom karakteristik

dari matriks berbentuk

( )

Contoh 6:

Carilah nilai-nilai eigen dari matriks

* +

Penyelesaian. Karena

*

+ * + * +

Maka polinom karakteristik dari adalah

( ) * +

Dan persamaan karakteristik dari adalah

Penyelesaian-penyelesaian persamaan ini adalah dan ; inilah nilai-nilai eigen dari . Lebih lanjut, matriks dan nilai eigen akan banyak

digunakan untuk mencari penyelesaian suatu sistem persamaan

diferensial.

C. PERSAMAAN DIFERENSIAL

Persamaan diferensial adalah persamaan yang mengandung derivatif

(turunan) satu atau lebih fungsi yang tidak diketahui (William E Boyce,

(33)

Contoh 7: ( ) ( ) ( )

Persamaan diferensial diklasifikasikan menjadi dua, yaitu persamaan

diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial.

1. Persamaan Diferensial Biasa

Jika fungsi yang tidak diketahui tergantung dari satu variabel bebas

saja maka persamaan diferensial yang terbentuk disebut persamaan

diferensial biasa.

Contoh 8:

2. Persamaan Diferensial Parsial

Jika fungsi yang tidak diketahui tergantung dari beberapa variabel

bebas maka persamaan diferensial yang terbentuk disebut persamaan

diferensial parsial. Contoh 9: ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

(34)

3. Persamaan Diferensial Linear dan Tak Linear

Persamaan diferensial biasa ( ̇ ( )) , dikatakan linear jika adalah linear dalam variabel-variabel ̇ ( ). Definisi serupa juga berlaku untuk persamaan diferensial parsial. Jadi persamaan

umum persamaan diferensial biasa linear orde n diberikan dengan

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Persamaan yang tidak dalam bentuk di atas merupakan persamaan tak

linear.

Contoh 8:

a.

( ), merupakan persamaan diferensial linear.

b.

, merupakan persamaan diferensial tak linear

karena suku dan .

4. Persamaan Diferensial Homogen dan Nonhomogen

Suatu persamaan diferensial yang mempunyai bentuk umum

( ) ( ) ( ) disebut homogen jika ( ) . Jika ( )

tersebut berbentuk fungsi exponensial, trigonometri, ataupun fungsi

polynomial dan ( ) maka persamaan diferensial tersebut dikatakan nonhomogen.

Contoh 9:

(35)

5. Penyelesaian Persamaan Diferensial

Penyelesaian dari persamaan diferensial biasa

( ) ( ( )) dalam interval adalah sebuah

fungsi sedemikian sehingga ( ) ( ) ( )( ) ada dan memenuhi

( )( ) * ( ) ( ) ( )( )+

untuk setiap dalam . Contoh 10:

Selesaikan Persamaan Diferensial berikut:

Persamaan di atas dapat ditulis sebagai:

Bila kedua ruas diintegralkan maka

∫ ∫

Sehingga diperoleh

atau

dengan

Jika diketahui nilai awal ( ) dan bila disubtitusikan ke persamaan

dan diperoleh , sehingga persamaan menjadi: ( )

(36)

D. TEORI SISTEM DINAMIK

Teori sistem adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang sistem sebagai

obyeknya (Rudolfh Stitchweh, 2011). Sistem dinamik adalah sistem yang

memiliki struktur dan aktivitas yang ditandai dengan pola perilaku yang

berubah-ubah sepanjang waktu (Vincent Gazpers). Teori sistem dinamik

merupakan bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa

perilaku sistem dinamik, biasanya menggunakan persamaan diferensial. Teori

ini membahas perilaku kualitatif jangka panjang sistem dan pemecahan

persamaan gerak dari sistem yang terutama bersifat mekanik di alam.

1. Sistem Persamaan Diferensial

Sistem persamaan diferensial adalah suatu sistem yang memuat

persamaan diferensial dengan buah fungsi yang tidak diketahui,

dimana . Bentuk umum dari sistem persamaan diferensial dapat dituliskan sebagai berikut:

̇ ( ) ̇ ( ) ̇ ( )

Sistem di atas dapat ditulis sebagai

[ ̇ ( ) ̇ ( ) ̇ ( ) ] [ ] [ ( ) ( ) ( ) ] [ ( ) ( ) ( )] atau ̇ ( ).

(37)

2. Sistem Homogen

Sistem persamaan diferensial ̇ ( ) disebut homogen jika

( ) dan tidak homogen jika ( ) . Sistem homogen dari persamaan diferensial linear orde satu dengan koefisien real, secara

umum dapat ditulis sebagai:

̇ ̇ ̇

Sistem persamaan di atas dapat di tulis sebagai ̇ , dengan

( ) [ ( ) ( ) ( ) ] [ ] 3. Kestabilan

Definisi 2.6. (D.Gilliam, 1999). Suatu persamaan diferensial ̇( )

( ( )), dimana ( ) . Misal ( ) merupakan penyelesaian dari persamaan, dengan kondisi awal ( ) . Misal

) merupakan penyelesaian dari persamaan diferensial. a. Penyelesaian stabil di ) jika untuk setiap , ada

sedemikian sehingga | ( ) | , penyelesaian ( ) terdefinisi untuk setiap ) dan

| ( ) ( )| , .

b. stabil asimptotik di ) jika stabil dan untuk setiap , ada sedemikian sehingga | ( ) | ,

(38)

| ( ) ( )| .

c. tidak stabil jika ada sedemikian sehingga untuk setiap dimana ada dengan | ( ) | sedemikian sehingga

| ( ) ( )| untuk ).

Kestabilan digunakan untuk menentukan apakah sistem tersebut

stabil atau tidak dengan menguji kestabilan dari titik kesetimbangannya.

4. Titik Kesetimbangan (equilibrium)

Diberikan sistem persamaan diferensial ̇ , titik kesetimbangan (equilibrium) adalah suatu penyelesaian yang memenuhi

̇ . Berdasarkan persamaan ̇ di mana adalah matriks berukuran , penyelesaiannya adalah ( ) , ( ) dan

adalah nilai-nilai eigen dari berlaku

Teorema 2.2. adalah sebuah matriks dan adalah nilai-nilai eigen dari . Misalkan bahwa ( ) di mana dan bernilai real untuk Ada suatu konstanta sedemikian sehingga

, .

Berdasarkan dari teorema 2.2, maka berlaku pula

Teorema 2.3. adalah sebuah matriks dan misalkan semua nilai eigen dari berniali real dan kurang dari atau sama dengan nol, dan nilai

eigen dengan nilai nol adalah simpel. Maka, ada suatu konstanta

(39)

, .

Nilai-nilai eigen dari matriks menggolongkan kestabilan dari titik

kesetimbangan sistem persamaan diferensial ̇ .

Teorema 2.4 (C. C. Remsing, 2006). Suatu sistem stabil netral jika dan hanya jika beberapa nilai eigen dari bernilai real tak-positif dan paling

sedikit satu nilai eigen yang bernilai nol.

a. Suatu sistem stabil asimptotik jika dan hanya jika adalah sebuah

matriks yang stabil yaitu setiap nilai eigen dari bernilai real

negatif.

b. Suatu sistem tidak stabil jika dan hanya jika beberapa nilai eigen dari

bernilai real positif.

Bukti:

a. Misalkan ( ) , berdasarkan teorema 2.3 ada suatu konsatanta sedemikian sehingga

, .

Misal penyelesaian , diberikan , ambil . Jika adalah kondisi awal dengan | | | | , maka

| ( )| | | ‖ ‖ | | | | ( )

Sehingga | ( )| . Jadi, sistem tersebut stabil atau stabil netral.

(40)

b. Misalkan ( ) , maka sistem dalam keadaan stabil berdasarkan bukti sebelumnya. Ambil suatu bilangan real

, sedemikian sehingga ( ) untuk semuaa nilai eigen dari . Berdasarkan teorema 2.2, ada suatu konsatanta

sedemikian sehingga

, .

Maka untuk kondisi awal ,

| ( )| | | ‖ ‖ | | | | , .

Karena bernilai negatif, saat . Sehingga

( ) . Jadi, sistem tersebut stabil asimptotik.

c. Misalkan nilai eigen dengan Misalkan adalah suatu vektor eigen dari . Penyelesaian dari sistem dengan

kondisi awal dalah . Diberikan , misal

| | maka | | . Dengan kata lain, penyelesaian

( ) dari sistem dengan kondisi awal adalah ( )

. Sehingga | ( )| ( ) . Karena

maka | ( )| saat . Jadi, sistem tidak stabil. Contoh 11:

Diketahui sistem persamaan diferensial sebagai berikut:

(41)

( ) *

+ ( )

Titik kesetimbangan (equilibrium) akan diperoleh jika dan , maka

Diperoleh ( ) ( ) Dari matriks *

+ akan dicari nilai eigennya, yaitu * + * + *

+

Maka polinom karakteristik dari adalah

( ) *

+

Dan persamaan karakteristik dari adalah

Maka diperoleh nilai dan

Kedua nilai eigen dari matriks bernilai negatif, maka berdasarkan

teorema (2.4) titik kesetimbangannya stabil asimptotik. Akan tetapi, jika

sistem tidak linear, maka untuk menentukan kestabilan sistem tersebut

dilakukan dengan dengan linearisasi sistem.

5. Linearisasi Sistem

Definisi 2.7. (Lawrence Perko, 2001). Titik dinamakan titik kesetimbangan atau titik kritis dari ̇ ( ) jika ( ) . Titik

(42)

kesetimbangan dinamakan titik kesetimbangan hiperbolik dari

̇ ( ) jika tidak ada nilai eigen dari matrik ( ) bernilai nol. Sistem linear ̇ dengan matriks ( ) linearisasi dari

̇ ( ) pada . Linearisasi sistem ̇ ( ) menggunakan matriks Jacobian.

Teorema 2.5. Jika dapat diturunkan pada , maka turunan parsial , semua ada pada dan untuk semua ,

( ) ∑

( )

Jika ( ̅) adalah fungsi yang dapat diturunkan, turunan ( ̅) diberikan oleh matriks Jacobian ,

( ̅) * ( ̅)+ [ ( ̅) ( ̅) ( ̅) ( ̅) ( ̅) ( ̅) ( ̅) ( ̅) ( ̅)]

Kriteria kestabilan sistem non linear ̇ ( ) dapat ditentukan dengan nilai eigen dari matriks Jacobian ( ̅).

Teorema 2.6. (Olsder, 1994). Diberikan matriks Jacobian ( ̅) dari sistem non linear ̇ ( ) dengan nilai eigen .

a. Stabil asimptotik lokal, jika semua nilai eigen dari matriks ( ̅) bernilai negatif.

(43)

b. Tidak stabil, jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matriks

( ̅) bernilai positif. Bukti:

Jika adalah matriks , maka berlaku . Diberikan nilai awal , maka solusinya adalah .

a. Jika semua nilai eigen dari ,

( ) , untuk

maka nilai saat , sehingga semua nilai dari mendekati titik kesetimbangannya. Jadi, sistem stabil asimptotik

lokal.

b. Jika ada nilai eigen dari

( ) , untuk

maka nilai atau tidak mendekati nol saat , sehingga nilai dari menjauhi titik kesetimbangannya dan bergerak menuju . Jadi, sistem tidak stabil.

(44)

30 BAB III

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

A. PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

Penyakit leptospirosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Spirochetes dari genus Leptospira, yang dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia. Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan

sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan.

Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang yang baru.

Penyakit ini memasuki masa puncaknya ketika musim hujan. Hujan deras

akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir.

Gambar 3. 1. Tikus sebagai Penyebar Utama

(45)

Penularan penyakit ini bisa melalui hewan mamalia. Namun, Sejauh ini

tikus merupakan penyebar utama leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Air kencing tikus terbawa banjir

kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang

terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau

minuman yang terkontaminasi setitik urin tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia. Siklus penyebaran penyakit

leptospirosis disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. 2. Siklus Penyebaran PenyakitLeptospirosis

Keterangan:

= Tikus Sehat

= Manusia Sehat

= Tikus Terinfeksi

(46)

Tanda-tanda dan gejala leptospirosis biasanya muncul tiba-tiba, sekitar 7 sampai 14 hari setelah seseorang terinfeksi, dan dalam beberapa kasus, tanda

dan gejala tersebut mungkin muncul sebelum atau sesudahnya. Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa

menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan

ginjal. Ada dua jenis utama leptospirosis:

1. Leptospirosis ringan: pasien mengalami nyeri otot, menggigil dan mungkin sakit kepala seperti gejala flu. Rata-rata 90% dari kasus

leptospirosis tergolong jenis ini.

2. Leptospirosis berat: dapat mengancam jiwa. Ada risiko kegagalan organ dan pendarahan internal. Jenis leptospirosis ini terjadi ketika bakteri menginfeksi ginjal, hati dan organ utama lainnya.

Cara pengobatan penyakit leptospirosis ini pada manusia adalah dengan memberikan obat antibiotik secara rutin kepada pasien yang terinfeksi

leptospirosis baik yang ringan maupun berat.

B. MODEL MATEMATIKA UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

Model matematika yang akan digunakan dalam memodelkan penyebaran

penyakit leptospirosis ini adalah model SIR (Susceptables, Infective, Recovered). Model SIR digunakan karena model ini sesuai dengan perilaku epidemi penyakit ini yaitu rentan penyakit, terinfeksi, dan kemudian sembuh.

(47)

Selain itu, model SIR ini lebih mudah dalam penerapannya karena setiap

populasi hanya dibagi menjadi tiga kelas. Model SIR ini menggambarkan

bahwa individu yang rentan terserang penyakit menjadi individu yang

terinfeksi penyakit, kemudian sembuh dengan kekebalan sementara terhadap

penyakit tersebut . Model SIR ini dibagi menjadi dua populasi, yaitu populasi

manusia dan populasi vektor, istilah “vektor” yang dimaksud adalah tikus,

karena sebagai sarana penyebaran penyakit . Populasi manusia dibagi ke

dalam tiga kelas populasi yaitu kelas populasi manusia yang rentan adalah

setiap individu dari populasi manusia yang belum terinfeksi tetapi rentan

terinfeksi penyakit, kelas populasi manusia yang terinfeksi adalah setiap

individu dari populasi manusia yang telah tertular atau terinfeksi penyakit,

dan kelas populasi manusia yang bebas penyakit adalah setiap individu dari

populasi manusia yang telah sembuh dari penyakit dengan antibiotik atau

sedang diisolasi sedangkan populasi vektor dibagi menjadi dua kelas yaitu

kelas populasi vektor yang rentan adalah setiap individu dari populasi tikus

yang belum terinfeksi tetapi rentan terinfeksi penyakit dan kelas populasi

vektor yang terinfeksi adalah setiap individu dari populasi tikus yang telah

terinfeksi penyakit dan dapat menularkannya. Pembentukan model ini

dibatasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model

penyebaran penyakit leptospirosis sebagai berikut:

1. Jumlah populasi manusia dan vektor adalah tetap atau konstan.

2. Angka kematian alami tetap, berakibat sama untuk semua kelas populasi.

(48)

4. Setiap Individu tidak dipengaruhi oleh umur atau status penyakit

sehingga data setiap individu sama.

5. Setiap individu yang baru lahir dianggap tidak memiliki kekebalan dan

mudah terserang penyakit dengan segera.

6. Manusia yang terinfeksi leptospirosis ringan dan berat tidak dibedakan. 7. Manusia yang rentan yang terinfeksi oleh vektor yang terinfeksi dapat

segera menjadi manusia yang terinfeksi tanpa membutuhkan waktu

inkubasi.

8. Manusia yang rentan dapat terinfeksi oleh vektor terinfeksi tetapi tidak

dapat terinfeksi oleh manusia lain yang telah terinfeksi.

9. Masa inkubasi penyakit tidak diperhatikan.

10.Hanya terdapat satu macam penularan dengan penyakit yang sama.

11.Vektor yang rentan dapat dengan segera menjadi vektor terinfeksi tanpa

membutuhkan masa inkubasi.

12.Manusia yang terinfeksi dapat disembuhkan dengan menggunakan

antibiotik.

13.Angka penularan leptospirosis dari vektor yang terinfeksi ke manusia yang rentan berubah-ubah berdasarkan jumlah curah hujan yang turun.

14.Kedua populasi homogen yang berarti setiap individu mempunyai

kemungkinan yang sama dalam melakukan kontak dengan individu lain.

Adapun variabel-variabel dan parameter-parameter yang digunakan dalam

(49)

Variabel Keterangan

Jumlah populasi manusia pada waktu

Jumlah manusia yang rentan terinfeksi

pada waktu

Jumlah manusia yang terinfeksi pada

waktu

Jumlah manusia yang telah sembuh,

bebas dari penyakit, atau kebal dari

infeksi virus yang sedang mewabah

pada waktu

Jumlah populasi vektor pada waktu

Jumlah vektor yang rentan terinfeksi

pada waktu

Jumlah vektor yang terinfeksi pada

waktu

Tabel 3. 1. Daftar Variabel-variabel

Parameter Keterangan

Angka kelahiran alami manusia

Angka kematian alami manusia

(50)

Angka kematian alami vektor

Angka penularan penyakit dari vektor

yang terinfeksi ke manusia yang rentan

Angka penularan penyakit dari vektor

yang terinfeksi ke manusia yang rentan

Angka kesembuhan individu yang

sembuh dengan antibiotik dan menjadi

kebal

Angka perubahan individu yang kebal

menjadi rentan kembali

Tabel 3. 2. Daftar Parameter-parameter

Setiap manusia yang baru lahir ( ) sehat tetapi rentan terinfeksi penyakit. Manusia yang rentan dapat tertular penyakit oleh vektor yang

terinfeksi menjadi terinfeksi dengan angka penularan dan dapat meninggal

( ). Manusia yang terinfeksi akan menjadi sembuh dengan antibiotik dengan angka kesembuhan dan dapat juga meninggal ( ). Manusia yang telah sembuh atau kebal terhadap penyakit akan kembali menjadi rentan ( ) dan dapat meninggal ( ).

Sedangkan setiap vektor yang baru lahir ( ) ada yang rentan terhadap penyakit dan ada yang terinfeksi, sesuai dengan kondisi induknya. Vektor

yang rentan penyakit dapat segera terinfeksi dengan angka penularan dan

dapat mati ( ). Vektor yang telah terinfeksi tidak dapat menjadi sembuh dan akan mati ( ).

(51)

Sebagaimana telah dijelaskan dalam gambar 3.2 mengenai siklus

penyebaran penyakit leptospirosis dari tikus ke manusia dan asumsi-asumsi yang telah dibuat, serta dengan variabel-variabel dan parameter-parameter

yang telah ditentukan, secara skematis dinamika penyebaran penyakit

leptospirosis dapat disajikan dalam bagan di bawah ini.

Gambar 3. 3. Diagram Penyebaran PenyakitLeptospirosis

Sumber: Mathematical Model of Leptospirosis: Linearized Solutions and Stability Analysis

Dari gambar 3.3 akan dibentuk suatu model matematika yang

menggambarkan penyebaran penyakit tersebut.

C. FORMULASI MODEL

Misalkan adalah total populasi manusia pada waktu , adalah

(52)

banyaknya manusia yang terinfeksi, dan adalah banyaknya manusia yang

telah sembuh, maka

Berdasarkan gambar 3.4, total populasi manusia dapat digambarkan

dengan persamaan { } { } { } { }

atau dapat ditulis sebagai

(3.1)

Demikian pula dimisalkan adalah total populasi vektor pada waktu ,

adalah banyaknya vektor yang rentan terhadap penyakit dan adalah

banyaknya vektor yang terinfeksi, maka

Gambar 3. 4. Diagram Jumlah Total Populasi Manusia

(53)

Berdasarkan gambar 3.5, total populasi vektor dapat digambarkan dengan persamaan { } { } { }

atau dapat ditulis

(3.2)

Misalkan adalah banyaknya populasi manusia yang rentan pada waktu

. Berdasarkan gambar 3.3, laju perubahan populasi manusia yang rentan

dapat digambarkan dengan persamaan

{ } { } { }

Jumlah manusia yang masuk ke populasi rentan dipengaruhi oleh

banyaknya individu yang lahir dalam populasi dengan angka kelahiran

dan banyaknya individu dalam populasi bebas penyakit ( ) yang menjadi

rentan kembali dengan angka ,

{ }

Dan jumlah manusia yang keluar dari populasi rentan dipengaruhi oleh

banyaknya individu rentan yang terinfeksi oleh tikus (vektor) yang terinfeksi

(54)

terinfeksi ke manusia yang rentan sebanyak dan jumlah individu yang

meninggal dalam populasi rentan dengan angka kematian ,

{ }

Sehingga laju perubahan populasi manusia yang rentan adalah

( ) ( )

Maka diperoleh persamaan

(3.3)

Dimisalkan adalah banyaknya populasi manusia yang terinfeksi pada

waktu . Berdasarkan gambar 3.3, laju perubahan populasi manusia yang

terinfeksi dapat digambarkan dengan persamaan

{ } { } { }

Jumlah manusia yang masuk ke populasi terinfeksi dipengaruhi oleh

banyaknya individu rentan yang terinfeksi oleh tikus (vektor) yang terinfeksi

( ) denganangka penularan penyakit leptospirosis dari vektor yang terinfeksi ke manusia yang rentan sebanyak ,

{ }

Dan jumlah manusia yang keluar dari populasi rentan dipengaruhi oleh

(55)

kesembuhan dan jumlah individu dari populasi terinfeksi yang meninggal

dengan angka kematian ,

{ }

Sehingga laju perubahan populasi manusia yang terinfeksi adalah

( ) ( )

Maka diperoleh persamaan

(3.4)

Dimisalkan pula adalah banyaknya populasi manusia yang bebas

penyakit pada waktu . Berdasarkan gambar 3.3, laju perubahan populasi

manusia yang bebas penyakit dapat digambarkan dengan persamaan

{ } { } { }

Jumlah manusia yang masuk ke populasi bebas penyakit dipengaruhi oleh

banyaknya individu yang terinfeksi atau sakit menjadi sembuh dengan angka

kesembuhan , { }

Dan jumlah manusia yang keluar dari populasi bebas penyakit dipengaruhi

(56)

rentan kembali dengan angka dan jumlah individu dari populasi bebas

penyakit yang meninggal dengan angka kematian ,

{ }

Sehingga laju perubahan populasi manusia yang bebas penyakit adalah

( ) ( )

Maka diperoleh persamaan

(3.5)

Misalkan adalah banyaknya populasi vektor yang rentan pada waktu .

Berdasarkan gambar 3.3, laju perubahan populasi vektor yang rentan dapat

digambarkan dengan persamaan

{ } { } { }

Jumlah vektor yang masuk ke populasi vektor rentan dipengaruhi oleh

banyaknya individu yang lahir dalam populasi vektor rentan dengan angka

kelahiran , { }

Dan jumlah vektor yang keluar dari populasi vektor rentan dipengaruhi

(57)

terinfeksi dengan angka penularan penyakit leptospirosis dari vektor yang terinfeksi ke vektor yang rentan sebanyak dan jumlah vektor yang mati

dalam populasi vektor rentan dengan angka kematian ,

{ }

Sehingga laju perubahan populasi vektor yang rentan adalah

( ) ( )

Maka diperoleh persamaan

(3.6)

Misal adalah banyaknya populasi vektor yang terinfeksi pada waktu .

Berdasarkan gambar 3.3, laju perubahan populasi vektor yang terinfeksi dapat

digambarkan dengan persamaan

{ } { } { }

Jumlah vektor yang masuk ke populasi vektor rentan dipengaruhi oleh

banyaknya individu yang lahir dalam populasi vektor terinfeksi dengan angka

kelahiran dan banyaknya vektor rentan yang terinfeksi penyakit oleh

vektor yang telah terinfeksi dengan angka penularan penyakit leptospirosis dari vektor yang terinfeksi ke vektor yang rentan sebanyak ,

(58)

{ }

Dan jumlah vektor yang keluar dari populasi vektor terinfeksi dipengaruhi

oleh jumlah vektor yang mati dalam populasi vektor rentan dengan angka

kematian , { }

Sehingga laju perubahan populasi vektor yang terinfeksi adalah

( ) ( )

Maka diperoleh persamaan

(3.7)

Dari persamaan (3.1), (3.2), (3.3), (3.4), (3.5), (3.6), dan (3.7) diperoleh

model SIR sebagai berikut:

(3.8)

(59)

Model (3.8) merupakan suatu sistem persamaan diferensial non linear

dengan lima variabel, yaitu , , , , dan . Model tersebut

menggambarkan laju perubahan populasi pada waktu untuk masing-masing

kelas yaitu populasi manusia rentan( ), manusia terinfeksi ( ), manusia sembuh ( ), vektor rentan( ), dan vektor terinfeksi ( ).

(60)

46 BAB IV

ANALISIS KESTABILAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis kestabilan model yang telah

diperoleh pada bab sebelumnya. Analisis dilakukan dengan cara mencari titik

kesetimbangan dari sistem persamaan (3.8) yang kemudian akan diuji

kestabilannya. Uji kestabilan titik kesetimbangan dilakukan untuk melihat

kestabilan dari sistem atau model yang telah dibuat.

Berdasarkan sistem persamaan (3.8), banyaknya populasi manusia ( ) adalah sehingga diperoleh dan banyaknya populasi vektor adalah sehingga

diperoleh sehingga dan untuk bilangan bulat positif. Berdasarkan asumsi bahwa jumlah kedua populasi konstan, sistem (3.8)

dapat diskala ke total populasi dan untuk menyederhanakan sistem (3.8).

Banyaknya individu masing-masing kelompok dinyatakan sebagai berikut:

, , , , , , dan .

Dari persamaan di atas, diperoleh:

dan

sehingga sistem persamaan (3.8) diperoleh sebagai berikut:

(61)

(4.1)

Kemudian sistem persamaan (4.1) akan dianalisis kestabilannya dengan terlebih

dahulu menentukan titik kesetimbangannya.

A. TITIK KESETIMBANGAN

Dari sistem persamaan (4.1) akan dicari titik kesetimbangannya, yaitu

dengan . Sehingga diperoleh

(4.2)

(4.3)

(4.4)

(4.5)

(4.6)

Dari persamaan (4.2) diperoleh

( ) ( )

Dari persamaan (4.3) diperoleh

(62)

( ) ( )

Dari persamaan (4.4) diperoleh

( )

( )

Dari persamaan (4.5) diperoleh

( ) Untuk kasus , Persamaan (4.6) menjadi: ( ) ( )

Subtitusikan persamaan ( ) ke ( ), diperoleh:

( ) Subtitusikan ( ) ( ) ke ( ), diperoleh: ( )

(63)

( ) Subtitusikan ( ) ke ( ), diperoleh: ( ) Subtitusikan ( ) ke ( ), diperoleh: ( )

Sehingga diperoleh titik kesetimbangan bebas penyakit

( ) ( ).

Titik kesetimbangan endemik ditentukan dengan asumsi dengan

( ). Sehingga (4.7) (4.8) (4.9) (4.10) (4.11)

Untuk kasus , maka Persamaan (4.7) diperoleh:

(64)

( ) * ( )+ ( ) ( ) Persamaan (4.8) diperoleh: ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Dari persamaan (4.9), diperoleh:

( ) ( ) Subtitusikan ( ) ke ( ), diperoleh: ( ) ( ) * ( )+ ( ) ( ) Subtitusikan ( ) ke ( ), diperoleh: [ ( )] ( ) ( ( ) ) [ ( ) ( ) ( ( ) )]

(65)

( ) ( )( ( ) ) ( )( ) ( ( )( )[( ) )( ) ] ( ) Subtitusikan ( ) ke ( ), diperoleh: ( ) [ ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ]] ( )( ) ( ( )( )[( ) )( ) ] ( ) Subtitusikan ( ) ke ( ), diperoleh: ( ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ]) ( )( ) ( ( ) ( ) )( ) ] ( )

Dari persamaan (4.11) diperoleh:

( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( )

Jadi, diperoleh titik kesetimbangan endemik ( ) sebagai berikut: ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ( ) ( )( ) ( )[( )( ) ]

(66)

B. ANALISIS KESTABILAN

Dengan menggunakan linearisasi akan diperoleh analisis kestabilan

berdasarkan nilai eigen dan matriks jacobian. Matriks jacobian dari sistem

(4.1) adalah ( ) [ ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ] ( ) [ ] (4.12) dengan ( ).

1. Analisis Kestabilan di Sekitar Titik Kesetimbangan Bebas Penyakit

Untuk titik kesetimbangan bebas penyakit

( ) ( ) dari matriks jacobian (4.12) diperoleh:

(67)

( ) [ ( ) ( ) ] ( ) [ ]

Menentukan nilai eigen matriks

( ( )) ( [ ] [ ]) ([ ] [ ]) [ ( ) ( ) ( ) ( )] || ( ) ( ) ( ) ( ) | |

Dengan menggunakan metode ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama

matriks di atas diperoleh,

] ( )] ( )] ( )] ( )]

Dan diperoleh nilai-nilai eigen di titik sebagai berikut:

, , , , dan

(68)

Dari nilai-nilai eigen tersebut terlihat bahwa nilai eigen , , dan

adalah negatif. Selanjutnya, nilai dan akan dianalisis.

Akan ditunjukkan bahwa ,

Diasumsikan bahwa dan , sehingga ketika atau .

Jadi, dengan syarat maka . Akan ditunjukkan bahwa ,

Karena nilai eigen dan bernilai sama maka dengan syarat

atau .

Jadi, nilai , , , sedangkan jika

. Semua nilai eigen dari matriks ( ) bernilai negatif ketika , maka titik kesetimbangan bebas penyakit stabil asimptotik atau

dengan kata lain tidak terjadi penyebaran penyakit pada populasi.

2. Analisis Kestabilan di Sekitar Titik Kesetimbangan Endemik

Untuk titik kesetimbangan endemik ( ) sebagai berikut: ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ( ) ( )( ) ( )[( )( ) ]

(69)

dari persamaan matriks jacobian (4.12) diperoleh:

( ) [ ( ) ( ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ]) ( ( ( )( ) )( ) ( ) ( )( ) ]) ( ) ( ) ( ) ( ) ] ( ) [ ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ] ( ) ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ]

Menentukan nilai eigen matriks

(70)

( [ ] [ ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ] ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ] ]) ( [ ] [ ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ] ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ] ]) [ ( ( )) ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ( ) ( ) ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ( ) ]

(71)

| | ( ( ) ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ] ( ) ( ) ( )( ) ( )( ) ( )[( )( ) ] ( ) ||

Dengan menggunakan metode ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama

matriks di atas diperoleh,

Dengan nilai-nilai koefisien sebagai berikut:

( ) ( ) ( ( )) ( ) ( ) ] ( ) ] ( ( )) ( ) ( ( )) ( ) ( ) ( ) ] ( ) ( ( )) ( ) ] ( ( ))

Gambar

Gambar 1. 1. Bakteri Leptospira
Gambar 3. 1. Tikus sebagai Penyebar Utama
Gambar 3. 2. Siklus Penyebaran Penyakit Leptospirosis  Keterangan:
Tabel 3. 1. Daftar Variabel-variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

karenanya / kini warga Bobung selalu berpatokan dalam jumlah order atau pesanan yang diterima // Topeng yang dibuat. / sementara ini ditujukan bagi kebutuhan pasar lokal/

Gambaran simulasi promodel didapat hasil 6 stasiun kerja, dengan utilization terhadap operator yang bekerja adalah sebesar 89,34%, Untuk area yang digunakan operator

10 Sedangkan efektivitas yang terbesar adalah penurunan kesalahan menggunakan formula sebesar 0,12 dengan kategori rendah sehingga remediasi melalui pemecahan

– Pengobatan kencing nanah kitni lebih condong kepada pengobatan herbal alami tanpa efek samping dan ketergantungan .Pengobtan kencing nanah juga dapat di racik sendiri di

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur corporate governance terhadap intellectual capital disclosure pada perusahaan perbankan.. yang terdaftar

Nilai soft skill yang diharapkan adalah mahasiswa dapat bekerjasama, bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat dan bertanya, menghargai pendapat orang lain,

Pemerintah Desa dan masyarakat. 2) Mewakili Kepala Desa dalam hal Kepala Desa berhalangan. 3) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa. Fungsi.

Berdasarkan hasil pengujian perbandingan rasio keuangan antar bank syariah murni dan bank syariah campuran (Islamic Branches Conventional Bank) menunjukkan bahwa