• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Jual

a. Pengertian Harga Jual

Hansen dan Mowen (2001 : 633) mendefenisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Mulyadi (2001 : 78) “pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

b. Penentuan Harga Jual Produk

Perusahaan tidak selalu memiliki kemampuan untuk menentukan harga jual produk seperti yang dikehendakinya, karena seringkali terdapat sejumlah pesaing yang telah menjual produk yang sama dengan harga tertentu, sehingga dalam

(2)

menentukan harga jual produknya, perusahaan harus menyesuaikan dengan harga pesaing dan daya beli masyarakat. Kondisi pasar semacam itu membuat metode-metode yang dipakai sebelumnya seringkali menjadi tidak relevan dengan keadaan yang dihadapi perusahaan.

Karena itu, perusahaan harus menggunakan pendekatan yang berbeda di dalam menentukan harga jual produknya. Perusahaan tidak dapat lagi membuat produknya, menentukan biaya produknya dan harga jualnya, lalu kemudian memasarkannya kepada masyarakat. Tetapi perusahaan lebih dulu menentukan biaya produknya, baru kemudian membuat produk yang sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan tersebut. Pendekatan penentuan biaya produk terlebih dulu baru kemudian memproduksinya sesuai tingkat biaya yang diinginkan, inilah yang disebut dengan target costing. Target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan. Armanto (2006 : 159) Target Costing adalah suatu proses yang sistematis yang menggabungkan manajemen biaya dan perencanaan laba. Proses ini menganut prinsip-prinsip, sebagai berikut :

1) Harga Menentukan Biaya (Price-Led Costing)

Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan harga jual produk bukan hal gampang. Harga jual kerap ditentukan oleh pasar, sehingga harga pasar (market price) digunakan untuk menentukan target biaya dengan formula berikut :

(3)

2) Fokus Pada Pelanggan

Kehendak/kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya, dan fungsi (functionality) secara simultan terdapat dalam produk dan dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan desain dan penghitungan harga pokok produk. Bagi pelanggan manfaat atas fitur dan fungsi yang ditawarkan oleh produk harus lebih besar dari biaya perolehannya (alias harga jual dari sisi pandang pengusaha).

3) Fokus pada Desain Produk dan Desain Proses

Pengendalian biaya ditekankan pada tahapan desain produk dan tahapan desain proses produksi. Dengan demikian setiap perubahan/rekayasa harus dilakukan sebelum proses produksi, dengan tujuan menekan biaya dan mengurangi waktu “time-to-market” terutama bagi produk baru. 4) Cross Functional Team

Tim/kelompok ini bertanggung jawab atas keseluruhan produk, dimulai dari ide/konsep produk hingga tahapan produksi penuh.

5) Melibatkan Rantai Nilai

Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai nilai, dimulai dari pemasok barang/jasa, distributor, hingga pelanggan dilibatkan dalam proses Target Costing.

6) Orientasi Daur Hidup Produk

Meminimalkan biaya selama daur hidup produk, diantara harga bahan baku, biaya operasi, pemeliharaan, dan biaya distribusi.

(4)

Terdapat dua alasan utama mengapa target costing sebaiknya digunakan oleh perusahaan di dalam situasi pasar yang sangat kompetitif, karena :

1) Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara sepihak.

Harga jual ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu pertemuan antara besarnya permintaan dan penawaran terhadap suatu produk. Perusahaan yang mengabaikan hal itu akan menanggung resikonya sendiri. Oleh karena itu, harga jual produk yang direncanakan merupakan harga jual yang diantisipasi dengan mempertimbangkan mekanisme pasar yang berlaku.

2) Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap desain.

Setelah produk di desain dan masuk dalam proses produksi, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi biayanya. Tetapi, jika di dalam tahap desain biaya telah dipatok dan ditentukan maka proses produksinya akan disesuaikan dengan desain yang telah dibuat.

Robin (1995 : 135) There are two major steps in target costing. The first is to determine a product’s target price and target margin in order to determine its target cost. The second is to break the target cost down to the component and raw material level so that the purchase prices of items acquired externally can be determined. The target price of a new product is determined primarily from the analyses done for product planning. The target margin is determined by corporate profit expectations, historical results, competitive analysis, and, sometimes, computer simulations.

Once the product’s target margin and target price have been determined, they are used as the basis for determining the purchase price of externally acquired components and raw materials.

Target costing differs from the conventional Western and cost-plus approaches found in many firms in that the desired cost to manufacture is specified. Under the conventional Western approach, the product’s expected profit margin, not its cost, is the the dependent variable. It is determined by subtracting

(5)

Expected Profit Margin = Target Selling Price – Expected Cost

The product’s cost is expected, not target, because the product is designed to achieve its functionality and then its cost is determined.

Under the cost-plus approach, the product’s anticipated selling price becomes the dependent variable. It is determined by adding an expected profit margin to the expected product cost.

Target Selling Price = Expected Cost + Expected Margin

c. Sasaran Penetapan Harga Jual

Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui keputusan-keputusan penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Boone dan Kurtz (2002 : 70) terdapat empat kategori dasar penetapan harga, yaitu :

1) Sasaran profitabilitas

Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba merupakan hasil dari pendapatan dikurang beban dimana pendapatan merupakan harga jual dikalikan kuantitas yang terjual.

Prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximalization) didasarkan pada banyak teori ekonomi, namun dalam prakteknya masih sering menimbulkan masalah sulit. Banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang sederhana, yaitu target return goal. Sebagian besar target return goal pada penetapan harga jual menyebutkan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.

2) Sasaran volume

Sasaran volume pertama dalam strategi penetapan harga adalah maksimalisasi penjualan (sales maximalization). Para manajer memperhatikan

(6)

tingkat profitabilitas yang dapat diterima kemudian menetapkan harga yang akan menghasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan penurunan laba pada tingkat tersebut.

Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba jangka pendek. Sasaran volume yang kedua mendasarkan keputusan penetapan harganya pada pangsa pasar (market share) yaitu persentase dari sebuah pasar yang dikontrol oleh perusahaan atau produk tertentu.

3) Tingkat kompetisi

Sasaran penetapan harga ini merupakan sasaran dengan tujuan untuk menyamai harga yang ditetapkan oleh pesaing. Dalam banyak bisnis, perusahaan menetapkan harga mereka sendiri untuk menyamakan dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemimpin industri dalam hal ini perusahaan yang telah mapan.

4) Sasaran prestise

Prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu perusahaan dan produk-produknya.

d. Strategi Penentuan Harga Jual

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan, yaitu :

(7)

1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya produksi yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.

Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan.

2) Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan.

3) Penentuan harga berdasarkan harga pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga, yaitu : a) Penentuan harga penetrasi

Dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah.

(8)

b) Penentuan harga defensif

Dimana perusahaan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori.

c) Penentuan harga prestise

Harga prestise ditentukan dengan tujuan untuk memberikan kesan lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk lainnya. Herman (2006 : 175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu :

1) Metode Taksiran (Judgemental Method)

Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini. Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya metode ini digunakan oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik. Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh instink.

2) Metode Berbasis Pasar (Market-Based Pricing) a) Harga pasar saat ini (current market price)

Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan

(9)

produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya.

b) Harga pesaing (competitor price)

Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa, dan sebagainya.

c) Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current market price)

Penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan, tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spending, siklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca, dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan efisiensi produksi atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya.

(10)

Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) -setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal- yang ditetapkan dalam angka indeks (perssentase).

3) Metode Berbasis Biaya (Cost-Based Pricing)

a) Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up)

Dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost

untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh direktur pemasaran, atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang.

Required profit margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara profit dengan

full cost akan menghasilkan proyeksi harga.

b) Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus mark-up) Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variable cost. Proyeksi harga diperoleh dengan menambahkan mark-up laba yang diinginkan.

(11)

Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih tinggi dari mark-up

dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah daripada full cost.

2. Efisiensi Biaya a. Pengertian Biaya

Secara luas biaya didefenisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tak dapat lagi dihindari, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi.

Robert T. Sprouse dan Maurice Moonitz dalam Carter dan Usry (2002 : 29), “biaya didefenisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain.

Secara sempit biaya dapat diartikan sesuai dengan tujuannya. Bila tujuan pengorbanan adalah untuk memperoleh barang dan jasa maka akan disebut dengan biaya (cost) dan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva. Bila tujuannya untuk menciptakan pendapatan, maka akan dianggap sebagai beban (expense) dan dilaporkan pada laporan laba rugi sebagai pengurang antara pendapatan dalam perhitungan laba.

b. Pengelompokan Biaya

Carter dan Usry (2002 : 40) mengelompokkan biaya secara umum berdasarkan hubungan biaya dengan :

(12)

1) Produk

Dalam lingkungan industri atau manufaktur, total biaya operasi dibagi atas dua elemen, yaitu :

a) Biaya produksi,

Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk perusahaan. Biaya ini didefenisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung merupakan bagian dari biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik merupakan bagian dari biaya konversi.

b) Biaya komersial,

Yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyampaian produk kepada konsumen yang diantaranya adalah beban penjualan dan beban administrasi.

2) Volume

Pengelompokan biaya atas hubungannya dengan volume didasarkan pada sifat perilaku biaya, yaitu :

a) Biaya tetap, yaitu biaya yang bersifat konstan pada perubahan volume produksi dalam rentang produksi tertentu, dimana biaya per unit akan mengalami penurunan apabila volume produksi meningkat. Biaya ini harus dialokasikan dan bukan berdasarkan pembebanan langsung.

b) Biaya variabel, yaitu biaya yang berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang produksi yang relevan. Biaya ini

(13)

menunjukkan jumlah biaya per unit yang relatif konstan. Biaya ini dapat dibebankan ke departemen produksi.

c) Biaya semivariabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume produksi. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, sehingga harus dipisahkan menjadi komponen biaya tetap dan komponen variabel dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah ataupun dengan bantuan statistik least square

(kuadrat terkecil). 3) Departemen produksi

Aktivitas produksi melibatkan dua departemen, yaitu departemen produksi, yaitu departemen yang terlibat langsung dalam pengolahan dan departemen jasa, yaitu departemen yang memberi jasa atau bantuan ke departemen produksi untuk membantu kelancaran proses produksi.

Masing-masing departemen ini dibagi atas subdepartemen sehingga biaya digolongkan menjadi :

a) Biaya langsung departemen, yaitu biaya yang mudah ditelusuri pembebanannya ke produk, antara lain gaji supervisor, reparasi dan pemeliharaan serta penyusutan mesin.

b) Biaya tidak langsung departemen, yaitu biaya yang tidak mudah ditelusuri dan manfaatnya banyak digunakan bagian lain sehingga harus dialokasikan, antara lain sewa gedung dan penyusutan gedung.

4) Periode akuntansi

(14)

a) Pengeluaran modal (capital expenditure) yang ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.

b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.

Pengelompokan ini penting dalam menandingkan biaya dengan pendapatan dalam mengukur laba periodik.

5) Keputusan, tindakan, dan evaluasi

Dalam hal ini biaya dapat dikelompokkan atas :

a) Biaya relevan yaitu biaya yang ada hubungannya dan dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Contohnya adalah biaya diferensial (incremental cost) yaitu biaya yang relevan dengan suatu pilihan di antara banyak alternatif.

b) Biaya tidak relevan yaitu biaya yang tidak terpengaruh dengan suatu keputusan dalam hal penghentian suatu produk atau divisi. Contohnya adalah biaya tertanam (sunk cost) yaitu biaya yang telah terjadi dan tidak relevan terhadap pengambilan keputusan.

c. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan jumlah dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

1) Biaya bahan baku langsung

Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya

(15)

produk. Bahan baku ini dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, maupun hasil pengolahan sendiri.

Pencatatan perolehan bahan baku langsung adalah sebagai berikut : Persediaan bahan langsung xxx

Kas atau Hutang dagang xxx

Penggunaan bahan langsung dapat dicatat sebagai berikut : Persediaan barang dalam proses xxx

Persediaan bahan langsung xxx

Unsur-unsur biaya bahan meliputi : a) Harga pokok bahan yang dibeli

Harga pokok bahan meliputi harga faktur ditambah biaya-biaya yang terjadi dalam rangka peralihan bahan sampai dengan bahan siap diproses dikurangi dengan potongan pembelian. Potongan pembelian bahan dicatat berdasarkan :

1. Jumlah bersih hutang

Persediaan bahan langsung xxx

Kas atau Hutang dagang xxx 2. Jumlah kotor hutang

Persediaan bahan langsung xxx

Potongan pembelian xxx

(16)

b) Kemasan barang (kontainer)

Ayat jurnal pencatatan penggunaan kemasan dalam pembelian bahan baku langsung adalah :

Persediaan bahan langsung xxx Jaminan keamanan bahan xxx

Kas atau Hutang dagang xxx

c) Biaya angkut pembelian

Prosedur pencatatan biaya angkut pembelian bahan yaitu :

1. Ditambahkan ke dalam kartu persediaan bahan masing-masing sesuai nilainya.

Persediaan bahan xxx

Kas atau Hutang dagang xxx 2. Dicatat tersendiri pada perkiraan biaya transportasi.

Biaya transportasi bahan xxx

Kas atau Hutang dagang xxx

Biaya angkut pembelian didasarkan pada pihak yang menanggung, apakah biaya tersebut akan ditanggung oleh pemasok (penjual) sampai ke tempat pembeli disebut Free On Board Destination, ataupun akan ditanggung oleh pembeli disebut Free On Board Shipping Point.

d) Penentuan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi

Penentuan ini dibutuhkan dalam penentuan harga pokok bahan dan harga pokok persediaan bahan dengan lebih adil dan teliti dan untuk pengendalian atas bahan. Kholmi dan Yuningsih (2004 : 40)

(17)

menjabarkan faktor yang menentukan harga pokok bahan sebagai berikut :

1. Metode akuntansi persediaan Metode persediaan fisik Metode persediaan perpetual

2. Metode aliran harga pokok bahan yang dipakai antara lain : Metode identifikasi khusus

Metode FIFO (First In First Out) Metode LIFO (Last In First Out) Metode rata-rata (Average Method) Metode harga pokok standar

Metode persediaan dasar Metode harga beli terakhir

Perencanaan dan pengendalian bahan baku merupakan hal yang mendapat perhatian penuh pihak manajemen. Fokus utama dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku langsung adalah menyelenggarakan persediaan bahan yang paling tepat agar kegiatan produksi tidak terganggu dan dana yang paling tertanam dalam persediaan bahan baku tidak berlebihan.

Tujuan pengendalian bahan adalah :

a) Menyediakan bahan yang diperlukan dengan efisien dan dapat menghindari terganggunya proses produksi.

b) Adanya persediaan bahan yang cukup untuk menjaga apabila ada permintaan yang mendadak.

c) Menyelenggarakan penyimpangan bahan (varians) yang dapat menekan biaya kerusakan atau kenaikan bahan.

(18)

2) Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.

Biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang diperoleh tenaga kerja yang melakukan pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi.

Pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut : Persediaan barang dalam proses xxx

Hutang gaji dan upah xxx

Pada perusahaan industri terdapat tiga fungsi utama yaitu fungsi produksi, pemasaran, administrasi dan umum. Berdasarkan ketiga fungsi tersebut biaya tenaga kerja dapat dibagi atas :

a) Biaya tenaga kerja produksi, antara lain terdiri dari gaji karyawan pabrik, gaji manager pabrik, gaji mandor pabrik, biaya kesejahteraan karyawan, upah karyawan pabrik, upah lembur karyawan pabrik, dan biaya kesejahteraan karyawan pabrik.

b) Biaya tenaga kerja pemasaran, antara lain terdiri dari upah karyawan pemasaran, biaya kesejahteraan karyawan pemasaran, gaji manager pemasaran.

c) Biaya tenaga kerja administrasi dan umum, antara lain terdiri dari gaji karyawan bagian akuntansi, personalia, keuangan, gaji direktur dan wakil direktur, dan berbagai biaya kesejahteraan karyawan bagian administrasi dan umum.

(19)

Fokus utama biaya tenaga kerja dalam suatu departemen produksi adalah pengawasan, penentuan, beban-beban gaji dan upah tenaga kerja, serta akuntansi biaya tenaga kerja.

3) Biaya Overhead

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung atau semua biaya produksi tidak langsung. Overhead pabrik mencakup bahan tak langsung (indirect materials) yaitu perlengkapan operasi, reparasi, dan kebersihan yang digunakan dalam pabrik, juga termasuk di dalamnya jenis biaya bahan yang kecil dan tidak signifikan bila dibandingkan dengan biaya bahan baku lainnya. Selain itu, overhead pabrik mencakup biaya tenaga kerja tak langsung (indirect labor) yaitu setiap hasil usaha tenaga kerja yang tidak mudah ditelusuri ke produk jadi, antara lain pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas.

Biaya overhead dapat dihitung dengan menggunakan biaya overhead aktual maupun biaya overhead yang dibebankan.

a) Biaya overhead aktual

Biaya overhead aktual seperti bahan baku tak langsung dan tenaga kerja tak langsung dicatat pada saat terjadinya atau melalui ayat jurnal periodik. Overhead aktual pada setiap terjadinya dicatat sebagai berikut: Pengendali overhead pabrik xxx

(20)

b) Overhead pabrik yang dibebankan

Overhead pabrik yang dibebankan merupakan suatu pendekatan yang lebih praktis dalam perhitungan biaya overhead dimana overhead dibebankan dalam suatu akun yang terpisah dengan pencatatan sebagai berikut :

Pengendali overhead pabrik xxx

Overhead pabrik yang dibebankan xxx

Pengendali overhead pabrik adalah akun perantara atau penjelas yang dirancang untuk mengakumulasi overhead aktual dan yang dibebankan. Biaya overhead pabrik aktual dibebankan ke pengendali overhead pabrik sebagai biaya yang dikeluarkan sepanjang periode akuntansi.

d. Sistem Pengumpulan Biaya

1) Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing)

Pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan.

Metode ini merupakan metode perhitungan biaya dimana biaya produksi diakumulasikan untuk tiap pesanan atau tiap produk secara terpisah. Dalam hal ini harga pokok per unit dan biaya produksi antar satu pesanan dengan pesanan lainnya tidak sama dan harga pokok dihitung setelah proses produksi selesai.

Rincian biaya tiap pesanan dicatat pada kartu biaya pesanan untuk masing-masing pesanan yang berfungsi sebagai catatan pembantu, namun metode ini hanya menggunakan satu buku besar umum untuk Barang Dalam Proses.

(21)

2) Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing)

Perhitungan biaya pada sistem ini mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Perhitungan ini digunakan apabila semua unit yang dikerjakan dalam satu departemen bersifat homogen atau sejenis, atau apabila tidak ada kebutuhan untuk membedakan antar unit.

Perhitungan biaya berdasarkan proses menghitung biaya per unit dengan mengakumulasikan semua biaya operasi suatu proses dalam periode waktu kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit produk yang telah melewati proses selama periode tersebut. Jika produk dari suatu proses menjadi bahan baku bagi proses selanjutnya, maka biaya per unit dihitung untuk setiap proses.

3) Metode kalkulasi biaya lainnya

Metode kalkulasi biaya lainnya merupakan metode campuran antara metode biaya pesanan dengan metode biaya proses. Metode ini timbul pada beberapa perusahaan industri yang memiliki biaya bahan baku langsung yang berbeda secara signifikan namun melewati proses produksi yang identik dalam jumlah yang besar. Dengan kata lain, biaya bahan baku langsung diakumulasikan dengan menggunakan perhitungan biaya pesanan dan biaya konversi diakumulasikan menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses.

e. Harga Pokok Produksi

Tiap perusahaan industri memiliki proses produksinya sendiri yang disesuaikan dengan sifat dan keadaan bahan serta produk yang dihasilkannya. Untuk dapat menghitung harga pokok suatu perusahaan industri dengan baik, kita

(22)

harus memahami bagaimana jalannya proses produksi dalam perusahaan itu. Pada dasarnya harga pokok produk jadi yang dihasilkan suatu perusahaan industri meliputi semua biaya dan pengorbanan yang perlu dikeluarkan dan dilakukan untuk menghasilkan produk jadi.

Harga pokok produksi merupakan istilah dalam laporan biaya produk industri yang mempresentasikan total biaya manufaktur yang menyertai unit-unit produksi yang diselesaikan selama satu periode akuntansi. Harga pokok produksi dinyatakan dalam laporan harga pokok produksi yang bertujuan mendukung laporan laba rugi dengan mengikhtisarkan semua biaya produksi selama periode akuntansi.

Kartadinata (2000 : 7) dalam garis besarnya unsur-unsur harga pokok tersebut dapat kita golongkan ke dalam 3 kategori :

1) Bahan baku langsung. 2) Tenaga kerja langsung. 3) Biaya overhead pabrik.

Selain ketiga jenis biaya yang telah dibicarakan ada jenis biaya yang sifat justru memperkecil harga pokok. Termasuk ke dalam golongan ini :

a) Hasil penjualan produk sampingan. b) Hasil penjualan produk apkiran. c) Sisa atau ampas.

Hasil penjualan produk sampingan, produk apkiran, sisa atau ampas dapat kita anggap sebagai faktor-faktor yang mengurangi harga pokok. Dalam hal demikian hasil-hasil tersebut kita kurangkan dari biaya pabrikasi tak langsung.

(23)

Hasil penjualan produk sampingan, produk apkiran, sisa atau ampas dapat pula dianggap sebagai rugi-laba di luar usaha. Dalam hal itu, hasil-hasil tersebut dibukukan sebagai pendapatan lain-lain (other income).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh harga jual terhadap efisiensi biaya maupun yang berkaitan dengan efisiensi biaya tidak ada ditemukan oleh penulis.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat penulis memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menggambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Harga Jual Efisiensi Biaya (X) (Y)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

(24)

Harga jual adalah harga jual rata-rata kelapa sawit. Efisiensi biaya adalah selisih biaya produk aktual bulan t dikurangi biaya produk bulan t-1. Jika harga jual mengalami penurunan maka pihak manajemen perusahaan harus mengambil tindakan atau kebijakan yaitu dengan mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi kelapa sawit agar harga pokok produksi kelapa sawit tidak melampaui harga jual yang telah ditetapkan oleh pasar.

Dalam menetapkan harga jual suatu produk memerlukan analisis pasar, analisis pesaing, dan analisis produksi. Penetapan harga jual produk memerlukan berbagai pertimbangan yang terintegrasi. Mulai dari biaya produksi, biaya operasional, target laba yang diinginkan perusahaan, daya beli masyarakat, harga jual pesaing, kondisi pasar dan sebagainya. Karena itu, penentuan harga jual produk perusahaan haruslah merupakan kebijakan yang harus benar-benar dipertimbangkan secara matang.

Kondisi pasar semacam itu membuat pihak manajemen perusahaan dituntut untuk dapat melihat kemungkinan-kemungkinan dilakukannya pengoptimalan biaya. Pencapaian efisiensi biaya selama proses produksi berjalan dilakukan dengan meminimalkan semua biaya yang timbul dari awal pelaksanaan proses sampai selesainya proses produksi.

Perhitungan atas biaya-biaya yang timbul dengan tepat sangat berguna, sehingga perusahaan diharapkan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sejenis. Dimana, perusahaan dapat menekan biaya produksinya, sehingga menghasilkan harga pokok produksi lebih rendah dari harga jual tanpa mengurangi kualitas produksinya. Oleh karena itu, perusahaan

(25)

terlebih dulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2004 : 51) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dari kerangka konseptual dan uraian teoritis tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Harga jual berpengaruh terhadap efisiensi biaya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya postpartum blues terjadi pada responden yang mengalami persalinan komplikasi sebesar 53,7% dan sebesar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

1) Isi gagasan yang dikemukakan.. Informasi gagasan yang disampaikan cukup, penekanan masalah cukup fokus, pembahasan masalah cukup tuntas, dan keterkaitan antara masalah

Di bawah ini adalah hasil analisis terhadap terhadap kata, frasa, klausa, dan kalimat dari hasil percakapan antara sampel guru terhadap peserta didik ketika

AKHMAD DJOHARA, M.SI RESTY RESMAWATI,

Karena kita akan dapat “memanfaatkan” protokol dan atau prosedur-prosedur rutin dari MS-EXCEL yang akan dapat memudahkan pekerjaan kita, seperti di bawah ini!. [Iterasi

Secara umum, agama Islam masuk di Sulawesi Selatan dengan cara yang sangat santun terhadap kebudayaan dan tradisi Bugis- Makassar.. Bukti nyata dari sikap kesantunan

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t hitung hasilnya di dapat = 3,572 dan t tabel pada taraf 5% derajat kebebasan dF = n ± 2, hasil didapat 2,132 maka hal