A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap individu. Hasil ini sejalan dengan pendapat George F. Kneller (Zulfa, 2010: 1) pendidikan adalah suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh keterhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa, watak atau kemampuan fisik secara berkesinambungan. Maka dari itu proses pendidikan berperan untuk maksimalkan perkembangan dan pertumbuhan jiwa, watak atau kemampuan fisik secara optimal tanpa ada yang terlalu mendominasi.
Ketercapaian tujuan pembelajaran salah satunya diukur dari prestasi belajar siswa yang didapatkan. Prestasi belajar menggambarkan perolehan hasil pengetahuan siswa selama proses belajar. Sesuai dengan pendapatnya Arifin (2009: 12) bahwa Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Aspek pengetahuan dapat dilihat dari tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan. Pencapaian prestasi belajar yang optimal dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Prestasi belajar dapat diukur melalui beberapa pendekatan yang akan digunakan oleh guru. Menurut penelitian Bloom (Siswojo, 1981: 30) mengatakan bahwa bila 25% dari siswa yang belajar melalui metode konvensional mencapai mastery, maka sekitar 50-75% dari siswa yang belajar melalui metode-metode Bloom juga mencapai mastery dan metode yang digunakan oleh Bloom merupakan metode pembelajaran kooperatif. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa siswa akan mencapai target ketuntasan belajar dengan menggunakan metode-metode yang sesuai. Target tersebut dapat dicapai sampai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar tanpa menggunakan metode.
menjelaskan bahwa tanggung jawab siswa yang tinggi didasarkan pada proses usaha untuk mencapai prestasi dan tujuan belajar yang terbaik.
Proses usaha mencapai tanggung jawab yang tinggi juga tidak lepas dari hubungan siswa dengan yang lainnya untuk meningkatkat interaksi siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Lickona (2013: 141) yaitu membangun tanggung jawab bersama dan terhadap kelompok biasanya efek samping dari adanya perasaan persatuan di dalam kelas dan menjadi anggota yang dihargai dari sebuah kelompok, tetapi untuk membangunnya bisa juga dilakukan dengan pendekatan langsung. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa rasa tangung jawab dapat dibangun melalui beberapa pendekatan didalam kelas untuk memudahkan siswa dalam proses berinteraksi.
Proses berinteraksi melalui pendekatan didalam kelas dapat melalui kerjasama yang ditimbulkan pada saat pembelajaran berlangsung. Yusuf (2007: 125) kerja sama (corporation) yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang dengan lebih baik lagi. Pada usia ini anak mau bekerja sama dengan teman-temannya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa kerja sama perlu untuk diterapkan kepada siswa mulai dari pendidikan di Sekolah Dasar. Penanaman sikap kerja sama siswa dapat dilakukan oleh guru melalui model pembelajaran kooperatif.
para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda-beda. Model pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi antar siswa lainya karena model tersebut menitik beratkan pada kerja sama.
Model pembelajaran kooperatif terbagi menjadi beberapa tipe salah satunya yaitu tipe Two Stay Two Stray. Lie (2008: 61) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan dan mengumpulkan informasi dari kelompok lain. Hal tersebut menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray menunjukan adanya kemandirian siswa dalam proses pembelajaran.
Siswa akan mendapatkan informasi yang lebih luas berdasarkan perolehan dari kelompok lain yang memiliki materi berbeda dengan kelompoknya sendiri. Kaitannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stray Two Stay sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Maonde Faad dkk (2015: 15) tentang “Under cooperative learning models TS-TS with the certain mastery level. And than, type learning has significant effect on students math
achievement”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stray Two Stay menghasilkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa.
menjadikan pembelajaran akan lebih bermakna, karena siswa terlibat secara langsung dalam pengamatan peristiwa di lingkungan sekitarnya melalui media Movie Learning. Movie Learning memberikan detail pengetahuan baik lisan
maupun gambar yang tertangkap dengan baik oleh memori siswa.
Pengetahuan yang dikemas dalam bentuk media Movie Learning dapat menciptakan hubungan pembelajaran dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Piaget (Slameto, 2010: 12) teori ini menyakan bahwa “Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
Anak-anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil dan mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan menghayati dunia sekitarnya, maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar”. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa usia siswa Sekolah Dasar pada umumnya memiliki cara belajar dengan ciri khas tersendiri yaitu proses belajar yang bersifat konkret. Penggunaan Movie Learning bertujuan untuk mentransfer pembelajaran yang bersifat abstrak menuju
pembelajaran konkret.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray berbantuan media Movie Learning dapat memberikan inovasi pembelajaran karena siswa dapat berperan
peningkatan prestasi belajar dan tanggung jawab antara siswa yang memperoleh pembelajaran Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray berbantuan Media Movie Learning dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional mata
pelajaran IPS Kelas IV di SD N 1 Banteran. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
Apakah terdapat pengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar dan tanggung jawab antara siswa yang memperoleh pembelajaran Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray berbantuan Media Movie Learning dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional mata
pelajaran IPS Kelas IV di SD N 1 Banteran? C. Tujuan Penelitian
1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi berbagai pihak yaitu:
1. Manfaat teoritis
Untuk dijadikan sumbangsih pemikiran kepada lembaga-lembaga sekolah dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Guru mendapat pengetahuan tentang model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray berbantuan Media Movie Learning sehingga dapat membantu dalam meningkatkan prestasi belajar dan tanggung jawab siswa.
b. Siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray berbantuan Media Movie Learning sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. c. Sekolah mendapat pengetahuan tentang model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray berbantuan Media Movie Learning sehingga dapat membantu dalam meningkatkan prestasi