• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM INSPEKTORAT JENDERAL DEPDIKNAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM INSPEKTORAT JENDERAL DEPDIKNAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

INSPEKTORAT JENDERAL DEPDIKNAS

IV.1. Struktur Organisasi

Pengawasan pendidikan mulai dirintis sejak tahun 1948 dalam bentuk inspeksi-inspeksi di pusat yang tugasnya melakukan pembinaan dan pengawasan teknis pendidikan dan kebudayaan, selanjutnya pada tahun 1949 mulai dibentuk inspeksi daerah.

Tahun 1957 dibentuk inspeksi Taman Kanak-Kanak (TK), dan Sekolah Rakyat (SR) di kabupaten, Inspeksi Wilayah TK/SD di Kecamatan, sementara di tingkat pusat dan propinsi dibentuk inspeksi SMP, SMA, pendidikan kejuruan, pendidikan jasmani dan inspeksi kebudayaan. Kemudian tahun 1966 Inspeksi Pusat Berubah Menjadi Direktorat dan di Propinsi dibentuk Kantor Daerah.

Memasuki tahun 1968 perintisan menggunakan nama pengawasan dan pemeriksaan mulai dilakukan, pada saat itu bernama Bagian Pengawasan dan Pemeriksaan yang kemudian ditingkatkan menjadi Biro Pengawasan dan Pemeriksaan Administrasi (BPPA), yang berada di bawah Sekretariat Jenderal. Akhirnya nama Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) dikukuhkan berdasarkan keputusan Mendikbud Nomor 037/1969

(2)

tanggal 27 Mei 1969 yang terdiri dari 4 Inspektorat, yaitu: (1) Organisasi dan Metode (2) Personalia (3) Material dan Keuangan (4) Proyek Pembangunan

Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan dinamika pembangunan nasional, struktur organisasi Itjen mengalami beberapa kali perubahan. Inspektorat Jenderal mengalami pengembangan organisasi hingga memiliki 12 Inspektur (eselon II). Perubahan-perubahan tersebut tertuang dalam Keppres Nomor 44 dan 45 Tahun 1974, Keppres Nomor 27 Tahun 1978, dan Keppres Nomor 15 Tahun 1984.

Seiring bergulirnya era reformasi dan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, paradigma pengelolaan pendidikan berubah dari semula cenderung sentralistik menjadi desentralistis. Konsekwensinya, kewenangan Itjen Depdiknas mengalami perubahan. Berdasarkan Kepmendiknas Nomor 030/0/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Itjen Depdiknas jumlah Inspektur dirampingkan dari 12 menjadi 10, kemudian 8, dan selanjutnya menjadi 6 Inspektur.

Selanjutnya, berdasarkan surat Menteri Pendidikan Nasional Nomor 61/MPN/OT/2004 tentang Penataan Organisasi Itjen serta penataan tugas dalam rangka efisiensi dan efektivitas serta mempersempit rentang kendali pelaksanaan tugas pengawasan fungsional organisasi Itjen Depdiknas mengalami perubahan. Inspektorat I s.d. VI yang semula pola bidang beralih menjadi pola wilayah.

(3)

Perampingan berikutnya berdasarkan Permendiknas Nomor 12 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Itjen Depdiknas hanya mempunyai 4 Inspektur (eselon II).

Diberlakukannya Permendiknas Nomor 5 Tahun 2009 Inspektorat Jenderal Depdiknas akhirnya menambah satu Inspektorat lagi yakni Inspektorat Investigasi.

Gambar IV.1

Struktur Organisasi Itjen Depdiknas

Inspektur Jenderal Sekretaris Itjen Bagian Perencanaan

Bagian Talak & Kepegawaian Bagian PLP Bagian Umum Inspektorat I Inspektorat II Inspektorat III Inspektorat IV Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag.

Jabatan Fungsional Auditor

Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag. Sub.Bag.

Inspektorat Investigasi

(4)

IV.2. Visi dan Misi Organisasi

Inspektorat Jenderal Depdiknas mempunyai visi mewujudkan sistem pengawasan pendidikan yang efektif, efisien, dan berkualitas serta pelaksana pendidikan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk mewujudkan visi pengawasan tersebut, Inspektorat Jenderal Depdiknas mempunyai tujuh misi di bidang pengawasan pendidikan, yaitu :

1. Meningkatkan efektivitas pengawasan yang berorientasi akuntabilitas 2. Mencegah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme

3. Mendorong terwujudnya akuntabilitas unit kerja 4. Meningkatkan profesionalisme aparat pengawasan

5. Mengembangkan sistem pengawasan yang lebih mandiri dan obyekrif

6. Melakukan pelembagaan koordinasi fungsi pengawasan yang dilakukan lintas dan multi instansi

7. Menegakkan etika dan moral penyelenggara, pengelola, dan pelaksana pendidikan.

IV.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, Inspektorat Jenderal Depdiknas mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Depdiknas. Dalam operasionalisasi tugas tersebut Inspektorat Jenderal Depdiknas melaksanakan

(5)

pemeriksaan, pengujian, penilaian, pengusutan terhadap kinerja, keuangan, dan pengawasan lainnya. Jumlah unit kerja atau sasaran pemeriksaan Itjen Depdiknas cukup besar meliputi Unit Utama, Unit Pelaksana Teknis di daerah, Perguruan Tinggi Negeri, dan Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Jumlah sasaran obyek pemeriksaan Itjen Depdiknas dapat dilihat pada tabel IV.3.1.

Tabel IV.1

Jumlah sasaran pemeriksaan Itjen Depdiknas

No Sasaran Pemeriksaan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Unit Utama Pusat-Pusat

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Balai Penyiaran Media Radio

Balai Penyiaran Media TV

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru Balai/Kantor Bahasa

Perguruan Tinggi Negeri Kopertis

Pusat Pendidikan Non Formal dan Informal BPT Grafika 7 7 30 2 1 12 17 82 12 5 2 177

Sumber Data Laporan Kegiatan Tahun 2008 Itjen Depdiknas

IV.4. Jenis Audit di Itjen Depdiknas

Terdapat empat jenis audit yang dilakukan oleh Itjen Depdiknas, yaitu; Audit Kinerja Perguruan Tinggi, Audit Komprehensif, Audit Khusus, dan Audit Operasional Dana Dekonsentrasi. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas audit tersebut, telah dikeluarkan Putusan Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Nomor : Kep.315/B/U.KP.2007 tanggal 5 Nopember 2007 tentang Petunjuk Teknis Audit Kinerja Perguruan Tinggi, Audit Komprehensif, Audit Khusus, Audit Operasional Dana Dekonsentrasi dan Petunjuk Teknis Pelayanan

(6)

Pengaduan Masyarakat. Dalam petunjuk teknis tersebut disebutkan definisi dan pengertian masing-masing audit, yaitu :

1. Audit Kinerja

Audit kinerja merupakan kegiatan evaluasi atau kegiatan mengukur dan menilai tingkat efisiensi serta efektivitas suatu organisasi. Istilah kinerja dipadankan dengan unjuk kerja atau prestasi kerja yang sepadan dengan performance yang bermakna prestasi, pertunjukan, dan pelaksanaan tugas. Sementara penilaian kinerja diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan personelnya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, atau hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan standar, target/sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. 2. Audit Komprehensif

Audit komprehensif merupakan audit untuk menilai keterlaksanaan program/kegiatan dan sumberdaya yang digunakan secara komprehensif yang meliputi, Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan, sarana prasarana dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya (substansi)

3. Audit Khusus

Audit khusus merupakan kegiatan pemeriksaan/audit sebagai tindak lanjut dari laporan pemeriksaan komprehensif, kinerja, laporan masyarakat, inspeksi mendadak, pengawasan tematik, dan hasil desk audit, dengan maksud untuk membuktikan apakah masalah yang ditemukan atau dilaporkan terbukti melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada aspek keuangan audit

(7)

khusus ditujukan untuk membuktikan masalah yang diadukan atau ditemukan mengandung unsur tindak pidana umum atau tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara.

4. Audit Operasional Dana Dekonsentrasi

Audit operasional dana dekonsentrasi merupakan kegiatan menguji dan menilai pertanggungjawaban penyelenggaraan dana dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

IV.5. Sumber Daya Manusia

Untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Depdiknas didukung dengan sumberdaya manusia sebanyak 454 orang. Dengan rincian sebagai tenaga fungsional (auditor) sebanyak 320 orang dan struktural (sekretariat) sebanyak 134 orang

IV.6. Sumber Daya Keuangan

Untuk mendukung pencapaian sasaran program tahun anggaran 2008

Inspektorat Jenderal Depdiknas memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp.122.400.601.000,00 (Seratus dua puluh dua milyar empat ratus juta enam ratus

satu ribu rupiah) yang terdiri dari rupiah murni sebesar Rp109.659.601.000,00 dan pinjaman luar negeri (PLN) sebesar Rp12.741.000.000,00.

(8)

Sampai dengan 31 Desember 2008 secara kumulatif telah terserap sebesar Rp.115.817.439.000,-(94,62%), sehingga terjadi sisa anggaran sebesar Rp6.583.162(5,38%). Daya serap anggaran dalam tahun 2008 tertera pada tabel IV.2 berikut :

Tabel IV.2

Daya serap anggaran Itjen Depdiknas Tahun 2008

(Dalam ribuan rupiah)

SUMBER DANA ALOKASI

ANGGARAN REALISASI ANGGARAN SISA ANGGARAN ( 3 - 4 ) (%) (%) 2 3 4 8 7 8 1 Belanja Pegawai 19,561,453 18,275,179 93.42% 1,286,274 6.58% 2 Belanja Barang 84,885,836 80,921,935 95.33% 3,963,901 4.67% 3 Belanja Modal 5,594,799 4,878,040 87.19% 716,759 12.81% 4 Belanja Bantuan Sosial 12,358,513 11,742,285 95.01% 616,228 4.99%

TOTAL BELANJA 122,400,601 115,817,439 94.62% 6,583,162 5.38%

Gambar

Gambar  IV.1
Tabel IV.1
Tabel IV.2

Referensi

Dokumen terkait

Besar pengaruh penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing ( guided discovery ) berbantuan powerpoint terhadap hasil belajar matematika materi.. trigonometri siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil respon perempuan aktivis di Banda Aceh berkontribusi memperluas pemahaman tentang syariat Islam yang berperspektif gender di Aceh

Kepuasan masyarakat (pasien) dapat ditinjau dari sikap kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang dirasakan sesudah terjadinya penggunaan jasa pelayanan

Tujuan dari penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini adalah untuk mengungkapkan serta merumuskan hal-hal yang berkaitan

Nasution, Bismar, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003.. Perangin, Effendi, Hukum Agraria Di Indonesia

Bentuk disfungsi tiroid yang banyak terjadi pada penderita thalassemia adalah. hipotiroidisme primer yang diakibatkan oleh abnormalitas kelenjar tiroid, dan

Gunakan baju kerja / ketel pak dan sarung tangan untuk menghindari kontak dengan kulit jika terjadi paparan debu bahan ini.. Pelindung

Salah satu gambar cadas di Indonesia dengan pengolahan menggunakan plugin DStretch dalam jurnal internasional yaitu di Leang Barugayya 2, kawasan karst Maros, dengan