• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI SOSIAL DI DALAM KELOMPOK NELAYAN DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERAKSI SOSIAL DI DALAM KELOMPOK NELAYAN DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI SOSIAL DI DALAM KELOMPOK NELAYAN DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG

(Studi Tentang Konflik dan Kerjasama yang terjadi Didalam kelompok Nelayan Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling)

SKRIPSI

Oleh:

IKE MONIKA PUTRI ANATASIA 110569201032

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG 2016

(2)

i

INTERAKSI SOSIAL DI DALAM KELOMPOK NELAYAN DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG

(Studi Tentang Konflik dan Kerjasama yang terjadi Didalam kelompok Nelayan Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling)

Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Ilmu Sosiologi

SKRIPSI Oleh:

IKE MONIKA PUTRI ANATASIA 110569201032

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG 2016

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : Ike Monika Putri Anatasia

NIM : 110569201032

JUDUL : Interaksi Sosial Di dalam Kelompok Nelayan Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang (Studi Tentang Konflik dan Kerjasama yang terjadi Didalam kelompok Nelayan Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling)

Masyarakat dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau seluruh skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas pembuatan tersebut.

Tanjungpinang, 7 Agustus 2016 Yang Mengatakan

(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wb

Alhamdulillah segala puji syukur atas kehadirat rahmat dan karunia Allah S.W.T yang telah diberikan kepada penulis sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa salam penulis berikan kepada Rasulullah S.A.W beserta para sahabat dan keluarganya. Akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Di dalam Kelompok Nelayan Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang (Studi Tentang Konflik dan Kerjasama yang terjadi Didalam kelompok Nelayan Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling)”. Skrips ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

Halangan rintangan dan doa serta berbagai usaha maksimal telah dilakukan peneliti untuk menyelesaikan dan memberikan sebuah karya yang terbaik. Namun peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Son Haji, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji yang telah memberikan waktu serta ilmu nya dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Nanik Rahmawati , M. Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Marisa Elsara, M. Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Suryaningsih, M. Si dan Ibu Emmy Solina, M. Si selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang turut membantu, memberikan masukkan, kritikan serta bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

(7)

vi

5. Seluruh Dosen dan Staff tata usaha serta karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

6. Kepala Dinas Kecamatan Gunung Kijang Kelurahan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan beserta jajarannya yang telah membantu dalam proses penyusunan Skripsi ini.

7. Ayah (Mazra.H.) dan Ibu (Susi.E.), yang telah memberikan kasih sayang, semangat, doa, cinta dan dukungan dalam segi material dan moril.

8. Teman seperjuangan angkatan 2011, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khusunya jurusan Sosiologi Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Sesungguhnya penulis menyadari bahwasahnya skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga kelak skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta dapat menjadi referensi untuk peneliti berikutnya.

Tanjungpinang, Agustus 2016 Penulis

(8)

vii ABSTRAK

Interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat nelayan berupa interaksi dalam pembentukkan kelompok. Terhitung dari tanggal 1 januari 2016 kelompok yang terbentuk berjumlah 3 kelompok. Interaksi yang terjalin sebenarnya tidak hanya pada awal pembentukkan kelompok, namun interaksi yang terjalin terlihat juga pada saat anggotanya mempertahankan kelompoknya. Jika kelompok tersebut memiliki hubungan yang solid, maka setiap anggotanya akan menjaga hubungan baik di dalam kelompok sehingga mereka sulit untuk keluar dari kelompoknya. Hal tersebut di karenakan, mereka merasa tidak enak untuk meninggalkan kelompok lamanya, tidak hanya itu saja akan tetapi mereka sudah merasa nyaman dengan kelompoknya sekarang. Walaupun sebenarnya tidak ada larangan untuk anggotanya keluar/masuk kedalam kelompok lain.

Di pilihnya penelitian ini karena peneliti ingin mengidentifikasi interaksi sosial yang terjadi antar individu di dalam kelompok nelayan dan mengidentifikasi konflik dan kerjasama di dalam kelompok nelayan Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui identifikasi interaksi yang terjadi di dalam masyarakat nelayan dan mengidentifikasi kerjasama dan konflik di dalam kelompok nelayan. Sistem Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif. Dengan menggunakan metode kualitatif. Di gunakan metode ini di karenakan dalam perolehan data, penulis menggunakan observasi dan wawancara dalam perolehan data. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi yang meliputi kerjasama dan konflik.

Hal yang di analisis pada penelitian ini berupa interaksi yang terjalin pada masyarakat nelayan yang di tekankan pada kerjasama dan konflik. Kerjasama yang di lihat berupa kerjasama dalam pekerjaan. Kerjasama dalam pekerjaan ialah kerjasama yang terljalin sehingga memunculkan rasa kepercayaan di dalam diri individu didalam kelompok. Sehingga ketika tiba pada pembagian hasil dari sebuah pekerjaan, maka individu yang melakukan kerjasama sudah tidak ada rasa curiga atas pembagian hasil tersebut. Dan mereka merasa bahwa tidak ada pihak yang di rugikan karena segala sesuatu sudah ada rincian atau pembagian. Kemudian konflik yang terdapat pada penelitian ini adalah konflik yang timbul dari kecemburuan sosial dari pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak ini merasa bahwa bantuan dari PEMKAB tidak merata. Sehingga menimbulkan konflik di dalam kelompok. Namun konflik yang terjadi masih bisa di selesaikan dengan cara mediasi.

(9)

viii ABSTRACT

Social interactions that occur in fishing communities in the form of interaction in the formation of the group. Commencing from January 1, 2016 formed group consists of 3 groups. Actual interaction that exists not only at the beginning of the formation of the group, but the interaction that exists visible also when its members maintain the group. If the group has a solid relationship, then each member will maintain good relations within the group so they are difficult to get out of the group. It is in because they felt bad for leaving his old group, not only that but they are comfortable with the group now. Although in fact there are no restrictions for members exit / entry into another group.

In voting this study because researchers wanted to identify the social interaction that occurs between individuals within a group of fishermen and identify conflicts and cooperation in the fishing groups The purpose of this study was to determine the identification of interactions that take place within the fishing communities and identify cooperation and conflicts within the group fishermen. System Kind research used is descriptive. By using qualitative methods. In use this method because of the acquisition of the data, the authors used observations and interviews in the acquisition of data. The theory used in this research is the theory of social interaction and the forms of interaction that includes cooperation and conflict.

Things in the analysis in this study of interaction that exists in fishing communities who emphasized on cooperation and conflict. Cooperation is seen in the form of cooperation in the work. Cooperation in work is cooperation terljalin so bring a sense of confidence within the individual within the group. So when it comes to the sharing of a job, then the individuals who conduct cooperation there is no suspicion on the distribution of the results. And they feel that no one is disadvantaged because everything is already no details or division. Then the conflict contained in this research is the conflict that arises from jealousy of the parties in conflict. These parties feel that the help from the district government uneven. So that creates a conflict within the group. But conflict can still be resolved by way of mediation.

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR TIM PENGUJI... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13

D. Konsep Operasional ... 14

E. Metode Penelitian ... 15

F. Teknik Analisa Data... 19

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Masyarakat Nelayan ... 21

B. Interaksi Sosial ... 25

(11)

x

D. Kerjasama ... 31

E. Konflik Nelayan ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Sosial-Ekonomi ... 36

B. Masyarakat Nelayan Setelah Mendapatkan Bantuan ... 37

C. Potensi Kelautan dan Perikanan ... 39

D. Tauke ... 39

E. Bentuk Bantuan PEMKAB kepada Kelompok Nelayan ... 41

F. Hubungan Nelayan dengan Pengelola Pelabuhan ... 42

BAB IV INTERAKSI SOSIAL DI DALAM KELOMPOK NELAYAN DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG (Studi Tentang Konflik dan Kerjasama yang terjadi Di dalam Kelompok Nelayan Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling) A. Karakteristik Data Informan ... 44

B. Interaksi Sosial ... 46

a. Kerjasama ... 50

a) Kelompok Nelayan ... 55

b) Jumlah Kelompok Nelayan ... 59

c) Proses Terbentuknya Kelompok Nelayan ... 63

d) Syarat Untuk Memperoleh Bantuan PEMKAB ... 68

e) Pemecahan Kelompok Nelayan yang di anggap sah di dalam kelompok ... 72

(12)

xi

b. Konflik ... 78 a) Konflik Alat Tangkap ... 82 b) Penyelesaian Konflik ... 87 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 92 B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Penggolongan Nelayan Berdasarkan Karakteristik Usahanya ... 24 TABEL 2 Jumlah Kelompok Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling Desa Malang Rapat ... 38 TABEL 3 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur ... 44

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu musyarak, yang artinya sebuah masyarakat merupakan suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat juga dapat diartikan sebagai sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Untuk membentuk hubungan antar entitas-entitas tersebut di butuhkan interaksi. Interaksi itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu pondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat.

Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku , interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai–nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing–masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran

(15)

2

. Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa syarat untuk melakukan interaksi adalah adanya kontak sosial (social-contact) dan komunikasi. Interaksi yang terjalin pada masyarakat nelayan di Desa Malang Rapat juga bermula dari adanya kontak sosial dan komunikasi. Interaksi yang terjalin adalah interaksi pada pembentukan sebuah kelompok. Pembentukan kelompok yang di maksud ialah di dalam masyarakat nelayan memiliki beberapa jumlah kelompok nelayan. Hanya saja kelompok yang terbentuk baru berupa kelompok kecil saja.

Pembentukan kelompok nelayan dalam skala kecil ini terbentuk karena mereka saling kenal, ada hubungan pertemanan, hubungan kerja dan memiliki tujuan yang sama, sehingga mereka dapat membentuk kelompok-kelompok nelayan kecil . Akan tetapi, interaksi yang muncul ternyata tidak hanya pada kelompok dalam skala kecil ini saja, akan tetapi dari hubungan dengan skala kecil ini, juga dapat membentuk kelompok dalam skala besar. Perubahan kelompok dari skala kecil menjadi skala besar ini tentu memiliki nilai dan aturan yang berbeda. Hal tersebut di karenakan, sistem pengelolaan pun yang berbeda. Sistem pengelolaan yang di maksud berupa aturan-aturan yang terbentuk dan di sepakati secara bersama. Aturan yang ada pada kelompok dalam skala kecil biasanya aturan dalam hal bagi hasil. Namun berbeda dengan aturan yang di timbulkan dalam kelompok skala besar.

Aturan yang di buat dalam kelompok skala besar adalah aturan berupa, pemilihan ketua kelompok yang didalamnya terdapat kriteria-kriteria dan pemilihan tersebut sudah di sepakati dan di setujui oleh para anggota, pemilihan sekretaris dan penentuan bendahara kelompok. Interaksi yang terjalin pada

(16)

3

kelompok dalam skala kecil dan besar pun berbeda. Perbedaan tersebut dapat di lihat dari hasil yang mereka peroleh. Interaksi yang terjalin di dalam kelompok kecil hanya terjalin antara individu dengan individu didalam kelompok saja dan biasanya hanya terdiri atas 2 s/d 4 orang saja, namun interaksi yang terjalin pada kelompok besar ialah interaksi yang terjadi antara individu individu sesama anggota, nelayan dengan ketua kelompok, nelayan dengan sekretaris, nelayan dengan bendahara dan nelayan di dalam kelompok dengan pengelola pelabuhan. Interaksi yang terjalin pun lebih luas di bandingkan interaksi yang terjadi pada kelompok dalam skala kecil.

Kemudian di dalam interaksi ada faktor pendorong terjadinya sebuah interaksi di dalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut meliputi: faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Pertama, faktor imitasi memiliki segi positif yaitu mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, faktor imitasi ini, juga memiliki segi negatifnya berupa peniruan sebuah tindakan, yang mengarah kepada tindakan-tindakan penyimpangan. Kedua, faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian di terima oleh pihak lain. Sebenarnya, faktor imitasi dan sugesti ini hampir sama, hanya saja faktor sugesti terjadi ketika seseorang sedang mengalami emosi nyang menghambat seseorang tersebut untuk berfikiran secara rasional. Ketiga, faktor identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi ini bersifat lebih mendalam dibandingkan imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk

(17)

4

atas dasar proses identifikasi ini. Proses identifikasi ini, dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan di sengaja karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu didalam proses kehidupannya. Keempat, faktor simpati merupakan suatu proses dimana, seseorang merasa tertarik pada pihak lain.

Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Kemudian, di dalam interaksi sosial tidak hanya terdapat syarat utama terjadinya sebuah interaksi dan tidak hanya terdapat faktor pendorong terjadinya sebuah interaksi, namun didalam interaksi juga terdapat bentuk-bentuk terjadinya sebuah interaksi, yang meliputi : bentuk asosiatif dan bentuk diasosiatif. Bentuk asosiatif meliputi : kerjasama (cooperation) dan akomodasi (accomodation). Sedangkan bentuk diasosiatif meliputi : Persaingan (competition) dan kontravensi (contravention). (Soekanto,2007:54-88)

Bentuk asosiatif pada kerjasama yang muncul pada masyarakat nelayan Desa Malang Rapat adalah pembentukan kelompok. Dimana dengan kerjasama di dalam kelompok memiliki tujuan untuk membentuk kerjasama agar mempermudah mereka untuk memperoleh hasil laut yang lebih banyak, mudah dalam meminjam alat tangkapan serta untuk memperkuat modal. Dengan adanya kelompok ini juga, sedikit banyaknya membantu para nelayan yang kurang memiliki perlengkapan untuk melaut.. Karena kelompok yang terbentuk bukan semuanya memiliki alat tangkap yang lengkap, namun kelompok yang terbentuk

(18)

5

sebenarnya memiliki alat tangkap yang terbatas. Kelompok-kelompok yang di bentuk ini, tidak hanya berdasarkan dari garis kekeluargaan saja namun kelompok-kelompok yang di bentuk ini adalah berdasarkan tujuan yang sama, seperti persamaan nasib, persamaan memiliki keterbatasan alat tangkap, dan persamaan akan keterbatasan akses untuk perolehan alat tangkapan.

Namun, dengan penggolongan kelompok nelayan tersebut, terdapat perbedaan kelompok nelayan yang membedakan mereka ke dalam alat tangkapan. Alat tangkapan kelompok beragam seperti : nelayan jaring dan nelayan bubu. Kelompok nelayan jaring alat tangkapan mereka meliputi : jaring yang terbuat dari nilon sedangkan nelayan bubu alat tangkapan mereka menggunakan bubu. Walaupun individu-individu bergabung di sebuah kelompok, namun ternyata kelompok-kelompok tersebut banyak. Kalaupun ada kelompok yang sejenis, namun kelompok tersebut masih di bedakan lagi ke dalam alat tangkapan dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok-kelompok lain.

Kemudian fenomena lain yang muncul di dalam masyarakat nelayan Desa Malang Rapat adalah kerjasama yang muncul tidak hanya karena pertemanan atau hubungan persaudaraan, malahan kerjasama yang terjalin lebih luas yaitu kerjasama dengan nelayan luar. Banyak nelayan luar yang menjadi investor bagi nelayan lokal. Hanya saja kerjasama tersebut terjalin antara investor dengan tauke, kemudian tauke dengan nelayan. Kemudian nelayan-nelayan kecil ini lah yang kemudian melakukan kerjasama dengan modal yang di berikan oleh investor melalui tauke. Pada penjelasan sebelumnya sudah di katakan bahwa kelompok nelayan bermula dari kelompok-kelompok kecil kemudian dari kelompok kecil ini

(19)

6

membentuk kelompok dalam skala besar. Dari kelompok-kelompok yang sudah terbentuk di dalam masyarakat nelayan, maka pemerintah melalui perangkat desa melakukan observasi ke lapangan, untuk mendata kelompok-kelompok nelayan mana saja yang belum mempunyai alat tangkap yang layak untuk melaut dan nelayan mana saja yang masih menggantungkan hidupnya dengan para tauke.

Hal ini di lakukan karena Pemerintah ingin mencanangkan untuk memberikan bantuan-bantuan kepada masyarakat pesisir, termasuk kepada masyarakat nelayan Desa Malang Rapat. Bantuan yang di berikan pemerintah dengan syarat masyarakat harus berada di dalam kelompok nelayan yang aktif, kemudian nelayan harus terdata dalam perangkat desa sebagai kelompok nelayan yang memiliki alat tangkap yang kurang lengkap, dan nelayan yang belum memiliki alat tangkapan yang lengkap harus bergabung kedalam kelompok besar. Kemudian mereka harus melaporkan nama-nama anggota kelompok mereka ke pengelola pelabuhan. Tujuan pemerintah dalam memberikan bantuan ini guna untuk mempermudah masyarakat dalam melaut, mempererat hubungan kerjasama yang sudah terbangun di masing-masing individu didalam sebuah kelompok serta membantu masyarakat dalam mengatasi perekonomian mereka.

Karena bantuan dari Pemerintah diberikan kepada kelompok-kelompok nelayan, maka para nelayan yang belum tergabung di dalam kelompok, membentuk kelompok mereka sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah juga. Tetapi bantuan yang diharapkan oleh kelompok nelayan di anggap tidak merata. Anggapan kelompok nelayan ini dibuktikan dengan masih banyaknya kelompok-kelompok nelayan yang belum memiliki perlengkapan

(20)

7

melaut yang lengkap. Hal ini menyebabkan adanya kecemburuan sosial antar sesama kelompok nelayan yang berujung pada terjadinya konflik. Kecemburuan tersebut sebenarnya muncul karena kelompok nelayan yang tidak mendapatkan bantuan sebenarnya mereka sangat membutuhkan bantuan tersebut. Karena alat tangkap yang kelompok ini miliki tidak baik dan tidak layak untuk melaut. Tapi karena mereka tidak mendapatkan bantuan tersebut,mereka tetap saja melaut untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.

Dengan adanya konflik tersebut kelompok nelayan yang tidak mendapatkan bantuan memisahkan diri dari kelompok yang mendapatkan bantuan dengan berpindah wilayah tangkapan atau wilayah melaut ke wilayah yang lain. Karena jika mereka tidak memisahkan diri, maka pendapatan mereka tidak akan sesuai dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dilihat dari alat tangkap saja mereka sudah kalah. Kekecewaan kelompok-kelompok yang termarjinalisasi tersebut diungkapkan dengan cara mengasingkan diri. Kinseng, 2014:36-37 didalam nelayan dan permasalahan bahwa penyebab konflik nelayan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : perlengkapan melaut yang terbatas, kurangnya modal yang menyebabkan nelayan terlilit hutang oleh tauke sebagai pemilik modal, perebutan lokasi penangkapan ikan antara nelayan kecil dan buruh dengan nelayan kapitalis, kondisi alam yang tidak menentu membuat nelayan kecil selalu berada pada masa-masa paceklik, dan kemiskinan yang bersifat vertical yang selalu turun-temurun. Hal tersebut yang memicu terjadinya konflik nelayan yang ada di seluruh Indonesia. Sehingga membuat kelompok nelayan selalu berada

(21)

8

pada kemiskinan. Dari kemiskinan tersebut lah yang membuat konflik sangat mudah masuk kedalam kelompok nelayan..

Fenomena yang terlihat pada masyarakat nelayan Desa Malang Rapat ialah kerjasama dan konflik. Kerjasama yang terlihat ialah kerjasama di dalam pembentukan kelompok dan pekerjaan. Tidak hanya itu saja, akan tetapi kerjasama yang muncul ialah kerjasama dalam perolehan hasil tangkapan melaut. Karna jika para nelayan melakukan kerjasama, maka akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dibandingkan sesuatu yang di kerjakan secara individual. Awal mereka melakukan kerjasama adalah karena mereka sudah sama-sama saling mengenal, walaupun mereka tidak satu ras, tidak ada hubungan darah bahkan memilik rumah pun yang tidak berdekatan. Tetapi tidak ada larangan untuk mereka melakukan kerjasama tersebut. Selagi kerjasama yang ingin di bentuk sudah mempunyai kesepakatan di antara kedua belah pihak. Akan tetapi kerjasama yang di bentuk tidak hanya karena mereka saling mengenal, akan tetapi ada juga kerjasama yang terjalin karena hubungan darah atau saudara. Karena siapapun berhak untuk melakukan kerjasama selagi kerjasama yang di buat tidak menguntung salah satu pihak saja.

Kemudian kerjasama dalam pekerjaan ialah kerjasama yang terljalin sehingga memunculkan rasa kepercayaan di dalam diri individu didalam kelompok. Sehingga ketika tiba pada pembagian hasil dari sebuah pekerjaan, maka individu yang melakukan kerjasama sudah tidak ada rasa curiga atas pembagian hasil tersebut. Dan mereka merasa bahwa tidak ada pihak yang di rugikan karena segala sesuatu sudah ada rincian atau pembagian. Dimana

(22)

9

pembagian tersebut sudah di sepakati bersama. Selain kepercayaan yang tumbuh di dalam kerjasama, juga muncul modal sosial di dalam kelompok nelayan. Modal sosial yang muncul di lihat dari peminjaman alat tangkapan. Jika ada nelayan yang meminjam alat tangkapan kepada tauke atau bekerja kepada tauke, maka jika ia mendapatkan hasil tangkapannya maka ia harus menjual hasil tangkapan tersebut kepada tauke itu. Walaupun harga yang di tentukan tauke lebih murah di bandingkan harga yang di berikan oleh tauke di tempat lain. Namun karena modal sosial sudah terbangun pada kerjasama tersebut, maka nelayan tidak merasa bahwa ia di rugikan.

Masyarakat pesisir mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Dan dalam konteks ini, masyarakat pesisir di tekankan kepada kelompok-kelompok nelayan, yang terbentuk di dalam masyarakat pesisir. Di wilayah pesisir, sebagian besar masyarakatnya hidup dari mengelola sumber daya pesisir dan laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dari perspektif mata pencariannya, masyarakat pesisir tersusun dari kelompok-kelompok masyarakat yang beragam seperti nelayan, petambak, pedagang ikan, pemilik toko, serta pelaku industri kecil dan pengolahan hasil laut. Fenomena pada masyarakat nelayan Desa Malang Rapat memiliki aturan-aturan di dalam masyarakat. Aturan yang di maksud ialah siapapun yang ingin bergabung menjadi nelayan Desa Malang Rapat di perbolehkan dan tidak ada larangan, hanya saja mereka harus melaporkan diri kepada pengelola pelabuhan, dengan menyerahkan foto copy KTP.

(23)

10

Hal tersebut dilakukan agar semua nelayan saling mengenal dan saling melakukan interaksi tanpa harus memandang dari mana ia berasal. Sikap seperti itu dilakukan karena mereka menganut system kekeluargaan. Jadi siapapun yang sedang kesusahan maka mereka akan segera membantu. Dan tidak hanya itu saja, nelayan lokal dengan nelayan luar pun bisa melakukan kerjasama dengan cara penanaman modal. Sehingga dari proses interakksi semacam ini, banyak nelayan luar yang menanamkan modal mereka kepada nelayan lokal. Hal tersebut akhirnya menumbuhkan kerjasama antara nelayan lokal dengan nelayan luar. Seperti yang di katakan oleh Linton (Harsojo,1984:126) bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Kemudian Satria (2009a,2015:85) mengatakan bahwa konflik didalam masyarakat nelayan ada 7 kategori,yaitu : konflik kelas, konflik kepemilikann sumber daya, konflik pengelolaan sumber daya, konflik cara produksi atau alat tangkap, konflik lingkungan, konflik usaha, konflik primordial. Dari penjelasan di atas maka konflik yang ada di desa Malang Rapat termasuk kedalam konflik pada cara produksi atau alat tangkap. Hal tersebut dikarenakan, akibat bantuan yang tidak merata, membuat kesenjangan atau perbedaan didalam kelompok nelayan khususnya perbedaan cara produksi atau alat tangkap. Konflik cara produksi atau alat tangkap dapat diartikan sebagai konflik yang terjadi akibat perbedaan alat tangkap, baik sesama alat tangkap tradisional maupun alat tangkap tradisional dan modern yang merugikan salah satu pihak.

(24)

11

Dampak dari konflik tersebut membuat kerjasama di dalam kelompok menjadi goyah bahkan sebagian anggota pecah dan bergabung keanggota lain,yang dianggap memiliki perlengkapan melaut yang lebih baik. Dimana di dalam interaksi sosial, konflik/persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasa ( Soejono Soekanto,2007:83).

Pernyataan ini juga di perkuat oleh pendapat Abdulsyani:2002 bahwa di dalam interaksi sosial melahirkan kerjasama dan persaingan, yang kerjasama tersebut dapat diartikan sebagai suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota kelompok yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuannya. Namun bila tujuan tersebut tidak tercapai, maka akan memunculkan yang namanya persaingan/konflik di dalam kelompok. Di dalam kerjasama juga terdapat bentuk-bentuk kerjasama, yang meliputi : kerjasama spontan (spontaneous cooperation) merupakan kerjasama yang serta-merta, kerjasama langsung (directed cooperation) merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, kerjasama kontrak (contractual cooperation) merupakan kerjasama atas dasar tertentu dan kerjasama tradisional (traditional cooperation)

(25)

12

merupakan bentuk kerjasama sebagai bagian atau unsur dari system sosial (Soekanto,2007:67).

Dari bantuan yang di berikan oleh pemerintah, membuat pendapatan serta hasil laut para nelayan lebih banyak sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup para nelayan. Bukan hanya itu saja, bahkan pendapatan perekonomian mereka pun sedikit membaik. Karena dengan perlengkapan melaut yang dianggap baik bagi pemerintah, membantu para nelayan untuk melaut dengan jangka waktu yang lebih lama. Dari lamanya waktu yang melaut inilah, yang membuat hasil tangkapan lebih banyak. Kelompok-kelompok yang sering mendapatkan bantuan dari pemerintah adalah kelompok nelayan jaring.

Di pilihnya kelompok ini karena nelayan ini memiliki tempat berkumpul sebelum pergi melaut. Tempat berkumpulnya para nelayan ini di pelabuhan Tanjung Keling, tempat ini tidak hanya digunakan sebagai tempat berkumpul saja, tetapi pelabuhan ini di gunakan untuk tempat menaruh sampan-sampan mereka, tempat untuk membuat alat tangkap, tempat untuk menyimpan perlengkapan melaut dan sebagai tempat untuk para produsen (tauke-tauke besar dari Tanjungpinang) mengambil ikan. Kemudian bantuan alat tangkap yang paling membatu para kelompok nelayan adalah box fiber (tempat untuk menyimpan ikan lebih lama).Karena dianggap box fiber ini sangat memudahkan para nelayan untuk melaut lebih lama. Tanpa adanya box fiber, maka ikan-ikan para nelayan tidak akan tahan lebih lama. Bantuan lain yang di butuhkan para nelayan dan sudah di terima selain box fiber adalah berupa : olari, kelong apung dan boat

(26)

13

Pada intinya, berdasarkan bantuan yang diberikan Pemerintah diharapkan untuk bisa membentuk kerjasama serta untuk mensejahterakan kelompok nelayan desa Malang Rapat (khususnya kelompok nelayan di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling). Namun, pada kenyataannya bantuan yang diberikan kurang merata sehingga menyebabkan konflik didalam kelompok atau antar individu didalam kelompok nelayan yang merusak adanya kerjasama tersebut. Berdasarkan pernyataan ini, peneliti ingin mengkaji mengenai Interaksi Sosial Di dalam Kelompok Nelayan Desa Malang Rapat Kec.Gunung Kijang (Studi Kasus Konflik dan Kerjasama yang terjadi Didalam kelompok Nelayan Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling).

B. Perumusan Masalah

a) Bagaimana interaksi yang terjadi antar individu di dalam kelompok nelayan?

b) Bagaiman konflik dan kerjasama yang terjadi di dalam kelompok nelayan?

C. Tujuan/Kegunaan

a) Mengidentifikasi interaksi sosial yang terjadi antar individu di dalam kelompok nelayan

(27)

14 D. Konsep Operasional

Nelayan merupakan orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan dilaut. Definisi ini mudah di buat untuk konteks nelayan didalam masyarakat tradisional. Di dalam masyarakat nelayan yang tradisional, biasanya memiliki kelompok-kelompok nelayan, dimana dengan adanya kelompok-kelompok nelayan ini memudahkan para individu didalam kelompok untuk memperkuat modal dan dalam peminjaman alat tangkapan melaut di dalam kelompok nelayan. Namun, sebelum membentuk sebuah kelompok di awali oleh hubungan interaksi yang baik terlebih dahulu di masing-masing individu, sehingga jika membentuk sebuah kelompok akan mencapai sebuah tujuan yang di awali dengan sebuah kesepakatan.

Dimana interaksi sosial berarti hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antar orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial di mulai pada saat itu. Pada penelitian ini, penulis berfokus pada interaksi sosial yang di dalamnya terdapat kerjasama dan konflik. Karena di anggap, hal yang yang paling menonjol di kelompok nelayan yang terdapat di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling Desa Malang Rapat tersebut hanya kerjasama dan konflik saja. Sehingga penulis berfokuskan pada hubungan interaksi yang di lihat berdasarkan kerjama dan konflik. Karena akan memudahkan penulis dalam mencari data di lapangan. Adapun pengertian kerjasama dan konflik ini, yaitu :

(28)

15 a) Kerjasama

Kerjasama merupakan : usaha untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara saling membantu. Kerjasama yang dilihat pada kelompok nelayan adalah kerjasama yang terbangun di masing-masing individu didalam kelompok. Dimana dengan adanya kerjasama didalam sebuah kelompok, memberikan kemudahan kepada individu didalam kelompok. Kemudahan yang dirasakan berupa : peminjaman alat tangkap dan tentang kepemilikan modal.

b) Konflik

Konflik merupakan : proses dimana orang/kelompok berusaha memperoleh sesuatu (imbalan tertentu) dengan cara melemahkan atau menghilangkan pesaing atau kompetitor lain.

E. Metode Penelitian, terdiri atas : a) Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam Penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif itu sendiri dapat di artikan sebagai situasi, kegiatan, atau peristiwa maupun fenomena tertentu, baik menyangkut manusianya maupun hubungannya dengan manusia lainnya. (Yusuf, 2014:331) . Adapun hal-hal yang di deskriptifkan yaitu : tentang fenomena masyarakat nelayan di Desa Malang Rapat di lihat berdasarkan interaksi sosial yang terjadi di antara individu di dalam sebuah kelompok, yang di dalamnya terdapat konflik dan kerjasama.

(29)

16 b) Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan Desa Malang Rapat sebagai lokasi penelitian karena berawal dari isu-isu masyarakat sekitar Desa Malang Rapat yang berasumsi bahwa adanya konflik yang terjadi akibat perebutan hak milik alat tangkap pribadi. Selain itu mayoritas masyarakat nya berprofesi sebagai nelayan. Sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian. Karena peneliti tertarik akan konflik tentang perebutan alat tangkap nelayan. Oleh karena itu peneliti akan melakukan observasi ke lapangan guna mencari data tentang permasalahan tersebut.

c) Jenis data

Jenis data yang di gunakan untuk menjawab permasalahan dilakukan penelitian ini adalah : Primer dan sekunder . Data primer itu sendiri dapat di artikan sebagai sumber data yang di peroleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Sedangkan data sekunder itu sendiri dapat di artikan sebagai sumber data penelitian yang di peroleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (di peroleh dan di catat oleh orang lain). (Yusuf, 2014:350)

a. Data Primer : data atau informasi yang penulis peroleh langsung dari responden yakni kelompok nelayan di desa Malang Rapat. Data yang di peroleh berupa hubungan interaksi mencakup kerjasama dan konflik baik antar nelayan maupun antar kelompok nelayan.

(30)

17

b. Data Sekunder : data atau informasi yang penulis peroleh dari catatan kelurahan. Data tersebut berupa : profil Desa Malang Rapat dan karakteristik masyarakat Desa Malang Rapat. Data yang di peroleh berupa bentuk-bentuk kelompok nelayan yang ada di desa Malang Rapat dan bantuan-bantuan apa saja yang di peroleh oleh masyarakat nelayan di desa Malang Rapat

d) Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel tetapi menggunakan istilah informan penelitian. Dan dalam penelitian ini, peneliti hanya berfokuskan pada kelompok nelayan jaring yang jumlah kelompok nelayan jaring di Desa Malang Rapat ada beberapa kelompok nelayan. Kelompok nelayan terhitung dari tanggal 1 januari 2016 adalah berjumlah 3 kelompok nelayan, yang meliputi 2 kelompok nelayan jaring dan 1 kelompok nelayan kelong apung. Peneliti menggunakan 10 informan,yang terdiri atas : 1 orang nelayan yang berperan sebagai pengelola pelabuhan Dusimas Kamp.Tg.Keling Desa malang Rapat, 3 orang tauke yang tergabung ke dalam kelompok nelayan, dan 6 orang nelayan yang menjadi anggota dari kelompok nelayan. Dan ke 10 informan ini di ambil dari 2 kelompok nelayan jaring. Di ambilnya 10 informan ini karena 10 informan ini di anggap mampu untuk memberikan data yang di butuhkan oleh penulis dan dari data yang di berikan oleh informan ini, kemudian ydapat mempermudah penulis dalam pengolahan data.

(31)

18 a. Observasi

Hal yang di observasi berupa interaksi sosial yang terjadi di antara individu-individu di dalam kelompok nelayan, yang interaksi tersebut hanya berfokuskan pada hubungan kerjasama dan konflik yang terjalin di dalam kelompok nelayan, yang meliputi : rutinitas kegiatan yang terjadi didalam kelompok, bentuk-bentuk kerjasama, alat tangkap yang di gunakan, dampak terbentuknya kerjasama, penyebab timbunya konflik, dampak konflik bagi individu didalam sebuah kelompok, dan cara penyelesaiannya.

b. Wawancara

Wawancara yang di lakukan peneliti terhadap responden adalah wawancara yang berguna untuk mendapatkan informasi-informasi berupa hubungan kerjasama yang terjalin dan bentuk konflik apa saja yang ada didalam kelompok-kelompok nelayan. Dari hal tersebut yang kemudian di gunakan untuk memperkuat observasi yang dilakukan. Wawancara itu sendiri merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. (Yusuf, 2014:372). Wawancara yang digunakan untuk memperoleh data di lapangan dengan berpedoman kepada pedoman wawancara.

Hal yang di wawancarai berupa : hubungan kerjasama yang terjalin antara individu-individu didalam kelompok, bentuk-bentuk kerjasama, dampak dari kerjasama, pemicu timbulnya konflik, dampak timbulnya konflik didalam individu, dan cara mengatasi konflik, dengan

(32)

19

menggunakan informan sebagai sumber mendapatkan konflik dan jumlah informan sebanyak : 10 orang

c. Dokumentasi

Berupa hasil gambar dari penelitian yang di lakukan, baik itu foto antara responden dengan peneliti maupun hasil foto dari bentuk hubungan yang terjalin di dalam kelompok nelayan. (Yusuf, 2014:391). Hasil foto yang di peroleh dapat dijadikan sebagai pendukung yang berkaitan dengan proses interaksi yang terjalin didalam masyarakat Desa Malang Rapat. Selain itu data dokumentasi juga bisa didapat dari data tertulis berupa catatan-catatan dari sumber yang diperoleh.

F. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisa data , penulis menggunakan metode kualitatif yaitu metode ini menggambarkan segala bentuk data dan fakta mengenai objek penelitian. Dimana penelitian menggunakan metode kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan rancangan yang terstruktur, formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional yang mendetail. Kemudian didalam metode kualitatif ini terdapat rancangan pembatasan masalah, perumusan masalah, kegunaan penelitian, studi kepustakaan, jenis instrument, populasi dan sampel, serta teknik analisis yang digunakan dengan jelas dan benar. (Yusuf,2014:58) Data yang di kualitatifkan yaitu interaksi soaial yang terjadi di antara individu-individu di dalam kelompok nelayan, yang hanya berfokuskan pada konflik dan kerjasama yang muncul didalam kelompok maupun antar individu didalam

(33)

20

kelompok nelayan, yang dilihat berdasarkan : rutinitas kegiatan yang terjadi didalam kelompok, bentuk-bentuk kerjasama, alat tangkap yang di gunakan, dampak terbentuknya kerjasama, penyebab timbunya konflik, dampak konflik bagi individu didalam sebuah kelompok, dan cara penyelesaiannya.

(34)

21 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Masyarakat Nelayan

Secara sosiologis, karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan masyarakat pada umumnya,seperti masyarakat agraris. Masyarakat agraris yang biasanya adalah tani memiliki sumber daya yang lebih terkontrol, berbeda dengan masyarakat nelayan. Sumber daya masyarakat nelayan tidak bisa di pantikan, semua tergantung dengan alam dan cuaca alam dan resiko yang dihadapi oleh masyarakat nelayan lebih besar dibandingkan dengan resiko yang dihadapi oleh masyarakat agraris (Satria,2015:7). Di dalam masyarakat ada juga yang disebut dengan masyarakat pesisir, yang artinya adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah pesisiran. Wilayah pesisiran ini merupakan wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara wilayah daratan dan laut atau sebaliknya (Dahuri dkk. 2001: 5)

Posisi sosial masyarakat nelayan dalam masyarakat biasanya berada pada posisi rendah. Rendahnya posisi sosial nelayan juga diakibatkan keterasingannya nelayan. Karena masyarakat nelayan tidak punya akses untuk melakukan interaksi ke luar dari komunitasnya sendiri. Goodwin:1990,Satria,21-23:2010 mengatakan bahwa ciri-ciri nelayan kecil (small scale fisher) adalah ketidak mampuan untuk mempengaruhi kebijakan public,akibatnya nelayan terus dalam posisi dependen dan marjinal.hal tersebut yang membuat masyarakat nelayan rentan akan kemiskinan.

(35)

22

Imron:2003 mengatakan bahwa nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya.Secara geografis, masyarakat yang hidup,tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi,2009). Nelayan juga dapat diartikan sebagai orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Kemudian di dalam masyarakat pesisir, juga ada yang namanya kelompok-kelompok masyarakat pesisir atau komunitas nelayan. Komunitas nelayan itu sendiri dapat diartikan sebagai kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir. (Sastrawidjaya,2002)

Kemudian nelayan itu sendiri didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Definisi ini mudah di buat untuk konteks masyarakat tradisional. Menurut Undang-undang No.45 Tahun2009 Tentang Revisi Undang-Undang No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan,Pasal 1, angka 10 mendefenisikan nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.(Satria, 2015:26). Imron,2003 mengatakan bahwa nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Secara geografis, masyarakat yang hidup,tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi,2009). Nelayan adalah orang yang hidup

(36)

23

dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya,2002)

Masyarakat nelayan tidak hanya berdiri sendiri, namun nelayan memiliki kelompok nelayan yang dapat mendukung system kerja yang ia lakukan. Dan biasanya kelompok sosial nelayan ini muncul guna untuk membantu dan meringankan kerjaan secara bersama. Kelompok sosial nelayan ini sendiri ada karena mereka memiliki nasib yang sama sehingga tujuan hidup mereka pun sama. Fungsi dari kelompok nelayan itu sendiri yaitu: Untuk memperkuat modal, meningkatkan kinerja individu, dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah secara bersama.

Ditjen Perikanan (2002) mengklarifikasikan nelayan berdasarkan waktu yang digunakan dalam melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan, yaitu:

a) Nelayan/Petani ikan penuh, yaitu nelayan/petani ikan yang seluruh waktu kerjaanya di gunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/ pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air

b) Nelayan/Petani ikan sambilan utama, yaitu nelayan/ petani ikan yang sebagian besar waktu kerjaanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Selain melakukan pekerjaan penangkapan/pemeliharaan, nelayan kategori ini bisa jadi mempunyai pekerjaan lain

(37)

24

c) Nelayan/Petani ikan sambilan tambahan, yaitu nelayan/petani ikan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air

Nelayan memiliki keragaman status nelayan menjadi 2 bentuk, yaitu : nelayan dengan skala besar dan nelayan dengan skala kecil. Perbedaan keragaman nelayan ini berdasarkan respons untuk mengantisipasi tinggi nya resiko ketidakpastian terhadap kapasitas teknologi, orientasi pasar dan karakteristik hubungan produksi. Dibawah ini ada penggolongan nelayan berdasarkan karakteristik usahanya yang di rangkum dalam tabel 1.2

Tabel 1 Penggolongan Nelayan Berdasarkan Karakteristik Usahanya N

NO. Jenis

Orientasi Ekonomi dan Pasar

Tingkat

Teknologi Hubungan Produksi

1. Usaha Tradisional

Subsistensi rumah tangga

Rendah Tidak hierarki, status terdiri dari pemilik

dan ABK yang

homogeny 2. Usaha Post-Tradisional Subsistensim surplus,rumah tangga,pasar domestic

Rendah Tidak hierarki,status terdiri dari pemilik

dan ABK yang

Homogen 3. Usaha

Komersia

Surplus,pasar domestic,ekspor

Menengah Hierarki, status terdiri

dari pemilik,

manajemen, ABK

yang heterogen 4. Usaha

Industrial

Surplus,ekspor Tinggi Hierarki, status terdiri daripemilik,

manajemen,ABK yang heterogen

Sumber : satria (2001) di dalam buku Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir , Arif Satria 2015:31

(38)

25 B. Interaksi Sosial

Interaksi merupakan : hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial di mulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa syarat untuk melakukan interaksi adalah: adanya kontak sosial (social-contact) dan komunikasi. Dimana kontak sosial daalam bahasa latin yaitu : con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Jadi kontak sosial dapat diartikan sebagai bersama-sama menyentuh. (Soekanto,2007:59). Sedangkan komunikasi merupakan pembicaraan, gerak-gerah badaniah atau sikap, perasaan-perasaan apa yang ingin di sampaikan oleh orang tersebut. (Soekanto,2007:60). Kemudian di dalam interkasi ada faktor pendorong terjadinya sebuah interaksi di dalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a) Faktor imitasi memiliki segi positif yaitu mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, faktor imitasi ini, juga memiliki segi negatifnya berupa berupa peniruan sebuah tindakan, yang mengarah kepada tindakan-tindakan penyimpangan.

b) faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian di terima oleh pihak lain. Sebenarnya, faktor imitasi dan sugesti ini hampir sama, hanya saja

(39)

26

faktor sugesti terjadi ketika seseorang sedang mengalami emosi nyang menghambat seseorang tersebut untuk berfikiran secara rasional.

c) Faktor identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi ini bersifat lebih mendalam dibandingkan imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses identifikasi ini. Proses identifikasi ini, dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan di sengaja karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu didalam proses kehidupannya.

d) faktor simpati merupakan suatu proses dimana, seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. (Soekanto: 2007:55-58)

Didalam interaksi juga terdapat bentuk-bentuk terjadinya sebuah interaksi, yang meliputi :

a) Bentuk Asosiatif, meliputi :

a. kerjasama (cooperation),merupakan : bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersaman mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya

(40)

27

kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna. (Soekanto,2007: 66)

b. akomodasi (accommodation), akomodasi dapat di artikan 2 arti yaitu : untuk menunjukkan suatu keadaan dan untuk menunjukkan pada suatu proses. Akomodasi menunjukkan pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sedangkan akomodasi yang menunjukkan pada suatu proses yaitu : menunjukkan pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. (Soekanto,2007:68)

b) Bentuk Diasosiatif meliputi :

a. Persaingan (competition, merupakan suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umumm (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. (Soekanto,2007:83)

b. Kontravensi (contravention, merupakan suatu bentuk proses yang di tandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang

(41)

28

atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang di sembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Atau perasaan tersebut dapat pulla berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, kaharusan atau penilaian terhadap suatu usul, buah fikian, kepercayaan, doktrin, atau rencana yang di kemukakan orang perorangan atau kelompok manusia lain. (Soekanto,2007:87-88)

C. Konsep Konflik

Konflik merupakan unsur terpanting di dalam kehidupan manusia. George simmel;1918 mengatakan bahwa konflik memiliki fungsi yang positif. Kemudian di dalam konsep ini, manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa. Konflik bisa muncul di dalam masyarakat pada skala yang berbeda, seperti : konflik antar orang (interpersonal conflict), konflik antar kelompok (intergroup conflict), konflik kelompok dengan Negara (vertical conflict), konflik antar Negara (interstate conflict)

a) Pengertian Konflik

Manusia merupakan makhluk konfliktis (homo conflictus) yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa. Poerwadarminta, mengatakan bahwa konflik merupakan pertentangan atau percecokkan. Pertentangan sendiri bisa muncul kedalam bentuk pertetangan ide maupun fisik antara dua belah pihak bersebrangan.(Susan, 8:2010)

(42)

29

Di dalam interaksi yang terbangun di dalam masyarakat akan terbentuk sebuah relasi didalamnya. Dimana relasi yang terbangun di dalam masyarakat di pengaruhi karena memiliki kepentingan, adanya penguasaan, menimbulkan permusuhan dan akan terjadi penindasan. Dari hal tersebut akan memicu timbulnya konflik. Secara umum orientasi konflik terkait dengan 3 sentral dan berkaitan dengan asumsi-asumsi, yaitu :

a. Setiap orang memiliki sejumlah keinginan mendasar,sesuatu yang mereka inginkan dan berusaha untuk mendapatkannya karena tidak diperoleh dalam sistem masyarakat yang banyak berlaku bagi semua. Teori konflik tidak selalu eksplisit tertuju kepada manusia,akan tetapi tertuju pada hasil relasi didalamnya.

b. Keseluruhan perspektif konflik, menekankan pada kekuasaan sebagai inti dari relasi sosial. Teori konflik selalu menunjukkan pada kekuasaan tidak hanya sebagai pembagi kesenjangan dan ketidakadilan,banyak yang menjadi sumber konflik, tetapi juga pemaksa yang paling utama. Analisis ini menunjukkan perhatian terhadap distribusi sumber daya yang diberikan oleh seseorang dengan banyak atau sedikit kekuasaan. c. Aspek pembeda dari teori konflik adalah nilai dan ide sebagai senjata

yang digunakan oleh kelompok yang berbeda untuk memajukan diri merekalebih dari sebagai pemaknaan untuk mendefinisikan identitas dan tujuan keseluruhan masyarakat (Muryanti,2013:4)

(43)

30 b) Pengelola Konflik

Tiap skala konflik, memiliki latar belakang dan arah perkembangan yang berbeda. Masyarakat manusia di dunia, pada dasarnya memiliki sejarah konflik dalam skala antar perorangan sampai antar Negara. Konflik yang bisa di kelola secara arif dan bijaksana akan dapat di selesaikan tanpa menghadirkan kekerasan. Namun, jika konflik tidak dapat di kelola dengan baik, aka akan menimbulkan : perang dan pembantaian. (Susan,2009:xxiii-xxiv). Adapun pengelolaan konfik sebagai berikut :

a) Wacana Conflict Management

Wacana conflict management merupakan pencegahan bentuk kekerasan dari konflik baik langsung maupun tidak langsung. Stein (Susan,2009:122-123) menyatakan bahwa “conflict management” bertujuan sebuah moderasi atau memberadabkan efek-efek konflik tanpa menangani akar konflik dan sebab-sebabnya. Management konflik ini, juga menjelaskan bahwa konflik tidak perlu di selesaikan tetapi konflik perlu di pelajari bagaimana cara mengelola berbagai konflik agar dapat mengurangi kekerasan.

b) Conflict Governance

Conflict governance (tata kelola konflik) merupakan dinamika hubungan antara berbagai actor dan lembaga dalam tata kelola unsur-unsur konflik dalam suatu ruang politik inklusif (inclusive political arena) yang di

tandai oleh aktifitas memersuasi, memusyawarahkan, dan

(44)

31 D. Kerjasama

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang terjadi antara individu-individu, individu-kelompok, maupun kelompok-kelompok. Di dalam interaksi sosial terdapat bentuk-bentuk interaksi. Salah satu bentuk interaksi sosial yang ada adalah : kerjasama. Dimana kerjasama itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara saling membantu. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran atas adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna. (Soekanto,2007:66)

Dalam teori-teori akan dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerjasama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan menjadi 4, yaitu :

a) kerjasama spontan (spontaneous cooperation), merupakan kerjasama yang serta-merta

(45)

32

b) kerjasama langsung (directed cooperation), merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa

c) kerjasama kontrak (contractual cooperation), merupakan kerjasama atas dasar tertentu

d) kerjasama tradisional (traditional cooperation), merupakan bentuk kerjasama sebagai bagian atau unsur dari system sosial (Soekanto,2007:67) Selain bentuk-bentuk kerjasama diatas, bentuk kerjasama juga di golongkan kedalam 5 golongan, yaitu:

a) kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong

b) bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih

c) kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan

d) koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satuatau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif

(46)

33

e) joint venture, yaitu kerjasama dalam penguasaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dan seterusnya . (Soekanto,2007: 68)

E. Konflik Nelayan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinseng,2014:43 bahwa dari berbagai kasus konflik nelayan tidak ada yang bersifat terbuka. Karena sampai saat ini, belum ada konflik nelayan yang terjadi secara brutal terjadi antara kelas buruh dan kelas pemilik. Hal itu di sebabkan karena modal sosial yang terjalin antara buruh nelayan dan kelas pemilik terjalin cukup baik. Walaupun sebenarnya timbul ketidakpuasan didalam diri buruh nelayan. Berdasarkan basis terbentuknya kelompok nelayan yang berkonflik (conflict group), Kinseng,35-36:2014 membagi konflik antar-sesama nelayan menjadi 3 kategori, yaitu:

a) Konflik Kelas b) Konflik Identitas c) Konflik Alat Tangkap

Konflik kelas adalah konflik yang terjadi antara kelompok nelayan yang berbeda, misalnya antara buruh dengan pemilik maupun antara kelas nelayan kecil dengan nelayan besar-kapitalis. Sedangkan Konflik identitas adalah konflik yang terjadi antara kelompok nelayan berbasis identitas primordial seperti etnik da nasal daerah atau yang sering di kenal dengan istilah local versus pendatang. Selain itu, agama bisa juga dijadikan sebagai basis terbentuknya kelompok konflik primordial ini. Dan Konflik alat tangkap adalah : konflik yang terjadi

(47)

34

antara kelompok nelayan yang berbasis alat tangkap yang berbeda, tetapi berada pada “tingkat” yang kurang lebih setara, seperti antara perenge dengan dongol di Balikpapan, yang sama-sama merupakan “nelayan kecil”.

Selain itu, satria,dkk mengelompokkan konflik nelayan menjadi 3 tipe kelompok, yaitu :

a) Konflik kelas b) Konflik Orientasi c) Konflik Agrarian

Konflik kelas merupakan konflik yang terjadi antara kelas sosial nelayan akibat dominasi usaha bermodal dan usaha tradisional, seperti konflik antar nelayan tradisional dan nelayan’trawl’. Kemudian Konflik orientasi merupakan konflik yang terjadi antar nelayan yang memiliki orientasi yang berbeda dalam pemanfaatan sumber daya, yaitu antara nelayan yang memiliki orientasi jangka panjang dengan nelayan yang berorientasi jangka pendek. Dan Konflik agrarian merupakan konflik yang terjadi akibat perebutan fishing ground; bisa terjadi baik antar kelas maupun intra-kelas dan antar nelayan dengan non-nelayan (kinseng,2014:34)

Kemudian, Charles juga membagi “konflik perikanan” menjadi 4 tipe, yaitu :

a) Fishery jurisdiction,

b) Management mechanisms

c) Interball allocation

(48)

35

Fishery jurisdiction, menyangkut masalah siapa yang “memiliki” sumber daya perikanan, siapa yang mengontrol akses kepada sumber daya tersebut, seperti apa bentuk pengelolaan yang optimal, dan apa peranan yang mestinya dimainkan oleh pemerintah. Sedangkan management mechanisms, menyangkut isu-isu jangka pendek, khususnya konflik antara nelayan dan pemerintah menyangkut tingkat produksi, proses konsultasi, dan penegakkan hokum. Kemudian internal allocation, menyangkut konflik yang muncul di dalam suatu system perikanan, antara kelompok-kelompok pengguna dan alat tangkap yang berbeda, maupun antar nelayan, pengolah dan “pemain” lainnya. Dan external allocation, mencakup konflik-konflik antara “pemain” di sector perikanan secara internal dengan pihak luar, seperti armada nelayan asing, pertanian, industry non-perikanan seperti pariwisata dan kehutanan.

Dalam tipologi Charles ini, tidak ada khusus di sebut tipe konflik kelas; kemungkinan konflik kelas ini termasuk kedalam tipe konflik yang ketiga, yakni External allocation. (kinseng,2014:33-3)

(49)

36 BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Desa Malang Rapat Masyarakat Desa Malang Rapat mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Banyaknya jumlah nelayan di sana di karenakan jarak tempat tinggal mereka dekat dengan bibir pantai sehingga tidak heran jika banyak masyarakatnya yang bergantungkan hidupnya pada laut. Kondisi sosial di sana baik di karenakan mereka menganut sistem kekerabatan. Jika ada masyarakat yang sedang mengalami kesusahan maka masyarakat lain akan saling membantu tanpa ada unsur paksaan. Tidak hanya itu saja, kondisi sosial di dalam kelompok nelayan pun terlihat ketika mereka mendapatkan bantuan dari PEMKAB. Ketika ada kelompok lain yang anggotanya keluar masuk ke kelompok lain guna mendapatkan bantuan lain, hal tersebut di perbolehkan karena pada kesepakatan awal tidak ada larangan untuk keluar masuk dalam kelompok. Akan tetapi ada kelompok dimana para anggotanya sudah solid sehingga sulit untuk para anggotanya keluar. Hal tersebut di karenakan, mereka sudah merasa nyaman berada pada kelompoknya dan mereka beranggapan bahwa interaksi yang sudah terjalin pun cukup lama sehingga membuat para anggota merasa tidak enak ketika mereka keluar masuk ke kelompok lain. Karena kerjasama yang sudah terjalin di dalam kelompoknya sudah cukup baik.

Selain itu, modal sosial yang terbangun pun sudah cukup untuk membantu perekonomian mereka. Tidak hanya itu saja, para anggota kelompok ini juga

(50)

37

merasa bahwa tanpa keluar masuk ke kelompok lain pun mereka masih dapat untuk memperoleh bantuan walaupun tidak setiap proposal yang mereka ajukan langsung di setujui oleh PEMKAB. namun, hal semacam ini tidak mendasari untuk mereka keluar dari kelompok awal mereka. Namun pada dasarnya tidak ada larangan akan tidak boleh ny anggota untuk keluar atau membentuk kelompok lain. Akan tetapi tergantung bagaimana solidaritas yang terbentuk di dalam kelompok mereka masing-masing. Jika solidaritas mereka kuat maka tidak mungkin ada anggotanya yang keluar hanya untuk memperoleh bantuan. Akan tetapi jika ada anggota kelompoknya yang tidak merasa puas di dalam kelompoknya sendiri, maka di perbolehkan anggota tersebut keluar dari kelompoknya dengan cara musyawarah/rapat kelompok.

B. Masyarakat Nelayan Desa Malang Rapat Setelah Mendapatkan Bantuan

Masyarakat nelayan Desa Malang Rapat bisa di kategorikan sebagai nelayan yang berkehidupan cukup dan layak. Hal tersebut terbukti dari bentu rumah yang mereka miliki. Rata-rata masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di pelabuhan Dusimas Kampung Tg.keling ini, memiliki rumah yang layak huni, seperti rumah beton dan rumah ½ beton. Pendapatan mereka perbulan, jika di lihat dari pendapatan bersih atau pendapatan yang di hitung berdasarkan nota, maka pendapatan mereka perbulan minimal bisa mencapai hingga 5 juta/bulan. Sehingga tidak heran, jika nelayannya memiliki hidup yang layak.

(51)

38

Nelayan yang berada di pelabuhan Dusimas kampong Tg.keling ini nelayan seperti : kelompok nelayan jaring, sampan, pancing dan boat. Sistem kerja mereka biasanya berkelompok. Terdiri atas 2 orang atau lebih. Hitungan pendapatan mereka menggunakan hitungan 27 atau 25, maksudnya ialah mereka melaut dengan jarak tempuh 25-27 hari dan sisanya mereka pergunakan untuk beristirahat di rumah. Hitungan tersebut berupa setoran ikan kepada penadah local. Hitungan tersebut biasanya menggunakan nota. Harga hitungan di tentukan oleh penadah. Ketika ikan sudah terkumpul kepada penadah, maka penadah local tersebut, akan mengirim ikan-ikan dari hasil tangkapan nelayan di pelabuhan Dusimas Kampung Tg.keling ke tauke-tauke besar yang ada di sekitar Tg.pinang. Terhitung dari tanggal 1 januari 2016, di Pelabuhan Dusimas Kampung Tg.keling terdapat 3 kelompok nelayan, yang meliputi : 2 kelompok nelayan jaring dan 1 kelompok nelayan kelong apung. Adapun nama-nama kelompok tersebut di sebutkan di dalam susunan di bawah ini :

Tabel 2 Jumlah Kelompok Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling Desa Malang Rapat

NO. Nama Kelompok Jumlah Anggota Jenis Bantuan

1

1. Kuda laut 16 orang 16 unit box fiber

2

2. Bahari 10 orang 10 unit radio/olari

3

3. Gemilang 4 orang Kelong apung

Jumlah 30 orang

(52)

39

C. Potensi Kelautan Dan Perikanan Desa Malang Rapat

Desa Malang Rapat merupakan daerah pesisir yang kaya akan hasil perikanannya, baik itu daerah pesisirnya sendiri maupun lautannya. Kawasan pesisir pantai merupakan kawasan konserpasi padang lamun, sebagaimana di ketahui bahwa lamun merupakan tempat berkembang biaknya biota laut, jadi tidak salah kalau banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan ini. Alat tangkap nelayan yang sering digunakan masih bersifat tradisional yaitu berupa pancing, jaring maupun kelong. Banyak para pengusaha dari luar melakukan investasi di daerah ini terutama yang memerlukan modal besar seperti kelong dan pompong. Sebagain besar sarana dan prasarana yang dipakai masyarakat merupakan milik pengusaha. Kendala yang paling utama yang dihadapi para nelayan yaitu kepemilikan sarana dan prasaran tangkap sehingga para masyarakat hanya sebagai pekerja bukan sebagai pelaku, sebanyak mana hasil yang didapat tidak akan berpengaruh banyak bagi nelayan karena hasil tersebut sebagian besar didapat oleh pengusaha baik itu lokal maupun luar.

D. Tauke

Di Pelabuhan Dusimas Kamp.Tanjung Keling, terdapat 2 tauke, yaitu tauke lokal dan tauke besar.

a) Tauke lokal

Tauke lokal merupakan tauke yang berasal dari masyarakat nelayan Desa Malang Rapat dan memiliki modal yang besar. Tugas dari tauke ini berupa menampung ikan dari hasil nelayan lokal dan nelayan pendatang. Sistem

Gambar

Tabel 1 Penggolongan Nelayan Berdasarkan Karakteristik Usahanya  N
Gambar 3 Pengelola Pelabuhan          Gambar 4 Bentuk Bantuan PEMKAB
Gambar 5 Bentuk Bantuan PEMKAB   Gambar 6 Bentuk Bantuan

Referensi

Dokumen terkait

Di wilayah timur Indonesia, provinsi Maluku Utara menjadi yang paling mampu menghapuskan kemiskinan secara langsung di wilayah timur dengan menduduki peringkat ke

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok wanita yang melakukan vaksinasi HPV sebanyak 76% memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan pada kelompok wanita yang

Jika peraturan daerah yang baru mengatur kembali suatu materi yang sudah diatur dan sudah diberlakukan, pencabutan peraturan daerah itu dinyatakan dalam salah

Setelah dilakukan proses pelatihan data dan pengujian data akan dilakukan perbandingan data kebutuhan konsumsi air dengan hasil prediksi menggunakan Jaringan Syaraf

Vaksin Tripedia adalah vaksin yang didistribusi oleh sanofi pasteur inc (Sanofi,Pasteur Inc,2005). Efek Samping dalam waktu 72 jam setelah pemberian 3 Dosis Pertama Vaksin

dalam mata uang negara lain yang harus di tukar dengan mata uang.. negara

Tabel 4.12 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Sub Faktor Persyaratan Mental yang disederhanakan

Berdasarkan contoh-contoh kajian yang telah dijalankan tersebut, murid-murid Tingkatan 6 (dengan bimbingan guru), yang menjalankan penyelidikan untuk menghasilkan penulisan