• Tidak ada hasil yang ditemukan

Segudang Peran Guru yang Wajib Diemban Marlina Eliyanti,M.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Segudang Peran Guru yang Wajib Diemban Marlina Eliyanti,M.Pd"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

281 Segudang Peran Guru yang Wajib Diemban

Marlina Eliyanti,M.Pd (linabakung@gmail.com)

ABSTRAK

Pendidikan merupakan hubungan antara pribadi pendidik dan peserta didik. Dalam hubungan, terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi. Jika hubungan ini meningkat ke taraf hubungan pendidikan maka hal tersebut akan menjadi hubungan antara pribadi pendidik dan pribadi peserta didik. Pada akhirnya melahirkan tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan. Pendidik/Guru bertindakdemi kepentingan dan keselamatan peserta didik, dan peserta didik mengakui kewibaan guru dan bergantung kepadanya. Tanggung jawab tersebut terdeskripsikan dalam segudang peran guru.

Menggandeng tangan, Membuka pikiran

Menyentuh hati, Membentuk masa depan

Seorang Guru berpengaruh selamanya

Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir (Henry Adam)

Pendahuluan

Profesi guru memasuki era emas ketika Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan produk hukum lain yang menjadi ikut lahir. Fenomena ini pun mengimbas pada kebutuhan dan tuntutan untuk melakukan profesionalisasi bidang ketenagaan pendidikan pada umumnya, sehingga muncullah pengakuan atas profesi kependidikan, baik di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan guru dan tenaga kependidikan maupun di masyarakat secara luas.

Dengan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, maka di pundak guru diberikan amanah yang luar biasa mulianya, walaupun sangat berat untuk dilaksanakan mau tidak mau guru harus menerima semua itu.

Hal ini juga mengharuskan guru untuk senantiasa memperhatikan segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan peserta didiknya, tidak hanya dalam lingkungan sekolah melainkan juga harus mengetahui perkembangan peserta didik di luar sekolah. Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidak semua orang bisa menjalaninya, karena pekerjaan seorang guru adalah harus merelakan sebagian kebahagiaannya buat orang lain, demi lahirnya generasi-generasi yang diharapkan oleh masyarakat dan bangsa.

Pentingnya guru bergantung kepada guru itu sendiri. Sedikitnya terdapat tiga kata yang dapat menjadikan seorang guru penting, tidak saja dalam pembelajaran di kelas, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat. Tiga kata tersebut sekaligus menjadi sifat dan karakteristik guru, yakni kreatif, profesional, dan menyenangkan. Guru harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru harus profesional dalam membentuk kompetensi sesuai dengan karakteristik peserta didik. Guru juga

(2)

282 harus menyenangkan, tidak saja bagi

peserta didik, tetapi juga bagi dirinya. Artinya belajar dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru sehari-hari, harus dicntai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan hasrat belajar peserta didik. Sifat kreatif, profesional, dan menyenangkan, sangat dituntut dan diperlukan bagi seorang guru sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, kebutuhan masyarakat serta perkembangan pandangan dunia terhadap pendidikan.

Pembahasan

Menguraikan figur seorang guru idaman, dengan banyak referensi yang dapat kita jumpai di setiap buku yang mengulas profesi ini, alangkah baiknya kita mencermati yang diwasiatkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantoro, sebagai berikut:

1. Ing Ngarso Sung Tulodho Kunci sukses pendidikan yang pertama dan utama adalah Akhlak, guru ibarat cermin bagi peserta didik, seolah-olah digambarkan bahwa peserta didik adalah pantulan perilaku dari gurunya, tentu kita masih ingat satu pepatah yang tidak pernah usang, yakni “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” apapun yang dilakukan guru akan menjadi tiruan bagi peserta didiknya. Apakah peserta didik kita sudah mendapatkan keteladanan dari guru? Tentu kitalah yang harus menjawabnya. Guru harus betul-betul bisa menjadi

teladan dalam segala lini kehidupan. Sampai saat ini peserta didik lebih percaya pada gurunya daripada orang tuanya. Untuk itu segala tingkah laku, sopan santun guru akan menjadi panutan muridnya.

2. Ing Madyo Mangun Karso Kunci sukses kedua adalah Minat dan Semangat Belajar. Guru harus benar-benar menjadi penggali minat dan pemompa semangat belajar peserta didik sehingga setiap peserta didik mampu berpikir kritis dan belajar mandiri. Guru tidak perlu banyak mengajar dan berdiri di depan kelas. Keberhasilah tertinggi guru adalah jika mampu mengubah peserta didik yang malas belajar menjadi peserta didik yang lebih pandai dari dirinya, perubahan yang dialami peserta didik bukan hanya setelah lulus dari bangku sekolah, tetapi dimulai pada saat peserta didik mulai mengenal dirinya, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Hal ini bukan hal yang tidak mungkin, karena otak anak dalam golden age/ masa keemasan, waktu belajar anak lebih lebar, melanglang buana, menjelajah seluruh dunia, mereka belajar tanpa batas, ruang, dan waktu, sementara waktu belajar guru sudah mulai terbatas, baik dari segi waktu maupun fasilitas.

(3)

283 3. Tut Wuri Handayani

Kunci sukses ketiga adalah Pengasuhan dan Pengayoman, guru harus dapat tampil sebagai pengganti orang tua yang mampu menerapkan Asah, Asih, Asuh kepada peserta didiknya. Dengan pola seperti ini, manusia-manusia tangguh dan mandiri akan lahir di muka bumi ini. Namun sekali lagi bukan dalam arti mengajar tapi mendidik. Bukan mencekoki mereka dengan segudang teori yang pada akhirnya mereka lupakan.

Peran Guru dalam Pembelajaran Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain sejak lahir sampai meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikan halnya peserta didik.

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Untuk kepentingan tersebut, dengan memperhatikan kajian Pullias dan Young (1988), Manan (1990), serta Yelon and Weinstein (1997), dan dituangkan kembali dalam Mulyasa (2013) dapat diidentifikasikan sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator. Mari kita bahas peran-peran tersebut:

1. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai nilai dan norma tersebut. guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Guru Sebagai Pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedaang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.

Berkembangnya teknologi, khususnya teknologi informasi

(4)

284 perkembangannya, belum

mampu menggantikan peran dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser atau mengubah fungsinya, itu pun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para peserta didik memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.

3. Guru Sebagai Pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Istilah perjalanan merupakan proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu

sendiri merupakan

pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran.

4. Guru Sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan,baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk

bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Pelatihan yang dilakukan, di samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya.

5. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya.

Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.

6. Guru Sebagai Pembaharu

Guru menerjemahkan

(5)

285 dalam kehidupan yang bermakna

bagi peserta didik. Dalam hal ini terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna, dan diwujudkan dalam pendidikan.

Prinsip modernisasi tidak hanya diwujudkan dalam bentuk buku-buku sebagai alat utama pendidikan, melainkan dalam semua rekaman tentang pengalaman manusia. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini ke dalam istilah atau bahasa modern yang akan diterima oleh peserta didik.

7. Guru Sebagai Model dan Teladan Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau

menerima ataupun

menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran.

Peran dan fungsi ini patur dipahami, dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan sehingga dengan keterampilan dan kerndahan hati akan memperkaya arti pembelajaran.

8. Guru Sebagai Pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan

kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang harus diakui bahwa setiap orang mempunyai temperamen yang berbeda. Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab bila pergaulannya kaku akan berkibat yang bersangkutan kurang diterima oleh masyarakat.

9. Guru Sebagai Peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksannanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian denga kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan penelitian, yang melibatkan guru. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya melalui kegiatan penelitian. Usaha mencari sesuatu itu adalah mencari kebenaran, seperti ahli filsafat yang senantiasa mencari, menemukan, dan mengemukakan kebenaran.

Tentang kebenaran ini, Plato pernah mengungkapkan: “Wise, I may not call them; for that is a great name which belongs to God alone-lovers of wisdom or

(6)

286 philosphersis their modest and be

fitting tittle’.

Kebutuhan untuk mengetahui merupakan kebutuhan semua manusia.

10.Guru Sebagai Pendorong Kreativitas

Kreativitas merupan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.

Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas adalah universal, oleh karenanya kegiatannnya ditopang, dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan.

11.Guru Sebagai Pembangkit Pandangan

Pandangan tentang manusia dipengaruhi oleh pengetahuan tentang sejarah manusia. Banyak pemikir yang telah mengespresikan gagasannya tentang manusia, sikap, dan kepercayaan manusia, sehingga beda pandangan orang tentang manusia mengakibatkan perbedaan perlakuan.

Melalui contoh-contoh para pemikir dan pejuang martabat manusia di mata manusia yang lain, guru akan mampu menanamkan pandangan positif terhadap martabat manusia ke dalam pribadi peserta didik. 12.Guru Sebagai Pekerja Rutin

Sebagian besar kegiatan manusia dalam suatu masyarakat yang

kompleks merupakan suatu hal yang rutin. Pekerjaan rutin memang banyak dibenci, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak, namun setiap profesi dan bahkan setiap aspek kehidupan

manusia memerlukan

keterampilan rutin yang harus dikuasai dan dikerjakan secara teratur, termasuk dalam pembelajaran.

Iklim belajar menentukan situasi pembelajaran yang produktifdan kreatif, dan bergantung pada derajat kemahiran serta gaya kegiatan rutin tersebut dilaksanakan.

13.Guru Sebagai Pemindah Kemah Hidup ini selalu berubah, dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindahkan-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru dan peserta didik bekerja sama mempelajari cara baru, dan meninggalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa kini. Proses ini menjadi suatu transaksi bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran.

Dalam hal ini, peran guru adalah memberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan dan mengajarkan kebenaran bahwa perjalanan lebih penting daropada tujuan, dan proses lebih berarti daripada hasil akhir. 14.Guru Sebagai Pembawa Cerita

Salah satu karakteristik pembawa cerita yang baik adalah mengetahui bagaimana

(7)

287 menggunakan pengalaman dan

gagasan para pendengarnya, sehingga mampu menggunakan kejadian di masa lalu untuk mengiterpretasikan kejadian sekarang dan yang akan datang. Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti jalannya cerita dengan berusaha membuat peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.

Pembawa cerita yang baik mengandalkan kemampuan dan menyadari keterbatasan fisiknya agar mampu mendapatkan keefektifan yang maksimal. 15.Guru Sebagai Aktor

Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor berusaha mnegurangi respon bosan dan merusah meningkatkan minat para pendengar. Demikianlah guru memiliki kemampuan menunjukkan penampilannya di depan kelas.

16.Guru Sebagai Emansipator

Guru telah melaksanakan funsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali

menjdai pribadi yang percaya diri.

Karena benda yang digarap bukan benda mati sebagaimana yang digarap oleh pemahat, maka

guru berkewajiban

mengembangkan potensi peserta didik sedemikan rupa sehingga menjadi pribadi yang kreaatif. Untuk itu diberikan kesempatan kepada persta didik mengajukan pertanyaan, memberikan balikan, kritik, dan sebaginya, sehingga mereka merasa memperoleh kebebasan yang wajar dan merasa dihargai.

17.Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dipisahkan dari setiap segi penilaian.

Selain menilai hasil belajar peserta didik, guru harus pula menilai dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun penilai program pembelajaran. Oleh karena itu, dia harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagimana memahami penilaian hasil belajar.

18.Guru Sebagai Pengawet

Sebagai pengawet, guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta didik.

(8)

288 Untuk dapat mengawetkan

pengetahuan sebagai salah satu komponen kebudayaan, guru harus mempunyai sikap positif terhadap pembelajaran yang ditekuninya.

19.Guru Sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkam proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mngetahui kemajuan belajarnya. Disini peran sebagai kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru mengembangkan rasa tanggung jawab, keterampilan fisik, dan kemampuan intelektual yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui kurikulum. Tugas guru menjawab pengawamat terhadap pelaksanaan tahap kulminasi oleh sang kulminator.

Penutup

Guru demikianlah yang menjadi tumpuan masyarakat untuk mendidik anak-anaknya, dan membantu mengantarkan mereka ke jenjang sukses, baik untuk hidup dalam masyarakat lokal maupun dalam dunia global. Guru demikianlah yang memegang segudang peranan yang sangat penting, yang mampu melakukan pembelajaran secara kreatif dan menyenangkan, oleh karena itu guru adalah media sumber perubahan. Perubahan dalam hal ini berarti perbaikan dari keadaan sebelumnya, sehingga dapat menyiapkan peserta didik untuk

memasuki era globalisasi tanpa melupakan lingkungannya. Kiranya dengan hati setiap guru dapat mengemban segudang peran yang melekat pada dirinya, demi mewujudkan putra putri bangsa yang cemerlang.

Daftar pustaka

Danim, Sudarwan dan Khairil. 2012. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru, Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Janawi. 2012. Kompetensi Guru, Citra Guru Profesional. Bandung; Alfabeta.

Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmat, Abdul. 2009. Think Teacher! Think Professional!. Bandung: MQS Publishing.

Rimang, Siti Suwadah. 2011. Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, Membangun Manusia Mandiri dan Terpuji. Bandung: Alfabeta.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahastya. Sudarma, Momon. 2013. Profesi

Guru: Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat komunikasi organisasi yang terjadi di dalam Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Barat, mengukur tingkat

problémák jelzése, adminisztráció ellátása, stb.). A teljesítmény több dolog kombinációját jelenti. Tudnunk kell, hogy amit mértünk, nagymértékben meghatározza,

Halaman ini berfungsi untuk melakukan penambahan, pengubahan, ataupun menghapus data obat/barang. Bagian atas berisikan form untuk pencarian data obat/barang berdasarkan

Hal ini karena gaya kohesi yang dihasilkan PVC kurang dapat mengimbangi adanya penambahan volume yang terjadi akibat penambaha additive PVC pada kadar ini, sehingga aspal

Dari tabel 7, 8, dan 9 dapat terlihat jelas bahwa hasil analisa dari kedua metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia

yang dikeluarkan perusahaan untuk program imbalan berbasis ekuitas atau untuk pekerja (atau instrumen keuangan ekuitas yang diterbitkan perusahaan yang keuangan ekuitas

setelah mengalami agregasi meningkat menjadi empat kali lipat kapasitas sebelumnya yang membuat link tidak sepadat seperti pada jaringan tanpa adanya link aggregation ,