95
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MANDIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP
Sumartono, Ida Zubaidah
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
e-mail: emailsumartono@gmail.com, Idazubaidah726@gmail.com
Abstrak. Kemampuan siswa dalam hal memahami kembali materi yang telah
diberikan oleh guru belum maksimal, siswa selalu bergantung pada penjelasan guru dalam proses pembelajaran sehingga belum terbiasa mengerjakan tugasnya sendiri. Oleh karena itu perlu adanya pengoptimalan pengembangan karakter di sekolah sebagai alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan menggunakan model kooperatif dan menerapkan nilai-nilai karakter di dalamnya diharapkan proses pembelajaran dapat mengembangkan nilai karakter mandiri siswa. Mandiri adalah sikap dan perilaku dalam menyelesaikan tugas dengan kemampuan sendiri tanpa selalu bergantung pada orang lain. Mengembangkan karakter mandiri siswa dapat dilakukan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif tipe Number Head Together dapat mengembangkan karakter mandiri siswa dan mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together, serta apakah terdapat hubungan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajarnya. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan pendekatan pre-test and post-test one
group design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMPN 27
Banjarmasin yang berjumlah 35 siswa, sedangkan objeknya adalah karakter mandiri siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik persentase dan rata-rata lalu dilanjutkan dengan analisis regresi. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter mandiri siswa berkembang melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together dan hasil belajar siswa setelah menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together berada pada kualifikasi baik, serta ada hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,627 antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajarnya. Adapun persamaan regresinya diperoleh Y = -9,939 + 1,201X dengan X menyatakan nilai kemandirian siswa dan Y menyatakan hasil belajar siswa.
Kata kunci: model kooperatif tipe Number Head Together, karakter mandiri, hasil
belajar
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional sebagai rumusan yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai
nilai kemanusian yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (Hasan dkk., 2010).
Pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu memengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Proses pendidikan karakter ataupun pendidikan akhlak dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan (Zubaedi, 2011).
Suyadi (2013) menyebutkan bahwa terdapat 18 nilai karakter versi Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas
melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), yaitu antara lain: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan atau nasionalisme, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.
Daryanto dan Rahardjo (2012) menyatakan bahwa selama ini guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama, salah satunya yaitu model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung mengacu pada gaya belajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Pada proses pembelajaran ini biasanya hanya ada beberapa siswa yang aktif dan hal tersebut
berpengaruh dalam hasil belajar siswa, pengembangan karakter siswa juga cukup sulit, khususnya karakter mandiri.
Menurut Suyadi (2013), karakter mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Sedangkan dalam pembelajaran matematika di sekolah khususnya pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), siswa hanya terbiasa mendengarkan dan mengikuti pembelajaran yang persis sama yang diberikan guru, sehingga siswa tidak bisa belajar sesuatu yang baru yang berasal dari siswa itu sendiri. Sehingga diharapkan guru dapat menggunakan model pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran yang lebih baik. Mandiri adalah sikap dan perilaku dalam bertindak yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas (Prayitno dan Widyantini, 2011).
Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Kata ini sering kali diterapkan untuk pengertian dan tingkat kemandirian yang berbeda-beda (Rusman, 2012). Menurut Wedemeyer (dalam Rusman, 2012), kemandirian dalam belajar perlu diberikan kepada siswa supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya serta dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seseorang, mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama (Naim, 2012).
Belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru, pertemuan tatap muka di kelas, dan kehadiran teman sekolah. Belajar mandiri merupakan belajar dalam mengembangkan diri dan keterampilan dengan cara tersendiri (Yamin, 2013). Peran
guru dalam proses belajar mandiri adalah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada siswa bila diperlukan. Salah satu bentuknya yaitu bantuan dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh siswa sendiri, serta dalam memilih bahan belajar siswa. Teman dalam proses belajar mandiri itu sangat penting. Kalau menghadapi kesulitan, siswa sering kali lebih mudah atau lebih berani bertanya kepada teman daripada bertanya kepada guru. Teman sangat penting karena dapat menjadi mitra dalam belajar bersama dan berdiskusi. Selain itu, teman dapat dijadikan alat untuk mengukur kemampuannya, dengan berdiskusi bersama teman, siswa akan mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan kemampuan temannya (Rusman, 2012).
Karakter mandiri memiliki indikator, yaitu: melakukan sendiri tugas yang menjadi tanggung jawabnya, memiliki keyakinan dirinya dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan memiliki kemampuan akan dirinya (Supinah dan Parmi, 2011).
Dari pengertian dan penjelasan tersebut, disimpulkan beberapa indikator dari karakter mandiri siswa yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian, yaitu: (1) mengerjakan sendiri tugas yang diberikan, (2) menunjukkan sikap belajar aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (3) bekerjasama dengan anggota kelompoknya, (4) mendiskusikan tugas yang diberikan, dan (5) membantu teman satu kelompok yang sedang kesulitan dalam mengerjakan tugas.
Model pembelajaran yang dapat digunakan guru di sekolah sangat beraneka ragam. Untuk meningkatkan berbagai karakter siswa, guru harus mencoba menggunakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan karakter siswa tersebut. Sehingga selain memperkuat karakter, hasil belajar siswa pun juga dapat meningkat. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan karakter siswa terutama karakter mandiri adalah model pembelajaan kooperatif tipe Number Head
Together (NHT).
NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009: 82).
Pada dasarnya menurut (Huda, 2013: 203-204), NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995), metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok.
Menurut (Trianto, 2009: 82-83), dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
(1) Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. (2) Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru menyampaikan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
(3) Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. (4) Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Noor (2012) yaitu tentang mengembangkan karakter tanggung jawab siswa melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Number
Head Together (NHT) di kelas X Multimedia
SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2011/2012.
Selain itu penelitian relevan lainnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahdatan Nisa (2012) tentang efektivitas model
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk mengembangkan
karakter mandiri siswa pada pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2011/2012. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa di kelas VII A SMPN 27 Banjarmasin.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen atau pre
experimental. Penelitian ini menggunakan
model desain eksperimen the one-group
pretest-posttest design. Menurut Arifin (2011:
80), desain ini menggunakan satu kelompok subjek yang terlebih dahulu diberi pretes O1,
lalu diberikan perlakuan X, kemudian dilakukan postes O2. Perbedaan antara O1
dan O2 yakni O2 – O1 (selisih O2 dan O1)
merupakan pengaruh dari perlakuan atau eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 27 Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 240 orang, sedangkan sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 orang.
Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah random sampling yaitu untuk mengambil 1 kelas berdasarkan cara pengambilan sampel secara acak, di mana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel yang memungkinkan untuk diteliti. Sampel penelitian ini adalah kelas VII A sebanyak 35 orang. Pada kelas VII A digunakan sebagai kelas eksperimen dengan perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengembangkan karakter mandiri siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu tes, dokumentasi, dan observasi.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa perangkat pembelajaran yaitu soal-soal evaluasi akhir program pengajaran disusun dengan:
(1) Berpedoman pada standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok yang sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
(2) Bersumber pada buku-buku pelajaran matematika yang digunakan di sekolah tempat penelitian dilaksanakan dan buku-buku lain yang relevan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
(3) Dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika di sekolah tempat penelitian dilaksanakan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif yang digunakan terdiri dari teknik persentase dan rata-rata (mean). Sedangkan statistik inferensial yang digunakan adalah analisis regresi.
Adapun perhitungan nilai karakter mandiri siswa yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus (Supinah dan Parmi, 2011: 82).
Nilai
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
× 100
Sedangkan untuk menginterpre-tasikan masing-masing nilai karakter mandiri yang diperoleh siswa yaitu:
Tabel 1 Interpretasi Nilai Karakter
Nilai Interpretasi
81-100 Sudah Menjadi Kebiasaan 61-80 Sudah Berkembang 41-60 Mulai Berkembang 21-40 Mulai Terlihat 0-20 Belum Terlihat (Supinah dan Parmi, 2011:83)
Untuk menganalisis hasil kualifikasi dari nilai akhir karakter mandiri siswa yang diperoleh dapat dipersentasekan dengan rumus (Sudijono,2012: 43), yaitu:
𝑃 = 𝑓
𝑁 × 100 %
Keterangan:
𝑓 = frekuensi yang diperoleh
𝑁 = Number of cases (jumlah frekuensi/banyak individu) 𝑃 = Angka persentase
Perhitungan nilai hasil belajar siswa digunakan rumus rata-rata. Menurut Sudijono (2012: 85) rumus menghitung rata-rata adalah sebagai berikut:
Keterangan:
𝑓𝑖 = frekuensi yang diperoleh 𝑋𝑖 = nilai yang diperoleh 𝑋̅ = rata-rata
Sedangkan untuk menginterpretasikan nilai hasil belajar siswa yang didapat menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2 Kriteria Nilai Hasil Belajar
No. Nilai Kriteria
1.
95,0 Istimewa 2. 80,0 – 94,9 Amat baik 3. 65,0 – 79,9 Baik 4. 55,0 – 64,9 Cukup 5. 40,1 – 54,9 Kurang 6.
40,0 Amat kurang(Sumber dari Tim Depdiknas Kalsel, 2004)
Analisis data nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa pada pertemuan keenam menggunakan analisis regresi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa. Analisis pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS 19. Hipotesis untuk analisis regresi adalah sebagai berikut:
𝐻0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa.
𝐻𝑎 : Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa. Untuk membuat keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak perhatikan tabel ANOVAb. Bila signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05 maka 𝐻
𝑎 diterima dan bila lebih dari 0,05 maka 𝐻0 diterima.
Pada tabel Model Summary akan didapat sebuah koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R square). Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan positif atau negatif antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa, sedangkan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase prediksi nilai kemandirian siswa terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan pada tabel Coefficients akan didapat juga sebuah persamaan regresi yang dapat digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar siswa apabila nilai kemandirian siswa diketah
𝑋̅ =
∑ 𝑓
𝑖. 𝑋
𝑖∑ 𝑓
𝑖HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil karakter mandiri siswa diperoleh dari hasil observasi pada setiap pertemuan yaitu dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keenam.
Tabel 3 Frekuensi Interpretasi Nilai Karakter Mandiri Siswa
Nilai Interpretasi Pertemuan
I II III IV V VI f f f f f f 81-100 MK 0 0 0 1 1 2 61-80 SB 0 4 8 11 12 13 41-60 MB 7 8 11 13 15 18 21-40 MT 26 22 15 10 5 2 0-20 BT 2 1 1 0 2 0 Keterangan:
BT = Belum Terlihat f = frekuensi/banyak siswa MT = Mulai Terlihat MK = Sudah Menjadi Kebiasaan MB = Mulai Berkembang f = frekuensi/banyak siswa
Hasil observasi pada pertemuan pertama nilai karakter mandiri siswa menyatakan bahwa ada siswa yang mencapai interpretasi belum terlihat (BT), dan sudah ada siswa yang mencapai mulai terlihat (MT) dan mulai berkembang (MB), serta belum ada siswa yang mencapai karakter mandirinya sudah berkembang (SB) dan sudah menjadi mebiasaan (MK). Dengan demikian hasil observasi karakter mandiri pada pertemuan pertama menunjukkan persentase sebesar 74,29% siswa telah mencapai interpretasi nilai karakter mulai terlihat (MT).
Sedangkan pada pertemuan keenam nilai karakter mandiri siswa
menyatakan bahwa masih ada siswa yang mencapai interpretasi mulai terlihat (MT) dan mulai berkembang (MB), tetapi sudah ada siswa yang mencapai interpretasi sudah berkembang (SB) dan sudah menjadi kebiasaan (MK), serta tidak ada lagi siswa yang karakter mandirinya mencapai interpretasi belum terlihat (BT). Jadi hasil observasi karakter mandiri pada pertemuan keenam 51,43% siswa telah mencapai interpretasi nilai karakter mulai berkembang (MB). Hal ini menunjukkan adanya perkembangan karakter mandiri siswa dengan model kooperatif tipe NHT.
Tabel 4 Distribusi Hasil Belajar Matematika Siswa
Berkembangnya karakter mandiri siswa setelah penerapan model kooperatif tipe NHT, karena dalam model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model kooperatif tipe NHT dapat mengembangkan karakter mandiri siswa di kelas VII A SMPN 27 Banjarmasin.
No. Nilai Kriteria Frekuensi Persentase(%)
1.
95,0 Istimewa 0 0,00 2. 80,0 – 94,9 Amat baik 4 12,12 3. 65,0 – 79,9 Baik 19 57,58 4. 55,0 – 64,9 Cukup 5 15,15 5. 40,1 – 54,9 Kurang 3 9,09 6.
40,0 Amat kurang 2 6,06 Jumlah 33 100Nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model kooperatif tipe NHT adalah 66,91 yang termasuk kriteria baik, dengan nilai tertinggi adalah 86 dan nilai terendah adalah 30. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe NHT dapat menunjukkan hasil belajar siswa banyak yang mencapai kriteria baik.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa NHT dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sehingga apabila siswa dapat memahami isi pelajaran dengan baik maka hasil belajarnya juga baik. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT masih tergolong kriteria baik.
Adapun hubungan antara nilai
kemandirian dengan hasil belajar, berdasarkan tabel ANOVAb didapat nilai
signifikansi 0,000. Karena 0,000 kurang dari 0,050 maka Ho ditolak, dan nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,627 sehingga artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,627 antara nilai kemandirian siswa dengan nilai hasil belajar siswa sesudah perlakuan dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT.
Koefisien determinasi (R Square) yang didapat adalah 0,393. Artinya pengaruh nilai kemandirian siswa terhadap perubahan hasil belajar siswa adalah 39,30%. Dari analisis regresi ini juga didapat sebuah persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung hasil belajar siswa apabila nilai kemandirian siswa diketahui. Persamaan regresi hubungan antara kemandirian siswa dan hasil belajar siswa didapat Y = -9,939 + 1,201X yang mana X menyatakan kemandirian siswa dan Y menyatakan hasil belajar siswa. Persamaan regresi ini merupakan persamaan linier, artinya apabila nilai kemandirian siswa tinggi maka nilai hasil belajar siswa juga tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut:
(1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat mengembangkan karakter mandiri siswa di kelas VII A SMPN 27 Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat pada perubahan pencapaian interpretasi karakter mandiri yang awalnya belum terlihat, mulai terlihat dan mulai berkembang menjadi mulai terlihat, mulai berkembang, sudah berkembang dan sudah menjadi kebiasaan.
(2) Hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT termasuk kriteria baik.
(3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa.
Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan yaitu: (1) Bagi siswa diharapkan dapat
mengembangkan karakter baik pada umumnya dan karakter mandiri pada khususnya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. (2) Bagi guru matematika diharapkan dapat
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini sebagai variasi dan alternatif dalam pembelajaran matematika yang dilakukan untuk mengembangkan karakter mandiri siswa maupun meningkatkan hasil belajar siswa.
(3) Bagi sekolah dengan adanya penelitian ini diharapkan sekolah dapat menerapkan pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika.
(4) Diharapkan ada penelitian lebih lanjut berkenaan dengan hasil penelitian ini pada tempat dan pokok bahasan, serta dengan karakteristik yang berbeda,
mengingat berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan: Metode
dan Paradigma Baru. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Daryanto, dan Rahardjo, M. 2012. Model
Pembelajaran Inovatif. Gava Media, Yogyakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional Bagi Sekolah/Madrasah Tahun Pelajaran 2003/2004 Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi
Bela]jar. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.
Hasan, Said Hamid dkk. 2010. Bahan
Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai dan Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa). Kemendiknas, Jakarta.
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan
Pembelajaran. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Naim, N. 2012. Character Building:
Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa.
Ar-Ruzz Media, Yogyakarta. Ngalimun. 2013. Strategi dan Model
Pembelajaran. Aswaja Pressindo,
Yogyakarta.
Prayitno dan Widyantini. 2011. Modul
Matematika SMP Program Bermutu (Pendidikan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran Matematika di SMP). Kemendiknas, Yogyakarta.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesional Guru. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sudijono, A. 2012. Pengantar Statistik
Pendidikan. PT Rajawali Pers,
Jakarta.
Sudjana, N. 2013. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Sinar Baru
Algensindo, Bandung.
__________. 2013. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Alfabeta, Bandung.
Supinah dan Parmi. 2011. Modul Matematika
SD Program Bermutu (Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Matematika di SD). Kemendiknas, Yogyakarta.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran
Pendidikan Karakter. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan
Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana, Jakarta.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter:
Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Kencana,