• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MANDIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP. Sumartono, Ida Zubaidah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MANDIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP. Sumartono, Ida Zubaidah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

95

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MANDIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP

Sumartono, Ida Zubaidah

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin

e-mail: emailsumartono@gmail.com, Idazubaidah726@gmail.com

Abstrak. Kemampuan siswa dalam hal memahami kembali materi yang telah

diberikan oleh guru belum maksimal, siswa selalu bergantung pada penjelasan guru dalam proses pembelajaran sehingga belum terbiasa mengerjakan tugasnya sendiri. Oleh karena itu perlu adanya pengoptimalan pengembangan karakter di sekolah sebagai alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan menggunakan model kooperatif dan menerapkan nilai-nilai karakter di dalamnya diharapkan proses pembelajaran dapat mengembangkan nilai karakter mandiri siswa. Mandiri adalah sikap dan perilaku dalam menyelesaikan tugas dengan kemampuan sendiri tanpa selalu bergantung pada orang lain. Mengembangkan karakter mandiri siswa dapat dilakukan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif tipe Number Head Together dapat mengembangkan karakter mandiri siswa dan mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together, serta apakah terdapat hubungan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajarnya. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan pendekatan pre-test and post-test one

group design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMPN 27

Banjarmasin yang berjumlah 35 siswa, sedangkan objeknya adalah karakter mandiri siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik persentase dan rata-rata lalu dilanjutkan dengan analisis regresi. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter mandiri siswa berkembang melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together dan hasil belajar siswa setelah menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together berada pada kualifikasi baik, serta ada hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,627 antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajarnya. Adapun persamaan regresinya diperoleh Y = -9,939 + 1,201X dengan X menyatakan nilai kemandirian siswa dan Y menyatakan hasil belajar siswa.

Kata kunci: model kooperatif tipe Number Head Together, karakter mandiri, hasil

belajar

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional sebagai rumusan yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai

(2)

nilai kemanusian yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (Hasan dkk., 2010).

Pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu memengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Proses pendidikan karakter ataupun pendidikan akhlak dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan (Zubaedi, 2011).

Suyadi (2013) menyebutkan bahwa terdapat 18 nilai karakter versi Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas

melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), yaitu antara lain: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan atau nasionalisme, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.

Daryanto dan Rahardjo (2012) menyatakan bahwa selama ini guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama, salah satunya yaitu model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung mengacu pada gaya belajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Pada proses pembelajaran ini biasanya hanya ada beberapa siswa yang aktif dan hal tersebut

berpengaruh dalam hasil belajar siswa, pengembangan karakter siswa juga cukup sulit, khususnya karakter mandiri.

Menurut Suyadi (2013), karakter mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Sedangkan dalam pembelajaran matematika di sekolah khususnya pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), siswa hanya terbiasa mendengarkan dan mengikuti pembelajaran yang persis sama yang diberikan guru, sehingga siswa tidak bisa belajar sesuatu yang baru yang berasal dari siswa itu sendiri. Sehingga diharapkan guru dapat menggunakan model pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran yang lebih baik. Mandiri adalah sikap dan perilaku dalam bertindak yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas (Prayitno dan Widyantini, 2011).

Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Kata ini sering kali diterapkan untuk pengertian dan tingkat kemandirian yang berbeda-beda (Rusman, 2012). Menurut Wedemeyer (dalam Rusman, 2012), kemandirian dalam belajar perlu diberikan kepada siswa supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya serta dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seseorang, mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama (Naim, 2012).

Belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru, pertemuan tatap muka di kelas, dan kehadiran teman sekolah. Belajar mandiri merupakan belajar dalam mengembangkan diri dan keterampilan dengan cara tersendiri (Yamin, 2013). Peran

(3)

guru dalam proses belajar mandiri adalah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada siswa bila diperlukan. Salah satu bentuknya yaitu bantuan dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh siswa sendiri, serta dalam memilih bahan belajar siswa. Teman dalam proses belajar mandiri itu sangat penting. Kalau menghadapi kesulitan, siswa sering kali lebih mudah atau lebih berani bertanya kepada teman daripada bertanya kepada guru. Teman sangat penting karena dapat menjadi mitra dalam belajar bersama dan berdiskusi. Selain itu, teman dapat dijadikan alat untuk mengukur kemampuannya, dengan berdiskusi bersama teman, siswa akan mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan kemampuan temannya (Rusman, 2012).

Karakter mandiri memiliki indikator, yaitu: melakukan sendiri tugas yang menjadi tanggung jawabnya, memiliki keyakinan dirinya dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan memiliki kemampuan akan dirinya (Supinah dan Parmi, 2011).

Dari pengertian dan penjelasan tersebut, disimpulkan beberapa indikator dari karakter mandiri siswa yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian, yaitu: (1) mengerjakan sendiri tugas yang diberikan, (2) menunjukkan sikap belajar aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (3) bekerjasama dengan anggota kelompoknya, (4) mendiskusikan tugas yang diberikan, dan (5) membantu teman satu kelompok yang sedang kesulitan dalam mengerjakan tugas.

Model pembelajaran yang dapat digunakan guru di sekolah sangat beraneka ragam. Untuk meningkatkan berbagai karakter siswa, guru harus mencoba menggunakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan karakter siswa tersebut. Sehingga selain memperkuat karakter, hasil belajar siswa pun juga dapat meningkat. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan karakter siswa terutama karakter mandiri adalah model pembelajaan kooperatif tipe Number Head

Together (NHT).

NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009: 82).

Pada dasarnya menurut (Huda, 2013: 203-204), NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995), metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok.

Menurut (Trianto, 2009: 82-83), dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

(1) Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. (2) Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru menyampaikan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.

(3) Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. (4) Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Noor (2012) yaitu tentang mengembangkan karakter tanggung jawab siswa melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Number

Head Together (NHT) di kelas X Multimedia

SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2011/2012.

Selain itu penelitian relevan lainnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahdatan Nisa (2012) tentang efektivitas model

(4)

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk mengembangkan

karakter mandiri siswa pada pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2011/2012. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa di kelas VII A SMPN 27 Banjarmasin.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen atau pre

experimental. Penelitian ini menggunakan

model desain eksperimen the one-group

pretest-posttest design. Menurut Arifin (2011:

80), desain ini menggunakan satu kelompok subjek yang terlebih dahulu diberi pretes O1,

lalu diberikan perlakuan X, kemudian dilakukan postes O2. Perbedaan antara O1

dan O2 yakni O2 – O1 (selisih O2 dan O1)

merupakan pengaruh dari perlakuan atau eksperimen.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 27 Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 240 orang, sedangkan sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 orang.

Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah random sampling yaitu untuk mengambil 1 kelas berdasarkan cara pengambilan sampel secara acak, di mana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel yang memungkinkan untuk diteliti. Sampel penelitian ini adalah kelas VII A sebanyak 35 orang. Pada kelas VII A digunakan sebagai kelas eksperimen dengan perlakuan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengembangkan karakter mandiri siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu tes, dokumentasi, dan observasi.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa perangkat pembelajaran yaitu soal-soal evaluasi akhir program pengajaran disusun dengan:

(1) Berpedoman pada standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok yang sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

(2) Bersumber pada buku-buku pelajaran matematika yang digunakan di sekolah tempat penelitian dilaksanakan dan buku-buku lain yang relevan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

(3) Dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika di sekolah tempat penelitian dilaksanakan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif yang digunakan terdiri dari teknik persentase dan rata-rata (mean). Sedangkan statistik inferensial yang digunakan adalah analisis regresi.

Adapun perhitungan nilai karakter mandiri siswa yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus (Supinah dan Parmi, 2011: 82).

Nilai

=

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

× 100

Sedangkan untuk menginterpre-tasikan masing-masing nilai karakter mandiri yang diperoleh siswa yaitu:

Tabel 1 Interpretasi Nilai Karakter

Nilai Interpretasi

81-100 Sudah Menjadi Kebiasaan 61-80 Sudah Berkembang 41-60 Mulai Berkembang 21-40 Mulai Terlihat 0-20 Belum Terlihat (Supinah dan Parmi, 2011:83)

(5)

Untuk menganalisis hasil kualifikasi dari nilai akhir karakter mandiri siswa yang diperoleh dapat dipersentasekan dengan rumus (Sudijono,2012: 43), yaitu:

𝑃 = 𝑓

𝑁 × 100 %

Keterangan:

𝑓 = frekuensi yang diperoleh

𝑁 = Number of cases (jumlah frekuensi/banyak individu) 𝑃 = Angka persentase

Perhitungan nilai hasil belajar siswa digunakan rumus rata-rata. Menurut Sudijono (2012: 85) rumus menghitung rata-rata adalah sebagai berikut:

Keterangan:

𝑓𝑖 = frekuensi yang diperoleh 𝑋𝑖 = nilai yang diperoleh 𝑋̅ = rata-rata

Sedangkan untuk menginterpretasikan nilai hasil belajar siswa yang didapat menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2 Kriteria Nilai Hasil Belajar

No. Nilai Kriteria

1.

95,0 Istimewa 2. 80,0 – 94,9 Amat baik 3. 65,0 – 79,9 Baik 4. 55,0 – 64,9 Cukup 5. 40,1 – 54,9 Kurang 6.

40,0 Amat kurang

(Sumber dari Tim Depdiknas Kalsel, 2004)

Analisis data nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa pada pertemuan keenam menggunakan analisis regresi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa. Analisis pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS 19. Hipotesis untuk analisis regresi adalah sebagai berikut:

𝐻0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa.

𝐻𝑎 : Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa. Untuk membuat keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak perhatikan tabel ANOVAb. Bila signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05 maka 𝐻

𝑎 diterima dan bila lebih dari 0,05 maka 𝐻0 diterima.

Pada tabel Model Summary akan didapat sebuah koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R square). Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan positif atau negatif antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa, sedangkan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase prediksi nilai kemandirian siswa terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan pada tabel Coefficients akan didapat juga sebuah persamaan regresi yang dapat digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar siswa apabila nilai kemandirian siswa diketah

𝑋̅ =

∑ 𝑓

𝑖

. 𝑋

𝑖

∑ 𝑓

𝑖

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil karakter mandiri siswa diperoleh dari hasil observasi pada setiap pertemuan yaitu dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keenam.

Tabel 3 Frekuensi Interpretasi Nilai Karakter Mandiri Siswa

Nilai Interpretasi Pertemuan

I II III IV V VI f f f f f f 81-100 MK 0 0 0 1 1 2 61-80 SB 0 4 8 11 12 13 41-60 MB 7 8 11 13 15 18 21-40 MT 26 22 15 10 5 2 0-20 BT 2 1 1 0 2 0 Keterangan:

BT = Belum Terlihat f = frekuensi/banyak siswa MT = Mulai Terlihat MK = Sudah Menjadi Kebiasaan MB = Mulai Berkembang f = frekuensi/banyak siswa

Hasil observasi pada pertemuan pertama nilai karakter mandiri siswa menyatakan bahwa ada siswa yang mencapai interpretasi belum terlihat (BT), dan sudah ada siswa yang mencapai mulai terlihat (MT) dan mulai berkembang (MB), serta belum ada siswa yang mencapai karakter mandirinya sudah berkembang (SB) dan sudah menjadi mebiasaan (MK). Dengan demikian hasil observasi karakter mandiri pada pertemuan pertama menunjukkan persentase sebesar 74,29% siswa telah mencapai interpretasi nilai karakter mulai terlihat (MT).

Sedangkan pada pertemuan keenam nilai karakter mandiri siswa

menyatakan bahwa masih ada siswa yang mencapai interpretasi mulai terlihat (MT) dan mulai berkembang (MB), tetapi sudah ada siswa yang mencapai interpretasi sudah berkembang (SB) dan sudah menjadi kebiasaan (MK), serta tidak ada lagi siswa yang karakter mandirinya mencapai interpretasi belum terlihat (BT). Jadi hasil observasi karakter mandiri pada pertemuan keenam 51,43% siswa telah mencapai interpretasi nilai karakter mulai berkembang (MB). Hal ini menunjukkan adanya perkembangan karakter mandiri siswa dengan model kooperatif tipe NHT.

Tabel 4 Distribusi Hasil Belajar Matematika Siswa

Berkembangnya karakter mandiri siswa setelah penerapan model kooperatif tipe NHT, karena dalam model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model kooperatif tipe NHT dapat mengembangkan karakter mandiri siswa di kelas VII A SMPN 27 Banjarmasin.

No. Nilai Kriteria Frekuensi Persentase(%)

1.

95,0 Istimewa 0 0,00 2. 80,0 – 94,9 Amat baik 4 12,12 3. 65,0 – 79,9 Baik 19 57,58 4. 55,0 – 64,9 Cukup 5 15,15 5. 40,1 – 54,9 Kurang 3 9,09 6.

40,0 Amat kurang 2 6,06 Jumlah 33 100

(7)

Nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model kooperatif tipe NHT adalah 66,91 yang termasuk kriteria baik, dengan nilai tertinggi adalah 86 dan nilai terendah adalah 30. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe NHT dapat menunjukkan hasil belajar siswa banyak yang mencapai kriteria baik.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa NHT dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sehingga apabila siswa dapat memahami isi pelajaran dengan baik maka hasil belajarnya juga baik. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT masih tergolong kriteria baik.

Adapun hubungan antara nilai

kemandirian dengan hasil belajar, berdasarkan tabel ANOVAb didapat nilai

signifikansi 0,000. Karena 0,000 kurang dari 0,050 maka Ho ditolak, dan nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,627 sehingga artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,627 antara nilai kemandirian siswa dengan nilai hasil belajar siswa sesudah perlakuan dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT.

Koefisien determinasi (R Square) yang didapat adalah 0,393. Artinya pengaruh nilai kemandirian siswa terhadap perubahan hasil belajar siswa adalah 39,30%. Dari analisis regresi ini juga didapat sebuah persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung hasil belajar siswa apabila nilai kemandirian siswa diketahui. Persamaan regresi hubungan antara kemandirian siswa dan hasil belajar siswa didapat Y = -9,939 + 1,201X yang mana X menyatakan kemandirian siswa dan Y menyatakan hasil belajar siswa. Persamaan regresi ini merupakan persamaan linier, artinya apabila nilai kemandirian siswa tinggi maka nilai hasil belajar siswa juga tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut:

(1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat mengembangkan karakter mandiri siswa di kelas VII A SMPN 27 Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat pada perubahan pencapaian interpretasi karakter mandiri yang awalnya belum terlihat, mulai terlihat dan mulai berkembang menjadi mulai terlihat, mulai berkembang, sudah berkembang dan sudah menjadi kebiasaan.

(2) Hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT termasuk kriteria baik.

(3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara nilai kemandirian siswa dengan hasil belajar siswa.

Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan yaitu: (1) Bagi siswa diharapkan dapat

mengembangkan karakter baik pada umumnya dan karakter mandiri pada khususnya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. (2) Bagi guru matematika diharapkan dapat

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini sebagai variasi dan alternatif dalam pembelajaran matematika yang dilakukan untuk mengembangkan karakter mandiri siswa maupun meningkatkan hasil belajar siswa.

(3) Bagi sekolah dengan adanya penelitian ini diharapkan sekolah dapat menerapkan pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika.

(4) Diharapkan ada penelitian lebih lanjut berkenaan dengan hasil penelitian ini pada tempat dan pokok bahasan, serta dengan karakteristik yang berbeda,

(8)

mengingat berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan: Metode

dan Paradigma Baru. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Daryanto, dan Rahardjo, M. 2012. Model

Pembelajaran Inovatif. Gava Media, Yogyakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan

Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional Bagi Sekolah/Madrasah Tahun Pelajaran 2003/2004 Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi

Bela]jar. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.

Hasan, Said Hamid dkk. 2010. Bahan

Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai dan Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa). Kemendiknas, Jakarta.

Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan

Pembelajaran. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Naim, N. 2012. Character Building:

Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa.

Ar-Ruzz Media, Yogyakarta. Ngalimun. 2013. Strategi dan Model

Pembelajaran. Aswaja Pressindo,

Yogyakarta.

Prayitno dan Widyantini. 2011. Modul

Matematika SMP Program Bermutu (Pendidikan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran Matematika di SMP). Kemendiknas, Yogyakarta.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran:

Mengembangkan Profesional Guru. PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Rineka Cipta,

Jakarta.

Sudijono, A. 2012. Pengantar Statistik

Pendidikan. PT Rajawali Pers,

Jakarta.

Sudjana, N. 2013. Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Sinar Baru

Algensindo, Bandung.

__________. 2013. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Alfabeta, Bandung.

Supinah dan Parmi. 2011. Modul Matematika

SD Program Bermutu (Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Matematika di SD). Kemendiknas, Yogyakarta.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran

Pendidikan Karakter. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan

Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana, Jakarta.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter:

Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Kencana,

Gambar

Tabel 1   Interpretasi Nilai Karakter
Tabel 2   Kriteria Nilai Hasil Belajar
Tabel 3  Frekuensi Interpretasi Nilai Karakter Mandiri Siswa  Nilai  Interpretasi  Pertemuan

Referensi

Dokumen terkait

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

Saya akan berperan lebih banyak selama belajar matematika dalam kelompok pada hari-hari yang akan datang dan saya yakin hal itu bisa saya lakukan. Berdoalah sebelum

Pada penulisan ilmiah ini yang berjudul â Sistem penerimaan calon siswa pada SMUN 4 Depok dengan menggunakan Microsoft Access 2000 â menjelaskan bagaimana bagian pendaftaran

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... Implementasi Sistem ... Implementasi Antarmuka ... Form Informasi Jadwal ...

Klaim Pizza Hut India bahwa mereka adalah perusahaan Internasional dengan hati India, sepenuhnya telah dibuktikan dengan menyediakan menu yang sesuai dengan

Model fungsi transfer pada TR 450VA dan 1300VA setelah dilakukan analisis deteksi outlier memiliki hasil parameter yang signifikan, uji asumsi residual white noise

Dokumentasi

Pada pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah komunikasi melalui