1
ABSTRAK
ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF J ENIS PONDASI PADA PEMBANGUNAN GEDUNG POWER PLANT GEOTHERMAL ULU UMBU
NUSA TENGGARA TIMUR Penyusun : Rosi Apriyanto
N.R.P : 3109.106.022 Dosen Pembimbing :
I Putu Artama Wiguna, Ir. MT. PhD
Proyek Pembangunan Gedung Power Plant Geothermal Ulu Umbu, Flores, Nusa Teggara Timur, menggunakan pondasi tiang pancang. Pemilihan penggunaan pondasi tiang pancang pada proyek tersebut disebabkan karena proyek tersebut memiliki letak tanah keras yang dalam. Menurut hasil penyelidikan tanah dengan menggunakan metode boring log yang dilaksanakan oleh PT. Dua Daya Sakti tanah keras (lanau kepasiran membatu
hard, abu-abu kecokelatan) berada pada kedalaman 20 meter. Proyek tersebut memiliki kondisi existing
yang berada di daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar + 620 m diatas permukaan air laut, dan memiliki kondisi jalan masuk yang belum beraspal. Hal ini menyebabkan sulitnya mobilisasi alat berat dan rentannya terhadap resiko kecelakaan yang tinggi.
Salah satu pekerjaan yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus pada proyek pembangunan ini adalah pekerjaan pondasi. Pemilihan alternatif jenis pondasi harus mempertimbangkan aspek biaya dan waktu. Dalam hal ini akan digunakan metode perhitungan tiga jenis pondasi yaitu pondasi tiang pancang (redesign), pondasi tiang bor, pondasi plat yang masing-masing akan divariasiakan kedalaman dan dimensinya sehingga akan mendapatkan beberapa ukuran yang akan diperoleh anggaran biaya masing-masing jenis pondasi serta penjadwalan pekerjaan dengan program microsoft project yang menghasilkan waktu yang dibutuhkan. Sehingga akan diperoleh suatu biaya dan waktu terbaik dari jenis pondasi tersebut.
Dari perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut : pada pondasi tiang pancang terdapat 4 tiang dalam satu poer sehingga jumlah total terdapat 84 tiang pancang dengan ukuran poer 1,21,20,5 m3. Pada pondasi tiang bor terdapat
satu tiang bor dalam satu poer, sehingga total terdapat 21 tiang bor. Dimensi poer adalah 2,52,50,5 m3. Sedangkan pondasi pelat
berdimensi 550,2 m3. Dengan menganalisa harga
satuan pekerjaan dan metode kerja dari ketiga
alternatif pondasi didapatkan untuk pondasi tiang pancang proyek bernilai Rp.1.271.369.885,00 dengan lama pengerjaan 27 hari. Pada pondasi tiang bor proyek bernilai Rp1.347.777.708,00 dengan lama pengerjaan 43 hari. Sedangkan pondasi plat proyek bernilai Rp2.267.342.478,00 dengan lama pengerjaan 63 hari. Dari ketiga alternatif di atas maka dipilih pondasi tiang pancang untuk pembangunan ulu umbu gheotermal power plant project Nusa Tenggara Timur dengan pertimbangan paling ekonomis dan waktu yang tercepat.
Kata Kunci : Pondasi, Analisa pondasi, Analisa biaya dan waktu
2
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Suatu bangunan yang berdiri di atas permukaan tanah memerlukan pondasi yang kuat untuk menahannya. Pondasi berfungsi sebagai penahan bangunan yang meneruskan beban bangunan atas (upper structure) ke lapisan tanah.
Proyek Pembangunan Gedung Power Plant Geothermal Ulu Umbu, Flores, Nusa Teggara Timur, menggunakan pondasi tiang pancang. Pemilihan penggunaan pondasi tiang pancang pada proyek tersebut disebabkan karena proyek tersebut memiliki letak tanah keras yang dalam. Menurut hasil penyelidikan tanah dengan menggunakan metode boring log yang dilaksanakan oleh PT. Dua Daya Sakti tanah keras (lanau kepasiran membatu
hard, abu-abu kecokelatan) berada pada kedalaman 20 meter. Proyek tersebut memiliki kondisi existing
yang berada di daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar + 620 m diatas permukaan air laut, dan memiliki kondisi jalan masuk yang belum beraspal. Hal ini menyebabkan sulitnya mobilisasi alat berat dan rentannya terhadap resiko kecelakaan yang tinggi.
Salah satu pekerjaan yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus pada proyek pembangunan ini adalah pekerjaan pondasi. Pekerjaan ini membutuhkan analisa dan metode pelaksanaan yang tepat dan benar untuk mendapatkan biaya dan waktu pelaksanaan yang terbaik. Dalam hal ini akan dianalisa tiga jenis pondasi yaitu pondasi tiang pancang (redesign), pondasi tiang bor, pondasi plat yang masing-masing akan divariasiakan berdasarkan kedalaman dan dimensinya sehingga memungkinkan pada saat pelaksanaan dan kondisi lapangan serta data-data penunjang yang ada.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu adanya pemilihan dengan seksama jenis pondasi yang tepat dilaksanakan khususnya pada proyek Power Plant Geothermal Ulu Umbu Flores, Nusa Tenggara Timur dari segi pelaksanaan serta perhitungan agar dapat diperoleh waktu dan biaya yang terbaik sekaligus memperkecil resiko yang terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pondasi
2.1.1 Pondasi Tiang Bor
2.1.1.2 Daya Dukung tiang bor
Pondasi tiang bor dipakai untuk mendukung beban – beban kompresif. Pondasi tiang bor juga dipakai untuk mendukung beban - beban tarikan, terutama di bawah menara listrik dan kaki-kaki menara antena dan dapat juga mendukung beban-beban lateral atau suatu kombinasi antara beban-beban
vertikal dan lateral. Penentuan ukuran diameter tiang bor dapat menggunakan rumus :
𝐷𝑠 = 2,257 𝑄𝑤 𝑓𝑐 ′ (2.1)
Dimana :
Ds = diameter tiang bor
Qw = beban kerja
fc’ = tegangan hancur beton (28 hari) Daya dukung tiang bor dapat dirumuskan sbb : Qu = Qe + Qf (2.2)
Qd = 𝑄𝑆𝐹𝑢 (2.3)
Dimana :
Qu = daya dukung ultimate tiang bor
Qe = daya dukung pada ujung tiang
Qf = daya dukung akibat gesekan
sepanjang tiang
Qd = daya dukung ijin tiang bor
SF = safety factor, diambil 3
2.1.2 Pondasi Tiang Pancang 2.1.2.2 Daya Dukung Vertikal
Perhitungan tiang tunggal untuk menghitung daya dukung vertical yang diijinkan dapat dihitung berdasarkan data – data penyelidikan tanah. Disini penulis menggunakan data sondir.
Perhitungan daya tiang pancang dihitung berdasarkan hasil uji sondir. Dengan perumusan
𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 1 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 adalah : 𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒= 40 𝐴𝑝𝑁𝑝 + 𝐴𝑠 𝑁𝑎𝑣 5 (2.5) 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 1 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 = 𝑄𝑢 𝑆𝐹 (2.5a) Dimana :
Ap = luas penampang dasar tiang (m2)
Np = nilai N di dasar tiang
As = luas selimut tiang
Nav = nilai rata-rata
N sepanjang tiang SF= safety faktor
Gaya-gaya yang bekerja pada titik berat grup tiang pancang (titik 0 ) adalah :
Vo = V ... (2.6) 𝑀𝑥𝑜 = 𝑀𝑥 + 𝐻𝑦𝑑 ... (2.7) 𝑀𝑦𝑜 = 𝑀𝑦 + 𝐻𝑥𝑑 ... (2.8)
Dimana :
V = gaya vertikal
Mx = momen arah sumbu x
My = momen arah sumbu y
Hx= gaya horizontal arah sumbu x
Hy= gaya horizontal arah sumbu y
Gaya yang bekerja pada satu tiang pancang :
𝑃1= 𝑉𝑛 ± 𝑀𝑥 𝑌1 𝑌12 𝑛 𝑖 =1 ± 𝑀𝑦 𝑌1 𝑋12 𝑛 𝑖 =1 (2.9)
3 Dimana :
P1= gaya satu tiang pada grup tiang pancang
V= gaya vertikal
n= jumlah tiang pancang Mx= momen arah sumbu x
My= momen arah sumbu y
X1= jarak tiang pancang ke i arah sumbu x dari
titik berat grup tiang
Y1= jarak tiang pancang ke i arah sumbu y dari titik
berat grup tiang
Gaya maksimum yang bekerja pada satu tiang pancang : 𝑃1 𝑚𝑎𝑥 = 𝑉𝑛 ± 𝑀𝑥 𝑌1 𝑌12 𝑛 𝑖 =1 ± 𝑀𝑦 𝑌1 𝑋12 𝑛 𝑖 =1 (2.10) Dimana :
P1max = gaya maksimum satu tiang pada grup
tiang pancang V= gaya vertikal
n= jumlah tiang pancang Mx= momen arah sumbu x
My= momen arah sumbu y
X1= jarah tiang pancang ke i arah sumbu x
dari titik berat grup tiang
Y1= jarah tiang pancang ke i arah sumbu y dari titik
berat grup tiang
Daya dukung 1 tiang grup : Q1tiang grup = η x Q1 tiang tungga. (2.11)
Dimana :
Q1 tiang grup= daya dukung 1 tiang pada grup tiang
pancang
η= efisiensi grup
Q1 tiang tunggal= daya dukung ijin tiang pancang
tunggal
Perhitungan faktor efisiensi dalam kelompok tiang berdasarkan Converse Labarre adalah sebagai berikut : Effisiensi : (η)=1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑔 𝐷 𝑆 𝑚 −1 𝑛+ 𝑛−1 𝑚 90.𝑚.𝑛 (2.12) Dimana :
D = diameter tiang pancang S= jarak antar tiang pancang
m= jumlah tiang pancang dalam 1 kolom n = jumlah tiang pancang dalam 1 baris
2.1.3 Pondasi Pelat 2.1.3.1 Umum 2.1.3.3 Daya Dukung Ijin
Pondasi rakit hanyalah merupakan pondasi yang lebar. Oleh karena itu, hitungan – hitungan daya dukung sama seperti hitungan daya dukung pondasi telapak. Daya dukung diijinkan (qa), ditentukan dari
daya dukung ultimit dibagi factor aman sesuai dan penurunan yang terjadi harus masih dalam batas toleransi.
Area yang tertutup pondasi rakit adalah sama dengan atau sedikit lebih besar dari luas bangunannya. Oleh karena itu, jika daya dukung
diijinkan terlampaui, jalan keluarnya adalah dengan memperdalam pondasi atau memperdalam ruang bawah tanahnya.
Daya dukung ultimit (ultimite bearing capacity) (qu) didefinisikan sebagai beban maksimum persatuan luas di mana tanah masih dapat mendukung beban tanpa mengalami keruntuhan. Bila di nyatakan dalam persamaan, maka :
𝑞𝑢 = 𝑃𝑢
𝐴 (2.16)
Dimana :
qu = daya dukung ultimit
Pu = beban ultimit
A = luas pondasi
Tekanan pondasi netto (net foundation pressure) (qn) untuk suatu pondasi tertentu adalah tambahan pada dasar pondasi, akibat beban mati dan beban hidup dari
Strukturnya. Secara umum qn dapat dinyatakan oleh persamaan :
qn = q-Df.γ (2.17)
Dimana :
qn = tekanan pondasi netto
q = tekanan beban struktur Df= kedalaman pondasi
γ = berat volume tanah efektif
Tabel 2.1 Faktor daya dukung Nm Vesic, untuk pondasi empat persegi panjang dengan L/B ≥ 5 (dari Ramiah dkk, 1981)
2.1.3.5 Bentuk dan Ukuran Pondasi
Perencanaan pondasi pelat, bentuk dan ukuran perlu diperkirakan sebelumnya. Kelayakan ukuran yang diperlukan tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam efisiensi pekerjaan perencanaan. Karena kondisi tanah dan gaya yang bekerja berbeda-beda, maka sangatlah sulit untuk memperkirakan bentuk dan ukuran pondasi yang paling tepat.
Ukuran awal dapat ditentukan dengan : Af =
𝑞𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑞𝑎 (2.18)
Dimana :
Af= luas pondasi (m2)
qmaks = tegangan maksimum yang terjadi (KN/m2)
qa= daya dukung tanah yang diijinkan (KN/m2)
Bila qmaks ≤ qa berarti ukuran tersebut aman
digunakan, dan sebaliknya bila qmaks > qa maka
4 pondasi sedapat mungkin diperoleh qmaks = qa agar
didapat konstruksi yang hemat.
2.1.3.7 Penurunan
Penurunan (settlement) pondasi yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu : penurunan segera (immediate settlement), penurunan konsolidasi primer, dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan total adalah jumlah dari ketiga komponen penurunan tersebut, atau bila dinyatakan dalam persamaan S = Si+ Sc (2.19) Dimana : S= penurunan Si= penurunan segera Sc= penurunan konsolidasi
Berikut ini akan dibahas satu per satu dari penurunan:
3. Penurunan segera
Persamaan penurunan segera atau penurunan elastis dari pondasi yang terletak di permukaan tanah yang homogen, elastis, isotropis, dinyatakan sebagai berikut S1 = 𝑞𝐵 𝐸(1- µ 2) Ip (2.20) Dimana ; Si= penurunan µ= angka poison
q= tekanan pada dasar pondasi E= modulus elastis
Ip= factor pengaruh 4. Penurunan konsolidasi
Penyebaran beban tanah di bawah pondasi, dipakai metode beban 2V : 1H. Dapat dirumuskan dengan formula :
z = 𝑞𝑛 𝐵2(𝐵+𝑧 )2 (2.21) Dimana :
z= tambahan tegangan vertical qn= tekanan pondasi netto
z= jarak tengah–tengah lapisan terhadap dasar pondasi
B= lebar pondasi
5. Penurunan akhir total
Penurunan akhir total adalah jumlah dari penurunan segera dengan penurunan konsolidasi. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = Si + Sc (2.22)
2.2 Analisa Biaya
1.3.1 Menyusun Analisa Biaya
Untuk menyusun analisa biaya suatu proyek dilakukan suatu analisa dengan dasar menghitung harga satuan bangunan. Analisa harga satuan ini
berdasarkan pada perhitungan biaya yang diperlukan untuk 1 unit pekerjaan, dengan satuan – satuan seperti Rp…./m ; Rp…./m2 ; Rp…./m3.
Rumus perhitungan harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut :
Harga satuan =
(koefisien x harga satuan)(2.23) Asumsi dan pendekatan yang dilakukan adalah : a. Pekerja bekerja dalam 7 jam kerja / harib. Komposisi pelaksanaan pekerjaan : kru, peralatan dan bahan yang dipakai.
c. Harga satuan berdasarkan atas harga yang berlaku.
Sedangkan harga koefisien didapatkan dari rumus berikut:
Nilai koefisien (NK) = (𝑉𝑘.𝐷𝑖𝑗 )𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (2.24) Dimana :
Vk = volume item bagian dari pekerjaan Dij = durasi waktu yang dibutuhkan Vtotal = volume total tahapan pekerjaan
2.3 Analisa Waktu 2.4.1 Umum
Waktu dalam suatu proyek adalah suatu batas yang digunakan sebagai acuan penyelesaian pekerjaan, dan hal ini waktu dapat ditentukan dari produktivitas sumber daya yang melakukan pekerjaan tersebut.
2.4.2.3 Produktivitas
Produktivitas alat ini dihitung untuk masing – masing alat berat yang digunakan. Penggunaan alat – alat ini dalam pekerjaan bekerja dalam suatu kelompok pekerjaan. Sehingga pemilihan alat berat sangat mempengaruhi produksi dari pekerjaan tersebut. Pemilihan ini agar terjadi keseimbangan dalam produksi, sehingga peralatan dapat bekerja secara efektif. Untuk menghitung produktivitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
TP = 𝑞×60 ×𝐸
𝐶𝑚 (2.25)
Dimana :
TP = taksiran produktivitas alat (m3/jam)
q = kapasitas produktivitas per siklus (m3)
E = faktor kerja
Cm = waktu siklus dalam menit
Perhitungan produktivitas alat diperlukan factor koreksi agar perhitungan mendekati kenyataan di lapangan. Faktor koreksi antara lain
2.4.2.4 Perhitungan Jam kerja dan Jumlah Alat Berat
Produktivitas dari alat berat yang telah dihitung, selanjutnya dapat melakukan perhitungan jumlah alat berat dengan rumus sebagai berikut :
n = 𝑉𝑡
𝑇𝑃× 𝑡 (2.26)
5 n= jumlah kebutuhan alat
Vt= volume pekerjaan (m3)
TP= taksiran produksi (m3/jam)
t= jumlah jam kerja (jam)
Sedangkan untuk perhitungan jam kerja alat berat dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
t = 𝑉𝑡
𝑇𝑃×𝑛 (2.27)
Dimana ;
n= jumlah kebutuhan Vt= volume pekerjaan (m3)
TP= taksiran produksi (m3/jam)
t= jumlah jam kerja (jam)
2.4 Penjadwalan Proyek
2.4.1 Umum
Setelah pekerjaan proyek dipecah-pecah menjadi paket-paket pekerjaan, selanjutnya dapat dibuat penjadwaannya. Yang perlu diperhatikan disini adalah waktu pengerjaan tiap paket pekerjaan dan kejadian apa yang dihasilkan dari serangkaian paket kerja tertentu. Yang perlu dijadwalkan adalah paket pekerjaan atau akrivitas. (Santoso, 2009)
2.4.2 Tujuan dan Manfaat
Perencanaan Jadwal
Sebelum proyek dimulai sebaiknya seorang manajer yang baik terlebih dahulu merencanakan jadwal proyek. Menurut (Putri Lynna & Syafriandi, 2006)
Tujuan perencanaan jadwal adalah :
1. Mempermudah perumusan masalah proyek.
2. Menentukan metode cara yang sesuai. 3. Kelancaran kegiatan lebih
terorganisasi.
4. Mendapatkan hasil yang optimum. Manfaat perencanaan tersebut bagi proyek adalah :
1. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan. 2. Mengetahui kegiatan kritis.
3. Mengetahui dengan jelas kapan mulai kegiatan dan kapan harus menyelesaikannya.
2.4.3 Analisa Network
Analisa network adalah metode yang menyajikan secara jelas hubungan ketergantungan antara bagian kegiatan dengan kegiatan lainnya yang digambarkan dalam diagram network. Digunakannya metode tersebut memungkinkan dapat diketahuinya bagian-bagian kegiatan yang harus didahulukan, yang harus menunggu selesainya kegiatan lain, dan kegiatan yang tidak perlu tergesa-gesa. Metode network analysis tersebut mengalami penyempurnaan secara bertahap, yaitu PERT, CPM, PDM, dan terakhir adalah dengan penjadwalan komputer.
2.4.4 Critical Path Method (CPM) CPM dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan dan
dapat menentukan prioritas kegiatan yang harus mendapat perhatian pengawasan yang cermat agar kegiatan dapat selesai sesuai rencana. Metode tersebut lebih dikenal denga istilah lintasan kritis.
CPM dapat mengontrol keterlambatan kegiatan yang mempengaruhi selesainya suatu pekerjaan.
2.4.5 Penjadwalan dengan Komputer
Salah satu keunggulan yang paling mencolok dari penggunaan alat bantu komputer adalah kemampuan dalam mengolah data dalam jumlah besar dan dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Penggunaan komputer memungkinkan penjadwalan dapat dilakukan secara terpadu (waktu, material, tenaga kerja, serta biaya), cepat dan tepat. Selain itu, pengambilan keputusan menjadi lebih mudah, yang kemudian bisa berfungsi sebagai kunci pokok permasalahan pelaksanaan proyek.
No ES/EF
6
METODOLOGI
Tinjauan PusatakaPengumpulan Data Data Parameter
Tanah Data Sondir Dan Boring Data Struktur Bangunan Pengolahan Data
Alternatif I Pondasi Tiang Pancang
Alternatif II Pondasi Tiang Bor
Alternatif III Pondasi Plat
Merencanakan Dimensi dan Jumlah
Tiang Pancang
Merencanakan Dimensi Pelat Merencanakan
Dimensi dan Jumlah Tiang Bor Menghitung Daya
Dukung Menghitung Daya Dukung Menghitung Daya Dukung
Analisa Biaya dan Waktu Alternatif I Pondasi Tiang Pancang Alternatif II Pondasi Tiang Bor
Alternatif III Pondasi Plat Analisa Harga Satuan Analisa Harga Satuan Analisa Harga Satuan Analisa Anggaran
Biaya Anggaran Biaya Analisa Analisa Anggaran Biaya
Penjadwalan
Pekerjaan Penjadwalan Pekerjaan Penjadwalan Pekerjaan
Kesimpulan dan Saran
7
PERHITUNGAN PONDASI
4.1 PERHITUNGAN PONDASI TIANG
PANCANG
4.1.1 Data – data Perencanaan
Perhitungan daya dukung tiang pancang direncanakan memakai tiang pancang produksi WIKA tipe 500 90-A1 dengan spesifikasi bahan sebagai berikut :
- Tiang pancang beton pratekan
(Prestressed Concrete Pile) dengan bentuk penampang bulat berongga
(Round Hollow).
- Mutu beton tiang pancang K-600
(concrete cube compressive strength 15600 kg/cm2 at 28 days).
Klasifikasi tiang pancang :
Diameter = 20 cm
Keliling Tiang pancang = 62,8 cm Luas tiang pancang = 314 cm2
Mcrack = 1 t/m
Multimate = 2,5 tm
P = 150 ton
4.1.2 Daya Dukung Tiang Pancang
Sebagai contoh perhitungan pondasi tiang pancang. Gaya-gaya dalam diperoleh dari analisa SAP 2000 sebagai berikut :
P = 59.419,18 kg Mx = 13.132,18 kgm My = -299,91 kgm Hx = -8953,66 kg Hy = -4684,31 kg
Perhitungan daya dukung tiang pancang ini dilakukan berdasarkan hasil uji sondir (Standard Penetration Test). Dari grafik terlampir, direncanakan pemancangan sedalam H = 16 m dengan Pijin 1 tiang adalah
Qult = 40 . Ap . Np + 𝐴𝑠 𝑁𝑎𝑣 5 = 40 . 0,03 . 20 + 10 ,053 𝑥 25,625 5 = 76,65 ton Qd = Qult / SF = 76,65 / 2 = 38,327 ton = 38327,43 kg Dimana :
Ap = luas penampang dasar tiang (m2)
Np = Nilai N di dasar Tiang As = Luas selimut tiang
Nav = Nilai rata-rata N sepanjang tiang Qd = Daya dukung ijin 1 tiang
4.1.3 Perhitungan Jumlah Tiang Pancang (na)
Rencana jumlah tiang pancang :
n = 𝑃 𝐸𝑘 .𝑄𝑑 =
59419 ,18
0,7.38327 ,43 = 2,2 3
Ek = efisiensi tiang diambil 0,7 na = (1,5-2)n = 4 buah tiang pancang Jarak as ke as tiang pancang
S = 3D = 3 x 0,2= 0,6 m Jarak as ke tepi poer
S1 = 2D = 2 x 0,2 = 0,4 m
Rencana dimensi poer = 1,2 x 1,2 x 0,5
Karena s 4D maka akan terjadi overlap, sehingga perlu kontrol terhadap efisiensi tiang. Ek = 1- arc tag 𝐷 𝑠 𝑚 −1 𝑛+ 𝑛 −1 𝑚 90𝑚 .𝑛 = 1 – arc tg 0,2 0,6 2−1 2+ 2−1 2 90.2.2 = 0,79
Beban maksimum tiang
Beban yang bekerja pada pilecap :
Beban poer = 1,2 x 1,2 x 0,5 x 2,4 = 1,728 ton = 1728 kg P = 59.419,18 kg + 1728 kg = 61.147,18 kg x2= 2x0,32 = 0,36 m2 y2= 2x0,32 = 0,36 m2 xmax = 0,3 m ymax = 0,3 m
Merencanakan momen yang terjadi akibat beban luar Mxo = Mx + Hy.d = 13132,8 + 4684,31 . 1 = 8448,49 kgm Myo = My + Hx.d = 299,91 + 8953,66.1 = 9253,57 kgm P = 𝑃 𝑛 ± 𝑀𝑦𝑜 𝑥 x2 ± 𝑀𝑥𝑜 𝑦 y 2 Pmax = 61 .147 ,182 +9253 ,57 .0,450,436 +8448 ,49 .0,450,36 = 30038,51 kg Pmin = 61 .147,182 −9253 ,57 .0,450,436 −8448 ,49 .0,450,36 = 535,078 kg Kontrol kekuatan
Qd1 tiang dlm kel = Ek. Qd1 tiang tunggal
= 0,79 . 38327,43 = 30476,72kg Qd1 tiang dlm kel (30476,72 kg) Pmax (30038,51 kg)
...ok 0,6 0,3 0,3 1,2 Mx My 1 2 4 3 0,6 0,3 0,3
8
4.1.4 Perhitungan Poer 4.1.4.1 Data-data perencanaan
P = 59.419,18 kg
Dimensi = 1,2 x 1,2 x 0,5 m3
Jumlah tiang pancang = 4 buah Dimensi Kolom = 600 x 600 Mutu beton (fc) = 25 Mpa
Mutu Baja (fy) = 320 Mpa Tulangan Utama = D25 Selimut beton = 50 mm
Tinggi efektif (d) = 500-50-25-(1/2x25) = 415,5 mm
4.1.4.2 Kontrol ukuran poer
Dalam merencanakan tebal poer, harus memenuhi persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih besar dari besar pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton diambil terkecil dari :
Vc = 1 + 2 𝛽𝑐 𝑓𝑐 .𝑏𝑜 .𝑑 6 SNI 03-3847-2002 pasal 13.12.2(1(a)) Vc = 𝑠 𝑑 𝑏𝑜 + 2 𝑓𝑐 .𝑏𝑜 .𝑑 6 SNI 03-3847-2002 pasal 13.12.2(1(b)) Vc =1 3 𝑓𝑐. 𝑏𝑜. 𝑑 SNI 03-3847-2002 pasal 13.12.2(1(c)) Dimana :
βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton
= 600 600 = 1
bo = keliling dari penampang kritis poer = 2 (bk+d) + 2 (hk+d) = 2(600+415,5) + 2(600+415,5) = 4062 mm Vc = 1 +2 1 25 .4062 .415 ,5 6 = 4219402,5 N Vc = 30 415 ,5 4062 + 2 25 .4062 .415 ,5 6 = 7128941 N Vc =1 3 25. 4062.415,5 = 2812935 N (diambil) Vc = 0,6 x 2812935 = 1687761 N = 168.776,1 kgP= 59.419,18 kg ...(ok)
Ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser.
4.1.4.3 Penulangan Lentur Poer
Pada penulangan lentur poer di analisa sebagai balok kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Beban yang bekerja adalah beban terpusat dari tiang sebesar P dan berat sendiri
poer sebesar q. Perhitungan gaya dalam pada poer diperoleh dengan mekanika statis tertentu. Q = 30476,72 kg (daya dukung tiang) q = 1,2 x 0,5 x 2400 = 1440 kg/m
q
Q Momen yang bekerja
Mu = (30476,716 x 0,3) – (1/2 x 1440 x 0,62) = 8883,81505 kgm = 88838150,5 Nmm min = 1,4 𝑓𝑦 = 1,4 320 = 0,004375 Rn = 𝑀𝑢 ∅ 𝑏 𝑑2 = 88838150 ,5 0,8 1200 415 ,52= 0,53 m = 𝑓𝑦 0,85 𝑓𝑐′ = 320 0,85 25 = 15,058
= 1 𝑚 1 − 1 − 2𝑚 𝑅𝑛 𝑓𝑦 = 1 15 ,058 1 − 1−2𝑥15,058𝑥0,53 320 = 0,00169min (0,004375) (0,00169) dipakai min As = x b x d = 0,004375x 1000 x 415,5 = 1817,8 mm2
Dipakai Tulangan 4-D25 (As = 1963 mm2)
Jarak pemasangan tulangan : s = 1200 −(2𝑥50)4 = 1100
4 = 275 mm
Dipasang jarak 250 mm
Penulangan Arah x dan y sama, karena bentuk poer yang dipakai bujur sangkar.
]
Tabel Variasi Kedalaman Pondasi Tiang
Pancang
4.2 PERHITUNGAN PONDASI TIANG
BOR 4.2.1 Umum 0 ,4 5 0 ,4 50,3 0,3 D25 - 25 0 D25 - 25 0 D25 - 250 D25 - 250 1,2 1,2
9 Diasumsikan pondasi dalam dengan
kedalaman 18m. Perhitungan tulangan hanya pada poer saja. Untuk tulangan pondasi digunakan tulangan praktis.
4.2.2 Daya dukung aksial
Data perencanaan Qw = 59.419,18 kg = 594,19 KN SF = 3 fc = 25000 KN/m2 Ds = 2,257 𝑄𝑤 𝑓𝑐 = 2,257 594 ,19 25000 = 0,347 m 0,4 m Db = 2 Ds = 2 0,4 = 0,8 m Direncanakan L = 17 m (pasir) Qu = Qe + Qf
Qe pada ujung tiang berada pada tanah pasir Qe = Ap q’ (Nq* - 1)
Ap = ¼ Db2 = ¼ 0,82 = 0,502m2
q’ = ihi = 259,2 KN/m2
Nq* = 10 ( dari Tabel vesic) Qe = Ap q’ (Nq* - 1)
= 0,502 . 259,2. (10-1) = 1172,59 KN
Qf (Daya dukung selimut tiang) Qf = 𝐿1𝛼 ∗ 𝐶𝑢 . 𝑝. ∆𝐿 𝑜 𝛼* = 0,4 Cu1 = 31 KN/m2 kedalaman 0-2 m L1 = 2 m Cu2 = 28 KN/m2 kedalaman 2-6 m L2 = 6 m Cu3 = 26 KN/m2 kedalaman 6-18 m L3 = 17 m P = Ds = 1,256 m Qf = 0,4311,2562 +0,4281,2566 + 0,4261,25617 = 675,56 KN Daya Dukung Pondasi Qu = Qe + Qf = 1172,59 KN + 675,56 KN = 1848,16 KN Qd = Qu/SF = 1848,16 / 3 = 616,05 KN Kontrol daya dukung
Qd (616,05 KN) Qw (594,19 KN) ...ok
Tabel Variasi Dimensi Pondasi Tiang Bor
4.3 PERHITUNGAN PONDASI PELAT
4.3.1 Data Perencanaan P = 59.419,18 kg Mx = 13.132,18 kgm Hx = -8953,66 kg Dimensi = 5 5 0,2 m Df = 5 m FS = 3 Df/B = 5/5 = 1 (Pondasi Dangkal)
4.3.2 Daya Dukung tanah
Kedalaman 5 m terdapat harga N dari SPT (5, 80, 58) Maka : qc = 5+80 +583 = 47,67 t/m2 qult = 5 + 0,34 . qc = 5 + 0,34 . 47,67 = 21,2 t/m2 qd = 𝑞𝑢𝑙𝑡 𝐹𝑆 = 21 ,2 3 = 7,068 t/m 2
Beban yang bekerja Mo = Mx + Hx.d = 13.132,18 + 8953,66 . 5 = 57,9 tm eo = 𝑀𝑜 𝑃 = 57 ,9 59,42 = 0,974 1/6 L = 3,5/6 = 0,833
eo > 1/6 L maka menggunakan rumus : max = 2𝑃 3𝐵 0,5𝐿−𝑒𝑜 = 2𝑥 59,42 3𝑥5 0,5𝑥5−0,974 = 5,193 t/m2 Jadi qd (7,068 t/m2) > max (5,193 t/m2)...ok
Tabel penurunan konsolidasi
PERHITUNGAN WAKTU DAN BIAYA
5.1 PONDASI TIANG PANCANG
Penggunaan alat berat yang diperlukan dalam pekerjaan konstruksi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Disesuaikan dengan keadaan medan dan jenis material
b. Disesuaikan dengan volume pekerja
5.1.1 Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
10
xk
q
c
1 10.9
x
0.5
4.00
Cms
n
Cmt
x
9
x
1.2
14.15
5.1.1.1 Perkiraan Produksi alat berat dan penyelesaian proyek untuk pekerjaan tanah
1. Galian pada poer pondasi a. Excavator
Alat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah excavator dan dump truck untuk mengangkut pasir galian. Produksivitas excavator per jam dalam pekerjaan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
xn
TP
Vt
t
Perkiraan perhitungan excavator tipe PC 100-6 adalah sebagai berikut :
a) Produksi per siklus (q) Kapasitas bucket (kb) = 0.5 m3
Faktor bucket (bf) = 0.9 Produksi per siklus = kb x bf
= 0.5 x 0.9 = 0.45 m3
b) Waktu siklus (CT)
Waktu menggali dan memuat PC 100-6 = 0.5 menit Lain-lain = 0.5 menit Faktor kembang Material= 1.2 Waktu siklus = 1 x 1.2
= 1.2 menit c) Faktor effisiensi (E)
Faktor effisiensi waktu, normal = 0.83
Jadi produktivitas kerja excavator per jam adalah
2
.
1
83
.
0
60
45
.
0
x
x
Tp
= 18.675 m3/jam b. Dump truckPada pekerjaan ini penggunaan dump truck dikombinasikan dengan excavator, yaitu dump truck tipe CWA 10 t dan excavator tipe PC 100-6.
Produktivitas alat adalah sebagai berikut : a) Jumlah siklus excavator (n)
Kapasitas excavator (ql) = 0.5 m3
Kapasitas dump truck (cl) = 4.00 m3 Faktor bucket (k) = 0.9 Jumlah siklus excavator = =
= 8.88 ≈ 9 b) Waktu siklus dump truck (Cmt)
Waktu siklus excavator (Cms) = 1.2 menit Jarak angkut (D) = 1.0 km Kecepatan muat (vl) = 40 km/jam Kecepatan kosong (v2) = 60km/jam Waktu buang (tl) = 0.5 menit Waktu muat (t2) = 0.35 menit
Waktu siklus 2 2 1 1
60
x
60
x
x
t
v
D
t
v
D
Cms
n
35
.
0
60
60
x
1.0
5
.
0
40
60
x
1.0
1.2
x
9
= 14.15 menitc) Jumlah siklus dump truck (m)
Jumlah siklus dump truck = =
= 1.88 ≈ 2 d) Produktivitas per jam (Q) Effisiensi kerja = 0.405 m3
Produktivitas per jam (Q)
Cmt
E
c
m
x
1x
60
x
= 13.73 m3Dalam pekerjaan galian ini menggunakan dua alat berat, yang dipilih adalah alat yang paling menentukan dengan melihat prodktivitas yang paling besar yaitu excavator. Sehingga banyak alat yang dibutuhkan dan waktu penyelesaian pekerjaan ini dapat dihitung sebagai berikut : Excavator 1buah, maka :
jam
2
jam
133
,
1
1
x
18.675
21,168
x
n
TP
Vt
t
Banyak dump truck yang digunakan :
k
n
TP
Vt
n
0
,
77
1
dump
truc
2
x
13.73
21,168
x
5.1.1.2 Perkiraan produksi dan penyelesaian proyek untuk pekerjaan struktur
1. Mobilitas tiang pancang
Tiang pancang yang dibutuhkan ada 84 dengan panjang 13 m. Tiang pancang ini diangkut menggunakan dump truck tipe CWB 10 t dengan kapasitas 10 m3. Jadi
dibutuhkan dua hari dengan menggunakan dua dump truck.
2. Pemancangan tiang pancang Alat yang digunakan : Pile driver
Kapasitas produksi per jam, V :6,14 m Faktor effisiensi alat, Fa : 0,65
Produksi per jam, Q : V x Fa = 3,99 m
Crane on truck
Kerja crane diperkirakan untuk satu kali siklus : 14 menit : 0,23 jam. Jadi waktu
11 yang dibutuhkan untuk satu kali
pemancangan adalah :
jam/m
058
.
0
99
.
3
23
.
0
t
Jadi untuk pemancangan satu tiang dengan panjang 13 m adalah :
= 0.058 jam/m x 13 m = 0.76 jam Lama waktu pemancangan untuk satu poer : 0.76 jam x 4 = 3.04 jam
3. Pembesian
Volume total pembesian pada poer adalah 3165,35 kg
Produksi kerja satu hari, Qt = 142,86kg/org/hari Koefisien kerja/kg : Mandor, M = 0.0004 jam Tukang, T = 0,0007 jam Pekerja, P = 0,007jam Kebutuhan tenaga :
Mandor = (Qt x M) / jam efektif = 1 orang
Tukang = (Qt x T) / jam efektif = 1 orang
Pekerja = (Qt x P) / jam efektif = 2 orang Lama penyelesaian =
hari
12
hari
07
,
11
72
,
285
35
,
3165
4. Beton K 225 untuk poer Alat yang digunakan :
Concrete mixer
Kapasitas alat, V = 350 m3
Faktor effisiensi alat, Fa = 0.83 Waktu siklus, Ts : - Memuat = 2,5 menit - Mengaduk = 2,0 menit - Menuang = 2,0 menit - Tunggu = 1,5 menit __________________________ Total = 8,0 menit Produksi/jam, Q1
x Ts
V x Fa x
1000
60
8,0
x
1000
60
x
0.83
x
350
= 2,179 m3 / jamProduksi beton dalam satu hari, Qt = Q1 x jam eff
= 15,25 m3
Koefisien kerja/kg :
Mandor, M = 0,358 jam Tukang, T = 1,265 jam
Pekerja, P = 4,459 jam Kebutuhan Mandor = (Qt x M) / jam efektif
= 1 orang
Tukang = (Qt x T) / jam efektif = 3 orang
Pekerja = (Qt x P) / jam efektif = 10 orang Lama penyelesaian
hari
2
hari
388
,
1
15,25
21,17
5.1.2 Analisa Biaya dan Waktu Pekerjaan
Dalam suatu proyek pasti diperlukan suatu analisa biaya pekerjaan. Dalam hal ini biasa disebut rencana anggaran biaya. Rencana anggaran biaya adalah perkiraan dan perhitungan komponen-komponen yang dilakukan di proyek. Komponen-komponen ini antara lain kebutuhan material, tenaga kerja dan peralatan untuk tiap-tiap pekerjaan yang dilakukan di suatu proyek.
Dalam perhitungan anggaran biaya tersebut diusahakan dapat mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Tenaga kerja dibutuhkan dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan, jenis keahlian serta upah kerja
2. Bahan-bahan yang digunakan dihitung berdasarkan jumlah, jenis serta harga satuan.
3. Peralatan dihitung berdasarkan jenis peralatan, kebutuhan serta sewa pemakaian.
Berikut ini akan dihitung biaya dari tiap-tiap pekerjaan yang dilakukan di proyek. semua perhitungan ditabelkan sebagai berikut :
12 Tabel 5.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
13 Tabel 5.2 Rencana Anggaran Biaya Pondasi Tiang Pancang
Tabel 5.3 Rencana Bobot Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
Berikut ini akan dihitung waktu dari tiap-tiap pekerjaan yang dilakukan di proyek. Semua perhitungan ditabelkan sebagai berikut :
14 Gambar 5.1 Hubungan Antar Aktivitas dengan metode CPM Pondasi Tiang Pancang