• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROADMAP BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ROADMAP BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH TAHUN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ROADMAP

BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH TAHUN 2015-2019

Penanggung Jawab

: Ir. Abd. Rahman, MT

(Kepala Baristand Industri Banda Aceh)

( )

Tim Penyusun

: 1. Amir Fuadi, S.Tp

( )

(Kepala Sub. Bagian Tata Usaha)

2. Drs. Yusaini

( )

(Kepala Seksi Program dan Pengembangan

Kompetensi)

3. Ruslan, ST, MT

( )

(Kepala Seksi Teknologi Industri)

4. Nurlaila, ST, MT

( )

(Kepala Seksi Standardisasi dan Sertifikasi)

5. Nurbaiti, SE

( )

(Kepala Seksi Pengembangan Jasa Teknik)

6. Abdul Thalib, S.Tp

( )

(Pejabat Fungsional Perekayasa)

7. Fitriana Djafar, S.SI, MT

( )

(Pejabat Fungsional Peneliti)

(3)

KATA PENGANTAR

Roadmap Baristand Industri Banda Aceh disusun untuk jangka waktu

menengah (5 tahun) selama periode 2015-2019, mengacu kepada visi dan misi

Kabinet Kerja Jokowi-JK dengan sembilan agenda prioritas presiden (Nawacita)

yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019; Undang-undang

No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun

2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun

2015-2035; Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional

(KIN); Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian

Perindustrian;

Rancangan

Teknokratik

Rencana

Strategis

Kementerian

Perindustrian Tahun 2015-2019; Peraturan presiden No. 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

2011-2025; Peraturan Menteri Perindustrian No. 49 Tahun 2006 tentang Tata Kerja

Balai Riset dan Standardisasi Industri; Hasil Trilateral Meeting Tahun 2014 antara

Bappenas

– Kementerian Keuangan – Kemenperin; Pedoman Penataan Arsitektur

dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/

lembaga (RKA-K/L) yang disusun oleh Kementerian Keuangan Tahun 2014; dan

Rencana Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2010-2014. Selain itu,

penyusunan

Roadmap

Baristand Industri Banda Aceh ini merujuk kepada latar

belakang tugas pokok dan fungsi Balai, diselaraskan dengan visi, misi, arah

kebijakan dan strategi yang akan dirincikan dalam Renstra Baristand Industri Banda

Aceh Tahun 2015-2019.

Roadmap

Baristand Industri Banda Aceh secara umum disusun sebagai

pedoman umum dalam mensinergikan program dan rencana aksi pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi Baristand Industri Banda Aceh.

Dengan adanya

Roadmap

Baristand Industri Banda Aceh diharapkan adanya

peningkatan komitmen pimpinan dan kepatuhan atau kesadaran seluruh staf

Baristand Industri Banda Aceh terhadap setiap upaya melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya; serta peningkatan dalam pengelolaan program dan kegiatan

Baristand Industri Banda Aceh selama periode 2015-2019.

BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH

K e p a l a,

Ir. Abd. Rahman, MT NIP. 19621231 199003 1 215

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI ...

iii

DAFTAR TABEL ...

iv

DAFTAR GAMBAR ...

v

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Tujuan ...

4

1.3. Sasaran ...

5

1.4. Pendekatan ...

5

BAB II. VISI, MISI DAN TUJUAN BARISTAND INDUSTRI

BANDA ACEH ...

7

BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGIS DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN BARISTAND INDUSTRI BANDA ACEH ...

13

A. Arah Kebijakan dan Sasaran Strategis ...

13

1. Peran Strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam

Pembangunan Industri Nasional ...

14

2. Peran Strategis Baristand Industri Banda Aceh dalam Rangka

Peningkatan Daya Saing Industri Berdasarkan

Undang-Undang Perindustrian ...

16

B. Kerangka Kelembagaan ...

18

BAB IV. RENCANA AKSI PROGRAM DAN KINERJA BARISTAND

INDUSTRI BANDA ACEH ...

23

BAB V. TARGET KINERJA DAN PENDANAAN BARISTAND

INDUSTRI BANDA ACEH ...

25

5.1. Indikator Keberhasilan ...

26

BAB VI. FOKUS AREA ROADMAP ...

28

BAB VII. GRAND STRATEGY ...

29

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Visi dan Misi Pembangunan Industri Kemenperin ...

14

Tabel 2. Renstra BPPI Tahun 2015-2019 terkait Tujuan Pembangunan

Industri Jangka Panjang dan Menengah ...

17

Tabel 3.

Pengembangan Kelembagaan Baristand Industri Banda Aceh

Tahun 2015-2019 ...

19

Tabel 4. Rincian Anggaran Pengembangan Kelembagaan Baristand

Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019 ...

20

Tabel 5. Proyeksi Belanja Baristand Industri Banda Aceh

Tahun 2015-2019 ...

21

Tabel 6. Proyeksi Anggaran Baristand Industri Banda Aceh

Tahun 2015-2019 ...

22

Tabel 7. Proyeksi Target Penerimaan PNBP Baristand Industri Banda Aceh

Tahun 2015-2019 ...

22

Tabel 8. Matriks Indikator Keberhasilan Program/ Kegiatan Prioritas

Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019 ...

26

Tabel 9. Fokus Area Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019 ...

28

Tabel 10. Grand Strategy Program/ Kegiatan Prioritas Baristand Industri

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Peta Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019

9

Gambar 2.

Kerangka Analisis Penyusunan RoadMap Baristand Industri

Banda Aceh Tahun 2015-2019 ...

12

Gambar 2.

Program Layanan BPKIMI ...

15

Gambar 3.

Peran BPPIdalam Peningkatan Daya Saing berdasarkan

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah mengharuskan setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk menyusun roadmap reformasi birokrasi. Roadmap reformasi birokrasi akan menjadi alat bantu bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.

Roadmap merupakan prasyarat utama bagi semua Kementerian/lembaga dalam melaksanakan reformasi birokrasi yang berisi penjelasan mengenai program dan kegiatan reformasi birokrasi yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan. Selain rencana pelaksanaan kegiatan, roadmap menjelaskan informasi penting lain yang mencakup: penanggungjawab, pelaksana, dukungan anggaran yang diperlukan serta target atau indikator pencapaiannya.

Secara umum Roadmap bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsistensi, terintegrasi dan berkelanjutan.

Penetapan dan penyusunan Roadmap Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh (Baristand Industri Banda Aceh) dipandang perlu sebagaimana dijabarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 9 Tahun 2011 sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010- 2014.

Roadmap Baristand Industri Banda Aceh merupakan panduan, tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun periode 2015-2019 dan dapat ditinjau kembali setiap 1 (satu) tahun sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(8)

Roadmap memandu Baristand Industri Banda Aceh menjalankan strategi dan program-program aksi secara terarah, sistematis, terintegrasi, termonitor, dan terukur dengan baik. Roadmap dapat diibaratkan sebagai sebuah peta jalan dalam satu perjalanan, agar perjalanan tersebut dapat efektif dan efisien.

Penyusunan Roadmap dimulai dengan identifikasi dan pemetaan terhadap kondisi serta permasalahan selanjutnya ditetapkan fokus strategis yang akan melandasi strategi dan kebijakan Baristand Industri Banda Aceh dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Roadmap Baristand Industri Banda Aceh disusun mengacu kepada visi dan misi Kabinet Kerja Jokowi-JK dengan sembilan agenda prioritas presiden (Nawacita) yang tertuang dalam Peraturan Presiden RI No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019; Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035; Peraturan Presiden RI No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN); Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian; Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tanggal 13 Maret 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019; Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025; Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 49 Tahun 2006 tentang Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri; Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 58 Tahun 2015 Tanggal 12 Juni 2015 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di lingkungan Kementerian Perindustrian; Hasil Trilateral Meeting Tahun 2014 antara Bappenas – Kementerian Keuangan – Kemenperin; Pedoman Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ lembaga (RKA-K/L) yang disusun oleh Kementerian Keuangan Tahun 2014; dan Rencana Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2010-2014.

Penyusunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh ini juga merujuk kepada latar belakang tugas pokok dan fungsi Balai, diselaraskan dengan visi,

(9)

misi, arah kebijakan dan strategi yang akan dirincikan dalam Renstra Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019. Dalam kerangka operasional, rencana aksi kegiatan direncanakan untuk periode 2015-2019 dan diimplementasikan pada setiap periode RPJM (Rencana Program Jangka Menengah) dan atau Rencana Kinerja (Renkin) per tahun.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 58 Tahun 2015 tanggal 12 Juni 2015 tentang Kedudukan, tugas, dan fungsi Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di lingkungan Kementerian Perindustrian, maka tugas Balai Riset dan Standardisasi Industri masih mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri. Adapun tugas Balai Riset dan Standardisasi Industri yaitu melaksanakan riset dan standardisasi serta sertifikasi dibidang industri.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Balai Riset dan Standardisasi Industri melaksanakan fungsi yaitu :

 Pelaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi industri di bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan hasil produk, serta pencemaran industri;

 Penyusunan program dan pengembangan kompetensi dibidang jasa riset/litbang;

 Perumusan dan penerapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan hasil produk;

 Pemasaran, kerjasama, promosi, pelayanan informasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil riset/penelitian dan pengembangan; dan

 Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan Balai Riset dan Standardisasi Industri.

Pada dasarnya Roadmap ini akan membantu pencapaian target Rencana Strategis (Renstra) Baristand Industri Banda Aceh yaitu:

1. Terwujudnya peningkatan kompetensi SDM yang profesional dalam rangka mendukung riset dan standardisasi.

(10)

2. Dikuasai dan teraplikasinya paket teknologi ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, dan pengembangan teknologi atsiri dan rempah serta komoditi inti/unggulan daerah.

3. Tercapainya pelayanan jasa teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, konsultasi, pelatihan, sertifikasi serta informasi sesuai dengan standar pelayanan publik yang prima dalam rangka pengembangan industri. 4. Meningkatkan kemampuan Laboratorium penguji dan LSPro untuk mendukung

SNI wajib.

5. Meningkatkan peran Sentra HKI dalam memfasilitasi perolehan perlindungan HKI.

Tujuan strategis yang akan dirincikan dalam Renstra pada 2015-2019 yaitu untuk meningkatkan peranan riset Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh dalam pengembangan industri atsiri, rempah dan komoditi unggulan/kompetensi inti daerah, serta peningkatan pelayanan jasa teknis melalui: 1. Meningkatkan peranan riset Baristand Industri Banda Aceh dalam pengembangan Industri atsiri, rempah dan komoditi inti /unggulan daerah di bidang:

a. Pengembangan teknologi proses (kimia, fisika, ekstraksi, nano teknologi dan bioteknologi);

b. Diversifikasi produk;

c. Peningkatan mutu dan keamanan produk;

d. Rancang bangun dan perekayasaan peralatan industri; e. Standardisasi dan Sertifikasi;

f. Energi dan lingkungan;

g. Pelayanan jasa teknis yang terpadu dan berkualitas.

2. Produk yang akan dikembangkan dari atsiri, rempah dan komoditi inti/ unggulan daerah, antara lain :

a. Produk toiletteris dan kosmetik berbasis atsiri dan rempah; b. Produk pangan (perisa/flavouring, minuman dan makanan) c. Produk pangan fungsional;

d. Produk pertanian dan perikanan;

(11)

3. Pengembangan kompetensi SDM difokuskan pada : a. Penguasaan karakterisasi bahan dan produk;

b. Penguasaan teknologi ekstraksi, fraksinasi dan purifikasi; c. Penguasaan teknologi formulasi, proses dan diversifikasi.

1.2. TUJUAN

Secara umum Roadmap bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi dan berkelanjutan.

Adapun penyusunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh dimaksudkan untuk dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penyusunan roadmap ini adalah sebagai pedoman umum dalam mensinergikan program dan rencana aksi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi dan berkelanjutan.

Sedangkan tujuan khusus dari penyusunan Roadmap ini adalah untuk: a. Menginformasikan arah kebijakan umum dan strategi sektor perindustrian; b. Menjadi panduan bagi Baristand Industri Banda Aceh dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya;

c. Memberi gambaran, arah, strategi, dan tahapan dalam perencanaan dan pengelolaan program dan kegiatan yang akan dikembangkan;

d. Menyiapkan program dan rencana aksi dalam melaksanakan tupoksi Balai; e. Menentukan sasaran dan waktu pencapaian masing-masing program dan

rencana aksi.

1.3. SASARAN

a. Peningkatan komitmen pimpinan dan kepatuhan atau kesadaran seluruh staf Baristand Industri Banda Aceh terhadap setiap upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya;

b. Peningkatan mutu dan kualitas pengelolaan program dan kegiatan Baristand Industri Banda Aceh.

(12)

1.4. PENDEKATAN

Beberapa dokumen yang menjadi sumber penyusunan Roadmap ini antara lain adalah:

1. Visi dan Misi Jokowi-JK;

2. Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA);

3. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019;

4. Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035;

6. Peraturan Presiden RI No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN);

7. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian;

8. Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025; 9. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 49 Tahun 2006 tentang Tata Kerja

Balai Riset dan Standardisasi Industri;

10. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 31.1/M-IND/PER/3/2015 Tanggal 13 Maret 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019;

11. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 58 Tahun 2015 Tanggal 12 Juni 2015 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi Industri di lingkungan Kementerian Perindustrian;

12. Hasil Trilateral Meeting Tahun 2014 antara Bappenas – Kementerian Keuangan – Kemenperin;

13. Pedoman Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ lembaga (RKA-K/L) Tahun 2014; dan 14. Rencana Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2010-2014.

(13)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI

2.1. VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Visi pembangunan industri nasional pada tahun 2035 adalah menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:

1. Struktur industri nasional yang kuat, sehat dan berkeadilan; 2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global;

3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi.

Dalam rangka mewujudkan visi tahun 2035 tersebut di atas, pembangunan industri nasional mengemban misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;

2. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;

3. Mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau;

4. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;

5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

6. Mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan

7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

Strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya alam; 2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi;

3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri;

4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah;

(14)

5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas;

6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri; 7. Pembangunan industri hijau;

8. Pembangunan industri strategis;

9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri; 10. Kerjasama internasional bidang industri.

2.2. VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Kementerian Perindustrian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian dituntut untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan perindustrian sebagaimana diamanatkan pada RPJMN 2015– 2019, serta mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu, maka disusunlah visi dan misi Pembangunan Industri yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan, sasaran strategis, dan pelaksanaan program dan kegiatan utama maupun kegiatan pendukung sebagaimana digambarkan pada Peta strategis Kementerian Perindustrian pada Gambar 1.

(15)
(16)

Visi Kementerian Perindustrian tahun 2015 – 2019 adalah: “Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Pada Tahun 2035”.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 3 (tiga) Misi sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Perindustrian sebagai berikut:

1. Mengembangkan Perwilayahan Industri guna Penyebaran dan Pemerataan Industri;

2. Meningkatkan nilai tambah didalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan;

3. Meningkatkan daya saing dan Produktivitas.

Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Pembangunan Industri, Kementerian Perindustrian menetapkan tujuan pembangunan industri untuk 5 (lima) tahun ke depan yaitu Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi Perspektif Pemangku kepentingan, Perspektif Proses Internal, dan Perspektif Pembelajaran Organisasi. Sasaran strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian untuk periode tahun 2015 – 2019 akan dijelaskan berikut ini.

Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian terkait dengan perspektif pemangku kepentingan adalah:

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional.

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri; Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri. Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya peran IKM dalam perekonomian nasional. Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan

teknologi.

Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Sasaran Strategis 7 : Menguatnya struktur industri.

(17)

Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian terkait dengan perspektif proses internal sebagai berikut :

Sasaran Strategis 1 : Tersusunnya kebijakan pembangunan industri searah dengan ideologi TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWA CITA).

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri.

Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal.

Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri. Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya kualitas pelayanan dan informasi publik. Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya ketahanan industri melalui pemberian

fasilitasi.

Sasaran Strategis 7 : Meningkatnya ketersediaan infrastruktur industri untuk mendukung pertumbuhan industri nasional.

Sasaran Strategis 8 : Tumbuhnya industri strategis berbasis sumber daya alam (nikel,tembaga, migas).

Sasaran Strategis 9 : Meningkatnya kompetensi tenaga kerja industri melalui pendidikan dan pelatihan.

Sasaran Strategis 10 : Meningkatnya ketersediaan lembaga pendidikan dan pelatihan bagi SDM industri.

Sasaran Strategis 11 : Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional. Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian terkait dengan perspektif pembelajaran organisasi adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya penerapan sistem informasi dan teknologi dalam pelaksanaan tugas.

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi.

Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran. Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan

(18)

Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola Keuangan.

Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya efektivitas penerapan sistem pengendalian internal.

Sasaran Strategis 7 : Meningkatnya implementasi kebijakan industri melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan.

Adapun dalam upaya melaksanakan program pembangunan industri nasional maka Kementerian Perindustrian telah menetapkan visi dan misi pembangunan industri jangka panjang (20 tahun) dan jangka menengah (5 tahun) pada rencana strategis Kemenperin tahun 2015-2019, sebagaimana terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Visi dan Misi Pembangunan Industri Kemenperin VISI PEMBANGUNAN

INDUSTRI JANGKA PANJANG (20 TAHUN)

Menurut RIPIN:

Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025

MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA PANJANG (20 TAHUN)

Menurut RIPIN:

1. Meningkatkan daya saing internasional;

2. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri;

3. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor;

4. Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan;

5. Membangun iklim usaha industri yang kondusif; 6. Mempercepat penyebaran dan pemerataan

pembangunan industri ke seluruh wilayah NKRI; 7. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan

tenaga kerja;

8. Meningkatkan kemampuan riset untuk pengembangan dan inovasi serta mendorong aplikasi teknologi;

9. Menciptakan wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat serta menjaga keutuhan NKRI. VISI PEMBANGUNAN

INDUSTRI JANGKA

MENENGAH (5 TAHUN)

Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025

(19)

MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI JANGKA MENENGAH

(5 TAHUN)

1. Mengembangkan Perwilayahan Industri guna Penyebaran dan Pemerataan Industri;

2. Meningkatkan nilai tambah didalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan;

3. Meningkatkan daya saing dan Produktivitas.

2.3. VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI BADAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN INDUSTRI (BPPI)

Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) yang berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Prerindustrian telah berubah menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI). BPPI mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang perindustrian. Dalam melaksanakan tugas tersebut BPPI menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri;

b. pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri;

c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri;

d. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

(20)

Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Tahun 2015 – 2019 adalah: Menjadi lembaga penyedia rumusan kebijakan yang visioner dan pelayanan teknis teknologis terkini yang mampu menjadi katalis peningkatan produktivitas dan daya saing sektor industri di tingkat nasional maupun global”.

Untuk mendukung visi tersebut di atas, tindakan nyata yang akan dilakukan BPPI dalam bentuk 5 (lima) Misi sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

1. Mengembangkan kebijakan dan iklim usaha industri yang kondusif; 2. Meningkatkan peran standardisasi sebagai referensi pasar;

3. Mendorong pengembangan teknologi industri yang maju dan berdaya saing termasuk di dalamnya perlindungan HKI;

4. Mendorong pengembangan industri yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (industri hijau);

5. Meningkatkan penguasaan teknologi dan penggunaan SDA lokal melalui kegiatan litbang dan pelayanan jasa teknis.

Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi di atas, BPPI menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan sesuai dengan Peta Strategis Kementerian Perindustrian yaitu Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing.

Adapun tujuan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) yaitu: 1. Mewujudkan kebijakan di bidang inovasi teknologi, standardisasi, iklim usaha, industri hijau dan kelitbangan dalam rangka mendorong daya saing industri nasional;

2. Mendorong peningkatan pelayanan teknis teknologis dan fokus pada pemecahan masalah yang dihadapi sektor industri;

3. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi maju dalam rangka meningkatkan produktivitas dan daya saing industri.

Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) memiliki Sasaran Strategis sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya investasi di sektor industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu:

(21)

1) Meningkatnya investasi di sektor industri

Sasaran Strategis 2: Kuatnya Struktur Industri, dengan indikator kinerja sasaran strategis yaitu:

1) Peningkatan penguasaan teknologi industri;

2) Laju pertumbuhan industri yang menerapkan prinsip- prinsip industri hijau;

3) Penurunan impor produk industri yang SNI, ST dan/atau PTC diberlakukan secara wajib.

Peta strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) sebagaimana terdapat pada Gambar 2.

(22)
(23)

2.4. VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDA ACEH (BARISTAND INDUSTRI

BANDA ACEH)

Baristand Industri Banda Aceh merupakan bagian integral dari Kementerian Perindustrian khususnya BPPI. Visi, Misi dan tujuan Baristand Industri Banda Aceh tidak terlepas dari visi, misi dan tujuan Kementerian Perindustrian dan BPPI. Visi dan Misi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh disusun berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi yang merupakan pedoman untuk menentukan arah, tujuan dan sasaran pengembangan lembaga dimasa yang akan datang.

Adapun Visi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh tahun 2015 – 2019 adalah : “Menjadi lembaga yang unggul dalam riset khususnya atsiri, rempah dan komoditi inti/unggulan daerah serta mapan dalam standardisasi dan sertifikasi di bidang industri”.

Untuk mendukung Visi tersebut, maka ditetapan Misi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh tahun 2015 – 2019 yaitu :

1. Memberikan layanan jasa riset dan standardisasi untuk mengembangkan industri berbasis Atsiri dan Rempah.

2. Melaksanakan Litbang dan Standardisasi berbasis komoditi inti/unggulan daerah yang ramah lingkungan.

3. Memberikan jasa layanan teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, alih teknologi, konsultasi, pelatihan, pengelolaan lingkungan industri, sertifikasi serta informasi dalam rangka pengembangan industri.

Untuk mencapai Visi dan Misi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, yaitu menjadi lembaga yang unggul dalam riset khususnya atsiri dan rempah serta komoditi inti/unggulan daerah serta mapan dalam standardisasi industri, maka ditetapkan 5 (lima) Sasaran Strategis yang akan dicapai Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh dalam kurun waktu 2015-2019 adalah : 1. Terwujudnya peningkatan kompetensi SDM yang profesional dalam rangka

(24)

2. Dikuasai dan teraplikasinya paket teknologi ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, dan pengembangan teknologi atsiri dan rempah serta komoditi inti/unggulan daerah; serta teknologi penanggulangan pencemaran lingkungan.

3. Tercapainya pelayanan jasa teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, konsultasi, pelatihan, sertifikasi serta informasi sesuai dengan standar pelayanan publik yang prima dalam rangka pengembangan industri. 4. Meningkatkan peran Sentra HKI dalam memfasilitasi perolehan perlindungan

HKI

5. Meningkatkan kemampuan Lab. Uji dan LSPro untuk mendukung penerapan SNI wajib.

Tujuan strategis yang ingin dicapai Baristand Industri Banda Aceh adalah meningkatkan peranan riset dalam pengembangan industri atsiri, rempah dan komoditi unggulan/inti daerah dengan cara :

1. Memberikan layanan jasa riset dan standardisasi untuk mengembangkan industrI berbasis atsiri dan rempah.

2. Melaksanakan litbang dan standardisasi berbasis komoditi inti/produk unggulan daerah yang ramah lingkungan.

3. Memberikan jasa layanan teknis yang bermutu dalam pengujian, rancang bangun, alih teknologi, konsultasi, pelatihan, pengelolaan lingkungan, standardisasi, sertifikasi serta informasi dalam rangka pengembangan industri.

Berdasarkan latar belakang, visi, misi dan tujuan, maka kerangka analisis penyusunan Roadmap Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015-2019 dijelaskan dalam Peta strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015 – 2019 sebagaimana terlihat pada Gambar 3.

(25)
(26)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1.

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI

A. Arah Kebijakan Pembangunan Industri

Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui: 1. Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk

(pengembangan ke hilir), pendalaman struktur ke hulunya, atau pengembangan secara menyeluruh (hulu-hilir);

2. Penguatan hubungan antarindustri yang terkait secara horizontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen, termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor primer dan jasa yang mendukungnya; dan

3. Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif yang, antara lain, meliputi sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi, serta sarana dan prasarana teknologi; prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas; serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri).

Dengan demikian, mengacu pada arah kebijakan RPJMN 2015 – 2019 maka arah kebijakan dan strategi pembangunan industri nasional untuk periode tahun 2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Perwilayahan Industri, Khususnya di luar Pulau Jawa dengan mengembangkan: (1) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (2) Kawasan Peruntukan Industri; (3) Kawasan Industri; (4) Sentra IKM; (5) Kawasan Ekonomi Khusus; (6) Kawasan Berikat/ Export Processing Zone (EPZ); (7) Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ).

2. Penumbuhan Populasi Industri melalui investasi untuk menambah populasi industri paling tidak sekitar 8 ribu usaha industri berskala besar dan sedang

(27)

dimana 50% tumbuh di luar jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha.

3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas dengan: (1) Meningkatkan efisiensi teknis; (2) Mengembangkan industri dengan kandungan teknologi yang lebih tinggi; (3) Meningkatkan kemampuan industri mengembangkan produk baru (New Product Development, NPD); dan (4) Perluasan Pasar dalam negeri dan ekspor.

B. Strategi Pembangunan Industri

Strategi Pembangunan Industri yaitu sebagai berikut:

1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya alam 2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi

3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri.

4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah.

5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas.

6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri 7. Pembangunan industri hijau

8. Pembangunan industri strategis

9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri 10. Kerjasama internasional bidang industri.

C. Tahapan Pembangunan Industri Prioritas

Pentahapan pembangunan industri prioritas dilakukan dalam jangka menengah (sesuai periode perencanaan pemerintah) dan jangka panjang (sesuai dengan periode berlakunya U/ndang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian). Secara ringkas tahapan pembangunan industri digambarkan pada Gambar 4.

(28)

Gambar 4. Tahapan Pembangunan Industri Nasional

Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), tahapan dan arah rencana pembangunan industri nasional diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap I (2015-2020)

Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk "meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang industri, serta meningkatkan penguasaan teknologi." 2. Tahap II (2020-2025)

Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk "mencapai keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas."

3. Tahap III (2025-2035)

Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk "menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi dan teknologi."

(29)

D. Industri Prioritas

Dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009 ditentukan 10 industri prioritas yang akan dikembangkan tahun 2015 - 2019. Kesepuluh industri prioritas tersebut dikelompokkan kedalam 6 (enam) industri andalan, 1(satu) industri pendukung, dan 3 (tiga) industri hulu dengan rincian sebagai berikut:

1. Industri Pangan

2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan 3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka 4. Industri Alat Transportasi

5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT) 6. Industri Pembangkit Energi

7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong

8. Industri Hulu Agro

9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam

10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara)

Industri Andalan

Industri Pendukung

Industri Hulu

E. Bangun Industri Nasional

Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut memerlukan moda//l dasar berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, serta teknologi, inovasi dan kreativitas. Pembangunan industri di masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan dan regulasi yang efektif.

Kerangka Pikir Bangun Industri Nasional tahun 2035 mencakup:

1. Industri Andalan, yaitu industri prioritas yang akan berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang. Selain memperhatikan potensi sumber daya alam sebagai sumber keunggulan komparatif, industri andalan tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang

(30)

mengandalkan sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Industri Pendukung, yaitu industri prioritas yang akan berperan sebagai faktor pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif.

3. Industri Hulu, yaitu industri prioritas yang bersifat sebagai basis industri manufaktur yang menghasilkan bahan baku yang dapat disertai perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk industri hilirnya.

4. Modal Dasar, yaitu faktor-faktor sumber daya yang digunakan dalam kegiatan industri untuk menghasilkan barang serta dalam penciptaan nilai tambah atau manfaat yang tinggi. Modal dasar yang diperlukan dan digunakan dalam kegiatan industri adalah:

a. Sumber daya alam yang diolah dan dimanfaatkan secara efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sebagai bahan baku maupun sumber energi bagi kegiatan industri;

b. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang sesuai di bidang industri;

c. Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri, kreativitas serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian sektor industri nasional.

5. Prasyarat, yaitu kondisi ideal yang dibutuhkan sebagai syarat agar tujuan pembangunan industri dapat tercapai. Prasyarat yang dibutuhkan untuk mewujudkan industri andalan, pendukung dan hulu, serta dalam pemanfaatan sumber daya di masa yang akan datang adalah:

a. Penyediaan infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan industri dan/atau di dalam kawasan peruntukan Industri;

b. Penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim usaha yang kondusif bagi sektor industri;

c. Penyediaan alokasi dan kemudahan pembiayaan yang kompetitif untuk pembangunan industri nasional.

(31)

Bangun Industri Nasional ditetapkan berdasarkan penetapan industri prioritas, sebagaimana tercantum pada Gambar 5.

(32)

F. Jenis Industri dalam Pembangunan Industri Prioritas

Tabel 2. Jenis Industri dalam Pembangunan Industri Prioritas

No Industri Prioritas Jenis Industri

1. Industri Pangan 1) Industri pengolahan ikan 2) Industri pengolahan susu

3) Industri bahan penyegar (coklat, kopi, kakao, teh)

4) Industri pengolahan minyak nabati 5) Industri pengolahan buah-buahan dan

sayuran

6) Industri tepung

7) Industri gula berbasis tebu 2. Industri Farmasi, Kosmetik

dan Alat Kesehatan

1) Industri farmasi dan kosmetik 2) Industri alat kesehatan 3. Industri Tekstil, Kulit, Alas

Kaki dan Aneka

1) Industri tekstil

2) Industri kulit dan alas kaki

3) Industri furniture dan barang lainnya dari kayu

4) Industri plastik, pengolahan karet, dan barang dari karet

4. Industri Alat transportasi 1) Industri kendaraan bermotor 2) Industri kereta api

3) Industri perkapalan 4) Industri kedirgantaraan 5. Industri Elektronika dan

Telematika/ ICT

1) Industri elektronika 2) Industri komputer

3) Industri peralatan komunikasi 6. Industri Pembangkit Energi 1) Industri alat kelistrikan

7. Industri Barang Modal, Komponen, Bahan

Penolong, dan Jasa Industri

1) Indutri mesin dan perlengkapan 2) Industri komponen

3) Industri bahan penolong 4) Jasa industri

8. Industri Hulu Agro 1) Industri oleofood

2) Industri oleokimia (minyak atsiri) 3) Industri kemurgi

4) Industri pakan

5) Industri barang dari kayu 6) Industri pulp dan kertas

(33)

9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam

1) Industri pengolahan dan pemurnian besi dan baja dasar

2) Industri pengolahan dan pemurnian logam dasar bukan besi

3) Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan bakar nuklir

4) Industri bahan galian non logam 10. Industri Kimia Dasar

Berbasis Migas dan Batubara

1) Industri petrokimia hulu 2) Industri kimia organik 3) Industri pupuk

4) Industri karet alam dan sintetik 5) Industri barang kimia lainnya

3.2.

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1) Sasaran makro;

2) Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat; 3) Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;

4) Sasaran Dimensi Pemerataan;

5) Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Sasaran-sasaran pokok pembangunan nasional yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian antara lain adalah yang terkait dengan Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan dimana pada tahun 2019 pertumbuhan sektor industri ditargetkan mencapai 8,6 persen, kontribusi sektor industri terhadap PDB mencapai 21,6%, dan penambahan jumlah industri berskala menengah dan besar selama 5 tahun sebanyak 9.000 unit. Kementerian Perindustrian juga berkontribusi terhadap Sasaran Pembangunan Kewilayahan dan Antarwilayah yaitu sampai dengan tahun 2019 terbangun sebanyak 14 kawasan industri.

Secara umum Kementerian Perindustrian memiliki Sasaran Strategis sebagai berikut :

(34)

1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Pertumbuhan ndustri;

2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri; 3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya investasi di sektor industri;

4. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor industri 5. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Penyebaran dan Pemerataan Industri; 6. Sasaran Strategis 6: Kuatnya Struktur Industri;

A. Industri Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan

Rencana aksi pembangunan yang akan dilakukan untuk masing-masing industri prioritas adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Industri Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan Industri Prioritas Tahun 2015-2019

No Industri Prioritas Rencana Aksi

1. INDUSTRI PANGAN

a. Industri Pengolahan Ikan: Ikan awet

(beku, kering, asap) dan fillet,

Aneka

olahan ikan, rumput laut dan hasil laut

lainnya (termasuk carrageenan, minyak

ikan, suplemen dan pangan fungsional

lainnya).

b. Industri Bahan Penyegar:

bubuk

cokelat, lemak cokelat, makanan dan

minuman dari cokelat, suplemen dan

pangan fungsional berbasis kakao.

c. Industri Pengolahan Minyak Nabati:

Fortified cooking oil (natural dan

nonnatural), pangan fungsional berbasis

minyak nabati.

1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi dengan instansi terkait

dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir didukung oleh infrastruktur yang memadai. 2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten di

bidang industri pangan melalui diklat industri dan pendampingan

3.Meningkatkan kemampuan penguasaan dan

pengembangan inovasi teknologi industri pangan

melalui penelitian dan pengembangan yang

terintegrasi.

4. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk melalui penerapan GHP, GMP dan HACCP, sertifikasi SNI dan halal, sertifikasi mutu

lainnya, serta bantuan mesin/peralatan pengolahan

produk pangan dan peningkatan kapasitas

laboratorium uji mutu;

5. Mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi produk pangan.

6. Memfasilitasi pembebasan PPN atas proses pengolahan pangan dengan nilai tambah kecil. 7. Menfasilitasi akses terhadap pembiayaan yang

kompetitif bagi industri pangan skala kecil dan menengah.

8. Meningkatkan kerjasama industri internasional untuk

alih teknologi, peningkatan investasi dan

(35)

d. Industri Pengolahan Buah-Buahan dan Sayur-sayuran:

Buah/sayuran dalam kaleng,

fruit/vegetable layer, suplemen dan pangan fungsional berbasis limbah industri pengolahan buah.

e. Industri Tepung: Pati dari biomassa

limbah pertanian, Pangan darurat f. Industri Gula Berbasis Tebu:

Gula pasir, Gula cair, dan asam organik dari limbah industri gula.

9. Promosi dan perluasan pasar produk industri pangan di

dalam dan luar negeri.

2. INDUSTRI FARMASI, KOSMETIK DAN ALAT KESEHATAN

a. Industri Farmasi dan Kosmetik:

Sediaan herbal, Garam farmasi,

Golongan Cefalosporin, Amlodipine,

Glucose Parmaceutical Grade (for infusion), Amoxicillin, Glimepiride, Parasetamol, Produk Kosmetik, Bahan

baku tambahan pembuatan obat (excipient)

b. Industri Alat Uji dan Kedokteran:

Produk disposable and

consumables,

Hospital Furniture, Implan Ortopedi, Electromedical devices, Diagnostic instrument, PACS (Picture Archiving and Communication System), Software & IT, Diagnostics reagents

Industri Farmasi dan Kosmetik

1. Meningkatkan penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri farmasi dan kosmetik melalui penelitian dan

pengembangan yang terintegrasi;

2. Memfasilitasi pengembangan dan pembangunan industri bahan baku farmasi dan kosmetik untuk substitusi impor;

3. Mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk meningkatkan keterkaitan antara industri besar dan industri kecil dan menengah; 4. Memperkuat infrastruktur dalam rangka penerapan Standar Farmakope Indonesia bagi industri farmasi dan kosmetik;

5. Mengembangkan sektor petrokimia hulu untuk mengurangi ketergantungan bahan baku;

6. Mengembangkan riset dan manufaktur produk

bioteknologi dan herbal yang terstandar dan

terintegrasi;

7. Membangun kompetensi dan kapabilitas riset farmasi untuk produk bioteknologi dan herbal;

8. Melakukan penguasaan teknologi dan membangun kemampuan manufaktur berstandar internasional; 9. Meningkatkan kemampuan uji klinik.

Industri Alat Kesehatan

1. Mengembangkan kebijakan yang mengkaitkan industri alat kesehatan masal dengan pembiayaan layanan kesehatan sebagai bentuk subsidi silang; 2. Mengembangkan kebijakan penggunaan produk alat kesehatan produk dalam negeri pada fasilitas dan

layanan kesehatan yang didanai Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN);

3. Memfasilitasi promosi penggunaan alat kesehatan buatan dalam negeri termasuk pelatihan dan jaminan suku

(36)

4. Mengembangkan road map industri alat kesehatan dan teknologi terkait secara terintegrasi termasuk komponen, bahan baku, dan bahan penolong;

5. Mendirikan center of excellent yang mencakup litbang dan produksi alat kesehatan dasar masal untuk keperluan

dalam negeri;

6. Mengembangkan SDM dengan kompetensi tinggi pada design engineering produk alat kesehatan, termasuk pengukuran dan pengujian;

7. Memfasilitasi pembiyaan untuk peningkatan

kapasitas industri alat kesehatan dasar masal melalui revitalisasi pemesinan dan alat pengukuran;

8. Mengembangakn standardisasi dan dukungan Hak atas kekayaan intelektual atas produk alat kesehatan di dalam negeri;

9. Mengembangkan dan penguatan IKM modern penghasil komponen alat kesehatan melalui bantuan teknis dan peralatan uji.

3. INDUSTRI TEKSTIL, KULIT, ALAS KAKI DAN ANEKA

a. Industri Tekstil: Serat tekstil, Rajut,

Garmen fashion, Tekstil Khusus. b. Industri Kulit dan Alas Kaki:

Alas kaki, Produk kulit khusus, Kulit sintetis,

bahan kulit non-konvensional. c. Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu: Kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, Furniture kayu dan rotan

d. Industri Plastik, Pengolahan Karet dan Barang dari Karet:

Plastik untuk

keperluan umum, karet untuk keperluan

umum, dan karet untuk keperluan khusus (antara lain: untuk kesehatan,

otomotif, dan elektronik)

Industri Tekstil

1. Pendirian pabrik serat sintetik yang berorientasi pasar domestik & eskpor (dengan pengutamaan kebutuhan domestik;

2. Pengembangan industri pewarna tekstil dan aksesoris;

3. Perumusan kebijakan Pemerintah untuk industri garmen agar dipersyaratkan menggunakan kain dalam negeri secara

bertahap;

4. Pengembangan kompetensi kerja SDM industri tekstil sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

5. Penguatan tempat uji kompetensi (TUK) dan lembaga sertifikasi SDM industri tekstil;

6. Peningkatan kemampuan, kualitas & efisiensi industri TPT termasuk IKM melalui pelatihan desain dan teknologi

proses termasuk untuk mewujudkan industri hijau; 7. Pendirian pusat desain dan pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri tekstil;

8. Melanjutkan Program Restrukturisasi

Mesin/Peralatan ITPT untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi;

9. Pemberian insentif bagi investor industri tekstil khusus berteknologi tinggi;

10. Harmonisasi sistem perpajakan antara pajak keluaran dan pajak masukan dikaitkan dengan jangka waktu restitusi;

11. Pengembangan kebijakan sistem agunan mesin tekstil untuk pembiayaan industri;

(37)

12. Pengembangan kebijakan pengamanan industri dalam negeri melalui safeguards dan tindakan pengamanan lainnya;

13. Pengembangan standardisasi & perlindungan terhadap Hak atas kekayaanintelektual design produk tekstil;

14. Peningkatan peran asosiasi untuk memperkuat kolaborasi antar pelaku industri sepanjang rantai pasok industri tekstil dan produk tekstil.

Industri Kulit dan Alas Kaki

1. Pengembangan industri bahan baku kulit sintetis dalam negeri;

2. Standarisasi bahan baku untuk industri kulit dan alas kaki untuk mencegah barang impor berkualitas rendah; 3. Pemetaan potensi industri kulit dan alas kaki nasional;

4. Penguatan sentra IKM melalui penguatan

kelembagaan dan teknologi;

5. Peningkatan kemampuan (terutama ergonomical design) industri alas kaki yang telah memiliki pangsa pasar tinggi untuk bersaing secara global;

6. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual design produk alas kaki yang dihasilkan di dalam negeri; 7. Peningkatan promosi industri alas kaki customized secara ekslusif pada forum resmi nasional dan internasional untuk

memunculkan industri kelas dunia;

8. Peninjauan kebijakan ekspor bahan baku kulit mentah (wet blue);

9. Koordinasi dengan sektor peternakan untuk mengatasi hambatan kualitas bahan baku terkait persyaratan kesehatan hewan;

10. Pengembangan teknologi pengolahan limbah penyamakan kulit;

11. Penyebaran industri kulit dan alas kaki dengan memperhatikan potensi sumber daya wilayah termasuk kewajiban pemenuhan UMR;

12. Pendirian pusat desain dan pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri kulit dan alas kaki;

13. Melanjutkan Program Restrukturisasi

Mesin/Peralatan IAK dan IPK untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi;

14. Harmonisasi sistem perpajakan antara pajak keluaran dan pajak masukan dikaitkan dengan jangka waktu restitusi;

15. Peningkatan kemampuan penelitian dan

pengembangan industri kulit khusus untuk

(38)

Industri Furnitur dan Barang Lainnya Dari Kayu 1. Melakukan pendampingan dan mentoring terhadap IKM dalam rangka mendapatkan sertifikat legalitas kayu (SVLK)

2. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi dengan instansi terkait dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir.

3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam penguasaan teknik produksi dan desain untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk

4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu, rotan dan furniture.

5. Penerapan teknologi pemanfaatan bahan baku alternatif dari (kayu sawit, kayu karet, dsb)

6. Fasilitas akses terhadap sumber pembiayaan yang kompetitif untuk meningkatkan kinerja ekspor furnitur 7. Meningkatkan promosi dan perluasan pasar guna mendorong tumbuhnya industri furniture rotan dalam negeri

Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang dari karet

1. Memfasilitasi pengembangan industri plastik, pengolahan karet dan barang dari karet untuk produk keperluan umum.

2. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan

terintegrasi sebagai upaya penguasaan teknologi

proses dan rekayasa produk industri plastik,

pengolahan karet dan barang dari karet

3. Memperkuat kemampuan nasional untuk

memproduksi mesin dan peralatan produksi dari industri plastik dan karet hilir

4. Mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk meningkatkan keterkaitan antara industri besar dan industri kecil dan menengah.

5. Memperkuat infrastruktur dalam rangka

pemberlakuan SNI wajib

6. Pengembangan sektor plastik hulu untuk

mengurangi ketergantungan bahan baku 7. Peningkatan kompetensi SDM.

4. INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI

a. Industri Kendaraan Bermotor:

Komponen otomotif, Penggerak mula (engine) BBM, gas dan Listrik, erangkat

transmisi (power train), Alat berat.

b. Industri kereta api: Kereta diesel dan listrik

1. Pengembangan road map industri alat tarnsportasi secara komprehensif yang bersifat antar moda dengan memperhatikan kapasitas, kualitas, teknologi, dan karakteristik kebutuhan transportasi/ konektivitas di dalam negeri, serta kaitannya dengan jaringan

transportasi global yang memperhatikan posisi

geostrategis Indonesia;

2. Penguatan sub sektor industri pemesinan melalui revitalisasi mesin dan peralatan presisi pada industri perkapalan, kereta api dan pesawat terbang;

(39)

c. Industri perkapalan: Kapal laut, Komponen kapal (mekanikal & elektronik), Perawatan kapal d. Industri kedirgantaraan:

Pesawat

terbang propeler, Komponen pesawat,

Perawatan pesawat.

3. Penyediaan bahan baja dan non baja serta paduannya, dan bahan pendukung (komposit, keramik plastik dan karet) yang memenuhi kebutuhan spesifik bagi industri alat transportasi;

4. Pengembangan regulasi melalui koordinasi dengan instansi terkait tentang ijin transportasi darat, laut dan udara;

5. Pengembangan kebijakan penggunaan produk dalam negeri yang memiliki daya saing melalui perjanjian secara bertahap dengan pihak principal;

6. Pengembangan sistem untuk status legal

kepemilikan mesin yang diperlukan bagi penjaminan pinjaman ;

7. Pengembangan kebijakan tahapan penguasaan teknologi pada bahan bakar (fosil & non fosil) untuk penggerak mula ;

8. Pengembangan standardisasi produk, proses, manajemen (ISO9000, ISO14000, dan ISO 26000), dan industri hijau, serta spesifikasi teknis, dan pedoman tata cara di industri transportasi;

9. Pengembangan pasar domestik melalui

pengembangan infrastruktur transportasi yang

terintegrasi dengan pengembangan perwilayahan industri (penyebaran dan

konektivitas);

10. Pengembang an kawasan industri dan sentra IKM khusus industri alat transportasi;

11. Penguatan sentra IKM modern (logam, karet, plastik, kulit) pendukung industri transportasi secara umum yang dilengkapi dengan UPT proses dan pengukuran presisi;

12. Pengembangan kapasitas industri pemesinan

melalui upaya efisiensi produksi termasuk

penghematan penggunaan energi;

13. Pengembangan komponen logam terstandar untuk efisiensi industri alat transportasi;

14. Penyediaan dan peningkatan kemampuan SDM dengan kompetensi pada design engineering, proses presisi, pengukuran presisi, dan mekatronika/robotika melalui

pelatihan, dan bimbingan teknis;

15. Pengembangan regulasi alih daya yang memadai

untuk pembentukan iklim usaha agar dapat

memberikan jaminan pasokan melalui kegiatan alih daya (outsourcing) proses, produk dan SDM;

16. Pengembangan jumlah dan kompetensi konsultan IKM pada sentra khusus IKM industri alat transportasi; 17. Penguasaan teknologi sistem manufaktur bagi industri alat transportasi yang efisien ;

18. Penguatan balai melalui kerjasama penelitian tentang paduan logam bernilai tambah tinggi, serta

(40)

kolaborasi penelitian dan pengembangan teknologi dan aplikasinya, termasuk untuk alat transportasi hemat energi, serta pengembangan infrastruktur lab uji kendaraan bermotor.

19. Pengembangan design center industri alat

transportasi.

5. INDUSTRI ELEKTRONIKA DAN TELEMATIKA (ICT)

a. Industri Elektronika: Smart home

appliances, Komponen elektronika

(tanpa komponen fabrikasi/ fabless)

b. Industri Komputer: Komputer c. Industri Peralatan Komunikasi:

Transmisi telekomunikasi, Smart

mobile phone.

1. Membangun sistem monitoring secara kritis perkembangan kebutuhan dan teknologi terkait dengan

kegiatan competitive intelligence di negara maju;

2. Pengembangan program penyediaan bahan baku logam, paduan logam, plastik dan komposit untuk industri komponen ICT;

3. Pengembangan standardisasi produk ICT untuk mengurangi variasi sehingga diperoleh volume total yang semakin besar dan efisien;

4. Pengembangan riset untuk perancangan produk ICT yang efisien, tepat guna (sesuai user), cerdas (smart) dan yang

mengintegrasikan berbagai fungsi kehidupan;

5. Pengembangan center of excellent industri ICT milik

pemerintah termasuk untuk kebutuhan hankam; 6. Pengembangan riset material untuk baterai ukuran kecil dan berdaya tinggi;

7. Fasilitasi alih teknologi industri baterai untuk keperluan elektronika melalui akuisisi industri baterai yang memiliki

teknologi maju;

8. Mengkoordinasikan penelitian dan pengembangan sistem (konten) elektronika dan telematika untuk keperluan komersial dan pertahanan;

9. Pengembangan industri radar dan satelit, termasuk stasiun relay;

10. Fasilitasi pendirian pabrik komponen mikro-nano

elektronika (tidak termasuk foundry);

11. Pengembangan kawasan industri dan/atau sentra khusus (techno-park) mikroelektronika dan telematika yang diisi oleh industri ICT;

12. Peningkatan kemampuan dan peran IKM penghasil

komponen untuk industri elektronika melalui

pengembangan sentra khusus dengan UPT yang dilengkapi alat ukur dan alat uji mekanis dan kelistrikan yang presisi;

13. Fasilitasi untuk penguasaan teknologi dan produksi melalui akuisisi industri alat uji dan pengukuran maju; 14. Pemetaan dan pengembangan potensi rare earth material yg berpotensi utk dikembangkan mjd material nano-bio ICT. 15. Pengembangan industri pemesinan mikro.

6. INDUSTRI PEMBANGKIT ENERGI Industri Alat Kelistrikan:

Motor/generator

1. Pengembangan kebijakan pemetaan kebutuhan dan penggunaan sumber energi dari migas dan batubara (energy balance);

(41)

listrik, Baterai, Solar cell. 2. Pemetaan proses dan teknologi industri yang lahap energi untuk implementasi manajemen energi dan penyusunan

kebijakan industri yang hemat energi;

3. Pengembangan roadmap secara komprehensif

melalui analisis keekonomian sumber energi

terbarukan serta penyusunan jadwal konversi energi secara terencana dalam jangka panjang;

4. Pengembangan kebijakan energi terbarukan termasuk insentif, penyediaan infrastruktur dan pelestarian/keseimbangan sumber;

5. Penelitian dan pengembangan potensi rare earth

elements (REE) sebagai bahan paduan dan bahan baku nuklir;

6. Fasilitasi pendirian pabrik/ pusat pengolahan bahan baku pembuat magnet;

7. Fasilitasi pendirian pabrik yang mengolah material menjadi komponen pembangkit listrik tenaga surya; 8. Fasilitasi alih teknologi industri sel surya melalui pendirian atau akuisisi;

9. Falisitasi Penelitian dan pengembangan produk solar cell untuk implementasi di industri dan masyarakat;

10. Pengembangan kebijakan pemanfaatan listrik

perumahan dari solar cell untuk menambah kapasitas

daya listrik nasional;

11. Fasilitasi pendirian pabrik/pusat pengolahan lanjut REE produk bahan baku nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau bahan penolong beradiasi di industri;

12. Pengembangan rancang bangun fasilitas

pembangkit listrik tenaga nuklir efisien dgn tingkat keselamatan yg tinggi;

13. Pengembangan riset manajemen energi dan

pengembangan metoda atau komponen utk

penghematan energi;

14. Pengembangan riset kabel konduktor khusus dan logam magnet berdaya tinggi untuk menghasilkan motor/generator

listrik yang efisien;

15. Pengembangan dan penguasaan teknologi design dan engineering untuk pembangkit listrik yang efisien termasuk penguasaan HKI dan penjaminan resiko teknologi;

16. Penguasaan teknologi dan produksi melalui akuisisi industri alat uji dan pengukuran yang sudah maju;

17. Pengembangan teknologi produksi hidrogen dan fuel cell untuk penggerak mula di produk alat transportasi.

Gambar

Gambar 1. Peta Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019
Tabel 1. Visi dan Misi Pembangunan Industri Kemenperin  VISI PEMBANGUNAN
Gambar 2. Peta strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Tahun 2015 - 2019
Gambar 3. Peta Strategis Baristand Industri Banda Aceh Tahun 2015–2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, bimbingan, pengendalian, pengembangan teknis

20% dari keseluruhan jumlah mahasiswa departemen tersebut yang terdaftar di semester yang sedang berjalan untuk Calon Anggota Independen Badan Perwakilan Mahasiswa

[r]

[r]

Karya Tugas Akhir diserahkan ke Perpustakaan dan Jurusan dalam bentuk hardcopy dan softcopy. Untuk bagian Lampiran nama file sesuai dengan penomoran

Merujuk pada hasil penelitian Adams dan White terhadap desertasi bidang administrasi negara yang diterbitkan dalam Dissertation Abstract International (DAI) pada tahun 1992,

The purpose of this study was to examine how much organizational citizenship behavior could be predicted by five conflict resolution strategies (forcing, smoothing,

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada perbedaan yang signifikan antara efektivitas