• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN AGROINDUSTRI BERBAHAN BAKU HANJELI (Coix lacryma-jobi L.) DENGAN PENDEKATAN SISTEM AGRIBISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN AGROINDUSTRI BERBAHAN BAKU HANJELI (Coix lacryma-jobi L.) DENGAN PENDEKATAN SISTEM AGRIBISNIS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERAGAAN AGROINDUSTRI BERBAHAN BAKU HANJELI (Coix lacryma-jobi L.)

DENGAN PENDEKATAN SISTEM AGRIBISNIS

Leni Nurandriani1)

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi leninurandriani18@gmail.com

Tenten Tedjaningsih2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi tenten_ks@yahoo.co.id

Betty Rofatin3)

Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi bettyrofatin@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keragaan Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli dilihat dari pendekatan sistem agribisnis, titik impas nilai penjualan dan volume produksi pada Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli, dan titik impas apabila terjadi perubahan harga input usaha Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus pada seorang pengrajin Kue Siput Hanjeli anggota Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama di Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian menunjukan bahwa Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli memperoleh bahan baku dari hasil usahatani, dari anggota KWT Mekar Bersama, petani diluar anggota dan dari kelompok tani lain. Sedangkan bahan penolong dan sarana produksi lain diperoleh dari pedagang pasar maupun toko di daerah Kabupaten Ciamis. Produktivitas usahatani tanaman hanjeli yang dijalankan masih rendah. Agroindustri pengolahan kue siput hanjeli terdiri dari proses penggilingan biji hanjeli, proses penggilingan tepung hanjeli, pembuatan adonan kue, pencetakan, penggorengan, penirisan, dan pengemasan. Terdapat dua saluran pemasaran Kue Siput Hanjeli yaitu saluran nol tingkat (produsen – konsumen) dan saluran satu tingkat (produsen – pengecer – konsumen). Lembaga yang terlibat dalam pengembangan usaha Agroindustri Kue Siput Hanjeli yaitu KWT Mekar Bersama Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis dan BP3K Kecamatan Panjalu. Penerimaan yang diterima untuk satu kali proses produksi adalah sebesar Rp.700.000,00 dengan volume produksi sebanyak 14 kg. Titik impas nilai penjualan pada agroindustri berbahan baku hanjeli yaitu Rp.1.194,05 dan titik impas volume produksi sebesar 0,024 kg (24 gram). Saat harga input mengalami kenaikan sebesar 7,54 persen dan harga output tetap maka titik impas nilai penjualan dan volume produksi mengalami perubahan sebesar 13,13 persen dan 12,5 persen dengan kenaikan nilai penjualan menjadi Rp.1.350,88 dan volume produksi menjadi 0,027 kg(27 gram).

Kata Kunci : Sistem Agribisnis, Titik Impas, Agroindustri Hanjeli.

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the various of agroindustrial made of Hanjeli seen from the agribusiness system approach, the breakeven of selling value and he production volume in agroindustrial made of Hanjeli, and the breakeven if the input price changes of agroindustrial made of Hanjeli business occurs. The method used is the case study to a Hanjeli baker (cookies maker) the member of women farmers, Mekar Bersama in village, Panjalu district, Ciamis. The result of analysis that the the agroindustrial made of Hanjeli gained the material from the farm produces of Mekar Bersama woman farmers, and from

(2)

2

other groups. While the supporting tool and other production facilities were gained from market trader in Ciamis region, but the productivity is still low. This production consists of milling process of the Hanjeli seeds, milling process of hanjeli flour, making of cake dough, shaping process, frying, filtering, and packing. There are two ways in marketing this Hanjeli cake is zero level (producer-consument) and one level (producer-retailer-consument). Institution involved in the development of this production is the woman farmers Mekar Bersama Departmen of Agriculture Ciamis, public health office Ciamis and BP3K Panjalu district. Marketing value in one time production is RP.700000 with 14kg weight of production. The breakeven of this value is RP.1194.05 and the breakeven of the volume production is 0,024kg (24gram). When the input price increases 7.54 percent and output remains the same, so the breakeven of marketing value and production volume increase in to 13.13 percent and 12.5 percent with the increasing of marketing in to Rp.1350.88 and the production value in to 0.027kg (27gram).

Key Word : Agribusiness System, Break Event Point, Agroindustrial of Hanjeli.

PENDAHULUAN

Kebutuhan manusia tidak terlepas dari kebutuhan pangan, maka urusan pangan menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi manusia. Di Indonesia, beras merupakan sumber pangan utama yang dikonsumsi. Pada tahun 2014, impor beras nasional mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu dari 472.664,7 ton menjadi 844.163,7 ton (BPS Indonesia, 2015). Selain beras kebutuhan pangan lainnya seperti gandum juga merupakan kebutuhan yang penting terutama untuk pembuatan terigu sebagai bahan makanan dari mulai industri – industri besar pengolahan makanan sampai ke rumah tangga yang digunakan sehari – hari oleh masyarakat. Pada tahun 2012 impor gandum berjumlah 6,25 juta ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 6,72 juta ton dengan negara impor terbesar dari Australia, USA dan Canada (APTINDO, 2014).

Ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan terutama beras dan gandum merupakan penyebab utama terjadinya kerawanan pangan di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengembangkan dan memanfaatkan tanaman pangan alternatif yang jenisnya beragam dan potensial untuk dikembangkan di Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Program keanekaragaman (diversifikasi) pangan merupakan salah satu cara mengatasi kelangkaan bahan makanan. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan beragam tanaman sumber karbohidrat alternatif (non beras) untuk menunjang diversifikasi pangan, seperti hanjeli, jawawut, soba, millet, ganyong, dan lain-lain (Tati Nurmala, 2003).

Hanjeli atau jali mempunyai banyak nama seperti Job’s Tears, adlay, coicissemen atau pearl barley, namun di Indonesia lebih dikenal dengan nama Hanjeli atau Jali. Hanjeli (Coix

(3)

3

lacryma-jobi L.), merupakan tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari suku padi-padian atau Poaceae. (Savitri dalam Ditta, 2015).Tanaman hanjeli merupakan bahan pangan alternatif (nonberas) yang mudah dibudidayakan, tahan terhadap hama penyakit, toleran terhadap kekeringan dan kelebihan air serta memiliki adaptasi luas pada berbagai kondisi lingkungan.. Kurangnya pemanfaatan hanjeli kemungkinan besar diakibatkan oleh kurangnya perhatian masyarakat dan publikasi tentang manfaat hanjeli. Kurangnya publikasi tentang hanjeli juga menyebabkan tidak adanya informasi terbaru tentang sebaran, daerah produsen. Biji hanjeli kaya akan kandungan gizi, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Hanjeli dan Serelia Lainnya.

Komponen Hanjeli Beras Jagung Jawawut Sorgum Barley Energi (Kkal) Karbohidrat(%) Protein (%) Lemak (%) Serat (%) Abu (g) Ca (mg) Fe (mg) Vit. B1(mg) Vit. B2 (mg) Niasin (mg) 1506.0 76.40 14.10 7.90 0.90 1.60 54.0 0.80 0.48 0.10 2.70 1711.00 87.70 8.80 2.10 0.80 1.30 18.00 3.20 0.39 0.08 5.80 1690.00 83.00 10.50 4.90 2.70 1.60 16.00 3.20 0.34 0.13 2.40 1573.00 78.90 12.80 5.60 1.70 2.70 56.00 10.10 0.35 0.16 2.00 1628.00 82.00 11.40 4.20 2.50 1.70 25.00 4.30 0.37 0.20 4.40 1586.00 83.20 12.20 2.40 2.90 2.20 58.00 7.00 0.36 0.12 6.00 Sumber : Plant Resources Of South-East Asia No 10 Cereals , dalam Aditya dkk (2014). Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah penghasil hanjeli meskipun belum dibudidayakan secara monokultur dan hanya ditanam sebagai tanaman sela pada tanaman palawija lainnya karena belum banyak yang mengolah hasil hanjeli tersebut menjadi berbagai macam produk makanan lainnya selain bubur atau beras hanjeli. Salah satu agroindustri yang mengolah hasil tanaman hanjeli menjadi produk makanan olahan yang beragam adalah Unit Produksi Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Bersama di Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Agroindustri ini mengolah biji hanjeli menjadi tepung hanjeli dalam upaya mengurangi penggunaan tepung terigu dan dibuat menjadi produk makanan yang beraneka ragam, salah satu produk yang menjadi ciri khas agroindustri ini adalah Kue Siput Hanjeli yang pemasarannya sudah mulai tersebar luas ke beberapa daerah. Agroindustri ini sudah melakukan kegiatan yang mencakup lima subsistem agribisnis yaitu dari mulai dari

(4)

4

pengadaan sarana dan prasarana, melakukan usahatani tanaman hanjeli dan mengolahnya menjadi produk makanan yang kemudian di pasarkan sendiri serta dalam kegiatannya tidak terlepas dari beberapa lembaga yang menunjang kegiatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada kelompok tani tersebut. Agar penelitian lebih terarah maka penulis membatasi penelitian pada keragaan Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli dengan pendekatan sistem agribisnis.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai : (1) bagaimana keragaan agroindustri berbahan baku hanjeli berdasarkan pendekatan sistem agribisnis? (2) berapa titik impas nilai penjualan dan volume produksi pada agroindustri berbahan baku hanjeli? (3) berapa titik impas apabila terjadi perubahan harga input pada agroindustri berbahan baku hanjeli? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaan agroindustri berbahan baku hanjeli berdasarkan pendekatan sistem agribisnis, titik impas nilai penjualan dan volume produksi pada agroindustri berbahan baku hanjeli dan titik impas apabila terjadi perubahan harga input pada agroindustri berbahan baku hanjeli.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus pada seorang pengrajin Kue Siput Hanjeli anggota Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama di Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Sugiyono (2012), menyatakan bahwa purposive merupakan teknik penetuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan dipilihnya pengrajin Agroindustri Kue Siput Hanjeli produksi Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama dengan pertimbangan bahwa pengrajin tersebut merupakan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan ciri khas olahan hanjeli, selain melakukan kegiatan usahatani tanaman hanjeli juga sekaligus memasarkannya.

Analisis yang digunakan adalah analisis titik impas yang merupakan suatu cara atau teknis untuk mengetahui batas minimal nilai penjualan dan volume produksi yang dihasilkan dari suatu usaha dimana usaha tersebut dalam keadaan impas. Analisis Break Event Point (BEP) menurut Soehardi Sigit (1993) :

BEP Nilai Penjualan = Biaya Tetap 1 - Biaya Variabel Penerimaan BEP Volume Produksi = BEP Nilai Penjualan

(5)

5

Harga output

Perubahan titik impas sebagai akibat dari adanya perubahan harga input dapat diketahui dengan Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) dengan rumus :

SA = Biaya Tetap x Penerimaan Penerimaan – Biaya Variabel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli Dengan Pendekatan Sistem Agribisnis.

Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli merupakan bagian dari unit produksi KWT Mekar Bersama dan produk yang dihasilkan berupa Kue Siput Hanjeli. Agroindustri ini melibatkan lima subsistem agribisnis yang saling berkaitan satu sama lain mulai dari sarana produksi (agribisnis hulu), usahatani, pengolahan (agroindustri), pemasaran dan lembaga penunjang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sistem Agribisnis pada Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli.

Subsistem Agribisnis Hulu

Sarana produksi yang dibutuhkan dalam usahatani hanjeli seperti benih, pupuk dan pestisida menggunakan produk organik yang di produksi sendiri oleh KWT Mekar Bersama. Sedangkan alat – alat dan mesin pertanian lainnya diperoleh dari toko pertanian yang menjual alat – alat pertanian di daerah sekitar. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga dan petani sekitar.

(6)

6

Bahan baku diperoleh dari hasil usahatani, dari anggota KWT Mekar Bersama, petani diluar anggota dan dari kelompok tani lain. Bahan penolong berupa peralatan dan bahan – bahan campuran yang digunakan untuk pembuatan Kue Siput Hanjeli diperoleh dari pedagang yang berada di pasar Panjalu. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk satu kali proses produksi sebanyak dua orang dari anggota KWT Mekar Bersama.

Subsistem Usahatani

Usahatani hanjeli yang dijalankan oleh responden sudah berlangsung sekitar dua tahun. Luas lahan yang ditanami hanjeli yaitu sekitar 200 bata atau 2.800m2. Biji hanjeli yang di budidayakan adalah varietas Ma-yuen disebut juga hanjeli ketan yang berkulit lebih tipis dan lebih lunak dengan warna kulit biji cokelat kekuningan, kuning gading sampai ke merah jambu (Widhi Cahyani, 2010).

Hanjeli mudah di budayakan, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap kekeringan dan kebanjiran. Tanaman hanjeli dapat tumbuh di berbagai tempat, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman hanjeli juga dapat tumbuh di daerah kering meskipun tumbuh baik di daerah yang pengairannya lebih baik. Hanjeli dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1000 mdpl dan sangat menyukai daerah terbuka. Tumbuh cocok di tanah berpasir, lempung dan liat dengan pH sekitar 4,3 - 7,3 (Hyne, dalam Tati Nurmala, 2003).

Teknik budidaya tanaman hanjeli lebih mudah dibandingkan dengan serealia lain dan dapat diperbanyak melalui biji. Perbanyakan yang dilakukan oleh responden yaitu dengan biji yang di awali dengan pemilihan biji yang sehat dan bernas.

Pengolahan tanah perlu dilakukan untuk menggemburkan tanah. Jarak tanam yang digunakan yaitu 75x50cm dengan 2 – 3 biji perlubang tanam. Teknik budidaya hanjeli yang dilakukan oleh responden menggunakan sistem tumpangsari dengan jagung. Pemupukan yang dilakukan oleh responden hanya satu kali yaitu pada saat hanjeli berumur 30 HST dengan menggunakan pupuk organik yang di buat sendiri. Dosis pupuk organik yang diberikan untuk luas lahan 200 bata adalah 250 kg pupuk organik atau 0,86 ton/ha. Penyulaman dilakukan pada umur 21 - 24 HST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila terdapat serangan, namun tanaman hanjeli relatif sedikit hama dan penyakitnya begitu juga persaingan dengan gulma.

Panen hanjeli dilakukan pada saat biji sudah matang fisiologis, yang ditandai dengan biji telah berisi atau bernas, keras bila ditekan dengan tangan dan warna kulit biji cokelat

(7)

7

kekuningan. Panen dilakukan hanya sampai dua kali panen agar biji hanjeli yang diperoleh tetap terjaga kualitasnya. Umur panen hanjeli pertama berkisar 141 - 181 HST, rata-rata 165 HST. Umur panen kedua sama dengan umur panen pertama. Tinggi tanaman hanjeli mencapai 130 sd 182 cm dengan hasil 2 - 3 ton/ha, dan rendemen biji hanjeli tertinggi mencapai 43 persen (Tati Nurmala, 2015). Namun sampai saat ini rendemen biji hanjeli yang diusahakan responden baru sampai 25 persen dengan hasil rata – rata 5 kuintal dari 200 bata atau 1,75 ton/ha dengan hasil rata – rata per rumpun sebanyak 0,8 kg biji hanjeli.

Kegiatan pasca panen adalah pengeringan dengan cara dijemur dibawah terik matahari biasanya selama 1 minggu hingga warna kulit biji berwarna coklat kehitaman dan kadar air berkurang hingga 13 persen agar masa simpan biji hanjeli lebih lama bahkan lebih dari satu tahun. 1 kg biji hanjeli basah akan menghasilkan 0,5 kg biji hanjeli kering, sehingga dari hasil panen 5 kuintal biji hanjeli basah akan menjadi 2,5 kuintal biji hanjeli kering.

Subsistem Agroindustri

Proses Pembuatan Tepung Hanjeli.

Proses pembuatan tepung hanjeli memerlukan dua kali proses penggilingan. Proses penggilingan pertama yaitu proses pemisahan kulit hanjeli dari biji hanjeli. Setelah proses penggilingan, kemudian dilakukan proses pemilihan batok atau kulit biji hanjeli yang masih tersisa dalam hanjeli. Proses penggilingan yang kedua yaitu menjadi tepung hanjeli. 1 kg biji hanjeli kering akan menghasilkan rendemen biji hanjeli 25 persen dan menghasilkan 2,5 ons tepung hanjeli.

Proses Pembuatan Kue Siput Hanjeli.

Pembuatan kue siput hanjeli produksi KWT Mekar bersama melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Tepung hanjeli, tepung terigu, bumbu penyedap rasa dan air dimasukan kedalam baskom kemudian diaduk hingga rata sampai adonan benar – benar kalis dan tidak lengket.

2. Setelah adonan merata, adonan dicetak dengan alat cetak kue siput hanjeli.

3. Minyak goreng dipanaskan di wajan dengan api sedang dan relatif stabil agar kematangan kue merata.

4. Adonan yang sudah dicetak digoreng sampai warna kue terlihat agak menguning. 5. Jika sudah matang, kue diangkat lalu tiriskan selama 15 menit.

(8)

8

Pengemasan.

Pengemasan dilakukan setelah kue siput hanjeli ditiriskan. Kemasan yang digunakan berupa plastik agak tebal ukuran 18x28cm. Kue Siput Hanjeli dikemas dengan berat bersih 250 gram/kemasan. Setelah dikemas, plastik di press dengan menggunakan sealer dan diberi label nama produk.

Subsistem Pemasaran.

Gambar 2. Saluran Pemasaran Kue Siput Hanjeli

Saluran pemasaran Kue Siput Hanjeli ini relatif sederhana yaitu hanya terdapat dua macam saluran pemasaran yang terdiri dari saluran nol tingkat dan saluran satu tingkat. Pemasaran lebih sering terjadi pada saluran nol tingkat dimana responden menjual langsung produk Kue Siput Hanjeli ke konsumen akhir dengan rata – rata volume penjualan sebanyak 75 persen untuk satu kali proses produksi. Volume penjualan pada saluran satu tingkat relatif lebih sedikit yaitu sekitar 25 persen. Ada perbedaan harga antara penjualan ke konsumen akhir dan ke pengecer. Responden menjual Kue Siput Hanjeli ke konsumen akhir Rp. 50.000,00/kg dan ke pengecer dengan harga Rp.46.000,00/kg. Melihat volume penjualan lebih banyak terjadi pada saluran nol tingkat, maka untuk keperluan analisis titik impas nilai penjualan dan volume produksi harga produk yang digunakan adalah harga ke konsumen akhir yaitu Rp50.000,00/kg.

Subsistem Jasa Penunjang.

Keberadaan lembaga seperti Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, BP3K Kecamatan Panjalu dan KWT Mekar Bersama memiliki pengaruh dalam menjalankan usaha Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli dan berperan besar dalam mengembangkan usaha tersebut. Sejak tahun 2014 responden menjalankan usaha Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli dibawah binaan KWT Mekar Bersama yang cukup membantu dalam hal permodalan dan pemasaran serta lebih mudah dalam memperoleh bantuan – bantuan dari dinas dan instansi terkait untuk mengembangkan usahanya. Pelatihan

Informasi, uang Produk Keterangan :

(9)

9

– pelatihan yang diadakan oleh dinas sangat membantu dalam melatih keahlian responden dan menambah wawasan dalam dunia usaha.

Titik Impas Nilai Penjualan dan Volume Produksi Agroindustri Kue Siput Hanjeli Biaya Tetap

Biaya tetap atau fixed cost adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Adapun rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya Tetap pada Agroindustri Kue Siput Hanjeli per Proses Produksi.

No. Jenis Biaya Jumlah

Biaya (Rp) 1. 2. 3. PBB Penyusutan peralatan Bunga modal tetap

13,70 456,50 0,99

Jumlah 470,29

Sumber : Data Primer Diolah, 2016.

Besarnya penggunaan biaya tetap yang dikeluarkan dalam Agroindustri Kue Siput Hanjeli per proses produksi yaitu sebesar Rp. 470,29. Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp. 13,70 per proses produksi dengan luas lahan bangunan 40 m2.

Penyusutan peralatan dihitung berdasarkan pengurangan nilai pembelian dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis alat tersebut. Besarnya penyusutan peralatan yaitu Rp. 456,50 per proses produksi. Adapun peralatan yang digunakan yaitu tampah, timbangan, sealer, nampan plastik, loyang, baskom plastik, cetakan kue hanjeli, spatula, wajan, penirisan, tabung gas LPG 3kg, kompor gas, selang gas, panci kecil dan gunting.

Bunga modal biaya tetap sebesar Rp. 0,99 yang dihitung berdasarkan suku bunga pinjaman yang berlaku di bank BRI yaitu sebesar 9 persen per tahun atau 0,02 persen per proses produksi.

Biaya Variabel

Biaya variabel yang digunakan dalam Agroindustri Kue Siput Hanjeli dihitung per proses produksi yaitu selama tiga jam. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan per periode produksi adalah sebesar Rp. 424.297,61. Rincian biaya variabel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel. 5.

(10)

10

Tabel 5. Biaya Variabel pada Agroindustri Kue Siput Hanjeli per Periode Produksi.

No Keterangan Unit Satuan Harga

Satuan (Rp) Jumlah (Rp) Persentase (%)

1 Biji hanjeli kering 32 kg 4.000,00 128.000,00 30,17

2 Giling biji 32 kg 400,00 12.800,00 3,02 3 Giling tepung 8 kg 4.500,00 36.000,00 8,48 4 Mentega 2,4 kg 14.000,00 33.600,00 7,92 5 Terigu 1,6 kg 8.000,00 12.800,00 3,02 6 Telur 1 kg 18.000,00 18.000,00 4,24 7 Bawang putih 0,1 kg 40.000,00 4.000,00 0,94 8 Keju 0,8 kg 80.000,00 64.000,00 15,08 9 Minyak 2,5 liter 13.000,00 32.500,00 7,66

10 Bumbu penyedap rasa 0,16 kg 35.000,00 5.600,00 1,32

11 Plastik ukuran 28x18cm 0,56 kg 35.000,00 19.600,00 4,62

12 Label 56 lembar 200,00 11.200,00 2,64

13 Gas LPG 1 kg 7.333,33 7.333,33 1,73

14 Sarung tangan plastik 2 lembar 150,00 300,00 0,07

15 Biaya transport (BBM) 1 liter 8.000,00 8.000,00 1,89

16 Tenaga kerja 6 JKO 5.000,00 30.000,00 7,07

17 Listrik 0,34 Kwh 1.410,12 479,44 0,11

18 Bunga modal biaya

variabel - rupiah - 84,84 0,02

Jumlah 424.297,61 100,00

Sumber : Data Primer Diolah, 2016.

Biaya Total, Penerimaan, dan Keuntungan

Biaya total merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel per usahatani dengan satuan Rupiah (Ken Suratiyah, 2015). Biaya total agroindustri berbahan baku hanjeli per proses produksi sebesar Rp. 424.767,90.

Penerimaan merupakan perkalian dari hasil produksi dengan harga ouput (Soehardi Sigit, 1993). Jumlah hasil produksi dalam satu kali proses produksi adalah 14 kg Kue Siput Hanjeli. Penerimaan yang diterima oleh responden dari hasil produksi 14 kg Kue Siput Hanjeli dengan harga Rp.50.000,00/kg yaitu sebesar Rp.700.000,00.

Keuntungan per proses produksi dihitung dari penerimaan dikurangi biaya total produksi sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 275.232,10

Analisis Titik Impas (Break Event Point)

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa titik impas nilai penjualan Kue Siput Hanjeli adalah sebesar Rp. 1.194,05 dengan volume produksi sebanyak 0,024 kg. Pada keadaan ini pengusaha tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian, dimana penerimaan

(11)

11

pada saat itu sama dengan biaya yang dikeluarkan per proses produksi. Sementara itu penerimaan yang diperoleh dari Kue Siput Hanjeli adalah Rp. 700.000,00 dengan volume produksi sebanyak 14 kg dan lebih besar dari titik impas, maka usaha Agroindustri Kue Siput Hanjeli berada pada keadaan menguntungkan yaitu diatas titik impas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

.

Gambar 3. Titik Impas Agroindustri Kue Siput Hanjeli

Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analisis)

Analisis sensitivitas dilakukan pada saat harga input naik yaitu biji hanjeli kering dari harga Rp.4000,00 naik menjadi Rp. 5.000,00 atau biaya variabel naik sebesar 7,54 persen dan harga output tetap. Perubahan titik impas akibat adanya perubahan harga input dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perubahan Titik Impas Akibat Kenaikan Harga Input.

No Keterangan BEP

Nilai Penjualan Volume Produksi

1 2 3

BEP awal

Harga input naik 7,54 % Perubahan BEP Rp. 1.194,05 Rp. 1.350,88 13,13 % 0,024 kg 0,027 kg 12,5%

Berdasarkan pada Tabel 6, perubahan harga input sebesar 7,54 persen mengakibatkan perubahan titik impas nilai penjualan menjadi Rp. 1.350,88 atau mengalami kenaikan sebesar 13,13 persen dan titik impas volume produksi mengalami perubahan menjadi 0,027 kg atau mengalami kenaikan sebesar 12,5 persen. Perubahan titik impas lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

(12)

12

Gambar 4. Perubahan Titik Impas Akibat Kenaikan Harga Input.

Kenaikan harga input sebesar 7,54 persen berpengaruh pada titik impas. Namun adanya kenaikan harga input dengan harga output yang tetap, nilai penjualan dan volume produksi Agroindustri Kue Siput Hanjeli masih berada di atas titik impas dan berada di daerah untung sehingga masih layak untuk terus dilanjutkan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli memperoleh bahan baku dari hasil usahatani, dari anggota KWT Mekar Bersama, petani diluar anggota dan dari kelompok tani lain. Sedangkan bahan penolong dan sarana produksi lain diperoleh dari pedagang pasar maupun toko di daerah Kabupaten Ciamis. Agroindustri pengolahan kue siput hanjeli terdiri dari proses penggilingan biji hanjeli, proses penggilingan tepung hanjeli, pembuatan adonan kue, pencetakan, penggorengan, penirisan, dan pengemasan. Terdapat dua saluran pemasaran Kue Siput Hanjeli yaitu saluran nol tingkat (produsen – konsumen) dan saluran satu tingkat (produsen – pengecer – konsmen). Lembaga yang terlibat dalam pengembangan usaha Agroindustri Kue Siput Hanjeli yaitu KWT Mekar Bersama, Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis dan BP3K Kecamatan Panjalu.

2) Titik impas nilai penjualan pada agroindustri berbahan baku hanjeli yaitu Rp.1.194,05 dan titik impas volume produksi sebesar 0,024 kg (24 gram).

3) Saat harga input mengalami kenaikan sebesar 7,54 persen dan harga output tetap maka titik impas nilai penjualan dan volume produksi mengalami perubahan sebesar 13,13

(13)

13

persen dan 12,5 persen dengan kenaikan nilai penjualan menjadi Rp.1.350,88 dan volume produksi menjadi 0,027 kg (gram).

Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka penulis menyarankan hal – hal sebagai berikut:

1) Pengusaha dapat mengembangkan usahanya dan memperoleh keuntungan dengan memperhatikan titik impas nilai produksi dan nilai penjualan.

2) Adanya penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan usahatani hanjeli.

3) Adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan BEP Kue Siput Hanjeli berbahan baku langsung dari tepung hanjeli dengan tepung yang diolah sendiri dari biji hanjeli.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Murtilaksono, Tati Nurmala, Abraham Suriadikumah. 2014. Pemberian Mikoriza dan Pupuk Kalium Terhadap Peningkatan Produktivitas Akar dan Komponen Hasil Hanjeli (coix lacryma jobi l.) Pada Lahan Kering Jatinangor. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung. [Online]. Tersedia : http://jurnal.unpad.ac.id/ [Diakses 09 April 2016].

APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia). 2014. An Overview of The Indonesian Wheat Flour Industry. [Online]. Tersedia : http://www.aptindo.or.id/ [Diakses 27 April 2016].

Badan Pusat Statistik. 2015. Impor Beras Menurut Negara Asal Utama Tahun 2000-2014. [Online]. Tersedia : http://bps.go.id/ [Diakses 27 April 2016].

Ditta Astarina Muliawati. 2015. Skripsi. Perbedaan Kualitas Cake Komposit Tepung Jali Varietas Ketan dan Tepung Terigu. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. [Online]. Tersedia : http://lib.unnes.ac.id/ [Diakses 09 April 2016].

Ken Suratiyah. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Soehardi Sigit. 1993. Analisa Break Event. Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. Tati Nurmala. 2003. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Jakarta : Rineka Cipta.

Tati Nurmala, Aep Wawan, Fiky Yulianto. 2015. Hanjeli (Coix lacrymera-jobi L) Tanaman Ekslusif Multiguna. Bandung : Fakultas Pertanian UNPAD.

Widhi Cahyani. 2010. Skripsi. Substitusi Jagung (Zea Mays) dengan Jali (Coix Lacryma-jobi .L) pada Pembuatan Tortila : Kajian Karakteristik Kimia dan Sensori. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. [Online]. Tersedia : http://eprints.uns.ac.id/ [Diakses 09 April 2016].

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Hanjeli dan Serelia Lainnya.
Gambar 1. Sistem Agribisnis pada Agroindustri Berbahan Baku Hanjeli.
Tabel 4. Biaya Tetap pada Agroindustri Kue Siput Hanjeli per Proses Produksi.
Tabel 5. Biaya Variabel pada Agroindustri Kue Siput Hanjeli per Periode Produksi.
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Sebaran hujan yang dipengaruhi oleh fisiografi dan arah angin menyebabkan zona barat dan tengah wilayah penelitian memiliki curah hujan yang lebih tinggi dan

Di dalam dua buku tersebut Husein memaparkan metode yang digunakannya di dalam melakukan reaktualisasi fiqh klasik yang terkait dengan perempuan, meskipun tidak secara

Keunikan pandangan al-Tûfi mengenai kemaslahatan manusia yang menolak sumber-sumber hukum tradisional para cendekiawan, dan kesimpulan mereka karena tidak Islami dan

Penelitian ini dilatarbelakangi berdasarkan kondisi realitas yang diperoleh melalui pengamatan dan laporan dari beberapa guru mata pelajaran dan pengawas yang terhimpun dalam

Hasil uji hipotesis antara variabel prokrastinasi dan self efficacy menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan namun kurang memadai antara

Dan bahwa laporan magang berjudul “Data Cleansing dan Pembuatan Kettle Dengan Pentaho Data Integration Di PT Putera Handal Indotama” ini adalah karya ilmiah saya sendiri,

 Layanan pengiriman dokumen atau barang sampai tingkat berat 2 kg.  Waktu tempuh kiriman H+6 sampai

Tahap pelaksanaan siklus II ini dilaksnakan pada tanggal 23 Mei 2013 dengan dibantu teman sejawat sekaligus sebagai pengamat dalam pembelajaran, pada pelaksanaan siklus