• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Ada beberapa definisi dari gagal jantung kongestif, diantaranya yaitu:

Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan

jaringan akan oksigen dan nutrisi (Suddart and Brunner, 1997). Gagal jantung

kongestif adalah sindrom klinis yang berasal dari ketidakmampuan jantung

untuk memompa darah yang cukup teroksigenasi untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh (Nettina, 2002).

(2)

Menurut (Syaifudin, 1997)

Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot dimana kerjanya

seperti otot polos tetapi bentuknya seperti otot serat lintang. Letak di dalam

rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah

dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di

belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae.

Penentuan besar jantung sangat penting. Baik pada pemeriksaan klinik

maupun patologik. Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan.

Pada wanita berat jantung normal 250 – 300 gram, dan pada pria 300 – 350

gram. Tebal dinding ventrikel kanan 3 – 5 mm dan ventrikel kiri 1,3 – 1,5 cm.

bila tebal ventrikel melebihi angka-angka tersebut, maka menunjukkan adanya

hipertropi dan pembesaran, bila di bawah ukuran normal menunjukkan adanya

dilatasi.

Jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu endokardium yang merupakan

bagian yang paling dalam dari jaringan endotel, miokardium yang merupakan

lapisan inti/oto, dan pericardium merupakan bagian terluar, terdiri dari dua

lapisan yaitu viseral dan parietal yang bertemu di pangkal jantung membentuk

kantong jantung. Diantara keduanya terdapat lendir sebagai pelican.

Peredaran darah jantung terbagi menjadi dua, yaitu peredaran darah

sistemik dan peredaran darah pulmonal. Peredaran darah sistemik merupakan

peredaran darah dari jantung kiri masuk ke aorta melalui valvula semilunaris

aorta beredar ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan, melalui vena

(3)

arteri – kapiler vena – venolus – vena kava. Sedangkan peredaran darah

pulmonal adalah peredaran darah dari ventrikel dextra ke arteri pulmonalis

melalui valvula semilunaris, masuk ke paru kiri dan kanan kemudian kembali

ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.

Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup disebabkan oleh

karena adanya rangsangan yang berasal darisusunan saraf otonom. Dalam

kerjanya jantung mempunyai tiga periode, yaitu :

1. Periode kontriksi/sistol adalah keadaan dimana ventrikel menguncup.

Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Valvula

semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka,

sehingga darah ventrikel dextra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke

paru-paru. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta

kemudian diedarkan ke seluruh tubuh lama kontraksinya ± 0,3 detik.

2. Periode dilatasi/diastole adalah keadaan dimana jantung mengembang.

Katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka sehingga darah dari atrium

dextra masuk ke ventrikel dextra, darah dari atrium sinistra masuk ke

ventrikel sinistra. Selanjutnya darah yang ada di paru melalui vena

pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui

vena kava masuk ke atrium dextra. Lamanya dilatasi ± 0,5 detik.

3. Periode istirahat/relaksasi yaitu antara periode kontriksi dan dilatasi

dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu istirahat jantung

akan menguncup 70 – 80 /menit pada tiap kontraksi, jantung akan

(4)

kecepatan jantung bias mencapai 150 x/menit dengan daya pompa 20 – 25

liter/menit. Setiap menit, jumlah volume darah yang tepat sama sekali

dialirkan dari vena ke jantung, apabila pengambilan dari vena tidak

seimbang dan ventrikel gagal mengimbangi dengan daya pompa jantung

maka vena-vena yang dekat dengan jantung jadi membengkak berisi darah

sehingga tekanan darah vena naik dan dalam waktu lama bias menjadi

oedema

C. Etiologi

Penyebab gagal jantung antara lain adalah infark miokardium, miopati

jantung, defek katup, malformasi congenital, dan hipertensi kronik. Penyebab

spesifik gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri, hipertensi, PPOK

(Corwin, 2001).

D. Patofisiologi

Gagal jantung yang abnormal dapat berespon terhadap peningkatan

kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang

bervariasi untuk mempertahankan cardiac output (volume darah yang

dipompa oeh ventrikel permenit). Cardiac output dipengaruhi oleh pengaturan

denyut jantung dan pengaturan curah sekuncup. Mekanisme kompensasi

meliputi, respon sistem saraf sistemik terhadap baroreseptor atau

kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan

terhadap peningkatan volume vasokontriksiarteri renal dan aktifasi sistem

(5)

ADH dari reabsorbsi cairan. Kegagalan mekanisme kompensasi dapat

dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk

menentang peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung.

Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dan arteri

koronaria, menurunkan kardiak output dan menyebabkan oksigenasi yang

tidak adekuat ke miokardium.

Peningkatan tekanan dinding akibat akibat dilatasi menyebabkan

peningkatan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada

jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme

pemompaan. Dengan kata lain, apabila kebutuhan oksigen tidak terpenuhi

maka serat otot jantung semakin hipoksia, sehingga kontraktilitas menurun.

Hipertensi sistemik yang kronik menyebabkan ventrikel kiri

mengalami hipertropi dan melemah. Hipertensi paru yang berlangsung lama

akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertropi dan melemah.

Ventrikel yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke atrium

kiri, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel dan ke atrium kanan, maka darah akan

mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin

berkurangnya volume darahdalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah

serta pemburukan siklus gagal jantung.

Kenaikan tekanan vena pulmunalis mengakibatkan terjadinya

transudasi cairan dari kapiler ke dalam jaringan alveoli dan hal ini

menyebabkan sesak napas. Pengurangan curah jantung dan volume daraharteri

(6)

sistem angiotensin menyebabkan vaso kontriksi arteriola dan pemintasan

aliran darah menjauhi kortek perifer. Jadi kadar filtrasi glomeruli berkurang

seiring dengan peningkatanreabsorbsi tubuli proximal dan keduanya

menyebabkan retensi garam dan air.

Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi terjadi dilatasi dari

ruang peningkatan volume dan tekanan pada diastolic akhir ventrikel kanan.

Tekanan untuk mengisi ventrikel dan peningkatan tekanan ini sebaliknya

memantulkan ke hulu vena kava dan dapat diketahui dengan peningkatan pada

tekanan vena jugularis.

Retensi natrium dan air dapat terakumulasi pada rongga abdominal

akibat peningkatan intravaskuler yang mendorong cairan keluar dari sirkulasi

portal, yang dikenal sebagai asites. Hal ini dapat menimbulkan manifestasi

seperti mual, muntah, dan anoreksia.

E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala klien dengan gagal jantung (menurut Suddart and

Brunner, 2001) antara lain :

1. Meningkatnya tekanan intra vaskuler

Akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah

jantung.

2. Batuk dan nafas pendek

Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir

(7)

3. Edema paru

Akibat terjadi edema paru yang dimanifestasikan batuk dan nafas pendek.

4. Meningkatnya tekanan sistemik

Meningkatnya tekanan vena sistemik bias mengakibatkan edema periver

umum.

5. Penambahan BB

Diakibatkan oleh edema periver umum.

6. Pusing, lonfusi, kelelahan, intoleransi aktivitas dan panas, ekstremitas

dingin

Diakibatkan curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara

luas karena darah tidak mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah)

untuk menyampaikan oksigen yang dibutuhkan.

7. Haluaran urine berkurang (oliguri)

Diakibatkan tekanan perfusi ginjal menurun, mengakibatkan pelepasan

rennin dari ginjal, yang pada gilirannya akan menyebabkan sekresi

aldosteron retensi natrium dan cairan serta peningkatan tekanan intra

vaskuler.

F. Komplikasi

Komplikasi dari gagal jantung (menurut Sandra M, 2001) antara lain :

1. Disritmia jantung

2. Gagal miokard

3. Infark pulmonar

(8)

5. Emboli

6. Kematian

G. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan gagal jantung (menurut Mansjoer Arif, 2000)

antara lain :

1. Tirah baring

Meningkatkan oksigenasi dengan memberikan oksigen dan menurunkan

konsumsi O2 melalui istirahat/pembatasan aktivitas.

2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung

a. Mengatasi keadaan yang reversible termasuk tiroksikosis, miksedema,

aritmia.

b. Digitalisasi

1) Dosis digitalis

a. Digoksin oral umtuk digitalis cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6

dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4

hari.

b. Digoksin IV 0,75 – 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.

c. Cedi lanid > IV 1,2 – 1,6 mg dalam 24 jam.

2) Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari

untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.

3) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.

4) Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut

(9)

a. Digoksin 1 – 1,5 mg IV perlahan-lahan.

b. Cedilanid > 0,4 – 0,8 mg IV perlahan-lahan.

H. Pengkajian Fokus

Focus pengkajian asuhan keperawatan pada klien gagal jantung (menurut

Doengoes, E Marlyn, 1999) sebagai berikut :

1. Biodata

a. Jenis kelamin

Pada pria ditemukan 2x lebih banyak kematian dari pada wanita

b. Usia

Insiden ini banyak ditemukan pada pria berumur 33 – 55 tahun

c. Ras

Infark miokardium pada umumnya lebih jarang pada orang dengan

kulit berwarna

2. Pola hidup

Pada umumnya penyakit jantung banyak diderita oleh perokok, peminum

minuman keras, konsumsi makanan berkolesterol tinggi, obesitas.

3. Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia,

nyeri dada dengan aktivitas, dipsnoe pada istirahat atau pada

pengerahan tenaga

Tanda : Gelisah perubahan status mental, misal letargi. TTV berubah

(10)

4. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, infark miokard baru/akut, episode gagal

jantung kronik sebelumnya, penyakit katup jantung,

endokarditis, SLE, anemia, syok septic, bengkak pada kaki,

telapak kaki dan abdomen.

Tanda : TD mungkin rendah, normal atau tinggi

Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukkan penurunan

volume sekuncup

Frekuensi jantung : takikardi (gagal jantung)

Irama jantung : disritmia mis, fibrilasi atrium, kontraksi

ventrikel

Bunyi jantung : S3 (gallop), S4 dapat terjadi, S1 dan S2

mungkin melemah

Warna : kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis

Punggung kuku : pucat atau sianosik dengan pengisisan

kapiler lambat

Bunyi nafas : kreakles, ronki

Edema : mungkin dependen umum atau pitting,

khususnya pada ekstremitas, DVJ

5. Intregitas ego

Gejala : ansietas, kuatir, takut, stress yang berhubungan dengan

penyakit atau kepribadian financial (pekerjaan/biaya

(11)

Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah,

kekuatan, mudah tersinggung

6. Eliminasi

Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih pada

malam hari (nokturia), diare konstipasi.

7. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual-muntah, penambahan BB

signifikan, pembengkakan pada ekstermitas bawah.

8. Interaksi sosial

Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa

dilakukan

9. Pembelajaran/pengajaran

Gejala : Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung misal,

penyekat saluran kalsium

Tanda : Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dari gagal jantung (menurut Doengoes E Marlyn,1994)

antara lain :

EKG : Hipertropi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis,

(12)

Sonogram : Dapat menunjukka dimensi pembesaran bilik, perubahan

fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas

ventricular

Skan jatung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan

dinding

Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu

pembedahan gagal jatung sisi kanan, sisi kiri dan stenosis

katup/insufisiensi

Roentgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan

mencerminkan dilatasi/hipertropi bilik/dalam pembuluh

darah

Enzim hepar : Meningkat dalam ginjal/kongesti hepar

Elektrolit : Mungkin berubah karena fungsi ginjal

Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik

ringan atau hipoksemia

BUN : Peningkatan BUN menandakan penurunan fungsi ginjal

(13)

Darah terkumpul di sistem perifer Volume darah dalam sirkulasi berkurang Tekanan darah turun I. PATHWAYS KEPERAWATAN

Infork Miokard Defek/Malfungsi katup Malformasi Kongenital Peningkatan Tekanan Jantung Kiri

Jantung Kiri Hipertropi Kegagalan Mekanisme Pemompaan/

Penurunan COP

Perubahan aliran darah ke ginjal

Peningkatan reabsorbsi Tubuli proksimal

Retensi garam dan air

aciter Peningkatan beban jantung Mual muntah anorexia Risiko gangguan pemenuhan < kebutuhan tubuh Intake tidak adekuat Penurunan curah jantung Hipovolemik/ kelebihan volume i Kadar Filtrasi Glomerulus menurun Merangsang peningkatan produk aldrosteron/ kelenjar adrenal Produksi renin Angiotensin meningkat

Retensi garam dan air

oedema Intoleransi Aktivitas Tirah baring Penurunan curah jantung Transudasi cairan Penurunan ekspasi paru Sesak nafas Kebutuhan O2 Tidak terpenuhi/ hipoksia

Darah kembali ke atrium kiri, sirkulasi paru ventrikel kanan dan atrium kanan

Jantung kanan hipertropi/gagal jantung kanan

Peningkatan tekanan vena jugularis

Memantul ke hulu vena cava

Peningkatan Tekanan Perubahan Sirkulasi Kenaikan tekanan pulmo Kontraktilitas berkurang Kelemahan fisik

(14)

J. Fokus Intervensi Dan Rasional

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,

konduksi listrik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan penurunan curah jantung

tidak terjadi dan curah jantung adekuat

Kriteria hasil :

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Haluaran urine adekuat : 0,5-1 cc/kg BB

c. Melaporkan penurunan episode dipsnea angina

d. Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung

e. EKG dalam batas normal (tak ada hipertropi aterialau ventrikel)

Intervensi :

a. Palpasi nadi perifer

Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi

radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial.

b. Observasi kulit terhadap pucat dan sianosis

Rasional : Pucat menujukkan menurunnya perfusi perifersekunder terhadap

tidak adekuatnya curah jantung, vasokontriksi, dan anemia.

c. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital dalam batas normal menunjukkan kerja jantung

(15)

Rasional : Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan

menahan cairan dan natrium

e. Observasi perubahan pada sensori

Rasional : Dapat menunjukkan tidak atau adekuatnya perfusi serebral

sekunder terhadap penurunan curah jantung

f. Beri posisi semi fowler

Rasional : Meningkatkan ekspansi paru untuk mencukupi asupan O2

g. Kolaborasi pemberian O2

Rasional : Meningkatkan asupan oksigen dan mencegah hipoksia

h. Kolaborasi pemberian diuretic

Rasional : Diuretic berpengaruh terhadap reabsorbsi natrium dan air

i. Kolaborasi pemberian vasodilator

Rasional : Digunakan untuk meningkatkan curah jantung, menurunkan

volume sirkulasi dan kerja ventrikel

j. Kolaborasi pemberian diet rendah garam

Rasional : Natrium menyebabkan retensi cairan dan peningkatan kerja

miokard

2. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan aliran darah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan adekuat

Criteria hasil : Mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual,

contoh kulit hangat dan kering, ada nadi perifer kuat, TTV dalam

(16)

Intervensi :

a. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental continue, contoh: cemas,

bingung,dsb

Rasional : Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah

jantung dan juga dipengaruhi elektrolit/variasi asam

b. Monitor tanda-tanda sianosis, akral dingin. Catat kekuatan nadi perifer

Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung

mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan

nadi

c. Pantau pernafasan, catat kerja nafas

Rasional : Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernapasan.

Dipsnea berlanjut atau tiba-tiba menunjukkan komplikasitrombo

emboli paru

d. Kaji fungsi gastroenteritis, catat anoreksia, penurunan bising

usus,mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.

Rasional : Penurunan darah ke mesentrium dapat mengakibatkan disfungsi

gastrointestinal.

e. Pantau pemasukan dan catat perubahan haluaran urine, catat berat jenis sesuai

indikasi

Rasional : Penurunan pemasukan terus menerus dapat mengakibatkan

penurunan sirkulasi yang berdampak negative pada perfusi dan

fungsi organ, berat jenis mengukur status hidrasi dan fungsi

(17)

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

O2/kebutuhan, kelemahan umum, nisbilisasi ditandai dengan kelemahan,

perubahan tanda vital, diprnoe, pucat, berkeringat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan intoleransi aktivitas dapat

diatasi.

KH :

Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan peawatan

diri. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas dengan menurunnya kelemahan dan

tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.

Intervensi:

a. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas

Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena

pengaruh fungsi jantung.

b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,

dipsnoe, berkeringat, sianosis.

Rasional : Penurunan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup

selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada

frequensi jantung dan kebutuhan oksigen.

c. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

Rasional : dapat menunjukkan dekompensasi jantung.

4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perpindahan cairan ke dalam area

(18)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan pertukaran gas

lebih lanjut dapat dicegah.

KH :

Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan. Berpartisipasi

dalam program pengobatan pada batas normal.

Intervensi:

a. Observasi bunyi nafas, catat kreakles, wheezing

Rasional : Menunjukkan adanya pengumpulan sekret yang memerlukan

intervensi lebih lanjut.

b. Memberikan posisi setengah duduk pada klien

Rasional : Meningkatkan ekspansi paru

c. Anjarkan dan Motivasi klien nafas dalam dan batuk efektif

Rasional : Mengurangi cairan dalam paru, meningkatkan pertukaran gas dan

meningkatkan ekspansi paru.

d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi

Rasional : Mencukupi asupan oksigen

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

glomeroulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan

retensi natrium/air.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan balance cairan

(19)

KH : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan

masukan dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/ jelas, tanda vital

dalam batas normal. BB stabil dan edema berkurang sampai hilang.

Intervensi:

a. Pantau haluaran urine, jumlah dan warna tiap berkemih.

Rasional : haluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan

perfusi ginjal.

b. Monitor balance cairan

Rasional : Diperlukan untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan

penggantian cairan.

c. Anjurkan tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut.

Rasional : Posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan

produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.

d. Pertahanakan pembatasan cairan natrium sesuai indikasi

Rasional : Mencegah reakumulasi cairan.

e. Kolaborasi pemberian diuretik

Rasional : Meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorbsi

natrium/klorida dalam tubulus ginjal.

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Expansi Paru ditandai dengan

perubahan kedalaman/kecepatan pernafasan, bunyi nafas tidak normal.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan expansi paru adekuat.

KH : Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

(20)

Intervensi:

a. Catat frequensi, kedalaman nafas dan expansi dada

Rasional : Kecepatan biasannya meningkat, kedalaman pernafasan dapat

menentukan derajat gagal nafas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas abnormal

Rasional : Bunyi nafas abnormal muncul bila jalan nafas ada obstruksi

c. Naikkan kepala dan bantu mengubah posisi

Rasional : Duduk tinggi memungkinkan expansi paru dan memudahkan

pernafasan, pengubahan posisi dapat meningkatkan pengisian

udara segmen paru.

d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi

Rasional : memaksimalkan asupan oksigen dan menurunkan kerja nafas.

7. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntal

– anorexia

Tujuan : Intake adekuat dan tidak terjadi gangguan nutrisi

KH : Menunjukkan adanya mual-muntah, porsi makan yang disediakan

habis.

Intervensi:

a. Observasi kemampuan saat menelan, mual dan muntah

Rasional : Anorexia, mual-muntah dapat menurunkan nafsu makan

b. Motivasi klien untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering

(21)

c. Kolaborasi dengan ahli gizi: diit rendah garam dan kolesterol

Rasional : Meningkatnya natrium dan kolesterol dapat meningkatkan kerja

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat tiga jenis kapang dari larva instar keenam yaitu, Aspergillus fumigatus , Aspergillus flavus, dan Fusarium dimerum .Kapang yang bersifat patogen oportunistik bagi

Selanjutnya mengenai kesepakatan bertindak dalam hal ini adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum.. hukum sendiri adalah yang akan

harzianum setelah diuji bersifat kompatibel satu sama lain, maka penelitian selanjutnya pada ketiga mikrob antagonis tersebut digabungkan dalam satu formulasi bentuk

Apabila berakhirnya Masa Jabatan, maka kendaraan tersebut dikembalikan ke Pemerintah Kota Lubuklinggau melalui Kantor Pelayanan Perizinan dan selanjutnya akan

Kedua, mengasihi berarti peduli (Care each other) ukuran yang dipakai untuk kebaikan diri kita, itu juga yang kita kenakan kepada orang yang kita kasihi,

Teori tersebut mengacu pada perilaku atau tindakan yang muncul pada setiap individu untuk mempertahankan hubungan seperti hubungan dengan teman dekat maupun hubungan dengan

• Sistem berkas dan akses adalah Cara untuk membentuk suatu arsip / file.. dan cara pencarian

Kedudukan mesin mungkin langsung pada lunas dan gading-gading yang ditata sebagai landasan mesin; yang kadangkala perlu ditarah (dikikis) ataupun dengan cara