• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA DESEMBER 2016 SEBESAR 93,94 ATAU MENURUN SEBESAR 0.53 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA DESEMBER 2016 SEBESAR 93,94 ATAU MENURUN SEBESAR 0.53 PERSEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No.87/01//71/Th.XI, 3 Januari 2017

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA DESEMBER 2016

SEBESAR 93,94 ATAU MENURUN SEBESAR 0.53 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

 Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Desember 2016 sebesar 93,94 atau menurun

sebesar 0,53 persen dibanding NTP November 2016 yaitu sebesar 94,44. Penurunan NTP ini disebabkan karena penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It), sebesar 0,20 persen, lebih dalam jika dibandingkan dengan penurunan pada indeks yang dibayar petani, sebesar 0,11 persen. NTP tahun kalender menurun sebesar 3,01 persen, sedangkan secara YoY menurun sebesar 3,01 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Desember 2016 sebesar

103,91 atau menurun sebesar 0,65 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya, yakni sebesar 104,59.

 Bulan Desember 2016, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara telah terjadi deflasi sebesar 0,15 persen.

(2)

Tabel 1

NILAI TUKAR PETANI (NTP) GABUNGAN PROVINSI SULAWESI UTARA DAN PERUBAHANNYA, NOVEMBER - DESEMBER 2016 (2012 = 100)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Sulawesi Utara, NTP pada bulan Desember 2016 sebesar 93,94 atau menurun sebesar 0,53 persen dibanding NTP bulan November 2016 sebesar 94,44 persen. Hal ini disebabkan penurunan harga-harga yang diterima petani (It) melalui komoditi pertanian yang dihasilkan lebih dalam dibandingkan dengan penurunan harga-harga komoditi yang dikonsumsi petani untuk rumah tangganya maupun untuk keperluan produksi pertanian (Ib). Dengan kata lain kemampuan daya beli petani untuk memenuhi kebutuhannya memperlihatkan kelesuan. Di sisi lain NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah nilai 100, artinya bahwa daya beli petani di Sulawesi Utara masih belum lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasarnya (Tahun 2012), atau secara sederhana kesejahteraan petani di Sulawesi Utara dapat diindikasikan masih tidak lebih baik dibandingkan tahun dasar.

I. NTP SUBSEKTOR

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

NTP sub sektor tanaman pangan pada bulan Desember 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,03 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya, yakni dari nilai 93,32 di bulan November 2016, meningkat menjadi 93,34 di bulan Desember 2016. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami

Rincian

Indeks Gabungan Sulut Perubahan (%)

November’16 Desember’16 Prbhn Des’16 thd Nov’16 Tahun Kalender YoY [1] [2] [3] [4] [5] [6]

Indeks Harga yang Diterima

Petani 117.37 116.61 -0.64 -2.29 -2.29

Indeks Harga yang Dibayar

Petani 124.28 124.14 -0.11 0.74 0.74

Konsumsi Rumah Tangga 128.76 128.56 -0.15 0.66 0.66

Bahan Makanan 138.96 138.45 -0.36 -1.03 -1.03

Makanan Jadi 125.04 124.84 -0.16 5.71 5.71

Perumahan 120.09 120.10 0.00 1.42 1.42

Sandang 113.23 114.33 0.97 3.57 3.57

Kesehatan 117.97 117.71 -0.22 3.86 3.86

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 107.71 107.72 0.01 1.33 1.33

Transportasi dan Komunikasi 126.72 126.74 0.02 -2.54 -2.54

BPPBM 112.22 112.23 0.01 1.19 1.19

Bibit 111.00 111.20 0.18 1.30 1.30

Obat-obatan & Pupuk 108.72 108.77 0.05 1.11 1.11

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 108.87 108.89 0.02 1.03 1.03

Transportasi 121.25 121.40 0.12 -6.79 -6.79

Penambahan Barang Modal 110.05 109.69 -0.33 2.41 2.41

Upah Buruh Tani 115.51 115.67 0.13 3.89 3.89

Nilai Tukar Petani 94.44 93.94 -0.53 -3.01 -3.01 Nilai Tukar Usaha Pertanian 104.59 103.91 -0.65 -3.45 -3.45

(3)

penurunan yang tidak lebih dalam dibandingkan dengan dengan indeks yang dibayar petani, masing-masing sebesar 0.15 persen untuk It dan 0,18 persen untuk Ib. Komponen pembentuk indeks harga yang diterima petani berasal dari kelompok padi dan palawija dimana indeks pada kelompok tanaman padi menurun sebesar 1,21 persen, sedangkan kelompok tanaman palawija meningkat sebesar 0,96 persen.

Dari sisi Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP), sub sektor tanaman pangan mengalami penurunan dari 100,90 di bulan November 2016, menjadi 100,72 di bulan Desember 2016, atau menurun sebesar 0,18 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

NTP subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 1,62 persen di bulan Desember 2016. Indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan, sebesar 1,52 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,10 persen. Nilai NTPH di bulan November 2016 sebesar 96,67 menurun menjadi 95,10 di bulan Desember 2016. Kelompok komoditi yang mendominasi penurunan indeks NTP sub sektor hortikultura berada pada kelompok sayur-sayuran dan tanaman obat, masing-masing sebesar 1,52 persen dan 0,85 persen.

NTUP subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 1,33 persen, dari 108,32 di bulan November 2016 menurun menjadi 106,88.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Desember 2016, NTPR mengalami penurunan sebesar 0,88 persen, dari 89,11 di bulan November 2016 menurun menjadi 88,33 di bulan Desember 2016. Hal ini disebabkan perubahan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani dari komoditi perkebunan mengalami penurunan, sebesar 1,18 persen, sedangkan perubahan yang terjadi pada indeks harga dibayar petani juga mengalami penurunan, sebesar 0,30 persen.

NTUP yang dimiliki subsektor ini sebesar 99,66 di bulan November 2016, menurun menjadi 98,47 di bulan Desember 2016, atau penurunan sebesar 1,20 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

NTP subsektor Peternakan di bulan Desember 2016 mengalami peningkatan, sebesar 0,03 persen, yakni dari nilai 102,37 di bulan November 2016 meningkat menjadi 102,40 di bulan Desember 2016. Hal ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani relatif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani, dengan masing-masing peningkatan sebesar 0,10 persen dan 0,08 persen. Kelompok pembentuk indeks harga yang diterima petani pada subsektor peternakan yang mengalami peningkatan adalah kelompok unggas dan hasil ternak, meningkat sebesar 1,82 persen dan 1,37 persen, di sisi lain kelompok ternak besar menurun sebesar 1,02 persen.

Pergerakan NTUP pada subsektor peternakan menurun secara perlahahan, dari 113,10 di bulan November 2016 menjadi 112,99 di bulan Desember 2016, atau menurun sebesar 0,09 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP subsektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,85 persen, dari 101,21 di bulan November 2016 meningkat menjadi 102,07 di bulan Desember 2016. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan pada indeks harga yang diterima lebih besar dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dibayarkan petani, masing-masing sebesar 0,92 persen dan 0,07 persen. Di sisi NTUP, pergerakan subsektor

(4)

ini juga menunjukkan peningkatan sebesar 0,83 persen, dari 112,98 di bulan November 2016, menjadi 113,92 di bulan Desember 2016.

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Peningkatan Nilai Tukar Nelayan umumnya disebabkan oleh peningkatan nilai tukar yang terjadi pada sub sektor penangkan ikan, dimana nilai tukar pada sub sektor ini meningkat sebesar 1,23 persen. Nilai tukar nelayan pada subsektor penangkapan ikan di bulan November 2016 sebesar 105,56 meningkat menjadi 106,86 di bulan Desember 2016. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima nelayan meningkat, sebesar 1,30 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan petani meningkat hanya sebesar 0,07 persen. Sedangkan NTUP juga mengalami peningkatan, sebesar 1,22 persen, dari 118,22 di bulan November 2016 menjadi 119,67 di bulan Desember 2016.

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

NTN subsektor perikanan budi daya di bulan Desember 2016 meningkat sebesar 0,07 persen. Nilai tukar nelayan budi daya ini meningkat dari 93,36 di bulan November 2016 menjadi 93,42 di bulan Desember 2016. Peningkatan nilai tukar ini disebabkan perubahan yang dimiliki indeks yang diterima petani yang meningkat sebesar 0,13 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat tidak lebih besar, yakni sebesar 0,07 persen. Hal yang sama juga terjadi untuk NTUP, dimana mengalami peningkatan sebesar 0,04 persen, atau dari 103,60 di bulan November 2016 menjadi 103,64 di bulan Desember 2016.

Tabel 2.

NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA November – Desember 2016 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub. November’16 Desember’16

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

Nilai Tukar Petani 93.32 93.34 0.03

Nilai Tukar Usaha Pertanian 100.90 100.72 -0.18

a Indeks Harga yang Diterima (It) 117.73 117.55 -0.15

- Padi 116.76 115.35 -1.21

- Palawija 118.77 119.91 0.96

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 126.16 125.94 -0.18

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.92 128.63 -0.23

- Indeks BPPBM 116.68 116.71 0.03

2 Hortikultura

Nilai Tukar Petani 96.67 95.10 -1.62

Nilai Tukar Usaha Pertanian 108.32 106.88 -1.33

a Indeks Harga yang Diterima (It) 120.83 118.99 -1.52

- Sayur-sayuran 121.67 119.45 -1.82

- Buah-buahan 116.41 116.68 0.24

- Tanaman obat 116.00 115.01 -0.85

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125.00 125.12 0.10

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.94 128.13 0.15

- Indeks BPPBM 111.55 111.33 -0.19

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

Nilai Tukar Petani 89.11 88.33 -0.88

Nilai Tukar Usaha Pertanian 99.66 98.47 -1.20

(5)

II. NTP

ANTAR PROVINSI DI PULAU SULAWESI

Nilai Tukar Petani pada bulan Desember 2016 yang tertinggi di Pulau Sulawesi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat, sebesar 107,70, sedangkan yang terendah berada di Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 93,94. Terdapat dua provinsi di pulau Sulawesi yang mengalami peningkatan nilai NTP, yakni Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Jika dilihat dari Nilai Tukar Usaha pertanian (NTUP), Provinsi Gorontalo memiliki indeks

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 111.22 109.90 -1.18

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.81 124.43 -0.30

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.16 127.68 -0.37

- Indeks BPPBM 111.59 111.61 0.01

4 Peternakan

Nilai Tukar Petani 102.37 102.40 0.03

Nilai Tukar Usaha Pertanian 113.10 112.99 -0.09

a Indeks Harga yang Diterima (It) 121.98 122.10 0.10

- Ternak Besar 123.81 122.55 -1.02

- Ternak Kecil 114.24 115.19 0.84

- Unggas 124.18 126.44 1.82

- Hasil Ternak 130.98 132.77 1.37

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 119.15 119.24 0.08

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.84 129.82 -0.02

- Indeks BPPBM 107.86 108.07 0.19

5 Perikanan

Nilai Tukar Petani 101.21 102.07 0.85

Nilai Tukar Usaha Pertanian 112.98 113.92 0.83

a Indeks Harga yang Diterima (It) 126.52 127.68 0.92

- Tangkap 132.01 133.73 1.30

- Budidaya 116.61 116.76 0.13

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125.01 125.09 0.07

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.01 131.10 0.06

- Indeks BPPBM 111.98 112.07 0.08

1. Perikanan Tangkap

Nilai Tukar Petani 105.56 106.86 1.23

Nilai Tukar Usaha Pertanian 118.22 119.67 1.22

a Indeks Harga yang Diterima (It) 132.01 133.73 1.30

- Penangkapan Perairan Umum 110.70 110.70 0.00

- Penangkapan Laut 132.02 133.74 1.30

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125.06 125.14 0.07

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.24 131.33 0.07

- Indeks BPPBM 111.66 111.75 0.08

2. Perikanan Budidaya

Nilai Tukar Petani 93.36 93.42 0.07

Nilai Tukar Usaha Pertanian 103.60 103.64 0.04

a Indeks Harga yang Diterima (It) 116.61 116.76 0.13

- Budidaya Air Tawar 116.62 116.78 0.13

- Budidaya Air Payau 114.37 114.37 0.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.91 124.99 0.07

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130.60 130.67 0.06

(6)

yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di pulau Sulawesi. Nilai NTP dan NTUP antar provinsi Sulawesi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

NTP 6 PROVINSI DI PULAU SULAWESI DAN PERSENTASE PERUBAHANNYA DESEMBER 2016 (2012 = 100)

III. INFLASI/DEFLASI PERDESAAN

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Desember 2016, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara telah terjadi Deflasi sebesar 0,15 persen. Deflasi perdesaan ini umumnya disebabkan oleh menurunnya indeks kelompok bahan makanan, sebesar 0,36 persen, disamping kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau, dan kelompok kesehatan turut menyumbang deflasi dengan nilai perubahan masing-masing seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

INDEKS HARGA KONSUMEN PERDESAAN DAN PERUBAHANNYA PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

NOVEMBER – DESEMBER 2016 (2012 = 100)

No. Provinsi It Ib NTP NTUP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] 1 Sulawesi Utara 116.61 -0.64 124.14 -0.11 93.94 -0.53 103.91 -0.65 2 Sulawes Tengah 122.14 0.23 124.80 0.57 97.87 -0.33 108.29 0.13 3 Sulawesi Selatan 130.22 0.50 125.30 0.48 103.93 0.02 113.83 0.01 4 Sulawesi Tenggara 121.36 -0.51 123.37 0.08 98.37 -0.59 107.60 -0.70 5 Gorontalo 131.89 -0.20 124.49 -0.36 105.95 0.16 119.46 -0.34 6 Sulawesi Barat 130.01 -0.16 120.72 0.68 107.70 -0.84 118.83 -0.27

Kelompok Pengeluaran Nov ’16 Dese’16 Prbh Des16

thd Nov’16

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 128.76 128.56 -0.15

Bahan Makanan 138.96 138.45 -0.36

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 125.04 124.84 -0.16

Perumahan 120.09 120.10 0.00

Sandang 113.23 114.33 0.97

Kesehatan 117.97 117.71 -0.22

Pendidikan, Rekreasi, & OR 107.71 107.72 0.01 Transportasi & Komunikasi 126.72 126.74 0.02

(7)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Martedhy Mormin Tenggehi, S.Si

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

Email: bps7100@bps.go.id

Homepage: http://sulut.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis atribut produk pada perusahaan Gemilang Lima Jaya, ternyata pada saat sebuah perusahaan alas kaki hendak menentukan kualitas dari produk yang

Hasil uji t menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan proporsi

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Berdasarkan hasil perancangan sebelumnya maka terbentuklah sistem managemen rantai pasok yang terdiri dari 8 user dan 1 admin. Masing-masing user memiliki hak akses

Penelitian Fifendy et al .(2011) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen dapat menghasilkan mutu nata yang lebih baik dibanding dengan

Untuk spesis A, haiwan tersebut memiliki bahagian abdomen yang besar, bagi spesis B, mereka memiliki perut yang bercorak, spesis C mempunyai tangan yang bercorak, spesis

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah

Kenaikan IKRT Maluku Utara tertinggi terjadi pada Juli 2013, yaitu sebesar 3,20 persen yang disebabkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran terutama kelompok bahan