• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pendaftaran tanah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah menurut peraturan tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara sistematik dan sporadik. Pendaftaran tanah sistematik adalah pendaftaran untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.

Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah di masyarakat dan seiring dengan kemajuan dalam bidang ekonomi dan hukum, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendaftaran Hak Atas Tanah akan terus meningkat. Dalam Negara Kesatuan RI satu-satunya lembaga atau institusi yang memberikan kepastian status hak bagi pemilik tanah yang bersangkutan adalah

(2)

Kantor Pertanahan. Pelayanan akan pendaftaran tanah guna status dan perlindungan hukum yang sah dan diakui negara dapat diperoleh di Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kotamadya.

Semakin meningkatnya perkembangan suatu wilayah, kebutuhan masyarakat akan tanah juga meningkat. Kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan tanah untuk kepastian hak atas tanah yang mereka miliki turut akan meningkat. Hal ini sejatinya merupakan kemajuan yang positif di bidang pertanahan. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan pelayanan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan. Tidak sedikit masyarakat yang mengeluhkan mengenai lamanya proses pembuatan sertifikat pendaftaran hak atas tanah mulai dari awal hingga penerbitan sertifikat. Kurangnya informasi yang diterima masyarakat membuat seolah-olah tidak adanya kepastian waktu mulai dari permohonan hingga terbitnya sertifikat. Hal ini yang mendasari penulis melakukan penelitan mengenai efektivitas waktu pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang.

Dalam rangka menyesuaikan perkembangan dan tuntutan kebutuhan pelayanan masyarakat di bidang pertanahan, pada bulan Januari tahun 2010 Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (PKBPN) Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan guna menyempurnakan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan dan PKBPN Nomor 6 Tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pertanahan untuk jenis pelayanan tertentu. Dengan adanya Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP) diharapkan kinerja Kantor Pertanahan dalam penyelesaian pelayanan pertanahan bagi masyarakat dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini terbatas pada evaluasi mengenai efektifitas waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik menurut ketentuan yang berlaku dan berdasarkan pada PP No. 24 Tahun 1997 dan PMNA/KBPN No.3 Tahun 1997 sehingga dapat dirumuskan suatu pertanyaan yaitu :

Berapa waktu efektif yang diperlukan Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang dalam pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik untuk pertama kali mulai dari awal permohonan hingga penerbitan sertifikat?

(3)

I.2. Rumusan Masalah

Standar Prosedur Operasi Pelayanan dan Pengaturan (SPOPP) adalah prosedur standar operasional dalam pelayanan administrasi pertanahan yang dijadikan kekuatan hukum bagi masyarakat dalam rangka terpenuhinya pelayanan yang sempurna. Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sporadik memiliki standar waktu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan yaitu selama 98 hari. Perbandingan antara standar waktu yang ditetapkan dalam SPOPP dengan waktu efektif pelaksanaan pendaftaran tanah secara sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang menjadi dasar telah terpenuhinya standar waktu yang telah ditetapkan dalam SPOPP. Analisis deskriptif dan perhitungan statistik akan dilakukan untuk mengetahui berapa waktu efektif dan faktor pencapaian waktu efektif pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan evaluasi untuk memperoleh waktu efektif yang diperlukan Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang dalam pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik mulai dari awal permohonan hingga penerbitan sertifikat berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2010.

2. Menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam pencapaian waktu efektif pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik hingga terbitnya sertifikat.

(4)

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik khususnya untuk penegasan dan pengakuan hak.

2. Untuk mengetahui lama waktu penyelesaian dan faktor apa saja yang mempengaruhi proses penyelesaian pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik khususnya untuk penegasan dan pengakuan hak di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang.

I.5. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas dan tidak menimbulkan penyimpangan, penulisan membatasi permasalahan yaitu:

1. Lokasi penelitian adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

2. Pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik untuk pengakuan dan penegasan hak tahun 2015.

3. Tanggal awal permohonan pendaftran tanah telah lengkap dan memenuhi persyaratan yang ditentukaan.

I.6. Tinjauan Pustaka

Nila Aulia (2001) telah melakukan penelitian mengenai efektivitas waktu pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman pada tahun 2004. Dalam penelitian tersebut, perkiraan perhitungan waktu menggunakan 2 metode yang berbeda yaitu metode sampling acak sederhana dan metode sampling acak berlapis. Dari kedua metode tersebut nilai simpangan baku yang terkecil adalah menggunakan metode sampling acak berlapis. Hasil penelitian menunjukkan waktu efektif pendaftaran tanah sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman pada tahun 2004 adalah selama 121 hari. Waktu tersebut telah memenuhi standar waktu yang berlaku.

Pada tahun 2006 dilakukan penelitian pendaftaran tanah pertama kali secara sistematik dengan cara pengakuan hak berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 di Desa Seborokrapak Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo oleh

(5)

Handoko (2006). Pengolahan data tersebut menggunakan teknik pengambilan sample secara non random dan purposive sampling dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari 2.223 bidang tanah, pada pelaksanaan pendaftaran tanah sistematik tersebut dapat mencapai 76% dari target yang diharapkan yaitu sebesar 1500 bidang.

Selain itu, berdasarkan penelitian Kusuma (2009) mengenai evaluasi waktu efektif pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali sacara sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Purworejo tahun 2007 diperoleh hasil sebesar 116 hari. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara proportionate stratified random sampling sedangkan untuk memperoleh data primer menggunakan

purposive sampling sehingga diperoleh pula faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian waktu efektif pelaksanaan tanah pertama kali secara sporadik. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik di kantor pertanahan Kabupaten Purworejo pada tahun 2007 telah memenuhi standar waktu SPOPP.

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis waktu efektif pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik untuk penegasan dan pengakuan hak di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang. Data yang digunakan adalah keseluruhan data permohonan pendaftaran tanah pada tahun 2015. Analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif dan perhitungan uji statistik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian waktu efektif diperoleh berdasarkan hasil kuisioner, observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap pihak internal yaitu pegawai dilingkungan Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang.

I.7. Landasan Teori

I.7.1. Evaluasi

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mempunyai arti menilai dan mengukur. Menurut Arikunto,S., (2006), dijabarkan sebagai berikut :

a. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran pengukuran bersifat kuantitatif.

(6)

b. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

c. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas yaitu mengukur dan menilai.

Jadi pengertian evaluasi yaitu suatu kegiatan yang meliputi penilaian dan pengukuran suatu obyek tertentu dengan metode atau teknik tertentu dan menghasilkan suatu informasi yang kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, teknik evaluasi dilaksanakan dengan cara :

1. Melakukan pengukuran yaitu menghitung waktu rata-rata pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang tahun 2015.

2. Ditindaklanjuti dengan mengadakan penilaian sejauh mana efektifitas waktu pelaksanaan pendaftaran tanah dengan membandingkan standar waktu yang telah ditetapkan dalam SPOPP. Apabila telah sesuai, maka faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh dan apabila belum sesuai maka hal apa penyebabnya. 3. Dari proses pengukuran dan penilaian di atas, maka dapat diambil suatu

(7)

I.7.2. Efektivitas

1.7.2.1. Pengertian waktu efektif. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna. Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Komarudin 1986). Waktu efektif yaitu tingkat keberhasilan waktu yang dapat dicapai sesuai standar yang ditetapkan. Pengertian standar yaitu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan yang biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan.

1.7.2.2. Indikator waktu efektif. Menurut Richard M. Steers (1985), ada beberapa indikator yang mempengaruhi pencapaian waktu efektif dalam suatu pelayanan birokrasi pemerintahan, baik dari internal maupun eksternal.

1. Internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari birokrasi pemerintahan antara lain : a. Produktivitas kerja penyelenggara

Produksivitas yaitu sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hasil yang diraih hari esok harus lebih baik dari hasil hari ini (Komarudin, 1986). Kemampuan aparat dari Pemerintah sebagai perencana pembangunan akan memperkuat dalam menghasilkan rencana yang baik. Faktor yang mempengaruhi produktivitas penyelenggara, yaitu :

a. Kemampuan penyelenggara menurut Mc Clelland (dalam gibson, 1996) merupakan sesuatu yang dipelajari dari budaya masyarakat dan diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan

b. Disiplin penyelanggara

c. Prosedur atau standar peraturan yang jelas, mudah dipahami dalam setiap pelayanan. Untuk mewujudkan pelayanan yang transparan telah ditetapkan dan diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang petunujuk teknis transparansi dalam penyelenggarakan pelayanan publik.

(8)

b. Koordinasi

Menurut Moekijat (1994) mengatakan bahwa apabila terdapat keadaan saling bergantung di antara kegiatan maka hasil yang efektif akan dapat saling tercapai hanya apabila kegiatan tersebut dikoordinasikan. Sejalan uraian tersebut, dikemukakan bahwa koordinasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh unit-unit pemerintahan yang saling berhubungan dan satu sama lain mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan, maka untuk tercapainya tindakan yang tepat, berhasil guna dan berdaya guna perlu penerapan koordinasi.

c. Sarana kerja yang dimiliki

Menurut Farlan (dalam Kaloh, 1988), prasarana atau fasilitas termasuk faktor yang menentukan pencapaian waktu yang efektif, meliputi kondisi fisik kerja (keadaan alat serta keadaan gedung tempat bekerja).

2. Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar birokrasi pemerintahan (masyarakat) antara lain :

a. Pengawasan dan partisipasi masyarakat

Peran pengawasan masyarakat ini adalah mempertahankan ketertiban. Masyarakat sebagai konsumen memiliki hak konsumeristik yaitu hak untuk melakukan kontrol terhadap produk pemerintahan dan pembangunan (Ndraha, 1997). Sedangkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai suatu dorongan mental dan emosional dari perorangan atau kelompok yang menggerakan mereka bersama-sama mencapai tujuan dan ikut bertanggung jawab. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat tersebut dapat digunakan indikator yaitu :

i. Keterlibatan secara mental dan emosional;

ii. Kesediaan memberikan sumbangan dan dukungan; iii. Kesediaan untuk ikut bertanggung jawab.

b. Lingkungan fisik, yaitu tingkat kemampuan lingkungan fisik di sekitar lokasi objek yang tercermin dalam :

i. Kualitas fisik yakni kemudahan pencapaian, kecocokan, kenyamanan lingkungan

(9)

ii. Faktor geografi yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan alam setempat, iklim dan curah hujan, luas dan bentuk daerah, luas jaringan jalan, tata letak bangunan (tinggi, panjang dan lebar ).

I.7.3. Pendaftaran Tanah

I.7.3.1. Pengertian pendaftaran tanah. Menurut A. P. Parlindungan (1999), pendaftaran tanah berasal dari kata Cadaster (Bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukkan kepada luas, nilai dan kepemilikan (atau lain-lain atas hak) terhadap suatu bidang tanah.

Pengertian pendaftaran tanah berdasarkan PP No. 24 tahun 1997 bab 1 pasal 1 ayat (1), pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk surat pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

I.7.3.2. Tujuan pendaftaran tanah. Tujuan pendaftaran tanah dimuat dalam Pasal 3 dan pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, adalah :

a. Memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk Pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dengan mangadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah sususn yang sudah terdaftar.

(10)

I.7.3.3. Manfaat pendaftaran tanah. Pihak-pihak yang memperoleh manfaat dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, adalah :

1. Manfaat bagi pemegang hak a. Memberikan rasa aman

b. Dapat mengetahui dengan jelas data fisik dan data yuridisnya c. Memudahkan dalam pelaksanaan peralihan hak

d. Harga tanah menjadi lebih tinggi

e. Dapat dijadikan jaminan hutang dan dibebani Hak Tanggungan f. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak mudah keliru. 2. Manfaat bagi Pemerintah

a. Terwujudnya tertib administrasi pertanahan sebagai salah satu program Catur Tertib Pertanahan.

b. Dapat memperlancar kegiatan Pemerintahan yang berkaitan dengan tanah dalam pembangunan

c. Dapat mengurangi sengketa di bidang pertanahan. 3. Manfaat bagi calon pembeli atau kreditor

Bagi pembeli atau kreditor dapat dengan mudah memperoleh keterangan yang jelas mengenai data fisik dan data yuridis tanah yang akan menjadi objek perbuatan hukum mengenai tanah.

I.7.4. Dasar hukum pendaftaran tanah di Indonesia

1. Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yaitu Pasal 19 tentang pendaftaran tanah.

Ketentuan tentang kewajiban untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia diatur dalam pasal 19 UUPA yang menyatakan bahwa :

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pendaftaran tersebut dalam Ayat 1 pasal ini menyebutkan meliputi : a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;

(11)

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak (sertifikat), yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomis serta kemungkinan penyelenggaraanya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.

4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat 1 di atas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Untuk menjalankan suatu undang-undang, diperlukan suatu peraturan yang sering disebut dengan peraturan pemerintah. PP No. 24 tahun 1997 merupakan bentuk pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka rechtscadaster (pendaftaran tanah) yang bertujuan memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah, dengan alat bukti yang dihasilkan pada akhir proses pendaftaran tanah tersebut berupa Buku Tanah dan sertifikat tanah yang terdiri dari salinan Buku Tanah dan Surat Ukur (Hutagalung 2005).

PP No. 24 tahun 1997 merupakan penyempurnaan dari PP No. 10 tahun 1961. Dalam PP terbaru ini banyak dilakukan penyederhanaan persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan pendaftaran tanah. Sedangkan penyempurnaan yang diadakan meliputi penegasan berbagai hal yang belum jelas dalam peraturan lama, antara lain :

1. Pengertian pendaftaran tanah;

2. Asas-asas dan tujuan penyelenggaraan pendaftaran tanah;

3. Prosedur pengumpulan data penguasaan tanah dipertegas, dipersingkat dan disederhakan;

4. Digunakan teknologi GPS, komputerisasi data;

5. Dimungkinkan pembukuan bidang-bidang tanah yang data fisik dan atau data yuridis belum lengkap atau masih disengketakan;

6. Penegasan mengenai sejauh mana kekuatan pembuktian sertifikat sebagai tanda bukti hak;

7. Pokok-pokok tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam rangka pemeliharaan data pendaftaran tanah.

(12)

Penegasan yang diatur dalam PP No. 24 tahun 1997 merupakan upaya penyempurnaan terhadap peraturan sekaligus penyesuaian terhadap perkembangan kebutuhan masyarakat sebagaimana prinsip-prinsipnya telah diamanatkan oleh UUPA.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang Ketentuan pelaksanaan PP. 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah.

PMNA No. 3/1997 adalah ketentuan pelaksanaan dari PP No. 24/1997 yang menguraikan secara rinci tentang pengukuran dan pemetaan kadasteral dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia seperti amanat pada pasal 19 UUPA.

I.7.5. Pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik menurut PP No. 24 tahun 1997 dan PMNA/KBPN No. 3 tahun 1997

Menurut pasal 1 angka 11 PP No. 24 tahun 1997, yang dimaksud dengan pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Untuk pelaksanaan pendaftaran tanah secara sporadik dapat dilakukan melalui :

1. Penegasan Konversi

Dilakukan apabila berasal dari konversi hak-hak lama yaitu hak-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak yang ada pada waktu berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut PP No. 10 tahun 1961. Dimana data yuridisnya dibuktikan dengan alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti tertulis, keterangan saksi. Namun apabila berasal dari hak-hak baru yaitu hak-hak yang baru diciptakan sejak berlakunya PP No. 24 tahun 1997, dimana data yuridisnya dibuktikan dengan :

a. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh pejabat yang berwenang;

b. Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik;

(13)

c. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf. 2. Pengakuan Hak

Dilakukan bagi tanah-tanah yang tidak ada lagi tanda bukti haknya secara tertulis. Maka sebagai pengganti bukti tertulis yaitu keterangan saksi yang mengetahui Kepemilikan tanah tersebut serta didasarkan pada bukti penguasaan fisik tanah oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut.

3. Pemberian hak atas tanah

Berdasarkan pasal 1 ayat (5) PMNA No. 3 tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara, terjadinya pemberian hak atas tanah ditentukan berdasarkan penetapan pemerintah yaitu dengan pemberian hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan tanah yang diberikan adalah tanah Negara yaitu tanah yang langsung dikuasai oleh Negara dan tidak ada pihak manapun yang menguasai hak atas tanah tersebut (tanah Negara bebas). Penerima harus mendaftarkan hak atas tanahnya pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota serta memenuhi kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Surat Keputusan Pemberian Haknya.

I.7.5.1. Permohonan dan pengumpulan serta pengolahan data fisik pendaftaran tanah secara sporadik. Pemohon yang dimaksud yaitu surat permohonan standar berwarna biru dengan rangkap dua yang sudah merupakan ketentuan dari Kantor Pertanahan. Untuk pengumpulan dan pengelolaan data fisik, hal pertama yang dilakukan yaitu kegiatan pengukuran dan pemetaan, meliputi:

a. Pembuatan peta dasar pendaftaran, b. Penetapan batas bidang tanah,

c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran,

d. Pembuatan daftar tanah, dan e. Pembuatan surat ukur.

(14)

Kegiatan pengukuran tersebut dilakukan oleh petugas pengukuran. Adapun tugas dari petugas pengukuran antara lain :

1. Menetapkan batas bidang tanah dalam hal petugas pengukuran adalah Pegawai BPN.

2. Membantu penyelesaian sengketa mengenai batas bidang tanah. 3. Mengisi daftar isian 201 yang mengenai penetapan batas bidang. 4. Melaksanakan pengukuran batas bidang tanah.

5. Membuat gambar ukur.

Setelah petugas pengukuran menerima perintah pengukuran, maka segera melakukan persiapan sebagai berikut :

a. Memeriksa tersedianya peta seperti peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran atau peta lain pada lokasi pemohon.

b. Merencanakan pengukuran di atas peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran atau peta lainnya yang memenuhi syarat, apabila tanah yang dimohon belum mempunyai gambar situasi/surat ukur.

c. Apabila tidak tersedia peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran atau peta lainnya yang memenuhi syarat, maka segera dipersiapkan perencanaan pembuatan peta pendaftaran.

d. Memeriksa tersedianya titik dasar teknik di sekitar bidang tanah yang dimohon.

e. Apabila tidak ada titik dasar teknik disekitar bidang tanah yang akan diukur, meminta kepada pemohon untuk menyiapkan tugu titik dasar teknik minimal 2 buah dan bentuknya sesuai dengan yang telah ditentukan.

f. Apabila diperlukan kegiatan pengukuran bidang tanah maka dilakukan persiapan-persiapan seperti formulir pengukuran.

g. Memberikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon mengenai waktu penetapan batas dan pengukuran selambat-lambatnya 10 hari sebelum penetapan batas dilaksanakan.

Sebelum pelaksanaan pengukuran bidang tanah, petugas ukur terlebih dahulu menetapkan batas-batas bidang tanah sesuai dengan asas dan pemohon memasang tanda-tanda batas. Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya lalu

(15)

diukur dan selanjutnya dipetakan dalam peta dasar pendaftaran kemudian dibukukan dalam daftar tanah. Setelah itu, dibuatkan surat ukur untuk keperluan pendaftaran haknya.

I.7.5.2. Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah. Untuk keperluan pendaftaran hak baru, pengumpulan dan penelitian alat bukti dilakukan oleh Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat. Dalam hal dari penelitian dokumen ternyata bahwa bukti kepemilikan tanah berupa bukti-bukti tertulis tersebut sudah lengkap, maka Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah menyiapkan pengumuman dengan pengisian daftar isian 201, 210 B, dan 210 C. Jika bukti-bukti belum lengkap, maka penelitian data yuridis bidang tanah tersebut dilanjutkan oleh Panitia A sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 12 tahun 1992, yang hasilnya dituangkan dalam daftar isian 201.

Setelah penelitian data yuridis selesai dilakukan, maka Panitia A menyerahkan daftar isian 201 yang sudah diisi kepada Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah, yang selanjutnya menyiapkan pengumuman data fisik dan data yuridis. Tugas Panitia A dalam pendaftaran tanah secara sporadik, adalah sebagai berikut :

1. Meneliti data yuridis bidang tanah yang tidak dilengkapi dengan alat bukti tertulis mengenai pemilikan tanah secara lengkap;

2. Melakukan pemeriksaan lapangan untuk menentukan kebenaran alat bukti yang diajukan oleh pemohon pendaftaran tanah;

3. Mencatat sanggahan/keberatan dan hasil penyelesaiannya;

4. Membuat kesimpulan mengenai data yuridis bidang tanah yang bersangkutan;

5. Mengisikan daftar isian 201.

Untuk menilai kebenaran penyataan pemohon dan keterangan saksi-saksi yang diajukan dalam pembuktian hak, Panitia A dapat :

(16)

1. Mencari keterangan tambahan dari masyarakat yang berada di sekitar bidang tanah tersebut yang dapat digunakan untuk memperkuat kesaksian atau keterangan mengenai pembuktian kepemilikan tanah tersebut;

2. Meminta keterangan tambahan dari masyarakat yang diperkirakan dapat mengetahui riwayat kepemilikan bidang tanah tersebut dengan melihat usia dan lamanya bertempat tinggal di daerah tersebut;

3. Melihat keadaan bidang tanah di lokasinya untuk mengetahui apakah yang bersangkutan secara fisik menguasai tanah tersebut atau digunakan pihak lain dengan seizin yang bersangkutan, dan selain itu dapat menilai bangunan dan tanaman yang ada di atas bidang tanah yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk pembuktian kepemilikan seseorang atas bidang tanah tersebut.

Hasil penelitian data yuridis oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah dan/atau Panitia A dicantumkan dalam Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas (daftar isian 201).

I.7.5.3. Pengumuman data fisik dan data yuridis, dan pengesahannya. Kutipan data yuridis dan data fisk yang sudah dicantumkan dalam Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas (daftar isian 201) dimasukkan ke dalam daftar Data Yuridis dan Data Fisik Bidang Tanah (daftar isian 201C). Untuk memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan keberatan atas data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang dimohon, maka daftar Data Yuridis dan Data Fisik Bidang tanah (daftar isian 201C) dan peta bidang tanah yang bersangkutan diumumkan dengan menggunakan daftar isian 201B di Kantor Pertanahan dan Kepala Desa/Kelurahan letak tanah selama 60 hari.

Setelah jangka waktu pengumuman (60 hari) berakhir, maka data fisik dan data yuridis tersebut disahkan oleh Kepala Kantor Pertanahan dengan Berita Acara Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis (daftar isian 202). Namun apabila pada waktu pengesahan data fisik dan data yuridis masih ada kekurang lengkapan data

(17)

atau ada pihak yang berkeberatan dan belum terselesaikan, maka pengesahan tersebut dilakukan dengan catatan mengenai hal-hal yang belum lengkap atau keberatan yang belum diselesaikan. Kepada pihak yang mengajukan keberatan disampaikan pemberitahuan tertulis agar segera mengajukan gugatan ke pengadilan. Keberatan-keberatan tersebut didaftar dengan menggunakan daftar isian 309. Berita acara pengesahan tersebut menjadi dasar untuk pembukuan hak atas tanah yang bersangkutan dalam buku tanah melalui pengakuan hak.

I.7.5.4. Pembukuan hak. Pembukuan hak dilaksanakan dengan didaftar dan dibukukan dalam buku tanah yang memuat data fisik dan data yuridis bidang tanah yang bersangkutan, dan sepanjang ada surat ukurnya dicatat pula pada surat ukur tersebut. Pembukuan tersebut bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya secara hukum telah didaftar menurut PP No. 24/1997.

I.7.5.5. Penerbitan sertifikat. Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah. Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau kepada pihak lain yang dikuasakan olehnya. Sertifikat diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat individual (perseorangan), atau Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atas nama Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat massal.

I.7.6. Standar prosedur operasi pengaturan dan pelayanan (SPOPP)

SPOPP adalah prosedur standar operasional dalam pelayanan administrasi pertanahan yang dijadikan kekuatan hukum bagi masyarakat dalam rangka terpenuhinya pelayanan yang sempurna. SPOPP mengatur syarat, tahapan kegiatan, pejabat yang menangani kegiatan, serta jangka waktunya. Matrik setiap kegiatan pertanahan dibuat jelas demi terwujudnya transparansi prosedur pelayanan

(18)

pertanahan. Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan di lingkungan BPN yang disingkat SPOPP diterbitkan melalui Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (PKBPN) Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

I.7.6.1. Daftar kelompok dan jenis pelayanan pertanahan. Berdasarkan lampiran satu pada PKBPN Nomor 1 Tahun 2010, pendaftaran tanah dibagi ke dalam beberapa kelompok pelayanan meliputi Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali, Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran tanah, Pelayanan Pencatatan dan Informasi Pertanahan, Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah, Pelayanan Pengaturan dan Penataan Pertanahan serta kelompok Pengelolaan Pengaduan.

Adapun jenis pelayanan yang ada pada pendaftaran tanah pertama kali adalah sebagai berikut:

1. Konversi, Pengakuan dan Penegasan Hak 2. Pemberian Hak

3. Wakaf dari Tanah Belum Bersertifikat 4. Wakaf dari Tanah Negara

5. Panitia Pelaksanaan Penguasaan Milik Belanda (P3MB) 6. Pendaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun 7. Pemberian Hak Guna Usaha

I.7.6.2. Pelayanan konversi, pengakuan dan penegasan hak. Dalam lampiran kedua, pelayanan pendaftaran tanah pertama kali untuk konversi, pengakuan dan penegasan hak memerlukan waktu 98 hari pengerjaan mulai dari permohonan hingga terbitnya sertifikat. Persyaratan pengajuan permohonan pelayanan pendaftaran tanah untuk konversi, pengakuan dan penegasan hak sebagai berikut:

1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya di atas materai cukup

(19)

3. Fotocopy identitas (KTP,KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket

4. Bukti pemilikan tanah/atas hak milik adat/berkas milik adat

5. Fotocopy SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket dan penyerahan bukti SSB (BPHTB)

6. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan ketentuan

Biaya sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

I.7.6.3. Bagan alir proses konversi, pengakuan dan penegasan hak. Proses permohonan pendaftaran tanah pertama kali konversi, pengakuan dan penegasan hak berdasarkan lampiran ketiga Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 sebagai berikut:

PEMOHON

KANTOR PERTANAHAN LOKET

PROSES PELAYANAN

PELAYANAN PEMBAYARAAN

Gambar I.1. Bagan Alir Pelayanan

(Sumber : Lampiran III PKBPN Nomor 1 Tahun 2010) Penerimaan dan Pemeriksaan Dokumen Permohonan Penerimaan Pembayaran Biaya Pengukuran Pemeriksaan Tanah dan Pendaftaran Hak

Pengukuran dan Pemeriksaan Tanah Pemohon Harus Hadir

Pengumuman

Pembukuan Hak dan Penerbitan Sertifikat Penyerahan

(20)

Dari gambar I.1, pemohon mengajukan permohonan pendaftaran tanah melalui Loket Kantor Pertanahan dengan membawa berkas persyatan yang telah ditentukan. Petugas loket menerima dan memeriksa dokumen permohonan yang diajukan. Apabila berkas sudah memenuhi persyaratan, pemohon diminta untuk membayar biaya pengukuran pemeriksaan tanah dan pendaftaran tanah di loket. Proses pelayanan selanjutnya oleh kantor pertanahan adalah pengukuran dan pemeriksaan tanah (pemohon harus hadir), pengumuman, pembukuan hak serta penerbitan sertifikat. Pemohon menerima sertifikat di loket kantor pertanahan.

I.7.7. Struktur organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang

Gambar I.2. Diagram Alir Struktur Organisasi (Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang)

KEPALA KANTOR PERTANAHAN

Subbagian Tata Usaha

Urusan Perencanaan dan Keuangan Urusan Umum dan Kepegawaian SEKSI SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN Subseksi Pengukuran dan pemetaan Subseksi Tematik dan Potensi Tanah Subseksi Penetapan Hak Tanah Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT Subseksi Pendaftaran Hak Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah Subseksi Pengendalian Pertanahan Subseksi Pemberdayaan Masyarakat Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan Subseksi Perkara Pertanahan SEKSI

HAK TANAH DAN PENDAFTARAN TANAH SEKSI PENGATURAN DAN PENATAAN PERTANAHAN SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERDAYAAN SEKSI SENGKETA, KONFLIK DAN PERKARA

(21)

Gambar I.2. merupakan Struktur Organisasi di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang berdasarkan SK KBPN No. 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Struktur orrganisasi dan tata kerja di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang tebagi atas 6 seksi yaitu Subbagian Tata Usaha; Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan; Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah; Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan; Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan; Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara. Masing-masing seksi mempunyai tugas yang berbeda-beda akan tetapi antar seksi merupakan satu kesatuan sistem yang tidak dapat terpisahkan. Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali dijalankan oleh Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah serta Seksi Survei Pengukuran dan Pemetaan. Adapun susunan organisasi dan tugas masing-masing pada pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang, yaitu :

1. Seksi Survei, pengukuran dan Pemetaan

Seksi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas melakukan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah. Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan membawahi 2 orang Kepala Subseksi yaitu :

a. Kepala Subseksi Pengukuran dan Pemetaan, mempunyai tugas menyiapakan perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor berlisensi, pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar lainnya di bidang pengukuran.

b. Kepala Subseksi Tematik dan Potensi Tanah, mempunyai tugas menyiapkan survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik, survei potensi tanah, pmeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan pembinaan pejabat penilai tanah.

(22)

2. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

Seksi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. Mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan pembaharuan hak tanah, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban bekas tanah hak, pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Kepala seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mambawahi 4 orang Kepala Subseksi yaitu :

a. Kepala Subseksi Penetapan Hak Tanah, mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik, hak guna bangunan dan hak pakai, perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah, penetapan dan rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak tanah perorangan.

b. Kepala Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah, mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik dan hak pakai, hak guna bangunan dan hak pengelolaan bagi instansi pemerintah, badan hukum pemerintahan, perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak perijinan, peralihan hak atas tanah, rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah.

c. Kepala Subseksi Pendaftaran Hak, mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, pengakuan dan penegasan konversi hak-hak lain, hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, data yuridis lainya, data fisik bidang tanah, data komputerisasi pelayanan pertanahan serta memelihara daftar buku tanah, daftar nama, daftar hak atas tanah dan warkah serta daftar lainya di bidang pendaftaran tanah. d. Kepala Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta

tanah, mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendafttaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran tanah.

(23)

I.7.8. Pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24/1997 pasal lima hingga pasal delapan tentang penyelenggara dan pelaksana pendaftaran tanah, disebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Untuk itu, Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang memberikan pelayanan pensertifikatan tanah yang secara garis besar dijelaskan dalam bagan alir sebagai berikut :

Gambar I.3. Diagram Alir Pelayanan Pendaftaran Tanah (Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang)

Pemohon

Loket I

Informasi & meneliti dokumen (1 hari)

Loket II

Berkas lengkap & SPM

Loket III Pembayaran Loket II Dibukukan DI 301, 302 dan penjadwalan pengukuran (2-3 hari) Pengukuran (10-15 hari)

Gambar Ukur & daftar tanah Surat ukur (8-10 hari) Panitia A Persiapan dan Pengumuman (8-11 hari + 60 hari) Berita Acara (5-9 hari)

Petugas proses buku tanah dan sertifikat tanah Kasubsi PH Kasi HT&PT Kepala Kantor Dibukukan DI 301, 208 (7-11 hari) Loket IV Dibukukan di 301 A dan sertifikat (1 hari)

(24)

Dari gambar I.3. tahapan pelaksanaan pendaftaran tanah secara sporadik di kantor Pertanahan Kabupaten Magelang dijelaskan dalam diagram alir dibawah ini :

Berdasarkan diagram alir di atas, tahapan proses penyelesaian pelayanan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang membutuhkan waktu paling cepat selama 102 hari dan paling lama selama 121 hari. Adapun secara garis besar dijelaskan dibawah ini.

1. Loket 1, sebagai loket informasi dan permasalahan pertanahan serta syarat-syarat yang dibutuhkan. Standar lamanya waktu pada loket 1 yaitu 1 hari. Pemohon hak membawa berkas persyaratan pendaftaran tanah, petugas loket meneliti kelengkapan berkas pemohonan pendaftaran tanah. Adapun persyaratan berkas pemohon untuk pelayanan permohonan pendaftaran tanah dengan pengakuan hak sebagai berikut :

a. Persyaratan bagi pemohon yang masih hidup, antara lain : 1. Fotocopy bukti diri pemohon (KTP, SIM, dll),

2. Surat permohonan (Lampiran 13)

3. Surat keterangan riwayat tanah dari Kepala Desa/Lurah,

4. Surat penyataan dengan saksi 2 orang penduduk setempat yang membenarkan penguasaan tanah tersebut dan diketahui oleh Kepala Desa/Lurah setempat,

5. Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah yang diketahui oleh dua orang saksi dan dikuatkan Kepala Desa/Lurah,

6. Berita acara kesaksian diketahui oleh dua orang saksi dan dikuatkan Kepala Desa/Lurah,

7. Surat pernyataan tidak melanggar ketentuan pemililkan/penguasaan tanah, 8. Pernyataan atas batas tanah dan luas tanah dengan diketahui Kepala

Desa/Lurah,

9. SPPT PBB tahun terakhir,

10. Fotocopy C Desa yang dilegalisir oleh Kepala Desa/Lurah, dan 11. Surat kuasa tertulis jika mengajukan bukan pemilik tanah. b. Persyaratan bagi pemohon yang telah meninggal

Pada umumnya peralihan karena waris, antara lain seperti persyaratan pemohon yang masih hidup ditambah dengan :

(25)

1. Surat keterangan warisan dengan diketahui dua orang saksi dan dikuatkan oleh Kepala Desa serta Camat

2. Surat pernyataan persetujuan warisan

3. Surat keterangan kematian pewaris dari desa/kelurahan 4. Fotocopy KTP ahli waris dan saksi

2. Loket II dan III, dengan standar lamanya waktu yaitu 1 hari. Dimana loket II sebagai loket penyerahan dokumen pemohon. Pemohon menyerahkan dokumen ke petugas loket II dan petugas loket akan menyerahkan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada pemohon. Setelah pemohon menerima SPM, maka pemohon menuju ke loket III unutk melakukan pembayaran. Sementara itu petugas loket II membukukan dokumen pada daftar isian 301, 302. Loket III, sebagai loket pembayaran biaya. Petugas loket III akan menerima biaya dari pemohon sesuai jumlah yang tertera pada SPM. Dilanjutkan dengan pembuatan kuitansi (D1 306) kepada pemohon sebagai tanda bukti terima pembayaran. 3. Pembuatan surat penjadwalan dan surat tugas pengukuran,

Standar waktu yang diperlukan yaitu 2-3 hari. Kasubsi Pengukuran dan Pemetaan menerima dokumen dari petugas loket dan mempelajari dokumen. Kasubsi P2 menunjuk petugas pelaksana untuk membuat surat pemberitahuan penjadwalan pengukuran kepada pemohon dan pihak yang terlibat, untuk dapat menghadiri pengukuran dalam rangka penetapan batas. Selain itu petugas pelaksana membuat surat tugas pengukuran serta menyiapkan blanko gambar ukur.

4. Pengukuran dan pengolahan data

Standar lama waktu pengukuran dan pengolahan data yaitu 10-15 hari. Pengukuran di lapangan dilakukan oleh petugas ukur dari Kantor Pertanahan dengan terlebih dahulu datang ke kantor desa/kelurahan untuk bersama-sama dengan perangkat desa dan para pihak yang menuju ke lokasi. Sebelum pengukuran dilakukan, petugas ukur terlebih dahulu mempelajari peta pendaftaran dan peta-peta lain yang memuat lokasi bidang yang akan diukur serta memasang titik dasar teknik orde 4 (apabila diperlukan). Pada waktu pengukuran, petugas ukur terlebih dahulu melaksanakan penetapan batas sesuai asas Contradictoire Delimitatie. Apabila dalam penetapan batas ada salah satu

(26)

pihak yang berbatasan tidak hadir dalam penetapan batas, maka pengukuran tidak dapat dilaksanakan. Kecuali pihak yang tidak hadir memberikan surat kuasa yang diperlukan agar pelaksanaan pengukuran tidak ditangguhkan dengan batas waktu tertentu. Jika salah satu pihak yang berbatasan tetap tidak bisa hadir setelah dilakukan pemanggilan sebanyak 3 kali atau bahkan tidak diketahui alamat jelasnya, maka pemohon membuat surat penyataan mengenai batas bidang tanah tersebut. Bidang tanah yang telah dilakukan penunjukkan dan penetapan batas, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran yang disaksikan para pihak yang tanahnya berbatasan. Para pihak wajib menandatangani D1 107A pada gambar ukur. Petugas ukur menyerahkan hasil pengukuran di lapangan ke petugas pengolahan. Petugas pengolahan mengolah data dari petugas ukur dan memetakan bidang tanah (NIB) ke dalam peta pendaftaran. Hasil dari pengukuran dan pemetaan berupa gambar ukur dan daftar tanah. Hasil pengukuran dan pemetaan dituangkan dalam daftar isian 201 Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas.

5. Panitia A

Mengecek dan meneliti dokumen atau berkas permohonan yang meliputi kelengkapan data yuridis dan data fisik. Dilanjutkan dengan peninjauan fisik atas tanah yang dimohon meliputi status riwayat tanah, keadaan tanah, luas tanah, batas-batas dan tanda batas bidang tanah. Apabila hasil pemeriksaan tanah terdapat dokumen yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, maka dibuatkan surat kepada pemohon untuk melengkapi dan meminta penjelasan atau dibuat konsep surat penolakan kepada pemohon. Jika hasil pemeriksaan tidak ada masalah dan dokumen telah sesuai dengan kenyataan di lapangan, maka dokumen diserahkan kepada petugas pengumuman.

6. Persiapan pengumuman

Standar lamanya waktu persiapan pengumuman yaitu 8-11 hari. Petugas pengumuman menyiapkan Konsep Pengumuman (DI 201B) dan Daftar Data Yuridis dan Fisik Bidang Tanah (DI 201C). Kemudian dokumen tersebut (DI 201, 201B, 201C) diserahkan ke Kasubsi PH dan dilanjutkan ke Kasi HT&PT untuk dikoreksi dan dibubuhi paraf serta terakhir ke Kepala Kantor untuk

(27)

dikoreksi dan ditandatangani. Setelah dokumen selesai dikoreksi maka diserahkan ke petugas pengumuman.

7. Pengumuman

Standar lamanya waktu pengumuman yaitu 60 hari. Petugas pengumuman memberikan tanggal dan nomor pengumuman kemudian menyerahkan pengumuman ke bagian TU untuk dikirm ke desa/kelurahan lokasi bidang tanah untuk ditempelkan pada papan pengumuman. Memasang pengumuman dilakukan selama 60 hari sejak tanggal pengumuman. Jika ada sanggahan/keberatan maka Kepala Kantor mengusahakan agar secepatnya diselesaikan secara musyawarah. Apabila tidak diperoleh kesepakatan, maka diberitahukan secara tertulis kepada pihak yang berkeberatan untuk segera mengajukan permasalahan ke pengadilan dan proses pendaftaran dihentikan dahulu. Setelah pengumuman selesai dan ternyata tidak ada sanggahan, dilakukan pengisian DI 201 dan DI 202 (Berita Acara Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis).

8. Berita Acara

Standar lamanya waktu berita acara yaitu 5-9 hari. Panitia berita acara membuat konsep berita acara pengesahan dan meneruskan ke Kepala Kantor untuk ditandatangani. Setelah itu diserahkan ke Kasubsi PH dan menyerahkan dokumen ke petugas surat ukur.

9. Pembuatan surat ukur

Standar lamanya waktu pembuatan surat ukur yaitu 8-10 hari. Petugas surat ukur menyiapkan konsep surat ukur dan memberi nomor serta tanggal surat ukur. Kemudian diserahkan ke Kasubsi P2 untuk diteliti dan diparaf dan dilanjutkan ke Kasi SP&P.

10. Pembukuan dan penerbitan sertifikat

Standar lamanya waktu pembukuan dan penerbitan sertifikat yaitu 7-11 hari. Petugas pelaksana membukukan pada daftar hak, membuat konsep buku tanah dan sertifikat, mencatat nomor hak pada surat ukur dan meneruskan hasil pekerjaan ke Kasubsi PH. Kasubsi PH meneliti dan memaraf buku tanah dan sertifikat dan meneruskannya ke Kasi HT&PT untuk diteliti ulang. Setelah itu diserahkan ke Kepala Kantor untuk ditandatangani. Dilanjutkan dengan proses

(28)

pembukuan oleh petugas pembukuan. Petugas pembukuan membukukan pada DI 307 dan DI 208. Menginformasikan kepada petugas loket II untuk pencoretan pada DI 301 bahwa sertifikat telah selesai. Menyerahkan sertifikat ke petugas loket IV.

11. Loket IV

Standar lamanya waktu pada loket IV yaitu 1 hari. Petugas loket melakukan pencatatan pada DI 301A dan menyerahkan sertifikat kepada pemohon.

I.7.9. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan agar dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya sesuai dengan di lapangan.

Dalam penelitian ini, pelaksanaannya menggunakan beberapa data. Degan tujuan karena data yang satu dengan yang lain akan saling melengkapi dan mengisi unutk menjamin keakuratan dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya, antara lain :

I.7.9.1. Pengumpulan data primer. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian di lapangan.

a. Wawancara atau interview

Menurut Arikunto,S.,(2006), wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara kemudian melakukan pencatatan terhadap dialog tersebut. Wawancara ini dilakukan terhadap pihak-pihak yang langsung terkait dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang.

b. Kuisioner

Berdasarkan pendapat Arikunto,S.,(2006), bahwa kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Peneliti memberi daftar pertanyaan kepada responden mengenai ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan tujuan, guna memperoleh data yang dibutuhkan.

(29)

Observasi disebut juga pengamatan, yaitu suatu teknik kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, S., 2006).

I.7.9.2. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber tak langsung untuk kepentingan skripsi. Peneliti mendapatkan data dari buku-buku, arsip-arsip Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang dan peraturan-peraturan yang ada hubungannya dengan objek masalah yang akan diteliti guna menunjang analisis data.

I.7.10. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah salah satu cara yang dipergunakan dalam sebuah penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian atau sering disebut juga metodologi penelitian adalah sebuah desain atau rancangan penelitian. Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu. Metode penelitian (research methods) adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolahan data dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu (Sukmadinata, 2008).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Menurut Furchan (2004), penelitian deskriptif mempunyai karakteristik :

1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat.

2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.

Menurut Kountur (2007), penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

(30)

2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu.

3. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan

(treatment). I.7.11. Uji Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji suatu hipotesis populasi adalah uji-z dua pihak (two tail test) dengan tingkat kepercayaan 95% atau memiliki taraf signifikansi (α) 5%. Uji dua pihak digunakan jika hipotesis nol (Ho) berbunyi “≤” dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “>”. Rumus I.4 adalah rumus z hitung untuk menguji hipotesis (Widjajanti, 2011).

X

... (I.1) dengan:

X : mean (rata-rata) suatu data

: nilai yang dianggap benar : simpangan baku

: jumlah data

Interval konfidensi nilai rata-rata populasi dari data yang memiliki rata-rata X

dan simpangan baku , maka dapat digunakan tabel distribusi normal standar z ≈ N (0,1). Rumus I.5 adalah rumus guna mencari interval konfidensi untuk rata-rata (Widjajanti, 2011). n + < < n -2 2      zz ...(I.2) dengan: 2  z : nilai z tabel

(31)

: nilai yang dianggap benar : simpangan baku

: jumlah data

Mean merupakan teknik statistik yang didasarkan atas nilai rata-rata dari suatu kelompok sample atau populasi. Rata-rata diproleh dengan menjumlahkan data sampel kemudian dibagi dengan jumlah sample yang ada. Rumus 1.3 adalah rumus untuk menghitung nilai rata-rata (Widjajanti, 2011).

X

=

∑ ...(1.3) Keterangan :

X = Mean (rata-rata) suatu data

 = Jumlah

Xi = Nilai X ke i sampai ke n n = Jumlah sampel/populasi

Standar deviasi atau simpangan baku merupakan akar dari varians, sedangkan varians merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai data terhadap rata-rata (Widjajanti, 2011). Varians diberi simbol

σ

2 dan standar deviasi diberi simbol S. Adapun rumus varians dan standar deviasi yaitu :

σ

2

=

∑( ) ...(1.4)

σ

=

∑( ) ...(1.5) Keterangan :

σ

2 = Varians populasi

(32)

n = Jumlah data

I.8. Hipotesis

Waktu efektif yang diperlukan Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang dalam pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik mulai dari awal permohonan hingga penerbitan sertifikat tidak seluruhnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam KBPN Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standart Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

Gambar

Gambar I.1. Bagan Alir Pelayanan
Gambar I.2. Diagram Alir Struktur Organisasi  (Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang)
Gambar I.3. Diagram Alir Pelayanan Pendaftaran Tanah  (Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang) Pemohon

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA GURU DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK PRASELASIAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN DI TK ISTIQOMAH KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil penelitian yang menunjukan nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK &amp; MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

[r]

Instrumen pembangkit getaran frekuensi rendah merupakan suatu piranti yang menghasilkan getaran mekanik dengan frekuensi rendah, salah satunya adalah getaran gempa..

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam menyusun laporan tugas akhir adalah merancang dan mengembangkan sistem informasi akademik berbasis web, sehingga dapat diakses

FAKTJ'-TAS PtrTERNAI'{N UNIVERSITAS