• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Masa remaja adalah masa-masa seseorang akan menemukan hal-hal baru yang menarik. Dimana pada masa-masa ini seseorang akan mulai mempelajari dunia kedewasaan, mulai mencari jati diri, dan dipenuhi oleh keingintahuan yang besar akan lingkungan sekitarnya. Namun demikian, saat masa-masa remaja inilah seseorang juga dapat dengan mudahnya terjerumus dalam penyimpangan sosial terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali informasi yang tidak benar mengenai seks tersebar baik di media elektronik maupun di media massa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan hubungan antara pengaruh media dan aktivitas seksual dini (Starburger & Donnerstein dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2009).

Pada suatu masa para peneliti perkembangan menganggap bahwa masa-masa akhir remaja hingga permulaan masa-masa tua merupakan masa-masa yang relatif stabil, tetapi penelitian membuktikan bahwa hal itu tidaklah benar. Pertumbuhan dan penurunan terus terjadi disepanjang kehidupan, dengan tingkat keseimbangan yang berbeda untuk setiap individu (Papilia, Olds & Fieldman, 2009). Masa remaja akhir adalah suatu masa seseorang tidak lagi remaja, tetapi belum sepenuhnya dewasa (Arnett, 2000: 2004: Furstenberg et al., 2005 dalam Papilia, Olds & Fieldman, 2009).

(2)

2 Masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, adapun meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan kondisi baru (Hurlock dalam Lubis, 2008). Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru, misalnya masalah yang berhubungan dengan percintaan yang merupakan masalah pelik pada remaja (Monks dalam Lubis, 2008). Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisiologis, mereka telah mencapai kematangan organ-organ reproduksi, baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Kematangan organ reproduksi tersebut, mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman sebayanya. Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normatif dan etika moral antar remaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah.

Seksualitas sudah bukan merupakan pembicaraan yang baru lagi di masyarakat khususnya dikalangan para remaja. Pada zaman sekarang ini, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibandingkan dahulu. Hal ini bisa kita rasakan di kota-kota besar di Indonesia, terbukanya saluran informasi seputar seks yang bebas beredar di masyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan internet boleh jadi mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah (Wijaya, dalam Sari 2009). Seorang remaja yang tidak mampu mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara

(3)

3 bebas (di luar aturan norma sosial), misalnya seks pranikah, kumpul kebo (sommon leven), akan berakibat negatif, seperti terjangkit STD’s (seksually transmitted diseases), kehamilan (pregnancy), drop-out dari sekolah. Biasanya merekalah yang memiliki sifat ketidakkonsistenan antara pengetahuan, sikap, dan perilakunya. Misalnya, walaupun seseorang mempunyai pengetahuan dan sikap bahwa seksual pranikah itu tidak baik, namun karena situasi dan kesempatan itu memungkinkan, serta ditunjang oleh niat untuk melakukan hubungan seksual pranikah, maka individu ternyata tetap saja melakukan hal itu (Dariyo, 2004). Hal ini terungkap dari komunikasi personal penulis dengan salah seorang pria yang bernama Ildan (nama samaran) yang berusia 21 tahun.

“..kalo di luar nikah ya itu perbuatan yang ga baik, tapi itu semua juga tergantung dari dianya juga sih yang melakukan..”

“..yaa gitu, awalnya dari rasa ingin tau, penasaran kaya gimana sih? enak ga? yaudah akhirnya ketika ada momen yang mendukung kita ngelakuin. Terus pas udah ngelakuin jadi ketagihan sampe sekarang.. (tersenyum)”

(Komunikasi Personal, Tangerang, 07 April 2012) Seksualitas merupakan bagian normal dari perkembangan, tetapi perilaku seksual tersebut disertai resiko-resiko, yang tidak hanya ditanggung oleh remaja itu sendiri melainkan juga oleh orang tua dan masyarakat (Desmita, 2005). Menurut Subakti (dalam Husaeni & Rahardjo, 2010), banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman yang meningkat terhadap HIV/AIDS

(4)

4 (Suryoputro & Ford, 2006). Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan orang tua, masyarakat dan remaja yang bersangkutan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kota-kota besar di Jakarta dan Jogjakarta diketahui bahwa remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah mencapai angka sebesar 21-30%. Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 oleh BPS menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman dan pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Sementara itu perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman dan pernah melakukan hubungan seksual mencapai angka sebesar 42,3 persen. Di sisi lain mereka melakukan hubungan seksual pranikah ini ternyata tidak mengetahui dampak yang ditimbulkannya akibat perilaku tersebut (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-boedionog2-5508-2-babi.pdf ).

Studi yang dilakukan oleh Miller, Christopherson, dan King, (dalam Iqbal, 2007) mengatakan bahwa, ketika ditanyakan alasan mengapa mereka melakukan hubungan seksual pranikah, 51% remaja lelaki mengatakan bahwa alasan mereka adalah perasaan ingin tahu, sementara itu 25% mengatakan alasan mereka adalah adanya perasaan sayang pada pasangan mereka. Dari studi ini juga ditemukan bahwa alasan kepuasan seksual memiliki presentasi yang sangat rendah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Hajcak dan Garwood

(5)

5 (dalam Iqbal, 2007) dimana mereka mengatakan bahwa, ketika remaja mengatakan bahwa mereka menginginkan seks, banyak masyarakat yang menganggap bahwa hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka. Akan tetapi, dalam banyak kesempatan dikatakan bahwa kegiatan seksual yang remaja lakukan didorong oleh kebutuhan emosi termasuk keinginan untuk menerima rasa kasih sayang, perasaan agar tidak sendiri (ease loneliness), mengafirmasi maskulinitas dan femininitas, meningkatkan self esteem, mengekspresikan kemarahan, atau menghindari kebosanan. Apabila dilihat, perasaan cinta (sayang) merupakan salah satu alasan untuk melakukan seksual. Hal ini diungkapan oleh Ildan (nama samaran) berusia 21 tahun berikut ini:

“..Hmm pengen tau aja gimana sih rasanya? Enak ga sih rasanya? Terus saya sama pacar saya juga udah sama-sama sayang yaudah akhirnya kaya gitu..”

(Komunikasi Personal, Tangerang, 07 April 2012) Adapun hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (Kaiser Family Foundation), adalah (a) faktor mispersepsi terhadap pacaran : bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dimasa pacaran, (b) faktor religiusitas : kehidupan iman yang tidak baik, dan (c) faktor kematangan biologis (Dariyo, 2004). Faktor kematangan biologis ini merupakan tanda-tanda masa remaja, khususnya remaja akhir.

Nachrowi & Usman (dalam Hodijah, 2011) mengemukakan bahwa setiap tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya didasari oleh keputusan yang diambilnya. Hal ini termasuk pengambilan keputusan remaja dalam melakukan hubungan seksual. Menurut Desmita (2005) pengambilan

(6)

6 keputusan (decisions making) merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari perbuatan berpikir itu disebut keputusan. Ini berarti bahwa dengan melihat bagaimana seorang remaja mengambil suatu keputusan, maka dapat diketahui perkembangan pemikirannya. Remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam hal ini mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, keputusan-keputusan dalam memilih teman, dan keputusan-keputusan dalam melakukan hubungan seksual di luar nikah. Banyak hal yang sangat mungkin terjadi pada remaja yang berpacaran, salah satunya ketertarikan membuat keputusan untuk melakukan hubungan seksual.

Bertitik tolak terhadap permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus dari fenomena tersebut dengan judul penelitian yakni “Analisis pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir“. Sisi lain yang menarik, yang ingin peneliti ketahui lebih dalam adalah bagaimana kronologis proses pengambilan keputusan yang dilakukan remaja akhir, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan hubungan seksual dan menepiskan segala resiko yang akan mereka hadapi, contohnya kehamilan dan penyakit menular seksual. Tentunya itu semua akan terjawab, jika penulis melakukan penelitian secara mendalam kepada remaja akhir yang telah secara terbuka melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Penulis melakukan penelitian tentang analisis pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir dengan pendekatan penelitian kualitatif.

(7)

7 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

“ Bagaimana proses pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir.? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir. Dari gambaran tersebut dapat diketahui bagaimana proses pengambilan keputusan pada pasangan remaja tersebut sehingga akhirnya memutuskan untuk melakukan hubungan seksual.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta penelitian di bidang Psikologi Perkembangan mengenai masalah seks pranikah pada remaja sehingga bisa diketahui proses pengambilan keputusan pada remaja akhir hingga mereka mau melakukan hubungan seksual dengan pasangannya saat berpacaran, serta menambah pengetahuan untuk bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai proses pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi para

(8)

8 orang tua dan masyarakat agar dapat lebih memantau perilaku dan pergaulan para remaja saat ini sehingga membantu mencegah terjadinya perilaku seksual pranikah dikalangan remaja.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

BAB II Kajian pustaka, akan membahas mengenai konsep yang menjadi dasar teoritis dari penelitian ini.

BAB III Metode penelitian, menguraikan tentang metode dan prosedur penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, subjek penelitian, alat penelitian, dan analisis data.

BAB IV Berisikan hasil penelitian yang dilakukan, diantaranya berisi analisis kasus, hasil wawancara dan observasi.

BAB V Merupakan langkah terakhir dari suatu penyusunan penelitian, yang meliputi kesimpulan, diskusi dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

1) Lokasi yang strategis, dimana sarana transportasi yang mudah didapat dan kondisi jalan yang cukup baik, serta jaraknya yang hanya ± 12 km dari kota mojokerto

Kegiatan pendampingan penerapan bahan ajar Student Centered berbasis informatika sebaiknya perlu diadakan pelatihan lagi untuk guru sekolah yang berbeda, perlu diberikan aplikasi

kinerja guru, Sulitnya kepala sekolah mengevaluasi hasil pembelajaran.Dari hasil identifikasi masalah yang muncul, peneliti akan membatasi permasalahan yang disinyalir oleh

Bahwa Pemohon I di dalam pekerjaan mempunyai hak atau kewenangan- kewenangan berupa memberikan jasa hukum kepada klien atau orang yang membutuhkan jasa advokat baik di

Guna mengantisipasi kelemahan-kele- mahan penelitian sebelumnya tentang pe- ran hutan dalam mengatur tata air pada DAS, penelitian yang bertujuan mengkaji peranan penutupan

Dengan mengambil lokasi wisata Air Terjun Sendang Gile, tujuan penelitian ini adalah mengestimasi fungsi permintaan rekreasi dan mengestimasi nilai tarif masuk yang dapat

Hasil pengujian aktivitas antibakteri pada 3 jenis asap cair yakni asap cair asli, asap cair redistilasi serta asap cair hasil penyerapan dengan karbon aktif menggunakan 3 jenis

En Crimen legal, su autor se presenta ante el público afiliado á la nueva formula, en la creencia de que se puede uno agregar á una escuela literaria del mismo modo que se