• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi yang demikian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi yang demikian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat dan harga barang atau produk yang diinginkan pun semakin mahal, membuat setiap orang harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi yang demikian membuat setiap orang untuk menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan bahkan diinginkannya. Hal ini wajib dilakukan jika merekaingin tetap bertahan untuk memenuhi kebutuhannya sekarang dan memenuhi kebutuhannya di masa mendatang. Investasi adalah sarana bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya di masa yang akan datang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang yang bisa juga berkaitan dengan menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil berupa tanah, emas bangunan atau bangunan ataupun aset finansial seperti deposito, saham ataupun obligasi (Tandelilin, 2010:3).

Menurut Tandelilin (2010:5) ada 3 (tiga) alasan mengapa seseorang melakukan investasi, yaitu:

1.Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana

(2)

mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain seseorang dapat menghindari diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifar mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Untuk menanamkan modal pada perusahaan, seorang investor harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara berinvestasi, informasi yang cukup mengenai perusahaan dimana investor akan menanamkan modalnya, modal dan yang tidak kalah penting adalah masyarakat sebagai investor haruslah mengetahui bagaimana kondisi pasar yang berfluktuasi setiap saat. Hal ini menjadi hal yang wajib dikuasai oleh seorang investor bila tidak ingin mengalami kerugian apalagi kehilangan modal yang telah ditanamkan pada suatu perusahaan.

Tentunya investor harus memiliki alternatif lain agar dapat melakukan investasi tanpa harus merasakan khawatir akan modal yang akan ditanamkannya. Reksa dana menjadi salah satu alternatif bagi investor yang merasa memiliki keterbatasan pengetahuan, informasi mengenai perusahaan mana yang memiliki prospek yang baik bahkan reksa dana memudahkan investor yang memiliki waktu

(3)

yang sangat terbatas untuk terus memantau kondisi pasar dan juga modal yang ditanamkannya. Selain itu, adanya persyaratan pengelolaan reksa dana dalam bentuk portofolio efek dan hanya dikelola oleh manajer investasi sebagai pihak yang memiliki keahlian dibidang investasi tentu kondisi seperti ini merupakan karakteristik yang sangat memberikan prospektif bagi pertumbuhan kinerja suatu produk investasi reksa dana dan juga memberikan prospek pertumbuhan bagi investornya (Simatupang, 2010:157).

Manajer Investasi dalam hal ini adalah orang yang bertugas untuk mengelola dana yang telah di tanamkan oleh investor kedalam produkreksa dana. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal, manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Reksa dana pertama yang diterbitkan di dunia adalah Massachusetts

Investors Trust yang diterbitkan tanggal

instrumen reksa dana pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 dengan pelopornya adalah PT BDNI Reksa dana yang bersifat Reksa Dana Tertutup (Cahyono, 2000:169). Pada tahun 1995 juga dibuat UU No. 8 Tahun 1995 mengenai pasar modal yang sebagian besar isinya mengatur peraturan reksa dana. Hingga saat ini terdapat 1133 reksa dana yang aktif beroperasi dengan 82 Manajer Investasi (sumber: Otoritas Jasa Keuangan, www.ojk.go.id).

(4)

Tabel 1.1

Perkembangan NAB dan UP Reksa dana Tahun 2010-2014 No. Tahun Total Nilai Aktiva Bersih (NAB)

(dalam rupiah)

Total Unit Penyertaan (UP) yang beredar 1. 2010 139.096.653.052.739,75 81.464.548.528,77 2. 2011 163.150.874.266.127,01 98.545.955.665,54 3. 2012 182.797.476.134.098,28 113.263.337.849,98 4. 2013 185.497.908.210.020,39 120.300.726.429,06 5. 2014 228.351.520.669.959,86 141.755.394.901,51

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, www.ojk.go.id

Data yang ditampilkan pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun total Unit Penyertaan (UP) dan diikuti oleh peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) untuk semua jenis reksa dana. Peningkatan jumlah UP yang beredar menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun perhatian masyarakat sebagai investor yang melihat reksa dana sebagai salah satu alternatif investasi semakin meningkat. Meningkatnya UP yang beredar juga diikuti oleh peningkatan NAB setiap tahunnya yang mencerminkan bahwa reksa dana juga dapat memberikan return

yang lebih tinggi jika investor mampu memilih reksa dana yang tepat sesuai dengan tujuan investor dalam berinvestasi.

Untuk meningkatkan NAB sesuai dengan ekspektasi investor, maka investor juga harus teliti dalam memilih manajer investasi, karena setiap manajer investasi memiliki kemampuan yang berbeda dalam memilih portofolio yang paling baik untuk menghasilkan NAB dan return yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: cara, strategi, kebijakan yang digunakan oleh manajer investasi. Selain itu jika kita berbicara tentang return

(5)

mempengaruhi return. Seperti yang dikemukakan oleh Markowitz (1952) dalam konsep teori portofolionya, bahwa setiap investor yang menginginkan atau mengharapkan keuntungan yang tinggi maka harus siap untuk menerima risiko yang tinggi pula atau high risk-high return.

Tabel 1.2

Komposisi NAB Reksa dana Pada 29 Desember 2015

No. Komposisi NAB Jumlah NAB (dalam rupiah) Persentase

1. ETF Pendapatan Tetap 2.019.752.997.710,00 0,78%

2. ETF Indeks 785.003.715.921,29 0,30%

3. ETF Saham 1.297.986.130.128,38 0,50%

4. Reksa dana Pendapatan Tetap 45.205.833.694.340,56 17,56% 5. Reksa dana Indeks 799.536.563.794,83 0,31% 6. Reksa dana Campuran 17.731.924.413.280,80 6,89% 7. Reksa dana Pasar Uang 22.728.848.900.696,21 8,83% 8. Reksa dana Saham 100.534.399.171.613,33 39,05% 9. Reksa dana Pendapatan Tetap

Syariah

727.054.485.630,13 0,28%

10. Reksa dana Indeks Syariah 217.885.353.035,46 0,08% 11. Reksa dana Reksa dana Campuran

Syariah

1.699.426.541.918,49 0,66%

12. Reksa dana Pasar Uang Syariah 953.768.309.816,68 0,37% 13. Reksa dana Saham Syariah 5.298.630.661.879,08 2,06% 14. Reksa dana Terproteksi Syariah 1.454.655.032.647,95 0,57% 15. Reksa dana Terproteksi 55.976.246.568.438,96 21,74% Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, www.ojk.go.id

Seperti yang ditampilkan dalam Tabel 1.2 yang memperlihatkan komposisi NAB Reksa dana di Indonesia per 29 Desember 2015 dimana posisi NAB pertama dengan persentase 39,05% dari keseluruhan NAB reksa dana ditempati oleh reksa dana jenis saham. Hal ini menunjukkan bahwa reksa dana saham memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya. Seperti yang telah dijelaskan bahwa return berbanding lurus dengan risiko, maka peneliti tertarik untuk menjadikan reksa dana saham sebagai objek penelitian. Peneliti tertarik untuk melihat seberapa jauh manajer investasi dapat memberikan return yang terbaik bagi investor dengan risiko yang akan dihadapi.

(6)

Selain dari risiko didalam reksa dana terdapat beberapa indikator yang harus diketahui oleh calon investor sebelum menanamkan modalnya. Seluruh aset reksa dana akan dikelola oleh manajer investasi, maka dari itu penting bagi calon investor untuk mengenal kemampuan manajer investasi dalam mengelola portofolio yang dapat dilihat dari kemampuan market timing manajer investasi dalam mengambil kebijakan untuk menjual atau membeli sekuritas pada waktu yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari IHSG (Wijaya, 2016:87).

Kinerja reksa dana yang baik juga dapat dilihat dengan cara pemilihan sekuritas yang baik kedalam portofolio reksa dana yang dilakukan oleh manajer investasi hingga menghasilkan performance yang lebih baik dibandingkan dengan indeksnya (Wijaya, 2016:88).

Dalam pengelolaan operasionalnya, manajer investasi juga mengeluarkan biaya-biaya yang menurut Bodie, et al. (2006:154) beban-beban reksa dana yang terdiri dari Beban Awal (Front-End Load), Beban Akhir (Back-End Load), Beban Operasional (Expense Load) dan Beban-beban 12b-1 secara tidak langsung dibebankan kepada investor melalui pengurangan secara periodik terhadap portofolio sehingga pada akhirnya akan mengurangi nilai aktiva bersih yang akan berpengaruh juga kepada kinerja reksa dana.

Berikut adalah tiga daftar reksa dana saham terbaik pada tahun 2015 menurut bareksa.com:

(7)

Tabel 1.3

Tingkat Return Portofolio, Return Pasar, Expense Ratio dan Risiko Beberapa Reksa Dana Saham

No Produk Reksa Dana Tahun Return Portofolio Return Pasar (IHSG) Expense Ratio(%) Tingkat Risiko (%) 1 Schroder Dana Prestasi 2012 0.00845 0.0108 1.78 3.70 2013 0.00297 0.0003 2.18 4.99 2014 0.02179 0.0170 2.09 2.33 2015 -0.00398 -0.0098 2.12 4.68 2 BNP Paribas Infrastuktur Plus 2012 0.01348 0.0108 2.87 3.90 2013 -0.00093 0.0003 2.95 5.09 2014 0.02473 0.0170 2.99 2.14 2015 -0.01903 -0.0098 2.96 5.42 3 Schroder Dana Prestasi Plus 2012 0.00365 0.0108 2.02 3.80 2013 -0.00099 0.0003 2.10 4.90 2014 0.02016 0.0170 2.08 2.06 2015 -0.00210 -0.0098 2.06 4.91

Sumber : data diolah

Pada Tabel 1.3 menunjukkan keadaan return reksa dana di pasar modal Indonsesia yang dilihat dari rata-rata tahunan IHSG, rasio beban operasional yang dapat dilihat pada prospektus reksa dana dan juga bagaimana tingkat risiko yang dimiliki oleh setiap reksa dana. Pada Tahun 2012 reksa dana dengan return

tertinggi dan satu-satunya reksa dana yang melebihi return pasar dimiliki oleh BNP paribas Insfrastruktur Plus, dengan beban operasional (expense ratio) 2.87% dan tingkat risiko 3.90% dimana nilai beban operasional dan tingkat risiko tersebut merupakan nilai terbesar dibandingkan dengan dua reksa dana lainnya.

(8)

Pada Tahun 2013, reksa dana dengan return tertinggi dan satu-satunya reksa dana yang melebihi return pasar dimiliki oleh Schroder Dana Prestasi dengan nilai 0.00297, dengan beban operasional 2.18% dan tingkat risiko 4.99%. Schroder Dana Prestasi menduduki peringkat ke-2 tertinggi berdasarkan beban operasional dan tingkat risiko dibandingkan dengan dua reksa dana lainnya, namun tetap memiliki return yang lebih baik dibandingkan dengan Schroder Dana Prestasi Plus yang memiliki beban operasional lebih rendah atau BNP Paribas Insfrastruktur Plus dengan nilai beban operasional tertinggi.

Para Tahun 2014, ketiga reksa dana saham tersebut memiliki return yang lebih baik dibandingkan dengan return pasar dimana secara berurutan dimiliki oleh BNP Paribas Insfrastruktur Plus, Schroder Dana Prestasi dan Schroder Dana Prestasi Plus. BNP Paribas Insfrastruktur Plus menempati posisi kedua untuk urutan beban operasional dan tingkat risiko, sementara Schroder Dana Prestasi Plus meskipun memiliki beban operasional dan tingkat risiko yang paling rendah tidak menjadikannya sebagai reksa dana dengan return yang lebih baik dibanding dengan dua reksa dana lainnya yang memiliki beban operasional dan tingkat risiko yang lebih tinggi.

Pada Tahun 2015 dapat dilihat bahwa return pasar menunjukkan nilai yang negatif, ini berarti IHSG mengalami koreksi bila dibandingkan dengan Tahun 2014. Hal ini berdampak kepada reksa dana saham. Ketiga reksa dana menunjukkan return yang negatif, namun hanya satu dari tiga reksa dana terbaik versi Bareksa.com yang berada dibawah return pasar yakni BNP Paribas Insfrastruktur Plus menjadikannya sebagai reksa dana dengan return terendah

(9)

dibandingkan dengan dua reksa dana lainnya, dengan beban operasional dan tingkat risiko tertinggi yaitu sebesar2.96% dan 5.42%.

Dari fenomena yang ada menunjukkan Reksa Dana Schroder Dana Prestasi, BNP Paribas Star dan Schroder Dana Prestasi Plus memiliki return, expense ratio dan Tingkat Risiko yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pemodal sebagai investor harus tetap teliti untuk memilih reksa dana yang tepat dalam mengelola modalnya karena pertumbuhan NAB yang terus menerus meningkat setiap tahunnya bukan menjadi tolak ukur bahwa investor akan mendapatkan return yang lebih baik dari return pasar. Maka untuk membantu calon investor memutuskan reksa dana mana yang terbaik untuk menginvestasikan modalnya, maka akan lebih baik jika melihat indikator market timing ability, stock selection skill yang dimiliki oleh manajer investasi serta biaya-biaya dan tingkat risiko yang ada pada setiap reksa dana.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga melihat hasil penelitian dari penelitian-penelitian terdahulu pada indikator market timing ability, stock selection skill, expense ratio dan tingkat risiko. Pertama, Market Timing Ability

yang menjadi variabel bebas pada penelitian yang dilakukan oleh Alexandri (2012) yang berjudul “Analisis Karakteristik, Kinerja dan Persistensi Reksa Dana Saham di Indonesia” memiliki pengaruh yang negatif terhadap kinerja reksa dana saham yang berarti market timing yang dilakukan oleh manajer investasi justru mengakibatkan menurunnya kinerja reksa dana saham. Sedangkan berlawanan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan (2012) dengan judul “Analisis Kemampuan Stock Selection dan Market Timing Manajer Investasi

(10)

Pada Reksa Dana Saham di Indonesia” mendapatkan hasil dari 51 sampel reksa dana yang diteliti terdapat 31 reksa dana saham yang manajer investasinya memiliki market timing ability positif terhadap kinerja reksa dana saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) yang berjudul “Analisis Pengaruh Market Timing Ability, Stock Selection Skill, Expense Ratio dan Tingkat Risiko terhadap Kinerja Reksa Dana Saham (Studi Pada Reksa Dana Saham Jenis KIK Periode 2009-2013)” menunjukkan bahwa stock selection skill berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana saham, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan (2012) yang berjudul “Analisis Kemampuan Stock Selection dan

Market Timing Manajer Investasi Pada Reksa Dana Saham di Indonesia” menunjukkan hanya 5 dari 51 reksa dana yang memiliki stock selection skill

terhadap kinerja reksa dana saham.

Penelitianyang dilakukan oleh Alexandri (2012) yang berjudul “Analisis Karakteristik, Kinerja dan Persistensi Reksa Dana Saham di Indonesia” menunjukkan hasil pengaruh yang negatif antara expense ratio dengan kinerja reksa dana dimana semakin tinggi nilai biaya maka semakin turun kinerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Nindyaswara (2014) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Reksa dana Saham di Indonesia Periode Tahun 2011-2013” menunjukkan adanya pengaruh positif antara rasio biaya dengan kinerja reksa dana saham dimana semakin tinggi rasio biaya maka akan semakin meningkat kinerja reksa dana saham atau dengan kata lain semakin baik kinerja reksa dana saham.

(11)

Variabel tingkat risiko yang diteliti oleh Nurcahya dan Bandi (2010) dengan judul “Reksa Dana di Indonesia: Analisis Kebijakan Alokasi Aset, Pemilihan Saham, dan Tingkat Risiko” menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, semakin tinggi risiko suatu reksa dana maka akan semakin tinggi pula imbal hasil (return) yang diperoleh, sehingga makin baik kinerja suatu reksa dana.Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Purwanto (2012) dengan judul “Analisis Kebijakan Alokasi Aset, Kinerja Manajer Investasi dan Tingkat Risiko terhadap Kinerja Reksa dana Saham di Indonesia” menunjukkan tingkat risiko berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja rekadana. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar return dari suatu reksa dana, risiko atas investasi justru menurun sehingga kinerja reksa dana semakin menurun.

Berdasarkan fenomena yang ada serta research gap yang telah dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui sendiri pengaruh antara empat variabel yang telah dituliskan diatas terhadap kinerja reksa dana saham guna memberikan informasi dan memudahkan investor untuk mengambil keputusan investasinya. Maka dengan demikian judul penelitian yang dipilih adalah “Analisis Pengaruh Market Timing Ability, Stock Selection Skill, Expense Ratio dan Tingkat Risiko terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia.”

(12)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Market Timing Ability, Stock Selection Skill, Expense Ratio dan Tingkat Risiko berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui danmenganalisisPengaruh Market Timing Ability, Stock Selection Skill, Expense Ratio dan Tingkat Risiko secara parsial dan simultan terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Investor

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai bukti empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu reksa dana dan diharapkan dapat menjadi alat bantu bagi investor dalam membuat pertimbangan keputusan investasi dalam bentuk investasi serta dapat membantu investor dalam melihat reksa dana dengan kinerja terbaik.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi bekal dalam praktek nyata manajemen investasi pada masa yang akan datang dan menambah wawasan peneliti mengenai manajemen investasi dalam bentuk reksa dana.

(13)

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran akan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja reksa dana dan dapat menjadi acuan, perbandingan, dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dibuktikan dari sekelompok dosen yang mengampu mata kuliah yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama seperti dosen mata kuliah Multimedia,

Kemudian kombinasi bambu tali dengan bambu betung menyebabkan peningkatan nilai MOR yang dihasilkan hal ini disebabakan karna adanya pengaruh faktor berat jenis bahan baku

245 Tahun 2007 tentang Tunjangan Lauk Pauk bagi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul dinyatakan tidak berlaku lagi.. KEEMPAT  Keputusan Bupati ini mulai berlaku

Kemudian pada siklus I setelah diterapkannya model pembelajaran Teams Games Tournament ketuntasan belajar siswa mencapai 80 % atau sekitar 28 siswa yang dinyatakan

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT 2018.. RKA - OPD 2.2.1 ORGANISASI

MEMILIKI

Efektivitas Antara Pijat Oksitosin Dan Breast Care Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesarea Di RSUD Banyumas.. Clinical Obstetrics : The Fetus And

Materi muatan yang diatur dalam Undang-Undang ini adalah mengesahkan secara hukum Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas