• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk penilaian kinerja keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk penilaian kinerja keuangan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Keuangan

Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk penilaian kinerja keuangan tergantung pada tahap perumusan strategi dalam suatu proses manajemen strategi

(dengan memperhatikan profibilitas, pangsa pasar, dan pengurangan biaya dari

berbagai ukuran laiannya) harus benar-benar digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi strategi (Huger,2002) .Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan perusahan dalam mewujudkan sarana, tujuan, misi, dan visi organisasi tergantung

dalam strategi planning suatu perusahaan, sedangkan kinerja keuangan adalah

prestasi kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu

dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan

(Rahayu,2010:14)

2.1.1 Definisi Laporan Keuangan

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:2) menyatakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan

(2)

menggambarkan dampak keuangan dari mulai transaksi dan peristiwa lainnya yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca , laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas , laporan arus kas , dan catatan atas laporan keuangan. (Harahap, 2011:123) menyatakan bahwa “laporan keuangan utama untuk perusahaan Perseroan

Terbatas (PT) adalah neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income

statement) , dan laporan perubahan modal (statement of owners equity) serta catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan berisi informasi- informasi tentang prestasi perusahan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang.

Laporan keuangan merupakan sarana berkomunikasi informasi keuangan utama kepada pihak – pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahan yang dikualifikasikan dalam nilai

moneter. (Harahap, 2011:123) menyatakan “Laporan keuangan (financial

statemant) digunakan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan perusahaan di masa depan untuk kelangsungan perusahaan”.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan

(3)

informasi tersebut berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut.

Laporan keuangan disusun untuk tujuan tertentu bagi pemenuhan

kebutuhan dan kepentingan stakeholders atas informasi yang disampaikan

oleh laporan keuangan.

Tujuan laporan keuangan untuk umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Harahap, 2011:70).

Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement No.4 (Harahap,

2011:70) laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:

1. Tujuan umum :

a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan.

b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.

c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.

e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya

secara wajar dan sesuai dengan GAAP (General Accepted Accounting

(4)

2.1.3 Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna yang memiliki kepentingan terhadap laporan keunagan adalah ( IAI, 2009 2-3):

1. Investor 2. Karyawan

3. Pemberi pinjaman

4. Pemasok dan kreditur lainnya 5. Pelanggan (Nasaba)

6. Pemerintah 7. Masyarakat

2.1.4 Ukuran Kinerja Keuangan

Secara umum, ada banyak “teknik analisis dalam melakukan penilaian investasi,tetapi yang paling banyak dipakai adalah analisis yang bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan” (Harahap, 2011:108).Analisis rasio keuangan dapat dikelompok kan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu: a) Rasio Likuiditas

Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Oleh karna itu rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menjamin

utang- utang lancarnya. Rasio likuiditas terdiridari: Rasio lancar (current

(5)

b) Rasio Solvabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Selain itu, rasio ini juga melihat sumber

pendanaan perusahaan. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Ratio, debt to

Equity Ratio,Long Term Debt to equity Ratio, long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow Interest Coverage,Cash Flow to Net Income,Leverage, dan Cash Return on Sales.

c) Rasio Aktivitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan

harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover,

Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.

d) Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Keberhasilan suatu perusahaan bukan hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh atau yang dihasilkan perusahaan, tetapi hal ini dihubungkan dengan modal yang digunakan untuk memperoleh laba yang dimaksud. Dengan demikian yang harus diperhatikan perusahaan adalah tidak hanya bagaimana memperbesar laba tetapi lebih penting adalah usaha untuk meningkatkan profitabilitasnya.

(6)

Rasio rentabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio.

e) Rasio Pasar

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan

diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Dividend

Yield, Dividend Per Share,Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share, Book Value PerShare, dan Price to Book Value.

Dalam kelima rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan

kepentingan analisis kinerja perusahan adalah Return On Asset (ROA)

merupakan suatu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang

ditambahkan dari dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva

yang dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio terpenting

dalam rasio profitabilitas diperoleh dengan cara (laba bersih setelah pajak /

total aset x 100%) . Namun , peneliti juga menggunakan rasio lainnya

yaitu Total Assets Turnover (TAT) dan Laverage. Dalam pengukuran

analisis aktivitas dengan perwakilan rumus Total Assets Turnover (TAT)

= ( Pendapatan Oprasional / Total aktiva x 100%). Liverage adalah

kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktivitas atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi

pemilik perusahaan. Debt to net worth ratio digunakan sebagai proksi

(7)

2.2 Nilai perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Memaksimalkan nilai perusahaan mempunyai makna yang lebih luas, tidak hanya sekedar memaksimalkan laba perusahaan (Weston dan Copeland,1995). Pernyataan ini dapat diterima kebenarannya atas dasar beberapa alasan yaitu: 1. Memaksimalkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap

nilai uang. Dana yang diterima pada tahun ini bernilai lebih tinggi dari pada dana yang diterima sepuluh tahun yang akan datang.

2. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko terhadap arus pendapatan perusahaan.

3. Mutu dari arus kas dana diharapkan diterima di masa datang mungkin beragam.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris.

Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan, atau dapat dikatakan nilai perusahaan merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual.

(8)

2.3 Corporate Governance

Mekanisme Corporate Governance (CG) merupakan aturan main prosedur

dan hubungan yang jelas antara yang mengambil keputusan dengan pihak yang

melakukan control, pengawasan terhadap keputusan tersebut

Menurut (Rahayu, 2010) mekanisme Corporate Governance dibagi

menjadi dua, yaitu: internal mechanism (mekanisme internal) seperti komposisi

dewan komisaris/dereksi, kepemilikan manajerial, dan komposisi eksekutif.

Mekanisme kedua yaitu external mechanism (mekanisme eksternal) seperti

pengendalian oleh pasar dan level dept financing.

2.3.1 Pengartian Corporate Governance

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomer 8/4/PBI/2006 tentang, Good Corporate governance adalah suatu tata kelola Bank yang

menerapkan prinsip- prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility) independensi (independency) dan kewajaran (fairness).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate

governance suatu sistem tata kelola perusahaan agar menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan adanya landasan pada

lima prinsip dasar. Pertama, transparansi (transparency), yaitu

keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan.

(9)

pelaksanaan pertanggunjawaban organ bank sehingga pengelolaannya

berjalan secara efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu

kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat,

independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara professional

tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran (fairness)

yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak stakeholder yang

timbul berdasarkan perjanjian dan praturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar tersebut di atas, bank wajib berpedoman pada bagian ketentuan dan persyaratan minimum

serta pedoman yang terkait dengan pelaksanaan Good Corporate

governance.

2.3.2 Tujuan Good Corporate governance

Tujuan Good Corporate governance secara umum adalah untuk

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, yaitu

secara global Good Corporate governance adalah menjadi isu yang sangat

penting di dunia.Organisasi mempunyai peran kunci untuk bermain dalam

perningkatan pengembangan ekonomi sosial. Good Corporate governance

adalah mesin pertumbuhan secara global, pertanggungjawaban penyediaan kerja, pelayanan publik, pengadaan barang dan jasa serta infrasruktur.

Sekarang ini, Good Corporate governance telah menjadi agenda pokok

(10)

The Indonesian institute for corporate governance (IICG) merupakan

tujuan dari Good Corporate governance:

1. Meraih kembali kepercayaan investor dan kreditor nasional serta internasional.

2. Memenuhi tuntutan standar global.

3. Meminimalkan biaya kerugian dan biaya pencegahan atas

penyalahgunaan wewenang pengelolaan.

4. Meminimalkan cost of capital dengan menekan rasio yang dihadapi

kreditur.

5. Meminimalkan saham perusahaan.

6. Mengangkat citra perusahaan di mata publik.

2.3.3 Karakteristik Good Corporate governance

Menurut pedoman umum Good Corporate governance komite

nasional kebijakan Good Corporate governance,2006 (Utami,2010)

karakteristik dari Good Corporate governance adalah:

1. Transparansi

Untuk menjadai objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan mudah dipahami oleh pemangku

kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang- undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pengaku kepentingan lainnya.

2. Kinerja

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar. Untuk perusahaan dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

(11)

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas

Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka

panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate citizen.

4. Independensi

Untuk melancarkan pelaksanaan atas Good Corporate governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing- masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi oleh pihak lain.

5. Kesetaraan dan kewajaran

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasan memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

2.3.4 Praktek Good Corporate governance

Good Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengukur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan pada pemegang saham. Dalam hal ini peneliti mengangkat variabel moderasi yaitu kepemilikan

manajerial sebagai moderating. Dalam hal ini pihak manajemen yang

memiliki control di perusahaan adalah pihak yang memegang kendali

penuh yang ada didalam perusahaan. Oleh karna itu, bisa saja pihak manajer dalam hal ini yang memiliki kendali di bidang manajemen mengambil keputusan-keputusan yang menguntungkan dirinya dalam segi financial dan dapat merugikan perusahaan yang dikelolanya. Dengan

demikian, penerapan Good Corporate governance dipercaya dapat

(12)

antara lain meliputi kebenaran kondisi independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kualitas audit.

2.3.4.1 Dewan Komisaris Independen

Komposisi dewan komisaris merupakan salah suatu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas.

Secara umum komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/ atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya. Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen Peraturan Bank Indonesia Nomer 8/4/PBI/2006.

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting dalam mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya, dewan komisaris diperbolehkan

(13)

dalam memilih akses informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggungjawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris.

2.3.4.2 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti peruahaan asuransi,

bank, dana pensiun, dan investment banking. Bila berhubungan

dengan fungsi monitoring, investor institusional diyakini memiliki

kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen yang lebih baik dibandingkan secara individual.

Monitoring yang dilakukan pihak institusional tentu lebih efektif dibandingkan oleh pihak individual karena institusi memiliki sumber daya dan kemampuan yang lebih besar sehingga

mampu melakukan monitoring yang lebih kuat. Hal ini

menyebabkan dengan adanya kepemilikan institusional perusahaan akan semakin terdorong untuk mengungkapkan informasi lebih cepat, untuk menghindari berkurangnya relevansi dari informasi tersebut.

(14)

2.3.4.3 Kepemilikan Manajerial

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria:

(1) perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-

manager) dan (2) perusahaan dipimpin oleh manajer dan non

pemilik (non ower- manager). Dua kreteria ini yang mempengaruhi

kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa presentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang lebih besar cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa perusahaan yang dikelola oleh manajer dan memiliki presentase tertentu saham perusahaan dapat memenuhi tindakan manajemen laba. Indakator atau proksi yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah presentase jumlah saham yang dimiliki manajer dari seluruh jumlah saham yang dikelola (Boediono,2005).

(15)

2.3.4.4 Kualitas Audit

Secara kualitatif, hal yang paling penting bagi anggota komite audit dalam melaksanakan fungsi komite adalah sifat independensinya. Independensi merupakan elemen krisis yang akan menentukan terlaksananya keseluruhan peran komite audit secara objektif serta pencapaian manajemen yang akuntabel bagi para pemegang saham (Boediono,2005). Beberapa penelitian sebelumnya, menentukan bahwa dengan tingkat independensi yang tinggi akan memberikan dua manfaat penting, yaitu tingkat pengawasan yang tinggi dan rendahnya tingkat kecurangan pada laporan keuangan.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan Ilonna (2007) yang berjudul pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan rasio ROA, ROE, dan EPS memiliki kesimpulan bahwa ROA dan EPS berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE memiliki tingkat signifikan 0,067 > 0,05 hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anindyati (2011), Anthony (2013), Try (2012), dan Sri (2010) yang mengemukakan kinerja keuangan yang di ukur dengan ROA, ROE dan EPS mampu meningkatkan nilai perusahaan. Adapun persamaan penelitian saya dengan penelitian terdahulu yaitu kinerja keuangan yang diproksi dengan ROA dan dimoderasi dengan GCG (kepemilikan manajemen), sedangkan perbedaan penelitian saya dengan penelitian sebelumnya

(16)

adalah kinerja keuangan yang di proksi dengan ROA, Leverage, dan Total Asset Turnover dangan variabel pemoderasi yaitu kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Adapun perbedaan lainnya meliputi objek penelitian saya adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tahun penelitian 2011-2013.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Variabel Hasil penelitian

1. Anindyati Sarwindah Utami (2011) Pengaruh Kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi Variabel independen: - Kinerja keuangan (ROA) Variabel dependen : - Nilai perusahaan Variabel pemoderasi: - CSR - GCG

1. Kinerja keuangan yang di

proksi oleh return on

assets berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. 2. Pengaruh pengungkapan

GCG yang diproksi oleh kepemilikan manajerial sebagai variabel

moderating berpengaruh terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan 2. Anthony Wijaya dan Nurik Linawati ( 2013) Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan CSR dan GCG sebagai variabel pemoderasi Variabel independen: - Kinerja keuangan (ROA),(ROE) Variabel dependen : - Nilai perusahaan Variabel pemoderasi: - CSR - GCG 1. Interaksi CSR dengan ROA dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan . 2. Interaksi antara ROA dan

ROE dengan

PKM,PKln,dan PKP tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 3. ROA, ROE

,CSR,PKM,PKln,

dan,PKP secara serempak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

3. Ilonna Elisabeth tetelepta (2007) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Variabel independen : - Kinerja keuangan (ROA,ROE,

1. ROA dan EPS terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

(17)

dan EPS) Variabel dependen:

- Nilai

perusahaan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikan 0,671 (>0,005) 4. Tri kartika pertiwi (2012) Pengaruh kinerja keuangan, Good Corporate Governance terhadap

nilai perusahaan Food

and Beverage Variabel Independen : - Kinerja keuangan (ROA) Variabel dependen : - Nilai perusahaan Variabel pemoderasi: - GCG (Kepemilikan institusional)

1. Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA mampu meningkatkan nilai perusahaan 2. GCG tidak mampu

memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap niali perusahaan. 5. Sri rahayu (2010) Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR dan GCG sebagai variabel pemoderasi Variabel independen : - Kinerja keuangan (ROE) Variabel dependen : - Nilai perusahaan Variabel pemoderasi: - CSR ( Pengungkapan CSR) - GCG ( Kepemilikan manajerial) 1. ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins Q) 2. Kepemilikan manajerial

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins Q) walaupun memiliki koefisien parameter negatif.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:

1. Pada penelitian terdahulu populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan penelitian yang

(18)

sebagai berikut:

dilakukan penulis memilih populasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2. Penelitian yang dilakukan penulis memiliki priode waktu penilaian yang lebih baru yaitu pada priode 2011-2013.

2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.5.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian landasan teori di atas dalam tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka model kerangka kajian yang digunakan untuk memudahkan pemahaman konsep yang digunakan

Variabel Independen Variabel Dependen

(X1) ROA (Return On Asset)

(X2) Leverage

(Y) Nilai Perusahaan (X3) TAT

(Total Asset Turnover)

VariabelModerasi

Good Corporate Governance:

(Z4) Kepemilikan Manajerial

(19)

Dari gambar kerangka konseptual diatas, dijelaskan bahwa kinerja

bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA),

leverage, dan Total Assets Turnover (TAT) dapat mempengaruhi nilai perusahaan dengan menggunakan GCG dengan indikator kepemilikan kepemilikan institusional sebagai variabel moderasi. Variabel moderasi adalah veriabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen. Dari gambar diatas GCG merupakan variabel pemoderasi sehingga variabel tersebut dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Penambahan variabel moderating GCG disini dimaksudkan untuk memperkuat hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Pengungkapan GCG pada kepemilikan institusional yang di ukur dari kepemilikan saham oleh pihak manajerial diharapkan kebijakan – kebijakan yang diambil nanti dapat lebih menguntungkan perusahaan. Sehingga pihak manajerial juga ikut menikmati keuntungan dari laba yang diperoleh perusahaan.

Dengan demikian, apabila kinerja keuangan di interaksikan dengan GCG diahrapkan berdampak positif terhadap nilai perusahaan, sehingga Return On Asset (ROA), leverage, dan Debt to net Worth Ratio (DWR) dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

(20)

2.5.2 Pengembangan Hipotesis

Teori yang dikemukakan oleh (Utami, 2011) menyatakan bahwa

nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan.

Hasil positif menunjukan bahwa semakin tinggi earnings power maka

semakin tinggi perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang

diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Hasil penelitian (Anindiyanti, 2011), (Ilonna, 2007), (Kartika, 2012), dan (Suranta, 2004) mengemukakan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan . Penelitian yang dilakukan oleh (Anthony, 2013), (Suranta ,2004), dan Kaaro (2002) dan (Suranta, 2004) menemukan ROA tidak berpengaruh signifikan dan berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1 : Kinerja keuangan yang diproksi oleh Return On Asset (ROA),

Leverage, dan Total Assets Turnover (TAT) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian mengenai ROA terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten menunjukan adanya factor lain yang turut menginteraksi.

Hasil tersebut mendorong peneliti untuk tambahan variabel laverage yang

diwakili oleh Debt to Net Worth Ratio (DWR) dan analisis aktivitas

diwakili oleh Total Assets Turnover (TAT). Peneliti menggunakan

(21)

pemoderasi. Peneliti menggunakan kepemilikan manajerial sebagai proksi GCG, ini didasarkan pada pemikiran bahwa manajemen dengan kontrol kepemilikan besar memiliki inisiatif yang lebih rendah untuk melakukan self- saving behavior yang tidak meningkatkan nilai perusahaan dan bisa jadi memilih lebih banyak kecenderungan untuk menetapkan kebijakan akuntansi konservatisme untuk meningkatkan kualitas laba. Sesuai dengan pendapat (Kartika, 2012), (Anindayati, 2011), dan (Utami, 2010) mengemukakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen cenderung berusaha lebih giat dalam peningkatan laba untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut.

H2 : Good Corporate governance mempengaruhi hubungan kinerja

keuangan Return On Asset (ROA), Leverage, dan Total Assets Turnover

Referensi

Dokumen terkait

al-Salam, (Bandung : Dahlan, t.th), jilid III, hlm.. dalam jual beli dapat terjadi dan berlanjut ke pengadilan. Akan tetapi sebagian ulama Syafi’iyah yang mncul

Indonesia / STEI) has conducted various education, research, and seminar activities related with.. Economic, Business, and Social sciences in the local and national

[r]

Hasil dari penelitian ini bersifat arahan desain, dalam upaya menghidupkan potensi Kampung Tua Tanjung Riau sebagai kawasan wisata bahari/maritim melalui

Shalahudin (2014:161), diagram aktivitas atau activity diagram menggambarkan workflow (aliran kerja) atau aktivitas dari sebuah sebuah sistem atau proses bisnis atau

238 Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dan di ulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan.Hasil penelitian menunjukkan frekuensi

Melalui diskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat membedakan rumus kimia unsur dan dan rumus kimia senyawa dengan benar sesuai dengan modul terintegrasi

Namun pada hasil perhitungan LAR (Loan at Risk) terlihat bahwa diperoleh hasil 21% yang berarti masuk dalam kategori tidak efektif dengan batas nilai ≥20% yang memperlihatkan