• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2014 - STIE Widya Wiwaha Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2014 - STIE Widya Wiwaha Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Ditulis Oleh :

Nama : Tika Wulan Yuli No.Mahasiswa : 121213344

Jurusan : Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

2016

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(2)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Aku

persembahkan skripsi ini untuk :

1. Ayahanda Sukamto dan Ibunda Purgiyati tercinta. Terimakasih atas

seluruh perjuangan dan pengorbanan serta doa di setiap sujud mereka

demi keberhasilan anak-anaknya. Beliau berdua lah yang memotivasiku

untuk melakukan segala kebaikan dengan kedisiplinan dan

tanggungjawab. Beliau berdua juga yang tak pernah lelah mendidik aku

menjadi orang yang baik dan menasehatiku di saat aku berbuat salah.

2. Suamiku, Sapto Wantoro. Terimakasih atas segala dukungan dan selalu

menemaniku saat pengerjaan skripsi ini.

3. Adikku tersayang, Tisa Aprilia Cerry. Terimakasih atas segala dukungan

dan canda tawa yang telah diberikan kepadaku.

4. Anakku, Afkar Nanda YulWantoro. Terimakasih atas keceriaan dan

tangisanmu yang selalu membuatku semangat.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(3)

vii

MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan” (QS. Al-Mujaadilah: 11)

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selama-lamanya dan beramalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan engkau meninggal dunia besok”

(HR.Ibnu ‘Asakir)

“Banyak orang yang mengatakan tidak bisa, padahal sesungguhnya tidak mau. Jika mau, apapun bisa” (Mario Teguh)

“Ketika kamu merasa putus asa dan tidak bersemangat, ingatlah jika masa depan

dan kesukseanmu ada ditanganmmu” (TikaWulanYuli)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(4)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan nikmat islam, iman dan kesehatan serta

mempermudah segala kebaikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri teladan bagi umat islam di seluruh

dunia hingga akhir zaman nanti. Skripsi ini berjudul : “Analisis Kinerja

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota

Yogyakarta Tahun 2010-2014” dan disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja anggaran pendapatan dan belanja daerah Kota

Yogyakarta selamaperiode 2010-2014. Data yang diambil dari Laporan

Realisasi Anggaran APBD Kota Yogyakarta tahun 2010-2014. Untuk

mengetahui dan menganalisis kinerja anggaran pendapatan dan belanja daerah

Kota Yogyakarta selama periode 2010-2014, data diolah menggunakan

Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yaitu

terdiri dari Analisis Kinerja Pendapatan, Analisis Kinerja Belanja, Analisis

Pembiayaan. Analisis Kinerja Pendapatan meliputi Analisis Varians Anggaran

Pendapatan, Analisis Rasio Pertumbuhan Pendapatan, Analisis Rasio

Keuangan. Analisis Rasio Keuangan terdiri dari Rasio Derajat Desentralisasi,

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pajak

Daerah, dan Derajat Kontribusi BUMD. Analisis Kinerja Belanja terdiri dari

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(5)

ix

Analisis Varians Belanja, Analisis Pertumbuhan Belanja, Analisis Keserasian

Belanja, Analisis Efisiensi Belanja.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis sudah berusaha semaksimal

mungkin dengan segala kemampuan yang ada. Penulis menyadari bahwa

dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis,

oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bpk. Sukamto (Ayah), Ny. Purgiyati (Ibu), Bpk. Sapto (Suami),

Tisa (Adik kandung),Afkar (Anakkandung) yang sudah

mendukung lahir dan batin serta memberikan doa restunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas

pengorbanan dan perjuangannya.

2. Moh. Mahsun, SE, M.Si., Akt. CA, CPA selaku Ketua STIE

Widya Wiwaha Yogyakarta atas segenap sarana dan prasarana

yang telah bapak dan manajemen usahakan demi kemajuan kampus

ini.

3. Drs. Mudasetia Hamid, MM, Akt. yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan petunjuk

sehingga memudahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi.

4. Seluruh Dosen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta yang sudah

memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(6)

x

Terimakasih atas pendidikan dan pengalaman yang telah Bapak

dan Ibu Dosen berikan selama ini.

5. Pemerintah Kota Yogyakarta khususnya Dinas Pajak Daerah dan

Pengelolaan Keuangan dan Kepala Dinas Perizinan terutama Drs.

Hardono beserta staf yang telah membatu penulis dalam

mendapatkan data-data guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk Sahabatku, Rika Oktavianti. Terimakasih selama ini telah

membantuku ketika aku merasa kesulitan dan telah menemaniku

mendapatkan data untuk skripsiku. Untuk Rukmini dan

Riyantiningsih. Terimakasih atas waktu luangnya mengantarkan ke

Kantor Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta yang beralamat di

JalanKenari No.56 Yogyakarta untuk mendapatkan Laporan

Realisasi Anggaran Tahun 2010-2014.

7. Semuateman-temanku angkatan 2012, khususnya dari jurusan

akuntansi. Terimakasih atas segala kebaikan dan kebersamaan

yang sudah kita lalui selama ini. Kuliah bersama, mengerjakan

tugas bersama, adu argumen saat presentasi di depan kelas sungguh

momen yang tak akan terlupakan. Mewarnai hari menggapai

mimpi bersama.

8. Sahabat dan adik-adikku sesama aktivis kampus di LDK Jama’ah

An-Nahl, HMJA, Paduan Suara DoReMi, WWEC, BEM dan

HMJM. Terimakasih karena telah mengajarkanku banyak hal

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(7)

xi

tentang kepedulian, cara berorganisasi, dan mengedepankan

kepentingan orang banyak di atas kepentingan diri sendiri.

Pengabdian kita pada kampus adalah usaha untuk menjadikan ilmu

kita bermanfaat dan berkah bagi sesama.

9. Seluruh karyawan dan Takmir masjid STIE Widya Wiwaha

Yogyakarta. Terimakasih atas segala kebaikan yang telah diberikan

kepadaku selama ada di kampus.

10. Staf perpustakaan STIE Widya Wiwaha, Perpustakaan Kota Yogya

yang telah memudahkan penulis dalam mencari dan meminjamkan

referensi buku.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu baik secara moral, spiritual atau pun pengetahuan

kepada penulis sejak dari awal kuliah sampai pada saat penulisan skripsi ini. Penulis

berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa

dan para pembaca.

Yogyakarta, 4 Februari2016

Penulis

TikaWulanYuli

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(8)

xii

DAFTAR ISI

Hal.

Halaman Sampul Depan Skripsi ... i

Halaman Judul ... ii

Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ... iii

Halaman Pengesahan Skripsi ... iv

HalamanPengesahan Ujian ... v

Halaman Persembahan... vi

Motto... Daftar Lampiran ... xviii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. TujuanPenelitian... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Masalah Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(9)

xiii

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. TinjauanTeoritis...

1. Keuangan Daerah ……….

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah ………...

b. Pengelolaan Keuangan Daerah ………...

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)………...

a. Pengertian APBD ………..

b. Proses Penyusunan APBD………...

c. Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)………..

d. Klasifikasi APBD………..

3. Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)………..

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu………...

C. Kerangka Konseptual Penelitian………

BAB III :METODE PENELITIAN………

A. Metode Penelitian………..

B. Objek Penelitian ………

C. Jenis Penelitian ………...

D. Jenis dan Sumber Data………..

(10)

xiv

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………

A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta………..

B. Gambaran Perekonomian dan Keuangan Daerah Kota Yogyakarta………….

C. Perhitungandan Analisis KinerjaPengelolaan APBD……….

1. Analisis Kinerja Pendapatan ………

2. Analisis Kinerja Belanja………..

3. AnalisisPembiayaan………

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………

A. Kesimpulan………..

B. Saran ………

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

52

52

61

65

65

78

87

89

89

91

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(11)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal.

Tabel 3.1 Kriteria Rasio Derajat Desentralisasi ………... 46

Tabel 3.2 Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Keuangan ………... 48

Tabel 4.1 PDRB Per Kapita Kota Yogyakarta Tahun 2008-2012………. 63

Tabel 4.2 Laporan Perhitungan Pendapatan ………. 66

Tabel4.3 Pertumbuhan Pendapatan ………. 68

Tabel 4.4 Derajat Desentralisasi ………... 70

Tabel 4.5 Kemandirian Keuangan ……… 72

Tabel 4.6 Efektivitas Pajak Daerah ……….. 74

Tabel 4.7 Derajat Kontribusi BUMD ………... 76

Tabel 4.8 Laporan Perhitungan Belanja ………... 78

Tabel 4.9 Pertumbuhan Belanja ………... 80

Tabel 4.10 Belanja Operasi dan Belanja Modal ………. 82

Tabel 4.11 Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung ……….. 84

Tabel 4.12 Efisiensi Belanja Daerah ……….. 86

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(12)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal.

Gambar 2.1 Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD ……….. 14

Gambar 2.2 Proses Penyusunan APBD ………. 18

Gambar 2.3 Konversi Permendagri ………... 31

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ……… 42

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta ………. 60

Gambar 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Yogyakarta Tahun 2009-2012 ……. 61

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(13)

xvii

DAFTAR HISTOGRAM

Nomor Judul Hal.

Histogram 4.1 PDRB Per Kapita Kota YogyakartaTahun 2008-2012 ……… 64

Histogram 4.2 Laporan Perhitungan Pendapatan ……….. 66

Histogram 4.3 Pertumbuhan Pendapatan ……….. 69

Histogram 4.4 Derajat Desentralisasi ……… 71

Histogram 4.5 Kemandirian Keuangan ………. 73

Histogram 4.6 Efektivitas Pajak Daerah ………... 75

Histogram 4.7 Derajat Kontribusi BUMD ……… 77

Histogram 4.8 Laporan Perhitungan Belanja ……… 79

Histogram 4.9 Pertumbuhan Pendapatan ……….. 81

Histogram 4.10 Belanja Operasi danBelanja Modal ……….. 83

Histogram 4.11 Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung ………... 85

Histogram 4.12 Efisiensi Belanja Daerah ………... 87

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(14)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Realisasi Anggaran APBD Tahun 2014

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pemerintahan bergaya sentralistis dianggap kurang menyentuh

pada peningkatan kesejahteraan rakyat hanya menguntungkan pemerintah

pusat, sedangkan daerah sebagai penghasil sumberdaya menerima dana dari

pusat kurang signifikan. Sentralistis melahirkan korupsi di pemerintah pusat

sedangkan pembangunan di daerah tidak merata. Masyarakat menghendaki

sistem pemerintahan yang dapat merubah paradigma lama menuju paradigma

baru yang mengarah pada upaya pemberdayaan kepada daerah.

Merealisasikan tuntutan masyarakat yang semakin kuat, otonomi daerah

merupakan tindakan nyata yang harus di tempuh untuk merubah sentralistis

menuju desentralisasi (Halim 2010:131).

Dalam rangka desentralisasi dibentuk dan disusun pemerintah provinsi

dan pemerintah kota. Pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan

mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan yang

mendasar yang dimaksud adalah penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata,

dan bertanggungjawab kepada daerah (Mardiasmo dalam Ananda 2012:2).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(16)

Menurut Marizka (2009), Otonomi Daerah merupakan upaya

pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih

leluasa dan bertanggungjawab untuk mengelola sumber daya yang dimiliki

sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Tujuan

otonomi daerah adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antara daerah dan

meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif

terhadap kebutuhan, potensi maupun karakteristik di daerah

masing-masing.Otonomi daerah menghasilkan dampak yang beragam bagi

perekonomian daerah juga berpotensi menimbulkan resiko fiskal.

Prinsip otonomi yang nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk

menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang

dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup

dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan

demikian isi dan jenis otonomi daerah bagi setiap daerah tidak selalu sama

dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang

bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus

benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi yang pada

dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional (Halim 2010:135).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(17)

Oleh sebab itu, APBD yang pada hakikatnya merupakan penjabaran

kuantitatif dari tujuan dan sasaran pemerintah daerah serta tugas pokok dan

fungsi unit kerja harus disusun dalam struktur yang berorientasi pada

pencapaian tingkat kinerja tertentu, Artinya APBD harus mampu memberikan

gambaran yang jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan atas berbagai

sasaran yang hendak dicapai, tugas-tugas dan fungsi pokok sesuai dengan

kondisi, potensi, aspirasi dan kebutuhan riil di masyarakat untuk suatu tahun

tertentu. Dengan demikian alokasi dana yang digunakan untuk membiayai

berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar

dirasakan masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan

publik (Marizka 2009).

Setelah diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah juga

mengeluarkan berbagai peraturan pelaksanaan. Beberapa peraturan

pelaksanaan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengawasan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah

4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Pertanggungjawaban Kepala Daerah

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(18)

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2014 tentang Pedoman

Penyusunan dan APBD Tahun Anggaran 2015

Peraturan pemerintah yang berpayung hukum dengan undang-undang

yang telah diamandemen tentu harus menyesuaikan dan atau mengalami

perubahan atau revisi. Begitu juga dengan sistem pengelolaan keuangan

daerah juga mengalami perubahan. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun

2000 misalnya mengalami perubahan yakni dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Akibatnya,

peraturan yang lebih teknis juga mengalami revisi seperti Kepmendagri

Nomor 29 Tahun 2002 diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang kemudian direvisi lagi

dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Permendagri Nomor 59 Tahun

2007 tidak merevisi secara total pengelolaan keuangan daerah pada aturan

sebelumnya, melainkan hanya mempertegas dan memperjelas aturan teknis

yang telah ada dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Dikemudian hari

aturan tersebut kemungkinan besar akan direvisi kembali seiring adanya

perubahan pada standar akuntansi pemerintahan dengan diterbitkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 (Halim2014:9). Lalu

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 diganti dengan Permendagri Nomor 21

Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(19)

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kinerja

pemerintah sangat penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan suatu

pemerintahan di era otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai ukuran kinerja

yang telah dicapainya. Pengelolaan anggaran berdasarkan kinerja ini

memberikan gambaran yang lebih khusus terkait dengan kemampuan suatu

daerah untuk selalu menggali potensi daerah guna meningkatkan anggaran

pendapatan, yang akan berdampak pada kemampuan pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan daerah. Dalam

anggaran berbasis kinerja secara struktur meliputi anggaran pendapatan,

anggaran belanja dan pembiayaan. Penekanan pada belanja daerah menjadi

titik perhatian terutama sisi belanja membutuhkan kinerja yang lebih baik,

transparan dan tepat sasaran (Marizka 2009).

Teknik yang banyak digunakan untuk menganalisis kinerja

pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah Analisis

Kinerja Pendapatan, Analisis Kinerja Belanja, Analisis Pembiayaan.Analisis

Kinerja Pendapatan meliputi Analisis Varians Anggaran Pendapatan, Analisis

Rasio Pertumbuhan Pendapatan,Analisis Rasio Keuangan. Analisis Rasio

Keuanganterdiri dari Rasio Derajat Desentralisasi, Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Daerah, dan Derajat

Kontribusi BUMD.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(20)

Analisis Kinerja Belanja terdiri dari Analisis Varians Belanja, Analisis

Pertumbuhan Belanja, Analisis Keserasian Belanja, Analisis Efisiensi

Belanja.Dari masing-masing perhitungan dilakukan analisis dengan cara

membandingkan hasil yang dicapai oleh suatu daerah dari satu periode

terhadap periode-periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana

kecenderungan terjadi. Analisis kinerja pengelolaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) diharapkan dapat menjadi suatu alat ukur untuk

menilai kinerja keuangan Pemerintah Daerah sebagai pengambil andil

terbanyak dalam upaya perkembangan suatu daerah. Berdasarkan ringkasan

tersebut Penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisa realisasi APBD di

Kota Yogyakarta selama 5 tahun Maka dari itu penulis membuat karya ilmiah

dengan judul “Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2010-2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka dalam hal ini

penulis membuat perumusan masalah yaitu sebagai berikut :

Bagaimana kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan selama periode 2010-2014?

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengukur kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pemerintah Kota Yogyakarta selama periode 2010-2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini yaitu :

1. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan referensi dalam

bidangilmu keuangan khususnya mengenai pengukuran kinerja

pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dalam bidang keuangan

daerahserta meningkatkan kemampuan analisis tentang kinerja

pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

3. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini Bagian Keuangan Kota Yogyakarta

diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran di dalam menentukan

kebijakan pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam pengelolaan

anggaran pendapatan dan belanja daerah.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(22)

E. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini agar tidak terlalu luas penjabarannya maka

penulis membatasi penelitian hanya meliputi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2010-2014.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan penelitian ini maka akan dibagi

dalam beberapa bab yang disusun secara sistematis dengan uraian sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menerangkan tentang latar belakang permasalahan yang

diambil, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah penelitian, dan sistematika penulisan dalam penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelasan tentang penelitian terdahulu, dasar-dasar teori

struktur APBD yang digunakan dalam penelitian yang melandasi teori

tersebut dan studi-studi empiris lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan mengenaimetode penelitian, objek penelitian,

jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan

metode analisis data, serta alat analisis yang penulis terapkan pada penelitian.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(23)

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan secara garis besar tentang gambaran subyek

penelitian dan analisis data dari hasil penelitian yang meliputi analisis

deskriptif, perhitungan dan analisis.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas kesimpulan dan saran yang merupakan bagian

akhir setelah dilakukan analisis.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Keuangan Daerah

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala

sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau

daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai

ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku (Mamesah dalam

Halim 2014:25).

Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005,Keuangan Daerah

adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban daerah

tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan

daerah.Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(25)

pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah.

Menurut Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, ruang lingkup

keuangan daerah meliputi : a. hak daerah untuk memungut pajak

daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman; b. kewajiban

daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan

membayar tagihan kepada pihak ketiga; c. penerimaan daerah; d.

pengeluaran daerah; e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau

oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta

hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang

dipisahkan pada perusahaan daerah; f. kekayaan pihak lain yang

dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaran tugas

pemerintahan daerah dan atau kepentingan umum.

b. Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah merupakan pengelolaan anggaran

daerah (APBD). APBD berisikan anggaran pendapatan yang antara

lain adalah pendapatan asli daerah, dan Perimbangan, Anggaran

Belanja mencakup antara lain Belanja Administrasi dan Umum,

Belanja Operasional dan Pemeliharaan, dan Belanja

Modal/Pembangunan pada saat dilaksanakan memerlukan alat

pengendali, pelaporan, dan analisis yakni akuntansi sebagaimana

dikemukakan oleh (Halim 2010:89).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(26)

Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005, “Pengelolaan keuangan

daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, pengawasan

daerah”.

Menurut Permendagri 37 Tahun 2014 tentang Pedoman

Penyusunan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun

anggaran 2015 didasarkan prinsip sebagai berikut :

1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah;

2. Tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

3. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;

4. Partisipasif dengan melibatkan masyarakat;

5. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan; dan

6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang

lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

a. Pengertian APBD

Definisi APBD yang dikemukakan oleh Wajong dalam Halim

(2002:16) Menurutnya, APBD adalah rencana pekerjaan keuangan

(financieel workplan) yang dibuat untuk jangka waktu tertentu, dalam

waktu mana badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(27)

eksekutif (Kepala Daerah) untuk melakukan pembiayaan guna

kebutuhan rumah tangga Daerah sesuai dengan rancangan yang

menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang

menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.

Menurut Mahsun (2006:145), “Anggaran adalah perencanaan

keuangan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka

waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter”. Anggaran ini

merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang

menerjemahkan berbagai program ke dalam rencana keuangan tahunan

yang lebih kongkret.

b. Proses Penyusunan APBD

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang

Keuangan Negara, APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan

daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah. APBD

terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.

Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Belanja daerah

dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.Penyusunan

Rancangan APBD berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah

Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(28)

bernegara.Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan

sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam

Peraturan Daerah tentang APBD. Dalam hal anggaran diperkirakan

surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam Peraturan

Daerah tentang APBD.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, skema alur

proses dan jadwal penyusunan APBD adalah sebagai berikut :

Juni Oktober November

DPRD

PEMDA

SKPD

Kebijakan Umum APBD

RAPBD

RKA-SKPD Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara

APBD

Gambar 2.1 Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD

Sumber : Marizka, 2009

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(29)

Dari gambar diatas dapat dilihat proses penyusunan APBD di

mulai dengan Pemerintah Daerah menyampaikan Kebijakan Umum

APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Pemerintah

Daerah sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD

selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan. Selanjutnya

DPRD membahas Kebijakan Umum APBD yang diajukan oleh

Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun

anggaran berikutnya. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah

disepakati dengan DPRD.Pemerintah Daerah bersama DPRD

membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan

acuan lagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Berdasarkan Kebijakan Umum APBD, strategi dan plafon

sementara yang telah ditetapkan pemerintah dan DPRD, Kepala

Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusun

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

(RKA-SKPD) tahun berikutnya dengan pendekatan berdasarkan kinerja yang

akan dicapai. Rencana Kerja dan anggaran disertai dengan perkiraan

belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah

disusun.Rencana Kerja dan anggaran selanjutnya disampaikan kepada

DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.Hasil

pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(30)

pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rencana

Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya. UU Nomor 17

tahun 2003 tidak mengatur proses penyusunan dan pembahasan

RKA-SKPD. UU Nomor 17 tahun 2003 menetapkan bahwa ketentuan lebih

lanjut mengenai penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan

Kerja Perangkat Daerah dengan Peraturan Daerah.

Setelah dokumen Rancangan Perda mengenai APBD tersusun,

Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang

APBD tersebut disertai penjelasan dan dokumen-dokumen

pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober.

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD antara

Pemerintah Daerah dan DPRD dilakukan sesuai dengan

Undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.Dalam

pembahasan Perda, RAPBD, DPRD dapat mengajukan usul yang

mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. Berdasarkan Pasal 186

UU Nomor 32 tahun 2004, rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang

APBD yang telah disetujui bersama dan Rancangan Peraturan

Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh

Bupati/Walikota dalam jangka waktu paling lama tiga hari

disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(31)

disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati/ Walikota paling lama 15

hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda Kabupaten/Kota dan

rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD.

Pengambilan keputusan mengenai Rancangan Peraturan

Daerah tentang APBD dilakukan oleh DPRD selambat-lambatnya satu

bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.APBD

yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi,

fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak

menyetujui Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan Pemerintah

Daerah, maka untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah

Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar

angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(32)

Penyusunan KUA &

Dalam Hal DPRD Tidak Mengambil Keputusan Bersama Penyusunan

Gambar 2.2 Proses Penyusunan APBD

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(33)

Proses Penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan

rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan dokumen Prioritas

dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Kedua dokumen tersebut

kemudian dibahas bersama DPRD untuk menghasilkan sebuah Nota

Kesepakatan KUA dan PPA. Berdasarkan Nota Kesepakatan tersebut

KHD menyampaikan Surat Edaran yang berisi Pedoman Penyusunan

RKA-SKPD yang kemudian ditindaklanjuti oleh SKPD-SKPD dengan

melakukan penyusunan RKA-SKPD.

PPKD melakukan kompilasi RKA-SKPD menjadi Raperda

APBD untuk dibahas dan memperoleh persetujuan bersama dengan

DPRD sebelum diajukan dalam proses Evaluasi. Proses penetapan

Perda APBD baru dapat dilakukan jika Mendagri/Gubernur

menyatakan bahwa Perda APBD tidak bertentangan dengan

kepentingan umum dan peraturan perundangan yang lebih tinggi.

Dalam kasus tertentu dimana DPRD tidak mengambil

keputusan bersama, KHD dapat menyusun Peraturan KHD tentang

APBD.

c. Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)

Menurut Kebijakan Umum APBD Tahun 2015, Kebijakan

Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang memuat kebijakan

pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(34)

untuk periode satu tahun. KUA Kota Yogyakarta Tahun 2015 disusun

dengan mendasarkan pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah

(RKPD) Kota Yogyakarta Tahun 2015 sebagaimana tertuang dalam

Peraturan Walikota Nomor 24 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja

Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015. RKPD Kota

Yogyakarta Tahun 2015 disusun melalui beberapa pendekatan

perencanaan yaitu teknokratis, partisipatif, politis, atas-bawah dan

bawah-atas (top-down/bottom up) melalui proses Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta. RKPD disusun

untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Pembangunan daerah dilaksanakan dengan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki dan bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyakarat baik dalam aspek pendapatan, kesempatan

kerja, lapangan usaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya

saing, maupun peningkatan indeks pembangunan

manusia.Pembangunan daerah yang baik didasarkan pada perencanaan

yang bertumpu pada penetapan prioritas pembangunan berbasiskan

pada keinginan/aspirasi rakyat. Sesuai dengan amanat Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(35)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka

rencana pembangunan yang akan dianggarkan dalam APBD terlebih

dahulu dibuat kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dalam bentuk Nota Kesepakatan tentang

Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

KUA Kota Yogyakarta Tahun 2015 memuat kondisi ekonomi

makro daerah asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan

daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan

strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian memuat langkah-langkah

konkrit dalam mencapai target dan selanjutnya KUA tahun 2015

dituangkan dalam rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara

(PPAS) tahun 2015 yang disusun dengan tahapan :

1. Menentukan skala prioritas pembangunan daerah;

2. Menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan;

3. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing

program/kegiatan.

Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2015

adalah sebagai pedoman penyusunan Prioritas Plafon Anggaran

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(36)

Sementara APBD Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2015 dan

selanjutnya menjadi pedoman penyusunan APBD Tahun 2015.

Mekanisme Penyusunan Kebijakan Umum APBD termuat

dalam PP Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 34 memiliki mekanisme

sebagai berikut :

1. Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan

umum APBD

2. Penyusunan rancangan kebijakan umum APBD tersebut

berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan

oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun

3. Kemudian Kepala Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD

tahun anggaran berikutnya tersebut sebagai landasan penyusunan

RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya bulan Juni tahun

anggaran berjalan

Secara teknis, proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut:

1. Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur

dari setiap urusan pemerintah daerah yang disertai dengan proyeksi

pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan

pendanaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari

2. Rancangan KUA tersebut disusun oleh PPKD bersama pejabat

perencana daerah dan pejabat SKPD lainnya sesuai dengan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(37)

kebutuhan yang diordinasikan oleh sekretaris daerah yang

selanjutnya disebut tim anggaran pemerintah daerah

3. Rancangan KUA yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris

daerah selalu coordinator kepada kepala daerah paling lambat pada

awal bulan Juni

4. Rancangan Kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah

kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun

anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan

RAPBD tahun anggaran berikutnya

5. Rancangan Kebijakan umum APBD yang telah dibahas kepala

daerah bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD

untuk selanjutnya disepakati menjadi KUA

d. Klasifikasi APBD

Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 Struktur APBD

diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi

yang bertanggungjawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Struktur APBD

merupakan satu kesatuan terdiri dari: Pendapatan Daerah, Belanja

Daerah dan Pembiayaan Daerah.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(38)

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD

merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki

kepastian serta dasar hukum penerimaannya.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penganggaran Pendapatan Daerah yang bersumber dari

PAD memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penganggaran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

2. Penganggaran Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

3. Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah

b. Dana Perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari

dana perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH)

2. Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU)

3. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK)

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(39)

1. Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

2. Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG)

3. Penganggaran Dana Otonomi Khusus

4. Penganggaran Dana Intensif Daerah (DID)

5. Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat

yang bersumber dari APBN dalam rangka membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta

pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan

6. Penganggaran Dana Transfer Lainnya

7. Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber

dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari

pemerintah provinsi didasarkan pada alokasi belanja Bagi

Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi

8. Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan,

baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang

diterima dari pemerintah provinsi atau pemerintah

kabupaten/kota lainnya dianggarkan dalam APBD

penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam

APBD pemberi bantuan

9. Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari

Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya atau pihak ketiga,

baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(40)

negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun

perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai

konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban

pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam

APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud

10. Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan

pihak ketiga, baik dari badan, lembaga,organisasi swasta

dalam negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan

yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi

pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau

pemberi sumbangan, dianggarkan dalam APBD setelah

adanya kepastian pendapatan dimaksud

11. Dalam hal Pemerintah Daerah memperoleh dana darurat

dari pemerintah dianggarkan pada akun pendapatan,

kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan

diuraikan ke dalam jenis, Objek dan rincian Objek

pendapatan Dana Darurat

2. Belanja Daerah

Pemerintah Daerah menetapkan target pencapaian kinerja

setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat

daerah, maupun program dan kegiatan. Tujuannya untuk

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(41)

meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan

memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

a. Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka

melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai merupakan belanja untuk honorarium/upah

dalam melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah.

2. Belanja Barang dan Jasa

Belanja Barang dan Jasa merupakan belanja untuk

pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang

dari 12 bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan

program dan kegiatan Pemerintah Daerah, mencakup belanja

barang habis pakai, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi,

perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa

rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat

berat, sewa perlengkapan dan atributnya, pakaian kerja, pakaian

khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas

pindah tugas, dan pemulangan pegawai.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(42)

3. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan belanja untuk pembelian/pengadaan

atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai

manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin,

gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap

lainnya.

b. Belanja Tidak Langsung

Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi dalam

bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang

diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Belanja Bunga

Belanja Bunga merupakan belanja untuk pembayaran

bungautang yang dihitung atas kewajiban pokok utang

(Principal Outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(43)

3. Belanja Subsidi

Belanja Subsidi merupakan belanja untuk bantuan biaya

produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga

jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh

masyarakat banyak.

4. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Belanja Hibah merupakan belanja untuk pemberian hibah

dalam bentuk uang, barang, dan atau jasa kepada Pemerintah

atau Pemerintah Daerah lainnya, dan kelompok

masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan

peruntukannya. Belanja Bantuan Sosial merupakan belanja

untuk pemberian bantuan dalam bentuk uang dan atau

barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

5. Belanja Bagi Hasil Pajak

Belanja Bagi Hasil Pajak merupakan belanja untuk dana

bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada

kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada

Pemerintah Desa atau pendapatan Pemerintah Daerah

tertentu kepada Pemerintah Daerah lainnya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(44)

6. Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Bantuan Keuangan merupakan belanja untuk

bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari

provinsi kepada kabupaten/kota, Pemerintah Desa, dan

kepada Pemerintah Daerah lainnya dalam rangka

pemerataan dan atau peningkatan kemampuan keuangan.

7. Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan

yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang

seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial

yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk

pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah

tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(45)

Permendagri No.13 Tahun 2006 BELANJA

A. Belanja Tidak Langsung 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Bunga 3. Belanja Subsidi 4. Belanja Hibah

5. Belanja Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil 7. Belanja Bantuan

Keuangan

8. Belanja Tidak Terduga B. Belanja Langsung

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal

PP No.24 Tahun 2005 tentang SAP BELANJA

2. Belanja Peralatan dan Mesin

3. Belanja Gedung dan Bangunan

4. Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan

5. Belanja Aset Tetap Lainnya

6. Belanja Aset Lainnya C. Belanja Tak Terduga

1. Belanja Tak Terduga D. Transfer/ Bagi Hasil ke Desa

1. Bagi Hasil Pajak 2. Bagi Hasil Retribusi 3. Bagi Hasil Pendapatan

Lainnya

Sumber : Afiah, 2009

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(46)

3. Surplus/Defisit APBD

a. Penerimaan Pembiayaan, semua penerimaan yang ditujukan

untuk menutup defisit APBD:

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran

sebelumnya (SILPA);

2. Pencairan dana cadangan;

3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

4. Penerimaan pinjaman daerah;

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan

6. Penerimaan piutang daerah.

b. Pengeluaran Pembiayaan, semua pengeluaran yang ditujukan

untuk memanfaatkan surplus APBD:

1. Pembentukan dana cadangan;

2. Penerimaan modal (investasi) Pemerintah Daerah;

3. Pembayaran pokok utang; dan

4. Pemberian pinjaman daerah.

3. Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Menurut Mahsun (2006:25)“Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi

dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(47)

organisasi”. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi

atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.

Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok

individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah

ditetapkan.Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau

target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target-target,

kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena

tidak ada tolok ukurnya.

Analisis kinerja anggaran dapat di lakukan dalam empat bagian

yaitu (Mahmudi, 2007 dalam Marizka, 2009):

1) Analisis Kinerja Pendapatan

Analisis terhadap kinerja pendapatan daerah secara umum

terlihat dari realisasi pendapatan anggarannya. Apabila realisasi

melampaui anggaran (target) maka kinerjanya dapat dinilai baik.

Penilaian kinerja pendapatan pada dasarnya tidak cukup hanya melihat

apakah realisasi pendapatan daerah telah melampaui target anggaran,

namun perlu dilihat lebih lanjut komponen pendapatan apa yang

paling berpengaruh.

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, kita dapat

melakukan analisis pendapatan daerah dengan cara:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(48)

1. Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan

Analisis varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara

menghitung selisih antara realisasi pendapatan dengan yang

dianggarkan. Biasanya selisih anggaran sudah diinformasikan

dalam Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan oleh pemerintah

daerah.Informasi selisih anggaran tersebut sangat membantu

pengguna laporan dalam memahami dan menganalisis kinerja

pendapatan.

Pada prinsipnya, anggaran pendapatan merupakan batas

minimal jumlah pendapatan yang ditargetkan harus diperoleh oleh

pemerintah daerah.Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja

pendapatan yang baik apabila mampu memperoleh pendapatan yang

melebihi jumlah yang dianggarkan (target anggaran).Sebaliknya

apabila realisasi pendapatan dibawah jumlah yang dianggarkan,

maka hal itu dinilai kurang baik. Apabila target pendapatan dapat

dicapai bahkan terlampaui, maka hal itu tidak terlalu mengejutkan

karena memang seharusnya demikian. Selisih lebih realisasi

pendapatan merupakan selisih yang diharapkan (favourable

variance), sedangkan selisih kurang merupakan selisih yang tidak diharapkan (unfavourable variance).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(49)

2. Analisis Rasio Pertumbuhan Pendapatan

Analisis pertumbuhan bermanfaat untuk mengetahui apakah

pemerintah daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama

beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami

pertumbuhan pendapatan secara positif ataukah negatif.Tentunya

diharapkan pertumbuhan pendapatan tersebut positif dan

kecenderungannya (trend) meningkat. Sebaliknya jika terjadi

pertumbuhan yang negatif, maka hal itu menunjukkan

terjadipenurunan kinerja pendapatan. Pertumbuhan pendapatan

daerah diharapkan dapat mengimbangi laju inflasi.Selain

mempertimbangkan faktor inflasi, penetapan target pertumbuhan

pendapatan juga harus mempertimbangkan asumsi anggaran yang

lain, misalnya kurs rupiah, harga minyak, dan sebagainya.

3. Analisis Rasio Keuangan

x Rasio Derajat Desentralisasi

Rasio ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang

diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk

menggali dan mengelola pendapatan. Semakin tinggi kontribusi

PAD, maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah

dalam penyelenggaraan desentralisasi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(50)

x Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam

membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Semakin tinggi angka rasio ini menunjukkan pemerintah daerah

semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya.

x Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Daerah

Rasio efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai

dengan jumlah penerimaan pajak daerah yang ditargetkan. Rasio

efektivitas pajak daerah dianggap baik apabila rasio ini mencapai

angka minimal 1 atau 100%. Sama halnya dengan analisis

efisiensi PAD, untuk dapat menghitung rasio efisiensi pajak

daerah diperlukan data tentang biaya pemungutan pajak.

x Derajat Kontribusi BUMD

Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi

perusahaan daerah dalam mendukung pendapatan daerah.

2) Analisis Kinerja Belanja

Analisis belanja daerah sangat penting dilakukan untuk

mengevaluasi apakah pemerintah daerah telah menggunakan APBD

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(51)

secara ekonomis, efisien, dan efektif ( value for money). Sejauh mana

pemerintah daerah telah melakukan efisiensi anggaran, menghindari

pengeluaran yang tidak perlu dan pengeluaran yang tidak tepat

sasaran.Kinerja anggaran belanja daerah dinilai baik apabila realisasi

belanja lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan, yang hal itu

menunjukkan adanya efisiensi anggaran.Dalam hal belanja daerah

penting juga dianalisis keserasian belanja karena hal ini terkait

dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi, alokasi, dan

stabilisasi.

Berdasarkan informasi pada Laporan Realisasi Anggaran, kita

dapat melakukan analisis anggaran belanja dengan cara :

1. Analisis Varians Belanja

Analisis Varians merupakan analisis terhadap perbedaan

atau selisih antara realisasi belanja dengan

anggaran.Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran yang

disajikan, pembaca laporan dapat mengetahui secara langsung

besarnya varians anggaran belanja dengan realisasinya yang

bisa dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau

persentasenya.Kinerja pemerintah daerah dinilai baik apabila

jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang dianggarkan,

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(52)

maka hal itu mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang

kurang baik.

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk

mengetahui pertumbuhan belanja dari tahun positif atau

negatif.Pada umumnya belanja memiliki kecenderungan untuk

selalu naik.Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan

penyesuaian terhadap terhadap inflasi, perubahan kurs rupiah,

perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuaian faktor

makro ekonomi. Pertumbuhan belanja harus diikuti dengan

pertumbuhan pendapatan yang seimbang.

3. Analisis Keserasian Belanja

Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal.

Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk

belanja yang digunakan untuk menyediakan sarana dan

prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.

Analisis keserasian belanja antara lain berupa :

a. Analisis Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan Terhadap

Total Belanja

b. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja

c. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(53)

d. Analisis Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung

4. Analisis Efisiensi Belanja

Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur

tingkat penghematan anggaran yang dilakukan

pemerintah.Angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak

bersifat absolute, tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku

yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita hanya dapat

mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif

lebih efisien dibanding tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai

telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya

kurang dari 100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka

mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran.

3) Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan di lakukan untuk pola anggaran

pemerintah daerah. Selain itu juga dapat digunakan untuk membaca

kebijakan anggaran pemerintah daerah. Salah satu pos yang paling

urgen dalam pembiayaan ini adalah Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran (SILPA). Makin besarnya SILPA yang diperoleh dari

suatu anggaran dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya

penyajian suatu rencana anggaran.

Dengan melihat kinerja pendapatan, kinerja belanja dan

kinerja pembiayaan, maka dapat dinilai kinerja anggaran (APBD)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(54)

secara umum. Jika semua kinerja tersebut menunjukkanpencapaian

angka yang sudah ditargetkan, maka dikatakan kinerja anggaran

(APBD) adalah baik.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian kinerja sudah banyak dilakukan, untuk mengetahui

bagaimana Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Pemerintah Kota. Beberapa penelitian yang menjadi acuan dan

referensi bagi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Addina Marizka

(2009)“Analisis Kinerja Pengelolaan APBD Kota Medan” yaitu Kinerja

pendapatan pemerintah Kota Medan dilihat analisis varians, secara umum

dapat dikatakan cukup baik meskipun belum terlampauinya target anggaran,

dimana tahun 2003-2007 rata-ratanya hanya mencapai 96,59%. Kinerja

belanja pemerintah Kota Medan dilihat dari analisis varians secara umum

kinerja pemerintah Kota Medan dapat dikatakan baik karena dari tahun

2003-2007 realisasi belanja tidak ada yang melebihi dari yang dianggarkan dimana

persentasenya berturut-turut dari tahun 2003-2007 yaitu dengan rata-rata

sebesar 90,75%.

Untuk menganalisis penelitian ini adalah metode dengan pendekatan

kualitatif yaitu analisis deskriptif. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(55)

mengetahui dan menganalisis kinerja anggaran pendapatan Kota Medan

selama periode 2003-2007, dan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja

anggaran belanja dan pembiayaan Kota Medan selama periode 2003-2007.

Kedua,penelitian yang dilakukan oleh Astriana Nabila Muhibtari

(2014)“Analisis Rasio Keuangan APBD Kota Magelang untuk menilai

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Magelang Tahun Anggaran

2008-2012”.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengukur kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah Kota Magelang berdasarkan hasil dari perhitungan Rasio

Kemandirian, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Rasio Efektivitas, Rasio

Efisiensi, dan Rasio Keserasian Belanja, APBD Kota Magelang selama tahun

Anggaran 2008-2012 dan untuk menilai Kemampuan Keuangan

Pemerintahan Daerah Kota Magelang diukur melalui Share dan Growth, Peta

Kemampuan Keuangan Daerah, dan Indeks Kemampuan Keuangan (IKK)

selama Tahun Anggaran 2008-2012 yaitu perhitungan normatif dan analisis

Kinerja Keuangan Daerah dapat disimpulkan, bahwa pola hubungan tingkat

kemandirian daerah berada pada kriteria instruktif.

Kemandirian Pemerintah Kota Magelang berada pada kemampuan

keuangan yang masih sangat rendah dalam memenuhi kebutuhan dana untuk

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

sosial masyarakat. Ini terlihat dari hasil rata-rata Rasio Kemandirian Kota

Magelang Tahun Anggaran 2008-2012, berdasarkan pengolahan data yang

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(56)

berasal dari Ringkasan Laporan APBD Kota Magelang Tahun Anggaran

2008-2012 adalah sebesar 16,860%. Berdasarkan hasil perhitungan dan

analisis Kemampuan Keuangan Daerah dapat disimpulkan, bahwa kondisi

kemampuan keuangan Kota Magelang masih belum ideal karena Share

sebesar 10,918% dan Growth sebesar 604,530%.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Espinoza (2014) “Pengaruh

penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Kota Medan”. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk menguji dan

menganalisa pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) terhadap

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Medan. Hasil Penelitian menunjukkan

bahwa dengan dilaksanakannya anggaran berbasis kinerja ternyata tidak

memberikan peningkatan secara keseluruhan terhadap keuangan pemerintah

Kota Medan, Namun sudah mengarah kepada peningkatan yang positif.

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta

Laporan Realisasi APBD/Laporan Pertanggungjawaban Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Marizka, 2009

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk

mencapai tujuan tertentu. Ada satu istilah lain yang erat kaitannya yaitu

teknik, teknik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu

yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur. Penelitian merupakan suatu

penyidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga

merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat

dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian

untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda,

di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi

dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa

penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha

untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan

mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Gambar

Gambar 2.2 Proses Penyusunan APBD
Gambar 2.3: Konversi Permendagri No.13 Tahun 2006 ke PP No.24 Tahun 2005
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta
Tabel 4.2 Laporan Perhitungan Pendapatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

jahe juga mengandung zingilberene dan shogol. Senyawa ini dikenal baik sebagai anti-oksidan dan juga efektif melawan penyakit kanker dan jantung. Senyawa penting lainnya yang

Paradigma merupakan suatu perangkat kepercayaan, nilai-nilai suatu pandangan mengenai dunia sekitar, demikian menurut pandangan George Ritzer, 1 demikian pula dengan

b. Peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas V untuk mendapatkan gambaran bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS. Mengadakan observasi awal terhadap pelaksanaan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan penulis, maka penulis dapat mengetahui kinerja efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional dengan menggunakan Multi-

Kebutuhan daya atau beban listrik tiap peralatan dalam sistem FGT serta pemilihan pengaman dan penghantar ditentukan dari besarnya arus nominal I n.. Arus nominal tersebut

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa ekstrak metanol buah pepaya dapat diformulasikan menjadi sediaan masker wajah gel peel off dan menentukan konsentrasi

5 Mochammad Muttaqien, Wawancara, Bangkalan, 17 Agustus 2016.. Bangkalan melakukan pemanggilan para pihak untuk menghadiri pertemuan mediasi. Apabila para pihak hadir

The probability of assigning the most recent data point to any of the already generated states is proportional to the number of observation elements which have been assigned to