• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Palem Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Palem Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Potensi Palem Indonesia

Edy Batara Mulya Siregar

Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan yang dimiliki Indonesia sangat luas, terbesar kedua setelah Brasilia. Luas hutan di Indonesia lebih kurang 110,7 juta ha atau sekitar 65% dari luas total daratan. Berdasarkan pemanfaatannya, hutan di Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan peruntukannya, yaitu :1. Hutan Produksi 63 juta ha (44%), 2. Hutan Lindung 30,3 juta ha (27%), 3. Suaka Alam dan Hutan Wisata 9 juta ha(13%), 4. Hutan Konversi seluas 30 juta ha (20%). Kekayaan alam yang demikian besarnya belum banyak diketahui sebagian besar masyarakat Indonesia. Akibatnya, pengetahuan masyarakat tentang jumlah jenis apalagi aspek biologi, kegunaan, dan konservasinya sangatlah kurang (Supriatna dan Hendras, 2000).

Kepunahan populasi atau erosi genetik perlu dihindari agar potensinya kelak tetap dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Salah satu cara untuk menghindari kepunahan adalah memantau ukuran populasi jenis-jenis biota yang diperkirakan telah langka melalui pengenalan akan ciri-ciri dan syarat-syarat hidupnya ( LIPI, 2001).

Di Indonesia, keanekaragaman ekosistem yang tinggi kekayaan spesies dan endemisme terancam dengan perkembangan ekonomi yang besar, serta dengan populasi manusia yang sedang tumbuh dan bermobilitas internal yang besar kebanyakan berada di pedesaan dan bergerak disektor pertanian. Menurut data, konversi habitat alami sangat luas yaitu mencapai 44%. Jadi, tak mengherankan jika Indonesia memiliki daftar terpanjang di dunia mengenai jumlah spesies yang terancam punah, yakni 126 jenis burung, 63 mamalia dan 21 jenis binatang reptilia (Kerjasama Republik Indonesia dan Norwegia, 1994).

Luas Indonesia kurang lebih 1,3 persen dari luas bumi, terdapat 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptilia dan amphibia, 17 persen burung dan 25 persen jenis ikan dari total yang ada di bumi (Ministry of National Development Planning, 1993).

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman palem dunia, dari 215 genus palem dunia, 46 genus diantaranya terdapat di Indonesia dan 29 genus merupakan palem endemik. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah mengingat masih luasnya daerah yang belum diinventarisasi (Witono et al, 2000).

Menurut Sharma, (2002) famili palem terdiri dari 217 genus dan lebih dari 3000 spesies yang tersebar di daerah tropis dan subtropis di dunia, dan sebagian juga terdapat pada daerah yang bertemperatur panas.

(2)

anggota famili palem telah dijumpai sejak jaman cretaceous, lebih kurang 120 juta tahun yang lalu.

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan berbagai jenis palem, diperkirakan ada sekitar 460 jenis palem yang termasuk dalam 35 genus dan tersebar di wilayah Indonesia. Oleh karena jenisnya begitu banyak, belum semua palem yang tumbuh di Indonesia ini diketahui namanya. Hal ini disebabkan banyak jenis palem tumbuh tersebar di hutan-hutan Indonesia, baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, hingga pulau-pulau kecil. Biasanya yang luput dari pengamatan merupakan jenis yang penampilannya kurang mencolok atau kurang menarik sebagai tanaman hias dan tidak banyak manfaatnya untuk kehidupan (Nazaruddin dan Angkasa, 1997).

Di Indonesia nama palem sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, karena tumbuhan palem disamping mempunyai nilai ekonomi juga sangat menarik menjadi tanaman hias, seperti palas biru, korma rawa dan lain - lain. Semakin meningkatnya laju kerusakan hutan menyebabkan tumbuhan palem semakin berkurang di alam. Padahal tanaman palem belum semuanya dapat diketahui manfaatnya bagi kehidupan. Beberapa manfaat palem yang digunakan masyarakat seperti aren untuk gula, tuak, buahnya untuk kolang - kaling, kelapa untuk bahan sayuran, juga bahan dasar minyak, kelapa sawit untuk bahan minyak, sabun dan lain - lain, rotan untuk kerajinan rumah tangga, dan beberapa jenis palem yang dijadikan tanaman perhiasan.

B. Deskripsi Arecaceae (Palem)

Famili Arecaceae (Palem) masuk kedalam ordo Arecales. Famili Arecaceae mempunyai anggota 225 genera dan lebih 2600 spesies. Famili Arecaceae mempunyai anggota sangat banyak sehingga banyak pakar yang membagi dalam beberapa sub-famili yang jumlahnya kadang-kadang berbeda antara satu pakar dengan pakar yang lain. Purseglove (1978) membagi famili Arecaceae kedalam sub-famili yaitu ; 1). Phoenicoideae, 2). Caryotoideae, 3). Coryphoideae, 4). Borassoideae, 5). Lepidocaryoideae, 6). Cocoideae, 7) Arecoideae, 8). Nypoideae, 9). Phytelephantoideae. Sub-famili Phytelephantoideae anggotanya tidak terdapat di Indonesia (Sudarnadi, 1995). Spesies palem yang begitu banyak jumlahnya ini tergabung dalam famili Arecaceae, dahulu famili ini dikenal sebagai palem. Tentang penamaan famili palem ini didasarkan pada keseragaman dalam tata nama baru yang semua famili tanaman berakhiran ceae. Berikut ini disajikan Sistematika Botani palem :

Divisi : Plantae Kelas : Monokotil Ordo : Arecales Famili : Arecaceae

Genus : Sekitar 210-136, misalnya Phoenix, Areca, dan Caryota

Spesies : Sekitar 2500-3500 spesies, misalnya Phoenix roebelenii, Pinanga densiflora dan Caryota mitis (Nazaruddin dan Angkasa, 1997).

(3)

sebagai liana, bentuk yang demikian terutama dari spesies-spesies Hyphaena dan Dypsis (Witono, et al, 2000).

Pohon atau tanaman memanjat, dengan batang yang kerapkali tidak bercabang dan mempunyai bekas daun berbentuk cincin, kadang-kadang dari batang yang terletak di atas tanah atau akar rimpang dapat keluar beberapa batang (membentuk rumpun). Daun menyirip (palem menyirip) atau bentuk kipas (palem kipas), dengan pelepah daun atau pangkal tangkai daun yang melebar. Karangan bunga (tongkol bunga) kerapkali pada ketiak daun, kadang-kadang terminal, yang muda kerapkali keseluruhannya dikelilingi oleh satu seludang daun atau lebih, atau (daun) tangkai dan cabang samping mempunyai seludang kecil. Bunga duduk pada cabang yang berdaging tebal atau kerapkali tenggelam di dalamnya, berkelamin 1, jarang berkelamin 2, kerapkali banyak menghasilkan madu. Tenda bunga dalam 2 lingkaran dengan jumlah masing-masing 3, bebas atau bersatu dengan yang lain, kerapkali tebal dan ulet. Benang sari 6-9 buah atau lebih, jarang berjumlah 3 buah, daun buah berjumlah 3, bebas atau bersatu, bakal buah beruang 1-3, tiap ruang 1 bakal biji. Buah buni atau buah batu, kadang-kadang tiap-tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji 1. Biji kebanyakan dengan putik lembaga seperti tanduk pada buah batu besar melekat dengan lapisan terdalam dari dinding buah (Steenis, 2003).

Tidak semua palem berbentuk pohon meskipun palem umumnya dikenal mempunyai tubuh yang semampai. Ada jenis-jenis yang berbentuk liana, yaitu menyerupai tali yang memerlukan pohon lain sebagai panjatan untuk hidupnya. Ada pula yang tubuhnya seakan akan hanya terdiri atas daun-daun saja karena batangnya tidak berkembang. Nipah dan Salak misalnya mewakili kelompok ini (LIPI, 1978).

Palem memiliki perbungaan yang berkaitan erat dengan siklus hidupnya. Palem menghasilkan perbungaan pada ujung batang seperti Corypha. Corypha merupakan palem yang bersifat hapasantik (setelah berbunga dan berbuah lalu mati). Selain diujung batang, perbungaan ada yang tumbuh diantara daun (interfoliar), makin keatas perbungaan yang muncul semakin muda (Witono, et al, 2000).

Ciri utama jenis palem ini menurut Shukla and Misra, (2002) berbatang lurus, tinggi dan columnar. Daun palmately atau pinnately, membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang, dasar petiole luas, berpelepah dan berserat. Pembungaan spandlix dengan spathe yang biasanya menutupi bunga-bunga kecil. Bunga unisexual dengan perianth berkulit atau berdaging yang tetap ada. Stamen enam, buah berry, drupe atau nut, biji dengan embrio kecil dan endosperm.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia, (2003) distasiun penelitian Ketambe, diperoleh 26 spesies palem yang berasal dari 11 genus. Spesies yang banyak ditemukan adalah genus Calamus yaitu 11 spesies, dan yang paling sedikit dari genus Salacca, Caryota, dan Arenga. Habitat Calamus berada di pinggiran sungai, alur, daerah datar, dan berair berkisar pada ketinggian 350 - 370 meter dpl dan di bukit pada ketinggian 430 - 550 meter dpl.

Sub Famili Palem

Beberapa sub famili Palem yang terdapat di Indonesia adalah : 1. Phoenicoideae

(4)

terdapat di Asia dan Afrika. Contoh yang terdapat di Indonesia yaitu Phoenix paludosa. Tumbuhan ini di Indonesia dijumpai hanya di Aceh Timur di daerah rawa-rawa. Di luar Indonesia, jenis tersebar secara alami dari delta sungai Gangga di India ke arah timur melalui kepulauan Andaman, Aceh, Malaysia dan Thailand (Sudarnadi, 1996).

2. Caryotoideae

Daun majemuk bersirip, anak daun berbentuk garis atau baji (pasak kayu) yang tepinya bergerigi. Mempunyai anggota 3 genera dan lebih kurang 35 spesies yang terdapat di Asia dan Afrika. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah :

a. Arenga pinnata

Arenga pinnatadijumpai mulai dari pantai barat India sampai ke sebelah Selatan Cina dan di Kep. Guam. Tidak pernah dijumpai di Kep. Riukiu dan Taiwan. Tumbuhnya tunggal, berbatang besar dan berijuk banyak. Tingginya bisa mencapai 15 meter atau lebih. Daunnya berbentuk sirip, anak-anak daunnya berbentuk garis yang bagian ujungnya bergerigi. Di Jawa Barat aren ditanam dengan memindahkan anakannya (Sudarnadi, 1996)

Menurut LIPI (1978), bahwa penyebaran tumbuhan palem meliputi dari India, Cina Selatan, Asia Tenggara, dan Kepulauan Guam. Tumbuhan menyendiri berbatang besar berijuk banyak, dan tingginya mencapai 15 meter atau lebih.

b. Arenga brevipes

Arenga brevipes merupakantumbuhan asli Indonesia yang dijumpai di Sumatera dan Kalimantan. Umumnya tumbuh dekat sungai, tumbuhnya berumpun, pohonnya kecil yang mencapai tinggi 4 meter, berbatang lurus dan ramping berijuk sedikit. Daun majemuk bersirip anak daun berbentuk garis dan bagian ujungnya bergerigi LIPI (1978).

Selain dari dua jenis diatas beberapa spesies yang masuk kedalam sub famili Caryotoideae adalah Arenga microcarpa, Arenga undulatifolia, Arenga obtusifolia, Caryota maxima, dan Caryota mitis.

3. Coryphoideae

Tumbuhan berumah satu, daun majemuk menjari, bunga majemuk dengan banyak percabangan, mempunyai anggota 3 genera dengan lebih kurang 330 spesies yang terdapat di seluruh benua. Contoh yang terdapat di Indonesia ;

a. Johanesteijmania altifrons

Menurut Sudarnadi (1996), bahwa tumbuhan Johanesteijmania altifrons dijumpai di Malasyia, Pantai Timur Sumatera, dan Serawak berupa tumbuhan bawah pada hutan lebat. Tumbuh tunggal, tegak, tingginya mencapai 6 meter, daun lebar berbentuk belah ketupat, dan sering disebut dengan nama Daun Sang.

(5)

b. Licuala spinosa

Tumbuhan Licuala spinosa dijumpai di Malasyia, Sumatera, Jawa dan Kalimantan, di daerah dataran rendah dekat pantai. Tumbuhan berumpun, batangnya tegak, tingginya mencapai 2,5 meter. Daunnya bundar bercelah dalam yang terdiri dari anak-anak daun yang membentuk suatu bulatan yang indah (Sudarnadi, 1996).

Selain kedua palem diatas, jenis palem yang masuk kedalam sub famili Coryphoideae adalah Livistona rotundifolia, Licuala valida, Pholidocarpus majadun, dan Licuala grandis.

4. Borassoideae

Tumbuhan berumah dua, daun mejemuk menjari, bunga majemuk dengan sedikit percabangan. Mempunyai anggota 33 genera dengan lebih kurang 330 spesies yang terdapat di semua benua. Menurut McLean and Ivimey (1956), ciri generatifnya adalah buahnya berdaging tebal, perbungaan berbentuk malai dengan bunga-bunga yang sangat kecil. Biasanya tertutup dalam tampuk bunga tinggal atau dengan sedikit cabang silindris yang tebal. Bunga berumah 2. Contoh jenis ini yang ada di Indonesia adalah :

a. Borassus flabellifer

Tumbuhan Borassus flabelliffer dapat dijumpai di Afrika, Tropika, Burma, Malasyia, dan Indonesia yang tumbuh pada tempat terbuka dekat pantai. Tumbuh menyendiri, batang lurus dapat mencapai 30 meter. Permukaan batang halus dan berwarna kehitam-hitaman. Daun bundar berbentuk seperti kipas, tepinya banyak mempunyai lekukan yang lancip.

b. Borassodendron borneensis

Dijumpai dikawasan Kutai dan Serawak, tumbuh menyendiri, berbatang lurus, tinggi mencapai 20 meter, helaian daun bundar bercelah – celah dalam, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada pohon yang berbeda, menggantung berupa tandan yang bercabang banyak (Sudarnadi, 1996).

5. Lepidocaryoideae

Daun majemuk bersirip atau menjari, buah diselimuti oleh sisik-sisik yang rapat. Sub famili ini mempunyai anggota 25 genera dengan lebih kurang 500 spesies yang hanya terdapat di daerah tropika. Rotan termasuk family Palem menurut Bor, 1953 dalam Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999) yang terdiri dari 170 genera atau lebih 1500 spesies tersebar sebagian besar didaerah tropis dan beberapa daerah temperate. Di Indonesia jenis-jenis rotan diperkirakan ada 300 jenis. Heyne (1950) telah mencatat jenis-jenis yang terdapat di Indonesia sebagai berikut :

1. Genus Calamus sebanyak : 170 spesies 2. Genus Daemonorops sebanyak : 27 spesies 3. Genus Korthalsia sebanyak : 13 spesies 4. Genus Ceratolabus sebanyak : 3 spesies

5. Genus Plectocomia sebanyak : 2 spesies 6. Genus Myrialepis sebanyak : 2 spesies 7. Genus Plectocomiopsis sebanyak : 2 spesies

(6)

a. Calamus caesius

Tumbuhan ini dikenal dengan rotan Sega (umum diseluruh kawasan dan dalam perdagangan). Penyebaran rotan ini tersebar secara luas di kawasan Asia Tenggara, terdapat di Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, Palawan (Filipina), dan Thailand bagian Selatan. Akhir – akhir ini dimasukan ke Cina dan beberapa negeri di Pasifik Selatan untuk penanaman uji coba (Dransfield and Manokaran, 1996).

b. Rotan Dahan (Khortalsia scaphigera).

Rotan udang semut banyak dijumpai di tempat senantiasa tergenang air, terutama di tepi-tepi sungai yang berrawa di daerah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, rotan ini ditemukan pula tumbuh di Malasyia dan Thailand. Rotan Dahan mempunyai beberapa nama daerah yakni rotan pitet (Kalbar), Rotan lalun (Dayak), dan Rotan Samut (Jambi) (Januminro, 2000).

c. Daemonorops angustifolia.

Daerah penyebaran rotan getah adalah daerah dataran rendah yang beriklim basah. Rotan ini tumbuh secara berumpun dan tiap rumpun dapat terdiri atas beberapa batang. Tinggi batang dapat mencapai 40 meter, diameter batang bersama pelepahnya 4 cm, dan bila telah dibersihkan dan dirunti diameter batangnya hanya 2,5 cm, panjang ruas 35 cm. Bentuk daunnya majemuk menyirip, panjang keseluruhan daun mencapai 3,5 meter, termasuk tangkai daun 30 cm dan sulur panjat 1,5 meter anaka daun panjangnya 35 cm dan lebar 1,5 cm. Pelepah dan tangkai daun ditumbuhi duri yang rapat dan tajam, panjang duri 2,5 cm dan lebar dasar dari 5 mm (Januminro, 2000).

d. Salacca edulis

Tumbuhan Salacca edulis banyak dibudidayakan di Indonesia. Tumbuhan berumpun, tingginya dapat mencapai 7 meter. Batang hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri panjang, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada pohon yang berbeda, penyerbukan dilakukan oleh angin. Buah bersisik coklat sampai kekuningan. Salak yang dibudidayakan di Bali adalah Salacca edulis, sedangkan yang dibudidayakan di Sumatera Utara adalah Salacca sumatrana (Sudarnadi, 1996).

Selain marga diatas ada beberapa marga lain dari sub famili ini Ceratolobus, Plectocimia, Plepcomiopsis, dan Myrialepis.

6. Cocoideae

Daun majemuk bersirip, buah diselimuti oleh serabut yang kasar dan bertempurung, bunga majemuk, panjang dan bercabang-cabang. Mempunyai anggota 27 genera dengan lebih kurang 600 spesies yang terdapat di Amerika, Afrika, Asia, Pasifik. Beberapa anggota yang terdapat di Indonesia yaitu :

a. Cocos nucifera

Tumbuhan tersebar di daerah tropika yang banyak dijumpai di daerah pantai pada tanah yang mengandung garam. Tumbuh baik di bawah ketinggian 300 m dpl dengan curah hujan 1270-2550 mm pertahun. Di Indonesia, sering ditanam di pekarangan atau tegalan. Tumbuhan berupa pohon, tumbuh menyendiri, batangnya tegak tingginya dapat mencapai 35 meter, tergantung jenisnya (Sudarnadi, 1996).

b. Elaeis guineensis.

(7)

Sumatera Timur hingga sekarang penyebarannya sudah sangat luas. Tumbuhan ini dikenal dengan kelapa sawit.

7. Arecoideae

Tumbuhan Arecoideae mirip dengan Cocoideae, tetapi pada Arecoideae tidak mempunyai tempurung. Sub famili ini mempunyai anggota 130 genera dengan lebih kurang 1100 spesies yang tersebar di daerah tropika. Contoh spesies yang ada di Indonesia yaitu :

a. Pinanga kuhlii

Tumbuhan ini terdapat di Sumatera dan Jawa, pada tempat yang terlidung. Pohon tumbuh berumpun, tingginya 5 – 7 meter. Daun majemuk bersirip dengan anak dauan yang agak lebar. Bunga majemuk dalam malay yang menggantung, tangkainya berwarna merah, sedangkan bunganya berwarna putih (Sudarnadi, 1996).

b. Areca catechu

Tumbuhan ini di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi buahnya sering dipakai sebagai bahan campuran untuk menyirih. Pinang sirih merupakan tumbuhan yang cukup umum dijumpai di kawasan Asia Tenggara. Diduga berasal dari Filipina. Sekarang tumbuhan ini telah tersebar luas dari pantai timur Afrika tropik sampai ketinggian 750 meter dpl (LIPI, 1978).

8. Nypoideae

Batang pendek di bawah permukaan tanah, daun mejemuk bersirip, berumah satu, benang sari 3, bakal buah beruang satu dengan satu biji. Anggotanya hanya satu genera dan satu spesies yaitu ;

a. Nypa fruticans

Tanaman palma ini mempunyai nama berbeda-beda di setiap daerah tumbunya. Di Malasyia dan Indonesia di kenal dengan nama umum nipah. Di Filipina dalam bahasa tagalog diberi nama loso. Adapun di Australia oleh orang Aborigin disebut ki-bano dan tacannapoon. Di Indonesia sendiri setiap daerah mempunyai nama-nama yang berbeda untuk setiap jenis palma ini. Tercatat bermacam-macam nama daerah untuk nipah antara lain di Sumatera ; bak nipah(Aceh), nipah (Karo), pusuk (Angkola/Mandailing), dan lain-lain (Bandini, 1996).

C. Tempat Tumbuh Palem

Menurut Witono et al, (2000), palem dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur, dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit, dan berlereng terjal,

Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 25-17 0C, curah hujan 2000 mm - 2500 mm pertahun dengan rata -rata hujan turun 120 - 140 hari dalam setahun dan kelembaban relatif 80%. Untuk pertumbuhan palem juga memerlukan cahaya, dan cahaya yang sampai kedasar hutan berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri untuk menentukan pertumbuhan suatu spesies palem (Uhl dan Dransfield, 1987).

(8)

sampai 3000 meter di Gunung Kinabalu, Sabah. Biasanya terdapat pada ketinggian yang berlainan (Sudarnadi, 1995).

Aren (Arenga) merupakan genus dari Famili Palem. Menurut Soeseno (2000), iklim dan curah hujan yang dibutuhkan aren bertempat tumbuh di pegunungan, tetapi aren membutuhkan suhu yang tinggi. Paling sedikit suhu udara 25 0C kalau sampai serendah 20 0C, seperti misalnya yang terjadi di pegunungan setinggi 1500 meter pada waktu malam aren masih hidup juga, tetapi kemampuannya berbuah jadi lamban. Faktor lingkungan yang lebih menentukan ialah curah hujan. Aren lebih senang ditanam di daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun. Atau yang huniannya jatuh selama 7 - 10 bulan dalam setahun.

Rotan merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder termasuk pada daerah bekas perladangan liar dan belukar. Secara umum rotan dapat tumbuh pada berbagai keadaan, di rawa, tanah kering dataran rendah dan pegunungan, tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenagi air atau sama sekali bebas dari genangan air. Adapun jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah tanah alluvial (biasanya sepanjang tepi sungai), latosol dan regosol tetapi pertumbuhan terbaik pada daerah-daerah lereng bukit yang cukup lembab dengan ketinggian antara 0 – 2900 meter dengan iklim basah (tipe A dan B) atau basah sampai kering (tipe A,B,C dan D)(Anonimous, 2003)

D. Manfaat Tumbuhan Palem

Beberapa jenis palem termasuk jenis yang serbaguna. Dari segi kegunaan, jenis-jenis palem dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sumber Karbohidrat, baik dalam bentuk pati maupun gula.

2. Sumber Minyak. Sudah sejak lama masyarakat Indonesia memanfaatkan kelapa untuk minyak goreng

3. Sumber Bahan Anyaman. Rotan merupakan bahan anyaman yang berkulit tinggi. Beberapa jenis palem juga menghasilkan daun yang dapat dianyam

4. Sumber Bahan Bangunan. Ada jenis - jenis palem yang mempunyai batang yang kuat untuk pengganti kayu. Di Bali batang - batang kelapa menjadi tiang tiang ataupun bahan ukiran perkakas rumah tangga

5. Sumber Bahan Penyegar. Ada tempat - tempat di Indonesia yang masyarakat masih menyirih.

6. Sumber Tanaman Hias. Banyak jenis palem yang sudah dimanfhatkan untuk tanaman hias jalan ataupun tanaman (LIPI, 1978).

Famili palem meliputi berbagai jenis yang menjadi bahan pangan berjuta-juta penduduk di daerah tropika. Beribu-ribu spesies termasuk famili besar ini, banyak diantaranya dapat berbentuk pohon setinggi 30 meter. Kebanyakan hidup di daerah tropika beberapa pulu terdapat di daerah beriklim sedang. Pada jaman kapur atas dan tersier bawah, palma tersebar luas di belahan bumi sebelah utara, sampai sejauh Kanada. Palma jaman sekarang merupakan sumber makanan (kelapa atau Cocos, Kurma atau Phoenix), kayu, serat untuk pakaian, daun untuk atap rumah, juga sumber yang menghasilkan minyak makan, tepung, sagu dan banyak produk lain lagi, terlalu banyak untuk disebut satu demi satu (Tjitrosomo, 1983).

(9)

anyaman alat rumah tangga, sebagai sayuran di Tapanuli Selatan, dan buahnya juga masih banyak dijumpai di pasar tradisional di daerah Tapanuli Selatan.

Rotan adalah memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis benua lama. Tumbuhan ini merupakan sumber rotan batang untuk industri mebel rotan, sementara itu juga digunakan untuk berbagai maksud kurang penting secara lokal. Kebanyakan rotan batang yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tanaman yang tumbuh liar, dan di berbagai bagian Asia Tenggara rotan merupakan hasil hutan yang paling penting setelah kayu (Dransfield & N. Manokaran, 1993).

Tumbuhan palem memberikan makanan, perlindungan, pakaian dan kebutuhan hidup lainnya. Buah Cocos nucifera (kelapa) yang sudah masak (matang) digunakan sebagai minuman susu dingin dan yang mentah sebagai kopra (endosperm yang dikeringkan) yang kaya akan minyak dan protein. Biji Areca catechu (pinang) digunakan sebagai bahan kunyahan bersama dengan daunnya dan pucuknya digunakan sebagai sayuran. Empelur Metroxylon lueve dan M rumhii untuk tepung sagu. Buah Phoenix dactylificra (gandum) menghasilkan makanan pokok. P. sylvestris dikenal dengan jenisnya yang kaya akan vitamin digunakan sebagai minuman juga diolah mejadi sirup. Borassus flabellifer diambil airnya yang dikonsumsi sebagai minuman atau difermentasikan menjadi minuman palm (tari-tari) atau dibuat jadi sirup, biji yang muda dan buah-buahnya yang matang dapat dimakan. Daun muda Poustonea oleraceae dapat dimakan (Shukla and Misra, 2002).

Rotan merupakan hasil hutan terpenting setelah kayu pada sebagian besar Asia Tenggara. Tumbuhan rotan mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber penghasilan bagi beberapa komunitas termiskin dalam kawasan tertentu, namun secara tradisional diabaikan dalam program - program kehutanan yang disibukkan oleh niaga kayu. Pada enam dasawarsa terakhir terjadi kegiatan-kegiatan penelitian yang mendorong sesuatu peningkatan tentang pentingnya rotan dan kesadaran yang juga meningkat bahwa budidaya rotan mempunyai potensi yang nyata. Kebanyakan rotan yang memasuki niaga internasional, untuk industri perabotan rumah tangga dikumpulkan dari rotan yang tumbuh liar dihutan primer dan hutan bekas tebangan. Pada saat sekarang sumberdaya rotan terancam serius karena hilangnya habitat hutan yang diubah menjadi lahan pertanian atau penggunaan tanah lainnya, dan oleh eksploitasi berlebihan. Pola niaga internasional juga telah diubah dengan drastis oleh dikenakannya pengawasan ekspor yang menambahkan penekanan pada persediaan di hutan pada daerah-daerah yang tidak dikenai pengawasan, dan dengan serius mempengaruhi mata pencaharian pengumpul rotan ditempat pengawasan diberlakukan (Dransfield & N. Manokaran, 1993).

E. KESIMPULAN

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan berbagai jenis palem, diperkirakan ada sekitar 460 jenis palem yang termasuk dalam 35 genus dan tersebar di wilayah Indonesia. Oleh karena jenisnya begitu banyak, belum semua palem yang tumbuh di Indonesia ini diketahui namanya. Hal ini disebabkan banyak jenis palem tumbuh tersebar di hutan-hutan Indonesia, baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, hingga pulau-pulau kecil.

(10)

F. REFERENSI

Bandini, 1996. Nipah Pemanis Alami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dransfield, N. manokaran, 1993. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 6. Gadjah Mada university Press bekerjasama dengan Prosea Indonesia-bogor.

Kerjasama Republik Indonesia dan Norwegia, 1994,. Keanekaragaman hayati di Indonesia. Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutan Alam Indonesia (KOPHALINDO), Jakarta.

Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1978. Palem Indonesia. Proyek Sumberdaya Ekonomi, Bogor.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Seri Pamduan lapangan, Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriese, Bogor-Indonesia.

Ministry of Development Planning, 1993. Biodiversity Action Plant For Indonesia. Jakarta.

Mutia, F, 2003. Inventarisasi dan Habitat Palem (Arecaceae) di Stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser. Skripsi. Jurusan Biologi, F-MIPA. Unsyiah Darussalam-Banda Aceh.

Nazaruddin, S. Angkasa, 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.

Program Pengembangan Leuser, 2002. Sekilas tentang Kawasan Ekosistem Leuser. Unit Manajemen Leuser, Medan.

Soeseno Salak, 2000. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta.

Supriatna, Edi HW, 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Sharma, 2002. Plant Taxonomy. Tata Mc Draw-Hill. Publishing Company Limited. Departement of Botany-New Delhi.

Shukla P. Misra P.S, 2002. An Introduction to Axonomy of Angiosperms. Vikas Publishing House PUT LTD. University of Delhi. Kanpur.

(11)

Uhl, N. W dan J. Dransfiel, 1987. Genera Palmarum, A Classification of Palms Basic on The Work of harold E. More Jr, Bailey Hortorium and the International Palm Society, Allen Press. Lawrence, Kansas-USA.

Witono, J.R.A, Suhatman, N, Suryana dan R.S Purwantoro. 2000. Koleksi Palem Kebun Raya Cibodas. Seri Koleksi Kebun Raya-LIPI Vol. II, No. I, Sindang Laya-Cianjur. Haupt, A.W, 1953. Plant Morfologi. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. Los Angeles. Lawrence, G.H.M, 1964. Taxonomy of Vasculer Plants. The Macmillan company. USA

Tjitrosomo, S.S, 1983. Botani Umum 3. Penerbit Angkasa Bandung-Indonesia.

Subrahmanyam, N.S, 1995. modern Plant Taxonomy. Vikas Publishing Hpuse PUT LTD. Jangpura. New Delhi.

Mc Lean, Ivimey, W.R, and Cook, 1956. Textbook of Theoretical Botani. Volume I. Longmas, Green and CO. London-New York-Toronto.

Purseglove, J.W, 1972. Tropical crops : Monocotyledons Volume 1 and 2 Combined. Longman Group Limited. Longman House, Burnt Mill, Harlow, Essex CM20 2JE England.

Schaik, C.P and Supriatna, J, 1996. Leuser A Sumatran Sanctuary. Leuser Development Program. Indonesia.

Anonimous, 1999. Materi Penyuluhan Kehutanan II. Departemen Kehutanan dan Perkebunan-Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Anonimous, 2003. Studi Jenis dan Penyebaran Rotan yang Dimanfaatkan Masyarakat Sumatera Utara. Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara-Lembaga Pengabdian pada Masyarakat USU. Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Buah Cacingan, gangguan pencemaan, maag, perut mulas, nyeri lambung, sakit perut Tifus: diare, disentri basiler, sakit perut, tifus Bunga atau daun; semua bagian tumbuhan

Buah Cacingan, gangguan pencemaan, maag, perut mulas, nyeri lambung, sakit perut Tifus: diare, disentri basiler, sakit perut, tifus Bunga atau daun; semua bagian tumbuhan

Bagian tumbuhan aren yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Awar adalah daun, ijuk dan air nira yang dihasilkan dari tandan bunga jantan.Masyarakat Desa Buluh Awar

Beberapa spesies tumbuhan yang dapat dimakan hidup di lahan hutan kerangas Belitung yaitu sebagian besar anggota dari famili Myrtaceae, seperti jemang (Rhodamia

Anggrek Dendrobium spesies asal Indonesia sangat berpotensi untuk dijadikan induk silangan karena mempunyai keanekaragaman dalam sifat yang berkaitan dengan kualitas bunga

Zat pewarna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung seperti : daun, batang kulit, bunga,

Di ketinggian ini, ditemukan lumut, liken, dan bunga edelweis (Anaphalis javanica). Berikut beberapa contoh jenis flora di Indonesia yang merupakan spesies langka, diantaranya

Daun yang berbulu adalah contoh lain yang merupakan ciri pembawaan tumbuhan yang mempunyai efek berbeda pada spesies tungau yang berbeda.. Menurut Price (1997)