• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peluang ekspor batik Indonesia cukup besar, apalagi setelah batik Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Namun pada kenyataannya batik hanya menjadi raja di negara sendiri. Wardani menyatakan salah satu sebab rendahnya ekspor batik tersebut karena banyaknya penggunaan zat warna sintetis pada batik (Wardani, 2012: 2).

Pada tahun 1996 Kadutaan Besar Republik Indonesia bidang Perdagangan

di Nerderland, memberi peringatan yang merujuk dari CBI (Center for the

Promotion of Import From Developing Countries) cef CBI/HB-3032 tanggal 13 Juni 1996 akan bahayanya zat warna sintetis, yang mengandung gugus azo, karena sifat amino aromatisnya diduga keras menyebabkan penyakit kanker kulit (karsinogenik). Akibatnya jalur perdagangan zat warna tersebut dengan segala

produknya terutama yang langsung kontak kulit manusia seperti: clothing,

foolwear & bed linen, sudah dilarang di kedua negara (Jerman dan Belanda) sejak 1 April 1996(BBKB, 1999, 3).

Penerapan produksi batik dengan zat pewarna alam merupakan salah satusolusi pendukungagar Batik Indonesia dapat meningkatkan devisa negara dan ekonomi kerakyatan,sebab pada dasarnya usaha batik sebagian besar ditekuni oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Zat pewarna alami adalah zat warnayang

(2)

commit to user

diperoleh dari alam baik secara langsung maupun tidak langsung. Pewarna alam banyak terkandung pada bagian tumbuhan seperti pada: daun, batang, kulit batang, buah, bunga, dan akar. Pewarna alam yang dilakukan secara tradisional dengan cara pencelupan yang dilakukan berulang-ulang, menghasilkan efek warna yangkhas.Penggunaan zat pewarna alam ini sangat membantu dalam menjaga kelestarian lingkungan serta tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia, sebab tidak ada pencemaran dari pembuangan limbah hasilsisa produksi (Wardani, 2012 : 2).

Menggunakan zat warna alami juga sebagai upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah satu upaya pelestarian budaya. Warna yang dimunculkan hasilnya akan berbeda tergantung dengan waktu penceluapan, jenis fiksator (zat pengunci) yang digunakan, misal: kapur, tawas, tunjung, jeruk nipis, cuka, akan menghasilkan warna yang berbeda. Selain menggunakan beberapa fiksator yang berbeda, hasil warna juga ditentukan dari jenis tumbuhan yang digunakan untuk bahan baku pembuatan ekstraksi dan fermentasi pada zat pewarna.

Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alam

pada batik, yaitu daun mangga. Mangga atau (Mangifera Indica LINN) adalah

nama sejenis tumbuhan. Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m.Banyak kegunaan dan manfaat yang terdapat pada pohon mangga, tidak hanya buah dan biji mangga yang bagus untuk pengobatan

(3)

commit to user

diare,ternyata daun dan batang mangga dapat dimanfaatkan sebagai bahan zat warna alam. u 11:41:41).

Pemanfaatan daun mangga untuk batik tulis pada TA ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak lain yang ingin mengembangkan batik dengan zat warna alam. Wujud batik ini berfokus pada pengolahan visual (motif dan pola) serta pengembangan warna dari berbagai jenis fiksator, disamping ide visual yang ditawarkan adalah suasana pedesaan.

Sumber ide ini diambil dengan pertimbangan beragam hewan serta tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam pedesaan (flora dan fauna) diharapkan menjadi kekuatan deasin dari karya TA ini. Potensi artistik dan visual dari suasana alam pedesaan tersebut akan dipadukan dengan penggunaan zat pewarna alami daun mangga sehingga perpaduan ini bisa menjadi kekuatan desain yang mempunyai nilai pembeda yang tinggi.

Memilih daun mangga sebagai bahan baku untuk zat pewarnaan alam ini karena di Indonesia pohon mangga banyak dijumpai diberbagai tempat, mudah dicari karena tumbuh di pekarangan rumah, halaman sekolah, bahkan di depan kantor-kantor lembaga dan juga dapat ditemukan di tempat pembudidayaan tanaman mangg. Tidak hanya karena mudah dicari, tetapi warna yang dihasilkan dari zat warna alam daun mangga memiliki warna yang unik, berbeda dari warna-warna alami yang lain.

(4)

commit to user

B. Studi Pustaka (Teoritik)

1. Batik dan Zat Pewarna Alam

Batik

Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Banyak hal yang terungkap dalah seni batik, seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat-istiadat, sifat, tata kehidupan, tingkat ketrampilan dan lain-lain (Djumena, 1990 : 9). Secara garis besar batik dibedakan menjadi tiga golongan antara lain adalah:

• Batik Tradisi yakni batik yang susunan motifnya terikat atau mengikuti pola-pola tradisi tertentu.

• Batik Semi Tradisi merupakan pengembangan batik tradisi hanya saja ada beberapa motif yang mengalami sedikit perubahan.

• Batik Kreasi baru yakni batik yang berkembang menyangkut segi gaya dan motif batik beserta pengembangan teknik-teknik batik. Motif dan isen tergantung kepada si pencipta. Satu hal lagi yang menjadi ciri batik kreasi baru tidak memiliki makna yang berkaitan dengan tradisi tertentu (Sewan Susanto, 1980:15).

Batik mengacu pada dua hal, antara lain pertama adalah teknik

pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik tersebut dikenal

sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang

(5)

commit to user

yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terikat oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009 (Sarah Rum, 2010 : 1).

Ditinjau dari cara dan alat pembuatannya, batik dibedakan menjadi 3 golongan antara lain adalah :

 Batik Tulis, untuk membatik tulis diperlukan alat untuk melukiskan

lilin pada kain yang disebut canting. bentuk dan besaran cucuk pada canting tergantung dari kegunaannya, canting cocek memiliki ucung yang kecil, untuk canting klowong memiliki ujung/ cucuknya yang sedang, sedangkan untuk canting tembikan memiliki ujung canting (cucuk) yang besar.

 Batik Cap, ialah pembuatan batik dengan cara mencapkan lilin batik

cair pada permukaan kain. Alat cap atau disebut juga canting cap, l h tu “st l” y u t l t t y t dari 3 bagian : bagian muka, yang berupa susunan plat tembaga membentuk pola batik. Bagian dasar, tempat melekatnya bagian muka, dan tangkai cap untuk memegang bila dipakai untuk mencap.

 Batik Lukis, melukis dengan lilin batik dilakukan secara spontan,

maka biasanya dikerjakan lukisan lilin batik tanpa menggunakan pola. Variasi dan penyempurnaan batik lukis dikerjakan secara batik tulis atau digabung dengan batik cap. Hasil dari batik lukis biasanya digunakan untuk keperluan-keperluan dekorasi sehingga pengerjaan

(6)

commit to user

batik lukis tidak perlu dikerjakan pada kedua belah muka kain (Sewan Susanto, 1980: 25-33).

Pembuatan sebuah pola batik dalam lembaran kain, biasanya dilakukan dengan cara pengulangan atau repetisi pada master desainnya (pattern), seperti yang terjadi pada batik cap. Penggarapan pola batik pada batik tulis juga memanfaatkan sistim repetisi pada master desainnya, hanya saja ukurannya biasanya lebih besar dari master desain pada batik cap dan master desain tersebut biasanya dibuat secara digital.

Zat Pewarna Alam

Zat pewarna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung seperti : daun, batang kulit, bunga, buah, akar, getah dengan kadar dan jenis coloring matter yang bervariasi (Kun Lestari, dkk : 1).

Potensi sumber zat pewarna alam ditentukan oleh intensitas warna

yang dihasilkan tergantung pada jenis coloring matter yang ada.Coloring

matter adalah substansi yang menentukan arah zat warna alam, merupakan senyawa organik yang terkandung dalam sumber zat warna alam tersebut.Dalam satu jenis tumbuhan dapat terkandung lebih dari satu jenis

coloring matter.( Hendri Suprapto, 2000 : 5 )

Berdasarkan dari jenis coloring matter, zat pewarna alam dibagi

(7)

commit to user

a. Zat Pewarna Mordan (alam) : sebagian besar zat pewarna alam

tergolong dari zat warna mordan alam sehingga zat pewarna alam dapat menempel dengan baik. Dimana proses pada mordan, posisi unsur hidrogen dapat digantikan oleh elemen logam yang berfungsi sebagai aseptor, sedangkan zat warna bertindak sebagai elekter donor (ligans). Ikatan yang terjadi adalah ikatan karbonat (semi polas)

melalui satu atau lebih pasangan elektron bebas (ione pair electron)

yang diberikan oleh senyawa donor kepada senyawa aseptor yang mempunyai lintasan kosong. Bahan tekstil : benang/ kain sebelum

dicelup zaat warna alam perlu di beitz agar warna yang dihasilkan

tidak luntur (zat warna dapat berikatan dengan serat dengan baik).

b. Zat Warna Direk : disebut zat warna direk karena zat warna ini bisa

mewarnai kain secara langsung. Hal ini disebabkan karena zat warna direk memiliki daya gabung (alfinitas) yang besar terhadap serat selulosa. Beberapa zat warna direk dapat mencelup/mewarnai serat berdasarkan ikatan hidrogen. Proses pencelupan menggunakan zat warna direk pada bahan tekstil (benang/kain) sebelum dicelup tidak perlu dimordan. Zat warna ini melekat di serat berdasarkan ikatan sehingga ketahannannya rendah, seperti kunyit.

c. Zat Warna Bejana : zat warna ini mewarnai serat melalui proses

reduksi oksidasi dan dikenal sebagai pewarna yang paling tua di dunia, dengan ketahanan yang paling unggul, misal daun tom (indigo). Daun Tom atau tarum (indigofera) banyak mengandung indicab. Daun-daun tersebut difermentasikan. Dalam larutan terjadi fermentasi

(8)

commit to user

karena ada enzim indimulase terjadi hidrolise indican menjadi indoxyl dan gula.

d. Zat Warna Asam/Basa : Golongan pewarna ini memiliki kombinasi

asam basa yang baik sehingga menghasilkan warna dan ketahanan yang berkualitas tinggi saat diterapkan pada sutera dan wol, tetapi

tidak permanen pada katun. Contohnya flavonid pigmens. Zat warna

ini terdapat pada bunga pulu (Carthomus tinctorius). Bunga pulu direndam semalam, setelah air rendaman bunga tersebut direbus. Air rebusan ini jika ditambah alkali akan berubah menjadi merah. ( Hendri Suprapto, 2000 : 5 )

Terdapat lebih dari 150 jenis tanaman penghasil zat warna alami intensif di Indonesia, dan beberapa diantaranya telah diidentifikasikan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Balik Yogyakarta atau sekarang sering disebut (BBKB). Tidak sedikit tanaman yang mengandung zat pewarna alam yang akrab dengan kehidupan manusia sehari-hari, yang biasanya digunakan sebagai tanaman pagar sampai pada jenis gulma (tanaman pengganggu). Kadang-kadang mereka mempunyai kegunaan ganda seperti tanaman yang dikenal sebagai tanaman obat, ternyata kandungan zat pewarna alamnya juga tinggi(Kun Lestari, dkk : 1).

Bagian tanaman yang mengandung zat pewarna alam pada tiap-tiap tanaman tidak sama seperti pada kayu, kulit kayu, daun, bunga, buah, dsb. Sumber-sumber zat warna alam ini menghasilkan warna dan ketahanan yang berbeda-beda pada media katun dan sutera dan wol tergantung pada jenisnya(Kun Lestari, dkk : 1-2).

(9)

commit to user

2. Tumbuhan Mangga

Mangga atau mempelam (Mangifera indica) mempunyai batang

yang tegak, bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua

biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam

(wikipedia/m u 11:41:41).

Tumbuhan mangga memiliki batang yang tumbuh tegak, kokoh, berkayu dan berkulit tebal yang warnanya abu - abu kecoklatan, pecah - pecah serta mengandung damar. Percabangannya banyak yang tumbuh ke segala arah hingga tampak rimbun. Akar bercabang - cabang, kokoh dan berkulit tebal warna kecoklatan. Daun tumbuh tunggal pada ranting, letaknya berselang - seling dan bertangkai panjang. Bentuk daun panjang lonjong dengan bagian ujung meruncing. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, sedangkan permukan sebelah bawah berwarna hijau muda. (Budidaya Tanaman Mangga, 1991:34-35).

Selain buahnya yang sagat bermanfaat daun mangga juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alam, dan yang digunakan sebagai zat warna pada tumbuhan mangga ini adalah pigmen mangiferine yang terdapat pada daun mangga. Mangiferine disini memiliki gugus kromofor yaitu C = O, gugus auksokrom yaitu - OH yang berasal dari golongan anion dan senyawa organik tak jenuh hidrokarbon aromatik. Kandungan xanton jenis mangiferin pada mangga sebanyak 7 % - 15 %. Di dalam daun

(10)

commit to user

mangga mengandung kristal kuning (xanton).Daun mangga terdiri dari dua bagian yaitu tangkai daun dan badan ( piring ) daun.

Badan daun bertulang-tulang dan berurat-urat, antara tulang dan urat daun tertutup daging daun atau hijau daun. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih. Daging daun terdiri dari sel-sel yang tidak terhingga banyaknya. Di dalam sel yang terletak pada permukaan daun yang terdapat butir-butir yang sangat halus berwarna hijau. Butir-butir ini

dinamakan butir hijau daun atau butir Chlorophylyang bentuknya

dipengaruhi oleh kesuburan tanaman serta banyaknya sinarmatahari yang

dapat diterima (Kanisius Yogyakarta, 1991: 34).

Daun mangga yang subur dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alam.Daun mangga yang baik untuk bahan baku pembuatan ekstraksi adalah daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda agar menghasilkan warna yang baik.

3. Sutera &Katun

Sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil. Jenis sutra yang paling umum adalah sutra dari kepompong yang

dihasilkan larva ulat sutra murbei (Bombyx mori) yang diternak (peternakan

ulat itu disebut serikultur). Sutra bertekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Rupa berkilauan yang menjadi daya tarik sutra berasal dari struktur

(11)

commit to user

seperti prisma segitiga dalam serat tersebut yang membuat kain sutra dapat membiaskan cahaya dari berbagai sudut. Seperti serat – serat protein lain sutera bersifat amfoter dan menyerap asam dan basa dari larutan encer sehingga dapat mudah menyerap zat pewarna alam.

Pada bahan sutera, masalah pelorodan atau menghilangkan lilin agak berbeda dengan batik yang terbuat dari katun. Ada beberapa cara untuk menghilangkan lilin dari kain suterayaitu dengan cara pelepasan dengan air panas, air yang akan digunakan untuk melorod ditambah dengan soda abu, dan larutan air lorodan menjadi alkali yang mempunyai pH tidak lebih dari 9,5 dan soda abu tidak lebih dari 0.1% dan cara yang lain adalah dengan melarutkan lilin, dengan cara kain sutera direndam dengan bensin, dengan begitu lilin yang menempel pada kain akan larut didalamnya dan kain menjadi bersih (Sewan Susanto, 1980: 48-49).

Serat kapas atau katun adalah serat halus yang menyelubungi biji

beberapa jenis gossypium (pohon), tumbuhan 'semak' yang berasal dari

daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Selulosa tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas ataupun menyerap keringat. Katun sangat baik dalam menyerap zat warna alam.

(12)

commit to user

4. Fashion

Berbicara tentang pakaian sesungguhnya berbicara tentang sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan diri kita.Pakaian dapat menunjukan siapa pemakainya.Pakaian dipandang memiliki satu fungsi komunikatif. Pakaian juga dapat berfungsi sebagai pelindung dari cuaca yang buruk atau dalam olahraga tertentu dari kemungkinan cidera, pakaian juga menampilkan peran sebagai pajangan budaya karena dapat mengomunikasikan budaya kita, missal; pakaian dapat menunjukan identitas nasional dan kultur sipemakai. (Barnard Malcom, 1996 : vii-viii)

C. Fokus Permasalahan

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan Tugas Akhir (TA) ini dibatasi pada: Bagaimana proses pewarnaan alam daun mangga (dengan fiksator tawas, tunjung, kapur, dan zat asam seperti jeruk nipis, cuka, dan blimbing wuluh) dalamvisualisasi perancangan batiktulispada kain sutera dan katun ?

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses khrom keras ini diperlukan pengaturan rapat arus dan pengaturan waktu proses yang tepat untuk hasil pelapisan permukaan dengan ketebalan yang

[r]

Kepercayaan kepada rasul-rasul ialah Rukun Iman yang keempat, maka setiap orang muslim wajib percaya bahawa Allah SWT telah mengutuskan rasul-rasul dari kalangan manusia

Besar atau kecilnya partisipasi oleh anggota juga akan mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) yang akan diterima anggota setiap tahunnya. Sedangkan pengertian partisipasi

Uji ANOVA dari masing-masing kelompok uji baik aktivitas dan kapasitas fagositosis dari variasi konsentrasi logaritma yang diberikan 0,1 – 1000 µg maupun terhadap kontrol (-)

Pengaspalan Jalan Borbor - Lumbanrau Desa Pasar Borbor Kecamatan Borbor Kabupaten Toba Samosir 150,000,000 Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Toba Samosir selaku

Perlakuan ekstrak jambu biji memberikan pengaruh yang paling baik terhadap tinggi planlet dan jumlah anakan dibandingkan dengan perlakuan kontrol, ekstrak melon,

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengtahui dinamika perlawanan masyarakat Luar Batang Jakarta terhadap kebijakan revitalisasi kawasan pesisir dan