• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan smk wanafarma di kabupaten garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan smk wanafarma di kabupaten garut"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI TUMBUHAN OBAT

UNTUK MENDUKUNG PEMBENTUKAN

SMK

WANAFARMA DI KABUPATEN GARUT

DIDIN SUHERMAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

KAJIAN POTENSI TUMBUHAN OBAT

UNTUK MENDUKUNG PEMBENTUKAN

SMK WANAFARMA DI KABUPATEN GARUT

DIDIN SUHERMAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi

pada

Sub Program Konservasi Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

"

Kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten

Garut" merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan

komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya.

Tesis ini belum pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada program

sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2006

Didin Suherman

(4)

ABSTRAK

DIDIN SUHERMAN. Kajian Potensi Tumbuhan Obat untuk Mendukung Pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten Garut. Dibawah bimbingan ERVIZAL A.M. ZUHUD dan SlSWOYO.

Kabupaten Garut memiliki kawasan hutan yang sangat luas yaitu seluas 107.865 ha, namun potensi tumbuhan obat di wilayah tersebut sampai saat ini belum diketahui. Pengembangan tumbuhan obat di wilayah tersebut belum dilakukan karena belum tersedianya data dan informasi tentang potensi tumbuhan obat, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengembangkan tumbuhan obat, dan kurangnya sumberdaya manusia yang melakukan pengembangan tumbuhan obat di wilavah tersebut. SMK Wanafarma di Kabuoaten Garut dibentuk guns u

mempersiapkan sumberdaya manusia yang diperlukan dalam pengembangan tumbuhan obat. Dalam rangka menuniana keberhasilan dalarn pernbentukan ?

-

SMK Wanafarma di wilay& tersebut, maka penelitian ini periu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi tumbuhan obat di Kabupaten G a t dan kelayakan pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten Garut.

Metode penelitian secara garis besar terdiri dari 4 (empat) kegiatan utarna, yaitu pengumpulan data (data sekunder dan primer), identifikasi jenis-jenis tumbuhan obat, pengolahan dan analisis data.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Garut sebanyak 240 jenis dari 81 famili dan

dapat dikelompokkan kedalam 32 kelompok penyakit'penggunaan. Jenis-jenis

tumbuhan obat unggulan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Garut sebanyak 22 jenis dan yang dapat dikembangkan pada setiap kecamatan berkisar antara 10-

22 jenis. Jenis-jenis tumbuhan obat unggulan Kabupaten Garut, antara lain : akar

wangi (Vertiveria zizanoides

(L.)

Nash. Ex Small.), cengkeh (Syzygium

aromaticum (L.) Merr. & Peny.), daun dewa (Gynuraprocumbens (Lour.) Merr.), kapolaga (Amomum compacturn Soland. ex Maton.), kunyit (Curcuma domestica Val.), lame bodas (Alstonia scholaris (L.) R.Br.), nilam (Pogostemon cabin

(Blanco), sambiloto (Andrographis paniculara (Bunn.f.) Wall. ex Nees.),

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), dan vanili (Vanilla planijolia Amdrews.).

Dari segi ketersediaan potensi tumbuhan obat, ketersediaan calon siswa, kebijakan dan peraturan perundangan, serta kelembagaan dan kemitraan guna mendukung pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten Garut termasuk layak, namun dari segi kurikulum, sarana dan prasarana, dan sumberdaya manusia (guru, kepala sekolah, tenaga penunjang, dan pengelola) belum memadai (layak). Strategi yang dapat diterapkan guna meningkatkan kelayakan dalam pembentukan

SMK Wanafarma di Kabupaten Garut, meliputi : penyusunan kurikulum yang

(5)

ABSTRACT

DLDIN SUHERMAN. Study about the potency of medicine plant to support the forming of S M K Wanafarma at Garut regency. With guidance from

ERVIZAL A.M ZUHUD and SISWOYO.

Garut regency has vast area of forest, about 107.865 ha but the potency of medicine plant in this regency hasn't known yet. The development of medicine plant in this regency hasn't done yet because there is no data and information available about the potency of medicine plant, lack of knowledge about developing the medicine plant, and lack of human resources that doing the development of medicine plant in this regency. SMK Wanafarma at the Garut regency is formed to prepare the human resources that are needed in the development of medicine plant. In order to support the success of forming SMK Wanafarma in this regency, this study is needed to be done. The purpose of this study is to determine the potency of medicine plant at Garut regency and the suitability of the forming SMK Wanafarma at Garut regency.

The method used here can be separate into four major activity, that is collecting data (primary and secondary data), identification of medicine plant, processing, and analyze data.

By the result of the study, it is shown that the number of species of medicine plant in Garut regency is 240 species made from 81 families and can be divided into 32 groups of disease/medicine. The excellent species of medicine plant that can be develop at Gamt regency is about 22 species and the species that can be develop at every sub district is about 10-22 species. The excellent species of medicine plant of Gamt regency is: akar wangi (Vertiveria ziznnoides (L.) Nash. Ex Small.), clove (Syzgium arornntic7inl (1.) Merr. & perry.), daun dewa (Gynurn proclin7he11s (Lour.) Merr.), kapulaga (Amonzum compactzm~ Soland. Ex Maton.), turmeric (C/trczirn7n domeslica Val.), lame bodas (Alstonia scholnris (L.) R.Br.), nilam (Pogo.slemon ccrhin (Blanco)), sambiloto (Andrognnis pnnicz~lata (Burm.f.) Wall. ex Nees.), temulawak (Curcurma xanthorrhiza Roxb.), and vanili (Vanillaplcmifolin Amdrews.).

(6)

O Hak cipta milik Didin Suherman, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(7)

KAJIAN POTENSI TUMBUHAN OBAT

UNTUK MENDUKUNG PEMBENTUKAN

SMK WANAFARMA

DI

KABUPATEN GARUT

DIDIN SUHERMAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi

pada

Sub Program Kouservasi Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutauan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis : KAJIAN POTENSI TUMBUHAN OBAT UNTUK

MENDUKUNG PEMBENTUKAN SMK WANAFARMA DI KABUPATEN GARUT

Nama : Didin Suherman

NRP : E. 051040225

Program Studi : IImu Pengetahuan Kehutanan

Sub Program Studi : Konservasi Biodiversitas

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Ir. Ervizal A.M. Zuhud MS Ketua

Diketahui,

Ir. Sisw

4

o, M.Si Anggota

/

Dr. Ir. Dede Hermawan M.Sc

(9)

Puji syukur kehadirat Alloh SWT,

yang telah memberikan cinta kepada alum, ada penasuran ingin membuka tabir rahasia ciptaan-Nya, tabir itu terkuak secara perlahan-lahan saat terbaring sakit, yung kita inginkan bagaimana kita dapat sembuh,

tetapi saat kita sehat takpernah kita bayangkan kita sakit,itulah keunikan

sifat manusia.

Ada satu keyakinan apapun bentuk penyakit yang diturunkan sangpencipta .... .pasti ada obatnya, Alloh

SWT menciptakun tumbuhan dengan sistim yang terangkai menjadi jalinan yang soling menentukan, tabir kecil tapi bermakna dari ciptaan-Nya adalah " tumbuhan

obat". sesungguhnya manusia tampa tumbuhan tak mungkin dapat hidup sebaliknya tumbuhan tanpa

manusia pasti hidup"

Terirnakasih kepada

Istriku Nur Hasanah dun 3 (tiga) anaku bersaudara Vera Hermawati, Septiyani Hermawati dun Herman

Maulani

yang selalu setia dengan penuh kesabaran menengadahkan tangan pada sang Maha Pencipta serta

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut, Propinsi Jawa

Barat, tepatnya pada tanggal 5 September 1958 dari

ayah Husen dan Ibu Sopiah. Penulis merupakan anak

sulung dari tujuh bersaudara. Dari hasil

pemikahannya dengan Nur Hasanah pada tahun

1985, saat ini telah dikaruniai 3 orang anak yang

diberi nama : Vera Hermawati (1 8 tahun), Septiyani

Hermawati (14 tahun) dan Herman Maulani

(8,s

tahun).

SD negeri I Jatiwaringin Mauk Tangerang dari tahun 1966-1972 Pada tahun

1980 penulis lulus dari Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP)

Tangerang dan pada tahun 198 1-1 987 bekerja sebagai Tenaga Penyuluh Lapangan

Industri Kecil Proyek BIPIK Jawa Barat. Tahun 1988 penulis beralih tugas ke

Pusat Pengembangan ~ e n a t a r a n Guru Pertanian Cianjur dan pada tahun 1992

penulis menjadi widyaiswara. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan

strata satu (Sl) pada Sekolah Tinggi Peretanian Jawa Barat pada program studi

Gizi Masyarakat dan lulus pada tahun 2002.

Selama menjadi widyaiswara penulis merintis pendirian sekolah menengah

kejuruan (SMK) program keahlian budidaya rumput laut di Cidaun Cianjur

Selatan dan working station Ambon yaitu kerjasama antara Pemerintah Daerah

Maluku dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru Pertanian (Vedca) Cianjur.

Tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk IPB untuk mengikuti sekolah

Pascasarjana (S2) Program Studi Konservasi Biodiversitas Ilmu Pengetahuan

Kehutanan pada Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur program kerjasame

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kejuruan Departemen

(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul "Kajian Potensi Tumbuhan Obat untuk

Mendukung Pembentukan SMK Wanafkrma di Kabupaten Garut".

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan yang diperlukan

untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Sub Program Studi Konsewasi Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ir. Ervizal. A.M. Zuhud, M.S selaku ketua dan Ir. Siswoyo, M.Si. selaku

anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam mewujudkan tulisan ini

2. Prof. Dr. Ir. Syafrida manuwoto, M.Sc selaku Dekan Sekolah Pascasarjana

IPB Bogor.

3. Dr. 1r. Agus Hikmat, MSc.F selaku penguji di luar komisi pembimbing yang

telah menguji dan memberikan masukan guna perbaikan tesis ini.

4. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku Ketua Sub Program Studi Konservasi

Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang telah bekerja keras memberikan pengarahan.

5. Ir. Giri Suryatmana selaku Kepala Pusat Pengembangan dan Penataran Guru

Pertanian yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.

6. Bupati Kepala Daerah dan instansi terkait Kabupaten garut yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Kepala BKSDA Wilayah I1 Ciamis yang telah memberikan ijin untuk

penelitian di Cagar Alam Gunung Papandayan, Garut.

8. Rekan-rekan mahasiswa umumnya terutama bidang khusus Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas yang telah banyak memberikan bantuan dan saran-saran.

Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Bogor, Maret 2006

(12)

DAFTAR IS1

halaman

...

LEMBAR PENGESAHAN 1

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

PRAKATA ii

...

DAFTAR IS1 iii

...

DAFTAR TABEL v

...

DAFTAR GAMBAR xi

...

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN

...

1

...

Latar Belakang 1

...

Perurnusan Masalah 2 Tujuan Penelitian

.

.

...

3

...

Manfaat Penelltian

. .

4

...

Kerangka Pemlklran 4 TINJAUAN PUSTAKA

...

6

Potensi Tumbuhan Obat

...

6

Konservasi Tumbuhan Obat Indonesia

...

7

Rencana Pengembangan Sttategis Biofarmaka untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia

...

8

Wanafarma

...

9

Pendidik an

...

10

Kewirausahaan

...

13

METODOLOGI PENELITIAN

...

Tempat dan Waktu

...

Bahan dan alat

...

Bahan dan Peralatan Pengurnpulan Da Identifikasi Jenis Turnbuhan Obat

. .

...

Metode Penelltian

...

Pengumpulan Data

...

ldentifikasi Jenis Tumbuhan Obat

...

Pengolahan dan Analisis Data

...

Pengolahan Data

.

...

. Analisis Data

...

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

30

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

...

30

...

Letak dan Luas 30 Topografi

...

31

Tanah

...

32

Iklim

...

32

...

(13)

Potensi Tumbuhan Obat

...

...

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat

Kerapatan dan Dominasi Jenis-jenis Tumbuhan Obat di Cagar

...

Alam Gunung Papandayan

...

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

...

Teknik Pengembangan Tumbuhan Obat

Pemasaran

...

Kelayakan Pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten

Ketersediaan Informasi tentang Potensi Tumbuhan obat di

...

Kabupaten Garut

Kesesuaian Kondisi Ketinggian Tempat setiap Kecamatan dengan Jenis-jenis Tumbuhan Obat yang terdapat di Kabupaten Garut

...

Kesesuaian Kondisi Ketinggian Tempat setiap Kecamatan dengan Jenis-jenis Turnbuhan Obat UnggulanJPotensial di

...

Kabupaten Garut

Ketersediaan Kurikulum

...

Kelayakan Sarana dan Prasarana

...

...

Kelayakan Surnberdaya Manusia

...

Dukungan Kebijakan clan Peraturan Perundangan

...

Dukungan Kelembagaan dan Kemitraan

Strategi Peningkatan Kelayakan dalam Pembentukan SMK

...

Wanafarma

...

Penyusunan Kurikulum secara Memadai

...

Penyediaan Sarana dan Prasarana

...

Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

SIMPULAN DAN SARAN

...

Simpulan

Saran

...

...

...

(14)

DAFTARTABEL

Teks halaman

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan

...

SMK Wanafarma di Kabupaten Garut 18

D&ar instansi yang dihubungi guna pengumpulan data sekunder dalam penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan SMK Wanafarma di

KabupatenGarut

...

19

Daftar nama-nama instansi yang dihubungi dalam penelitian

kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung

pembentukan SMK Wanafma di Kabupaten

G m t

...

23

Klasifikasi kelompok penyakitJpenggunaannya dan macam

penyakit/ penggunaannya

...

25

Analisis deskriptif kualitatif kelayakan pembentukan SMK

Wanafarma di Kabupaten Garut

...

27

Luas wilayah dan prosentasenya di Kabupaten Garut

menurut ketinggian tempatnya tahun 2004

...

31

Luas wilayah dan prosentasenya di Kabupaten Garut

menurut kemiringan lereng tahun 2004

...

31

Luas wilayah dan prosentasenya di Kabupaten Garut

menurut jenis tanahnya tahun 2004

...

32

Jumlah sekolah, kelas, guru dan murid pada berbagai tingkat

pendidikan di Kabupaten Gamt tahun 2004

...

33

Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan

pekerjaan utama di Kabupaten Garut pada tahun 2004

...

34

Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Garut

tahun 2004

...

34

Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Kabupaten Garut

tahun 2004

...

35

Jumlah penderita dan prosentase penderita 9 jenis penyakit

terbanyak pasien rawat inap menurut jenis kelamin di

(15)

Jumlah penderita dan prosentase penderita 10 jenis penyakit terbanyak pasien rawat jalan menurut jenis kelamin di Kabupaten Garut tahun 2004

...

Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Gamt tahun

2004

...

Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut berdasarkan sumber datanya..

...

Contoh 10 (sepuluh) farnili yang memiliki jumlah jenis

...

tumbuhan obat tertinggi di Kabupaten Garut

Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut berdasarkan habitusnya..

...

Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut berdasarkan tempat tumbuhnya

...

Kerapatan jenis tumbuhan obat pada berbagai tingkat pertumbuhan pada habitus pohon di Cagar Alam Gunung Papandayan.

...

Kerapatan jenis tumbuhan obat pada habitus perdu dan herba di Cagar Alarn Gunung Papandayan..

...

Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Tumbuhan Obat pada Habitus Perdu dan Herba di Cagar Alam Gunung Papandayan..

...

Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Tumbuhan Obat pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan pada Habitus Pohon di Cagar Alam Gunung Papandayan..

...

Jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut

...

berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakannya

Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten

Garut berdasarkan kelompok penyakidpenggunaannya

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan

...

peredaran darah

(16)

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten

...

Garut yang digunakan untuk penawar racun

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Tapin yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit gigi..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk rnengobati penyakit diabetes

...

Jenis-jenis Tumbuhan Obat di Kabupaten Garut yang Digunakan

...

untuk Mengobati Penyakit Empedu

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit gangguan

...

urat syaraf

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten

Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit

. .

glgl.

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten

...

Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit ginjal

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung..

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang

digunakan untuk mengobati penyakit

kankerltumor..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten

G m t yang digunakan untuk mengobati penyakit kelamin.

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit khusus wanita..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis turnbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit kulit.

...

vii

(17)

viii

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit kuning..

...

Jenis- jenis Tumbuhan Obat di Kabupaten Garut yang

Digunakan untuk Mengobati Penyakit

Limpa..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis turnbuhan obat di Kabupaten

Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit

malaria..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit mata

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis Tumbuhan Obat di Kabupaten Garut yang Digunakan untuk Mengobati Penyakit Mulut.

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis turnbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit otot dan persendian..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran pembuangan

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran

...

pencemaan

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk rnengobati penyakit saluran

...

pemafasanITHT

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang

digunakan untuk mengobati penyakit

telinga..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit tulang..

...

(18)

Jenis-jenis turnbuhan obat di Kabupaten Garut yang

digunakan untuk perawatan organ tubuh

...

wanlta.

Contoh 10 (sepuluh) jenis Tumbuhan Obat di Kabupaten Garut yang Digunakan untuk Perawatan Rambut, Muka dan

...

Kulit

Contoh 10 (sepuluh) jenis Tumbuhan Obat di Kabupaten Garut yang Digunakan untuk Mengobati Sakit Kepala dan Demam..

...

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten

...

Garut yang digunakan untuk tonikum

Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit lain-lain

...

Daftar jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garaut berdasarkan teknik perbanyakannya

...

Daftar jenis simplisia tumbuhan obat yang diperjualbelikan di Kabupaten Garut

...

Daftar jenis-jenis tumbuhan obat unggulan di Kabupaten Garut berdasarkan aspek teknis, ekonomis, dan relevansi dengan jenis-jenis penyakit yang banyak diderita masyarakat

...

Daftar jenis tumbuhan obat pada setiap kecamatan di

Kabupaten Garut berdasarkan kesesuaian kondisi

ketinggian tempatnya

...

Daftar jenis tumbuhan obat unggulan yang layak di kembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Garut berdasarkan kondisi ketinggian tempatnya..

...

Rencana program perluasan pelayanan pendidikan

menengah kejuruan 2004-2009

...

Rencana susunan program pendidikan dan latihan pada

...

(19)

64 Jumlah jam penyampaian setiap mata pelajaran yang akan diajarkan pada kompetensi tingkat I (konservasi tumbuhan

obat) di SMK Wanafarma Kabupaten Garut . . . 84 65 Jumlah jam penyampaian setiap mata pelajaran yang akan

diajarkan pada kompetensi tingkat I1 (Budidaya dan Pasca Panen Tumbuhan Obat) di SMK Wanafarma Kabupaten

Garut.. ... 85 66 Jumlah jam penyampaian setiap mata pelajaran yang akan

diajarkan pada kompetensi tingkat 111 (Pemanfaatan dan

Pembuatan Produk Herbal) di SMK Wanafarma Kabupaten

...

(20)

DAFTAR GAMBAR

No

Teks Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan obat

untuk mendukung pembentukan SMK Wanafarma di

...

Kabupaten Garut 5

...

2 Reformasi pendidikan 11

3 Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran

pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak di Cagar

...

Alam Gunung Papandayan 20

4 Peta wilayah Kabupaten Garut

...

30
(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halaman

Ketinggian tempat setiap kecamatan di Kabupaten G a t tahun

2004

...

94

Sebaran jenis tanah setiap kecamatan di Kabupaten Garut tahun

2004

...

95

Jumlah curah hujan dan hari hujan setiap kecamatan di

Kabupaten Garut tahun 2004

...

96

...

Daftar jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten G m t 97

Jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut berdasarkan

.

.

fam~linya

...

108

Daftar indeks nilai penting tumbuhan tingkat pohon di Cagar

Alam Gunung Papandayan

...

110

Daftar indeks nilai penting turnbuhan tingkat tiang di Cagar

Alam Gunung Papandayan

...

110

Daflar indeks nilai penting tumbuhan tingkat pancang di Cagar

Alam Gunung Papandayan

...

111

Daftar indeks nilai penting tumbuhan tingkat semai di Cagar

Alam Gunung Papandayan

...

11 1

Daftar indeks nilai penting tumbuhan tingkat perdu di Cagar

Alam Gunung Papandayan

...

112

Dafiar indeks nilai penting turnbuhan tingkat herba di Cagar

Alam Gunung Papandayan

...

112

Jenis-jenis tumbuban obat di Kabupaten Garut yang digunakan

untuk mengobati gangguan peredaran darah

...

113

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

untuk penawar racun

...

115

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

untuk pengobatan luka

...

117

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

(22)

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

...

untuk mengobati penyakit gangguan urat syaraf

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

...

untuk mengobati penyakit gigi

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

...

untuk mengobati penyakit ginjal

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

...

untuk mengobati penyakit kelamin

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

...

untuk mengobati penyakit khusus wanita

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit kulit

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit kuning

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit malaria

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit mata

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit mulut

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

...

untuk mengobati penyakit otot dan persendian

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran pembuangan

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencemaan

...

Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran pemafasanfTHT

...

31 Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

(23)

32 Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

untuk perawatan rambut, muka, dan kulit

...

169

33 Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

untuk mengobati sakit kepala dan demam

...

171

34 Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Garut yang digunakan

untuk tonikum

...

174

35 Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Gamt yang digunakan

untuk mengobati penyakit lain-lain

...

176

36 Teknik perbanyakan jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di

...

Kabupaten Garut 179

37 Daftar hasil analisis kesesuaian jenis-jenis tumbuhan obat pada setiap kecamatan di Kabupaten Gamt berdasarkan kondisi

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia termasuk negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman tumbuhan obat yang cukup tinggi. Menurut Direktorat Aneka Usaha Kehutanan

dan Fakultas kehutanan IPB (2000), jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat obat sebanyak 1.845 jenis yang tersebar di berbagai formasi hutan di Indonesia. Salah

satu lokasi tempat penyebaran jenis-jenis tumbuhan obat tersebut adalah di Kabupaten Garut.

Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah sekitar 3.066,88 km2 atau seluas 306.519 ha. Berdasarkan

Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 195IKpts-IW2003 tanggal 4 Juli

tahun 2003, luas wilayah hutan yang terdapat di Kabupaten Garut seluas 107.865

ha, dengan hutan konservasi seluas 26.727 (24,77%), hutan lindung seluas 75.572 ha (70,06%), hutan produksi terbatas seluas 5.400 ha (5,02%) dan hutan produksi seluas 166 ha (0,15 %). Informasi tersebut menunjukkan bahwa di wilayah Kabupaten Garut kemungkinan besar dapat ditemukan keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang tinggi; namun potensi tumbuhan obat di wilayah tersebut sampai saat ini belum diketahui, sehingga belum dimanfaatkan dan diusahakan.

Berdasarkan Garut dalam Angka tahun 2004, di Kabupaten Garut terdapat lahan yang belum diusahakan seluas 32.050 ha (10,45%), dengan rincian lahan alang-alanglpadang semak belukar seluas 32.043 ha dan tanah kosong seluas 7 ha. Adanya lahan yang belum diusahakan tersebut dan dengan didukung oleh sebagian masyarakat di wilayah tersebut yang bermatapencaharian sebagai petani sebenarnya merupakan potensi yang sangat tinggi guna pengembangan tumbuhan

obat, namun sampai saat ini pengembangannya belum dilakukan. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena belum tersedianya data dan informasi tentang

potensi turnbuhan obat, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam

mengembangkan tumbuhan obat, dan kurangnya sumberdaya manusia yang melakukan pengembangan tumbuhan obat di wilayah tersebut.

Di sisi lain, Kabupaten Garut memiliki potensi sekolah yang sangat tinggi

terutama sumberdaya manusianya. Berdasarkan Garut dalarn Angka tahun 2004, jumlah sekolah yang terdapat di wilayah tersebut dari tingkat SD sampai SLTA sebanyak 2.475 unit, dengan jumlah guru sebanyak 21.897 orang dan jumlah

(25)

tersebut sangat tinggi, namun pengetahuan tentang tumbuhan obat yang

dimilikinya masih sangat jauh, sehingga belum menjamin terlaksananya

pengembangan tumbuhan obat di Kabupaten Garut. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena tidak adanya lembaga pendidikan kejuruan yang

mengakomodasikan materi tentang tumbuhan obat kedalam kurikulum. Selama

ini materi tentang tumbuhan obat sebenamya sudah diberikan di sekolah, namun

masih sangat jauh dari yang seharusnya, sehingga belum mampu membekali

lulusannya untuk mengembangkan tumbuhan obat.

Pada tahun 2004, jumlah lulusan SLTP di Kabupaten Garut sebanyak 85.238

orang. Sementara itu daya tampung SLTA di wilayah tersebut sebanyak 44.332

orang atau lulusan SLTP yang dapat ditampung sebesar 52,01%, sedangkan

jumlah lulusan SLTP yang tidak tertampung sebanyak 40.906 orang atau sebesar

47,99%. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, maka lulusan yang tidak

tertampung di SLTA akan menjadi pengangguran. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mengatasi ha1 tersebut adalah dengan cara membentuk SMK

Wanafarma. Dengan dibentuknya SMK Wanafarma di wilayah tersebut

diharapkan tidak hanya menambah daya tampung bagi lulusan SLTP agar pengangguran dapat ditekan, namun juga dapat dihasilkan lulusan yang memiliki

kemampuan untuk mengembangkan tumbuhan obat secara mandiri.

Perumusan Masalah

Adanya ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obat di Kabupaten Garut

disebabkan karena masih sedikitnya jenis-jenis tumbuhan obat yang sudah

dibudidayakan sebagai akibat belum tersedianya data potensi tumbuhan obat,

kurangnya sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dalam pengembangan

turnbuhan obat, dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya

kelestarian tumbuhan obat di wilayah tersebut.

Di sisi lain, di masa mendatang data potensi tumbuhan obat di Kabupaten garut tersedia, daya tampung SLTA dapat ditingkatkan, jumlah pengangguran

yang diakibatkan oleh adanya lulusan SLTP yang tidak dapat ditampung di SLTA

dapat ditekan, dan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dalam

pengembangan tumbuhan obat tersedia. Untuk itu didalam pembentukan lembaga

pendidikan kejuruan (SMK Wanafarma) hams mengakomodasikan materi tentang

tumbuhan obat kedalam kurikulum. Dengan dibentuknya SMK Wanafarma di

(26)

SLTP agar pengangguran dapat ditekan, namun juga dapat dihasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan tumbuhan obat secara

mandiri.

Keberhasilan dalam pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten Garut

secara garis besar dipengaruhi oleh 6 (enam) faktor, yaitu (1) ketersediaan informasi tentang potensi tumbuhan obat di Kabupaten Garut, (2) ketersediaan

kurikulum, (3) kelayakan sarana dan prasarana, (4) kelayakan surnberdaya

manusia,

(5)

dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, serta (6) dukungan kelembagaan dan kemitraan.

Ketersediaan informasi tentang potensi tumbuhan obat di Kabupaten Garut

dapat dilakukan dengan cara mengkaji keanekaragaman jenis tumbuhan obat,

ketersediaan informasi tentang teknik pengembangan tumbuhan obat (budidaya,

pasca panen, dan pengolahan), pemanfaatan tumbuhan obat, aspek ekonomis

(pemasaran simplisia dan kebutuhan bahan baku industri obat tradisional), jenis- jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, dan kesesuaian ketinggian

tempat setiap kecamatan dengan jenis-jenis tumbuhan obat yang &an

dikembangkan. Ketersediaan kurikulum dapat dilakukan dengan mengkaji

program keahlian yang akan dibuka, mata ajaran yang akan diajarkan pada

masing-masing program keahlian yang termasuk dalam kelompok produktif yang

akan diajarkan, dan bahan ajar. Kelayakan sarana dan prasarana dapat dilakukan dengan cara mengkaji terhadap gedung, ruang kelas, laboratoriurn, peralatan dan

lahan. Kelayakan sumberdaya manusia dapat dilakukan dengan cara mengkaji

terhadap calon siswa, guru, kepala sekolah, dan pengelola. Dukungan kebijakan

dan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan dengan cara mengkaji

terhadap kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang sudah ada dan persepsi seluruh instansi-instansi terkait. Dukungan kelembagaan dan kemitraan

dapat dilakukan dengan cara mengkaji tugas dan peran masing-masing instansi

terkait, serta adanya kemungkinan terbentuknya kemitraan antara SMK Wanafarma dengan pihakpihak terkait.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan :

1. Potensi tumbuhan obat di Kabupaten Garut,

(27)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi :

1. Pemerintah Pusat, sebagai penanaman modal terbesar, untuk feed back atas

implementasi kebijakan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa serta PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan jenis

Tumbuhan dan Satwa. Serta Undang-undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab.1. Pasal 1. Butir 16.

Pendidikan Berbasis Masyarakat. Dan PP. No. 29 tahun 1990 tentang Unit

Produksi (Unit Usaha) dalam menggiring SMK benvawasan lingkungan, benvawasan pasar, benvawasan mutu, berwawasan keunggulan dan

benvawasan ekonomi.

2.

Pemerintah Daerah, sebagai masukan untuk membuat perencanaan dan kebijakan pengembangan pendidikan SMK Wanafarma

3. Dunia Usaha, sebagai bahan informasi bagi pihak swasta yang bergerak di

bidang agribisnis tumbuhan obat

Kerangka Pemikiran

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang keberhasilan dalam

pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten Garut dapat dilakukan dengan cara :

(1) mengakomodasikan materi tentang potensi tumbuhan obat di Kabupaten Garut

kedalam kurikulum, (2) menyusun kurikulum (program keahlian dan mata ajaran)

yang tepat dan memadai, (3) menyediakan sarana dan prasarana secara memadai,

(4) menyediakan sumberdaya manusia secara memadai, (5) mencari dukungan

kebijakan dan peraturan perundang-undangan, dan ( 6 ) melakukan penataan

kelembagaan dan kemitraan.

Untuk melihat sejauh mana upaya-upaya tersebut di atas dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten

Garut, maka perlu dilakukan kajian dan analisis terhadap : (1) ketersediaan informasi tentang potensi tumbuhan obat di Kabupaten Garut, (2) ketersediaan

kurikulum, (3) kelayakan sarana dan prasarana, (4) kelayakan sumberdaya

manusia, (5) adanya dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, serta (6)

adanya dukungan kelembagaan dan kemitraan.

Secara skematis, kerangka pemikiran kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten Garut disajikan pada

(28)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan SMK Wanafanna di Kabupaten Garut

KONDlSl PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT D l KABUPATEN GARUT SAAT IN1

Potensi :

Luas hutan di Kabupaten garut seluas 107.865 ha. Lahan yang belum d~usahakan seluas 32.050 ha

• Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani. (40,28%)

Lulusan SLTP tinggi (85.238 orang) Permasalahan :

Potensi jenis tumbuhan obat belum diketahui Daya tampung SLTA terbatas (44.332 orang) Ketidakseimbangan jumlah lulusan SLTP dengan daya Iampung SLTA

Potensi tumbuhan obat belum dimasukkan sebagai media pembelajm di sekolah

Pengembangan tumbuhan obat belum banyak dilakukan

Sumberdaya manusia yang memiiiki kemampuan dalam pengembangan tumbuhan obat terbatas

KONDlSl PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT D l KABUPATEN GARUT

PADA MASA MENDATANG

Potensi tumbuhan obat di Kabupaten Garut diketahui

.

Patensi tumbuhan obat dimasukkan sebagai media pembelajaran di sekolah

.

SMK Wanafarma terbentuk Daya tampung SLTA meningkat Sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dalam pengembangan tumbuhan obat meningkat Lahan yang belum diusahakan dapat dimanfaatkan secara optimal Pengangguran dapat ditekan

.

Terjaminnya kelestarian tumbuhan obat Terciptanya lapangan kerja baru Pendapatan asli daerah meningkat

.

Belum ada sekolah kejuruan yang

mengamodasikan tumbuhan obat A

4

T

1. Kelestarian tumbuhan obat PEMBENTUKAN

terancam SMK WANAFARMA

2. Pengangguran meningkat

KELAYAKAN PEMBENTUKAN SMK WANAFARMADI KABUPATEN GARUT : Ketenediaan infomasi tentang potensi tumbuhan obat di Kabupaten Garut Ketenediaan kurikulum

Kelayakan s m a d a n prasarana Kelayakan sumberdaya mansusia

Kelayakan kebijakan dan peraturan perundangan Kelayakan kelembagaan dan kemitraan

4

sumberdaya tumbuhan Program prasarana: manusia :

obat (TO): keahlian perundangan: kemitraan:

Ruang • Guru Kelam-

Tenaga bagaan

Labora- penun-

torium perun-

pengem- dangan

bangan Lahan ~ekolah

• Peman- Pengeio-

faatan TO Pemasar- an Penyakit prioritas

.

Kesesu-
(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Obat

Pengertian

Menurut Zuhud, Ekarelawan dan Riswan (1994), tumbuhan obat adalah

seluruh spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang

dikelompokkan menjadi: (1) turnbuhan obat tradisional (spesies turnbuhan yang

diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan

sebagai bahan baku obat tradisional), (2) tumbuhan obat modem (spesies

tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawai%ahan

bioaktif dan penggunaannya dapat dipettanggungjawabkan secara medis), dan (3)

tumbuhan obat potensial (spesies, tumbuhan yang diduga mengandung

senyawahahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara

ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri).

Prospek Pengembangan Tumbuhan Obat

Jumlah spesies tumbuhan obat yang telah berhasil diidentifikasi tidak

kurang dari 1.845 spesies. Dari jumlah tersebut, tidak kurang dari 95 spesies

diantaranya merupakan tumbuhan obat liar yang saat ini dieksploitasi dalam

jumlah besar dari hutan maupun dari lahan liar lainnya sebagai bahan baku

industri obat tradisional di Indonesia (Zuhud dan Siswoyo, 2003). Hal ini

dikhawatirkan akan terjadinya kelangkaan untuk memperoleh bahan baku

tumbuhan obat Indonesia.

Menurut Punvandari (2001), beberapa industri obat tradisional mengalami

kesulitan mendapatkan bahan baku tumbuhan obat di pasaran, ada 4 (empat) ha1

yang mungkin bisa menjelaskan sulitnya tumbuhan obat hutan tersebut diperoleh

di pasaran, yaitu :

1. Tumbuhan obat memang sudah mulai langka keberadaan dialam, sehingga

pasokan di pasar juga sudah jauh menurun dan tumbuhan obat tersebut sulit

didapatkan di pasaran,

(30)

3. Untuk bahan baku berupa buahhiji yang produksinya hanya pada musim-

musim tertentu, sehingga pada saat bukan musimnya berbuah akan sulit

diperoleh di pasaran,

4. Adanya alih profesi masyarakat di sekitar hutan yang bermatapencaharian dari

pengambil bahan baku tumbuhan obat ke profesi lain.

Dengan demikian pengadaan bahan baku obat tradisional dari hutan

merupakan tantangan di masa yang akan datang. Oleh karena itu pengadaan bahan

baku untuk rnengantisipasi permintaan dan mencegah kelangkaan bahan baku,

maka hams dikembangkan dan dikelola sentra-sentra produksi tumbuhan obat

yang potensial berbasiskan potensi wilayah dengan azas kelestarian dan

pembagian keuntungan yang proporsional

.

Konsewasi Tumbuhan Obat Indonesia

Konservasi tumbuhan obat Indonesia jika ditinjau dari keanekaragaman

hayatinya sesungguhnya baru sebagian yang telah dimanfaatkan, diketahui jenis,

potensinya dan sebagian lagi belum diketahui baik jenis nama maupun

manfaatnya. Zuhud dan Siswoyo, (2003) mengemukakan di hutan tropika

Indonesia terdapat sekitar 30.000-40.000 spesies tumbuhan berbunga. Jumlah ini

melebihi di daerah-daerah tropika lainnya di dunia, seperti Arnerika Selatan dan

Afrika Barat.

Menurut Zuhud dan Siswoyo, (2003), hasil kajian yang pernah dilakukan

sampai tahun 2000 diternukan sebanyak 1.845 jenis tumbuhan obat yang tersebar

di berbagai formasi hutan dan ekosistem alam lainnya. Keadaan tersebut

menjadikan Indonesia sebagai salah satu gudang keanekaragaman hayati penting

dunia, namun akhir-akhir ini terjadi penyusutan bahkan dikhawatirkan terjadinya

kehilangan keanekaragaman hayati.

Gejala penyusutan keanekaragaman hayati di Indonesia semakin terasa pada

akhir-akhir ini, sehingga upaya pelestarian perlu mendapatkan perhatian yang

cukup serius.

Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi ha1 tersebut telah tertuang

dalam Undang-undang nomor 5 tahun 1990. Pada Undang-undang tersebut

tercantum 3 prinsip dasar konsewasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,

(31)

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, yaitu upaya

pencegahan terhadap kepunahan jenis, (3) Pemanfaatan secara lestari sumberdaya

dam hayati dan ekosistemnya.

Konservasi sumberdaya alam hayati adalah pengelolaan sumberdaya alam

hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin

kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Rencana Pengembangan Strategis Biofarmaka untuk kesejahteraan Rakyat Indonesia

Menurut Zuhud (2005), ada 3 (tiga) Rencana pengembangan strategis

biofannaka untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, yaitu (1) falsafah yang menjadi

dasar pengembangan, (2) strategi pengembangan nilai biofmaka/tumbuhan obat,

dan (3) rancangan pengembangannya

Falsafah yang menjadi Dasar Pengembangan

Falsafah yang menjadi dasar pengembangan adalah : (a) Prinsip dasar demokrasi dan desentralisasi, (b) Modus pembangunan dorong gelombang, (c)

membangun bank pertanian sistem kedirian desa, (d) Industrialisasi sistem

ekonomi pedesaan dan (e) Pengembangan sistem pertanian terpadu.

Strategi Pengembangan Nilai Biofarmaka~Tumbuhan Obat

Pemerintah, para dokter, para penyelenggara pendidikan tinggi kedokteran

di Indonesia hams segera bahu membahu mengoptimalkan pemanfaatan

turnbuhan obat Indonesia (TOI) atau obat bahan alam (OBA) pada pelayanan

kesehatan formal, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari tumbuhan obat

Indonesia sekaligus mengurangi sernaksimal rnungkin ketergantungan obat-obatan

dari luar negeri, dalam ha1 ini langkah-langkah strategis yang harus dilakukan

adalah : (a) Membuat undang-undang pemanfaatan obat bahan dam untuk

pelayanan kesehatan formal, (b) Memacu penelitian fmakologi dan standarisasi,

(c) Penyempumaan kurikulum pendidikan tinggi kedokteran, (d) Membangun

sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional, (P3T) di setiap

kabupaten atau wilayah (e) Menerapkan sistem sertifikasilekolabeling terhadap

produk obat bahan dam, (f) Membangun pusat informasi agribisnis tumbuhan

(32)

Rancangan Pengembangannya

Secara m u m rencana strategis pengembangan sumberdaya tumbuhan

obatlbiofannaka Indonesia dapat dike1 ompokkan kedala 3 (tiga) bagian, yaitu

i(

:

(1) pelestarian plasma nutfah tumbuhan obat, (2) pemanfaatan tumbuhan obat

K

untuk pelayanan kesehatan formal masyarakat, dan (3) pengembangan

agroindustri tumbuhan obat.

Dalam konsep konservasi tersebut, pemanfaatan keanekaragaman hayati

tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip pengawetan keanekaragaman jenis dan

perlindungan sistem penyangga kehidupan.

Hal ini berarti pengembangan dan pemanfaatan melalui sumberdaya

tumbuhan obat Indonesia merupakan ha1 yang utama, dengan membentuk

sumberdaya manusia yang berkualitas, berakhlaq mulia, memiliki tanggungjawab

yang tinggi, beriman dan bertaqwa, salah satunya melalui pendidikan konservasi

Tumbuhan obat.

Wanafarma

Luas kawasan hutan di Indonesia seluruhnya mencapai 140,4 juta ha, dengan

berbagai fungsi yaitu; hutan lindung (30,7 juta ha), hum suaka alam dan wisata

(18,8 juta ha), hutan produksi tetap (32,8 juta ha), hutan produksi terbatas (31,s

juta ha) dan hutan produksi yang dikonversi (26,6 juta ha), namun saat ini kondisi

ekosistem hutan alam sedang mengalami kerusakan yang berat akibat penebangan

pohon illegal secara besar-besaran.

Kawasan hutan alam Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang

tinggi, mulai dari keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis maupun

keanekaragaman genetik. Berbagai tipe ekosistem hutan alam tropika Indonesia

merupakan pabrik alami yang tercanggih dan termurah untuk menghasilkan

keanekaragaman komoditi ekonomi yang bemilai tinggi, termasuk tumbuhan obat,

yang berfungsi alami dan tidak dapat digantikan dengan ekosistem buatan

manusia. Sebanyak 33 spesies jenis tumbuhan obat yang tergolong langka di

Indonesia. Beberapa tumbuhan obat yang tergolong langka di Indonesia, seperti

sintok (Cinnarnornum sintoc BI.), pulai (Alstonia scholaris R.Br.), kayu bawang

(Scorodacarpus borneensis Becc.), kulit lawang (Cinnarnornum culilaban (L.)

(33)

Br.), hamperu bebek (Voacanga grandifolia (Miq.) Rolfe.). sanrego (Lunasia

amara Blanco.) (Zuhud dan Siswoyo, 2003).

Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian din,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2003).

Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan kakhasan agarna, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat

sebagai penvujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Pendidikan konservasi adalah proses pendidikan yang berkaitan dengan

hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Pendidikan merupakan

fenomena dan usaha manusiawi yang selalu terselenggara dimanapun manusia

berada.

Pendidikan memegang peranan sentral dalam perkembangan kebudayaan

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat secara umum

dan mendasar.

Pendidikan pada hakekatnya memanusiakan manusia muda, dimana proses

perubahan dari manusia muda menjadi manusia dewasa yang berkepribadian itu

diisi dengan perbuatan mendidik, baik secara formal maupun non formal.

Tujuan pendidikan yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari pemikiran tersebut sudah waktunya ada perubahan paradigma

pendidikanireformasi pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2004),

(34)

.

SEBELUM

Sentralisasi---Manajemen

konvensional Pendidikan monopoli pemerintah

Orientasi proyek Kontrak ke pihak 111

Distrihusi anggaran bertingkat

Suply driven

Orientasi pada mata pelajaran

Teacher centered

SEDANG BERJALAN

Desentralisasi ----Manajemen berbasis sekolah

Penidikan berbasis masyarakat luas

Orientasi program Swakelola

Block grant langsung ke sekolah

Demand driven

Orientasi pada kompetensi dan keterampilan hidup

Student centered

Gambar 2 Reformasi pendidikan

Pendidikan Kejuruan

Menurut Undang Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional adalah bahwa "Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang

mempersiapkan perserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu."

Artinya pendidikan kejuruan ini dijabarkan lebih spesifik dalam Peraturan

Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah.

Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk

pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

kejuruan adalah pendidikan yang mengutamankan pengembangan kemampuan

kompetensi kejuruan untuk memasuki lapangan kerja.

Fungsi Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan memiliki multi-fungsi yang kalau dilaksanakan dengan

baik akan berkontribusi besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Landasan Pendidikan Kejuruan

Landasan Hukum

Undang-undang Republik indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 1 1 ayat (1) dan (3) yang bunyinya masing-

masing adalah: jenis pendidikan yang termasuk jenis pendidikan sekolah terdiri

(35)

kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan

profesional.

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik untuk dapat beke rja dalam bidang tertentu. Kemudian pasal

1

menyuratkan

bahwa "Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan

umum,

pendidikan

kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan pendidikan

keagamaan".

Landasan Filosofi

Menurut Djojonegoro (1988), landasan filosofi pendidikan kejuruan adalah

eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa

pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia, sedangkan

esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dengan

sistem yang lain (ekonomi, ketenagakerjaan, politik, sosial, religi dan moral).

Landasan Keilmuan

Djojonegoro (1998) mengemukakan pendidikan kejuruan diselenggarakan

berdasarkan atas landasan keilmuan yang kuat. Beberapa disiplin keilmuan

digunakan sebagai landasan, diantaranya ilmu ekonomi, psikologi, dan sosiologi.

Landasan Ekonomi

Ilmu ekonomi, yang utamanya menekankan pada efisiensi dan investasi,

merupakan dasar penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Artinya, pendidikan

kejuruan dijalankan atas dasar prinsip-prinsip efisiensi, baik internal maupun

ekstemal. Demikian juga, pendidikan kejuruan dijalankan atas dasar prinsip

investasi (human capital). Artinya kita berpedoman bahwa semakin tinggi

pendidikanlpelatihan seseorang, semestinya orang yang bersangkutan semakin

produktif, dengan demikian orang yang lebih produktif akan mendapatkan upah

yang lebih besar.

Landasan Psikologi

Pendidikan kejuruan melandaskan diri pada keyakinan bahwa manusia itu

memiliki perbedaan dalam dimensi-dimensi fisik, intelektual, emosional, dan

spiritualnya. Karena itu, kita harus menggunakan cara-cara penyampaian yang

(36)

beragam, yang penggunaannya disesuaikan dengan selera individu yang berbeda-

beda.

Landman Sosiologi

Landasan sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang memusatkan

perhatian pada hubungan antar manusia, antar kelompok, antar sistem.

pendidikan kejuruan mendasarkan pada sosiologi dan oleh karenanya segala

upaya yang dilakukan harus selalu berpegang teguh pada keharmonisan

hubungan antar sesama individu, antar sistem pendidikan dengan sistem-sistem

yang lain (ekonomi, sosial, politik, religi dan moral).

Kewirausahaan

Pengertian

Menurut Wiratmo (2001), kewirausahaan adalah sebagai proses penciptaan

sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang

diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi, dan sosial yang menyertainya

serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.

Pengertian kewirausahaan tersebut di atas, bahwa seorang wirausaha adalah

seorang yang memiliki sikap, semangat dan perilaku mandiri, berani, gagah,

patriot dalam menciptakan inovasi dan kreasi dalam usahanya. Seorang wirausaha

harus mampu memadukan surnber daya dan merealisasikan gagasan menjadi

kenyataan, kreatif serta inovatif.

Menurut Riady (2004), dalam strategi usaha, bagaikan kapal yang sedang

mengarungi laut pada malam hari akan sangat memerlukan mercusuar yang

memberi petunjuk alur pelayarannya. Demikian halnya dengan perusahaan, sangat memerlukan strategi usaha agar dapat survive rnengarungi dunia bisnis. Strategi usaha harus benar-benar ditaati

untuk

menghindari kehancuran usaha. Untuk itu

diperlukan adanya suatu upaya pengembangan motivasi dalam kewirausahaan

SMK Wanafarma..

Menurut David McClelland dkk. dalam manual Pengembangan Motivasi

Pengusaha (1991), sesungguhnya banyak motif-motif yang terkandung dalam diri

manusia, baik yang berhubungan dengan dirinya sebagai mahluk biologis maupun

(37)

Pengertian motif adalah dorongan, artinya merupakan faktor intern yang

membangkitkan atau membangunkan atau mengintegrasikan perbuatan dan

tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan motivasi adalah

merupakan ha1 atau keadaan yang menimbulkan dorongan, atau diartikan sebagai

penciptaan situasi yang merangsang kegairahan belajar sehingga prestasi belajar

seseorang memberikan dukungan besar kepada pencapaian tujuan.

Dalam berhubungan dengan lingkungan terdapat 3 (tiga) motif sosial yang

sangat berpengaruh dalam diri manusia, yaitu motif bersahabat (afjliation

motive), motif berkuasa (power motive), dan motif berprestasi (achievement

motive).

Motif Bersahabat (Affiliation Motive)

Motif ini sudah ada sejak lahir, dimana manusia membutuhkan bantuan dan

kasih sayang dari orang lain untuk kedamaian. Manusia lahir dan mati sendirian,

tetapi diantara lahir dan mati tidak bisa sendirian "aflliation motive" diperlukan

untuk memperluas relasi dalam rangkaa pencapaian tujuan. Karena tingkah laku

orang tersebut akan memberi bentuk hubungan yang intimlakrablsantai/harrnonis

dengan orang lain, dan ini merupakan kebahagian yang tak terhingga yang tidak

dapat diganti dengan aapapun pada dirinya sendiri.

Motif Berkuasa (Power Motive)

Setelah manusia beranjak dewasa dan kebutuhannya menjadi semakin

meningkat, maka timbul keinginan untuk menguasai, karena dalam tingkah

lakunya orang tersebut ingin menguasai/mengendalikan/mencintai orang lain

dengan enaknya sendiri, ketika memberi nasehatlpertolongan kepada seseorang

tampa diminta, sehingga baginya manusia dan persahabaatan itu hanyalah satu

alat belaka, sebab kekuasaan atas orang menjadi tujuan utama

Motif Berprestasi (achievement motive)

Inilah motif yang membuat manusia maju, dengan "achievement motive"

kita berusaha mewujudkan khayalan dan cita-cita dimana titik berat dan tujuan

utama serta orientasi pada dirinya hanya untuk mencapai suatu tujuan prestasi,

serta selalu ingin memperoleh keadaan yang lebih baik, karena sesuatu tindakan

(38)

bantu dengan pencapaian tujuan prestasi. Ketiga motive tersebut banyak dimiliki

oleh orang-orang sukses dalam berwirausaha. Menurut Mc Clelland dalam

Wiratmo (2001), karakteristik wirausahawan adalah sebagai berikut:

1. Keinginan untuk berprestasi. Kebutuhan ini diidentifikasikan sebagai

keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah

pencapaian tujuan.

2. Keinginan untuk bertanggungjawab. Wirausahawan rnenginginkan tanggung

jawab pribadi bagi pencapaian tujuan.

3. Preferensi kepada risiko-risiko menengah. Wirausahawan bukanlah penjudi.

Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja

yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras

tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.

4. Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk

mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang

penting.

5. Rangsangan oleh umpan balik. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja

yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

6 . Aktivitas energik. Wirausahawan menunjukkan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu.

Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada ke rja

yang mereka lakukan.

7. Orientasi kemasa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir

kedepan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh

di masa depan.

8. Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukkan

keterarnpilan dalam mengorganisir kerja dan orang-orang dalam mencapai

tujuan.

9. Sikap terhadap uang. Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan

arti penting dari prestasi kerja mereka.

Kemampuan Berwirausaha

Menurut Wiratmo (2001), wirausahawan harus memiliki beberapa

(39)

1. Kemampuan inovatif. Hal tersebut berarti perbaikan barang d m jasa yang

ada, menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur

produksi yang ada dengan cara baru yang lebih baik.

2. Toleransi terhadap kemenduan (ambiguity). Ini berarti kemampuan untuk

berhubungan dengan ha1 yang tidak terstruktur d m tidak bisa diprediksi.

Orang-orang yang kreatif mempunyai kemampuan untuk membangun struktur

dari situasi yang tidak berbentuk.

3. Keinginan untuk berprestasi. Keinginan untuk berprestasi adalah tanda-tanda

penting dari dorongan kewirausahawan.

4. Kemampuan perencanaan realistik. Menetapkan tujuan yang menantang d m

bisa diterapkan adalah tanda dari perencanaan realistis.

5. Kepemimpinan terorientasi kepada tujuan. Wirausahawan membutuhkan

aktivitas yang mempunyai tujuan yang tinggi memotivasi mereka untuk

mengarahkan tenaga kerja mereka dan rekan kerja serta bawahan mereka

kearah tujuan yang ditetapkan.

6. Obyektivitas. Wirausahawan mengumpulkan fakta-fakta yang ada,

mempelajarinya, dan menentukan arah tindakan dengan cara-cara praktis.

7. Tanggung jawab pribadi. Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi,

mereka menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana mencapai

tujuan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.

8. Kemampuan beradaptasi. Wirausahawan mampu beradaptasi menyesuaikan

dengan pembahan lingkungan.

9. Kemampuan sebagai administrator wirausahawan. Mempunyai kemampuan

mengorganisasi dan administrasi di dalam mengidentifikasi dan

mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan

Menurut Gandjar (2000), pemberdayaan SMK agar mampu melakukan

usaha swadaya agar dapat mengurangi ketergantungan sekolah terhadap subsidi

pendidikan dari pemerintah.

Usaha swadaya tersebut berupa kegiatan usaha yang pada SMK dikenal

dengan istilah unit produksi atau unit usaha yang dalam pelaksanaannya dapat

memberdayakan fasilitas sekolah yang berorientasi pada keuntungan dan

dimanfaatkan sepenuhnya untuk pengembangan keterampilan guru d m siswa

(40)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat selama 6

(enam) bulan, mulai bulan Juli sampai Desember 2005. Identifikasi jenis dan

spesimen tumbuhan obat dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan,

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan

IPB.

Bahan dan Peralatan

Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan ini bempa publikasi dan

laporan penelitian serta survey vegetasi maupun tumbuhan obat yang telah

dilakukan oleh berbagai instansi di Kabupaten Garut, GPS, kompas brunton,

altimeter, pita ukur, haga hypsometer, kamera dan film, tambang plastik, alkohol

70%, formalin, tali plastik, kertas koran, kantong plastik, bahan tumbuhan untuk

pembuatan herbarium, tally sheet, kuisioner, dan alat tulis-menulis, komputer dan

perlengkapannya.

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi : kondisi umum lokasi, jenis-jenis tumbuhan obat yang telah ditemukan, jenis-jenis

penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, dan data kondisi umum sekolah-

sekolah di Kabupaten Garut.

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, yaitu

mengumpulkan data dan informasi dari berbagai laporan atau dokumen yang

terdapat di instansi terkait. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dan

metode pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini disajikan

pada Tabel 1, sedangkan instansi yang dihubungi guna pengumpulan data

(41)

Tabel 1 Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kajian potensi

tumbuhan obat untuk mendukung pembentukan SMK Wanafarma di

Kabupaten Garut

No. Jenis Data Sekuuder

I. Kondisi Umum Lokasi Kabupaten Gamt

2. Jenis-jenis tumbuhan obat yang telah ditemukan di Kabupaten Garut

3. Jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Gamt

4. Kondisi umum sekolah- sekolah di Kabupaten Garut

Data dsn Inforrnasi yang Dikumpulknn

I. Letak geografis

2. Luas wilaiah setiao kecamatan

3 Uaos u!la)3h ~ a d u p a c n Garut

4 Topugrati dan l.onflgura\l lapangan wtlap ~ -

kecamatan

5 . Geologi dan tanah setiap kecamatan

6. lklim setiap kecamatan

7. Keadaan penduduk setiap kecamatan 8. Pola penggunaan lahan setiap kecamatan

9. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setiap kecamatan

I. Kawasan Konsetvasi

2. Hutan Lindung

3. Hutan produksi Perum Perhutani 4. Perkebunan

5 , Ladang

6. Kebun

7. Pekarangan

I . Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh orang dewasa

2. Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh anak-anak

3. lenis-jenis penyakit yang diderita oleh balita 1. NamaSekolah

2. Alamat Sekolah :

.

Desa

Kecamatan Telpon

3. Jumlah siswa :

Laki-laki

.

Perempuan Total 4. Jumlah guru:

Nama

PangkatIGolongan Pendidikan terakhir Tugas Mengajar

5. Sarana dan Prasarana :

Total luas lahan Penggunaan lahan

.

Bangunan Peralatan

Mctodr Pcngambilan Data

I . Studi Literatur

2. Kunjungan ke kantor berbagai instansi terkait

1. Studi Literatur

2. Kunjungan ke kantor berbagai instansi terkait

I. Studi Literatur 2. Kunjungan ke

kantor berbagai instansi terkait I. Studi Literatur

2. Kunjungan ke sekolah-sekolah 3. Wawancara

Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi : data

keanekaragaman jenis tumbuhan obat di areal kawasan konsewasi;

keanekaragaman jenis tumbuhan obat di ladang, kebun dan pekarangan setiap

kecamatan; data etnobotani tumbuhan obat pada salah satu etnis Sunda;

pamasaran simplisia; produk-produk obat tradisional yang diperjualbelikan;

kebutuhan bahan baku industri obat tradisional; dan persepsi stakeholder terhadap

(42)

Tabel 2 Daftar instansi yang dihubungi guna pengumpulan data sekunder dalam

penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk mendukung

pembentukan SMK Wanafarma di Kabupaten Garut

No. Nama Instansi

1. Balai Pusat Statistik (BPS) kabupaten 2. BAPEDALDA ~ ~- -

3. BAPPEDA 4. Dinas Kehutanan

5. Dinas Kesehatan 6. Dinas Perkebunan 7. Dinas Pertanian

8. Dinas POM (Pengawasan Obat dan Makanan) 9. Dinas Tanaman Hortikultura

10. lndustri Obat Tradisional

I I. Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) G a ~ t 12. Kantor Kecamatan

13. Komisi terkait di DPRD

14. Lembaga-lembaga kajianlpenelitian

15. Pemda 16. Perkebunan 17. Puskesmas 18. Rumah Sakit

19. Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam

20. Balai Taman Nasionallcagar alam setempat

21. Badan Meteorologi dan Geofisika setempat 22. Dinas Pendidikan

Data Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat di Areal Kawasan Konservasi

Pengumpulan data keanekaragaman jenis tumbuhan obat di areal kawasan

konservasi dilakukan di Cagar Alam Gunung Papandayan. Tahapan kegiatan

dalam pengumpulan data tersebut, meliputi analisis vegetasi dan pembuatan

herbarium.

1. Analisis Vegetasi

Didalam analisis vegetasi, metode yang digunakan adalah metode garis

berpetak. Transek akan dibuat pada setiap ketinggian tempat dengan interval

antar transek 100

m

dpl. Pada setiap plot yang telah ditentukan dibuat garis

transek sepanjang kurang lebih 200 m dengan arah tegak lurus kontur atau aliran

sungai. Pada garis transek dibuat petak-petak contoh berukuran 20 x 20 m

(Gambar 4).

Untuk setiap petak ukur dilakukan pengukuran terhadap semua tingkat

tumbuhan, yaitu:

1. Petak 20 m x 20 m dilakukan pengukuran dan pencatatan terhadap tingkat

(43)

2. Petak 10 m x 10 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat tiang.

3. Petak 5 m x 5 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat pancang.

Gambar

Gambar  1  Kerangka  pemikiran  penelitian  kajian  potensi  tumbuhan  obat  untuk  mendukung pembentukan SMK Wanafanna di Kabupaten Garut KONDlSl PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT
Tabel 5  Analisis deskriptif kualitatif kelayakan  pembentukan  SMK Wanafarma  di Kabupaten Garut
Tabel 12  Jurnlah tenaga kesehatan yang terdapat di Kabupaten Garut tahun 2004
Tabel  14  Jumlah penderita dan prosentase penderita  10 jenis  penyakit terbanyak  pasien rawat  jalan  menurut jenis  kelamin  di Kabupaten Garut tahun  2004
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus kejahatan dengan kekerasan dengan menggunakan senjata api, aparat kepolisian juga dapat memberikan batasan-batasan kepada masyarakat umum, yang memiliki

Variabel terikat (dependent) yaitu hasil belajar siswa (Y) yang diberi perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

Pertumbuhan berat relatif larva ikan betok hingga berukuran benih yang diberikan pakan alami hasil pemupukkan selama uji coba 30 hari terjadi pertumbuhan berat relatif yang

melainkan kontrak tolong menolong (takafuli). Karena itu, asuransi jiwa syari’ah menggunakan apa yang disebut sebagai kontrak tabarru’ yang dapat diartikan sebagai derma

dalam kuadran A, karena semua variabel ini menjadikan jasa Maskapai “Air Asia” Indonesia warga Surabaya tersebut unggul di mata pelanggan, variabel-variabel yang termasuk

Nilai terendah pada siklus I sebesar 60 dan pada siklus I sebesar 66 serta pada siklus II sebesar 74 maka dapat ditegas- kan bahwa terjadi kenaikan dari siklus I ke siklus II

Seiring dengan perkembangan kebutuhan tersebut, LSP UMY menfasilitasi sertifikasi kompetensi yang terlisensi BNSP dengan memperhatikan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

kepuasan individu pada kebutuhan dasarnya selama berada di lingkungan sekolah (Konu dan Rimpelӓ, 2002, h. Kebutuhan dasar siswa yang beragam seperti