BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai proses fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi
implementasi (Prawiroharjo S, 2008; h.213)
Kehamilan merupakan rangkaian kejadian yang meliputi ovulasi,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
implantasi pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm ( Manuaba,, 2010; h. 75 )
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan
adalah hasil dari serangkaian proses fertilisasi atau penyatuan
sperma dan ovum yang hasilnya tumbuh dan berkembang didalam
uterus.
b. Tanda – Tanda Kehamilan
1) Tanda Kemungkinan kehamilan
a) Amenorhea ( terlambat datang bulan ). Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan perhitungan rumus naegle, dpat di tentukan perkiraan
persalinan.
b) Mual dan muntah ( emesis ). Pengaruh estrogen dan
c) berlebihan. Mual dan muntah pada pagi hari disebut morning
sickness. Dalam batas yang fisiologis.
d) Ngidam yaitu keinginan wanita hamil terhadap makanan
tertentu.
e) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala ( sentral ) menyebabkan iskemia susunan saraf
pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan,
f) Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposiit lemak, air dan
garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.
Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama
g) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.
h) Konstipasi atau Obstipasi. Pengaruh progesteron dapat
menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar
i) Pigmentasi kulit, Epulis dan Varises atau penampakan
pembuluh darah vena (Manuaba, 2010; h.107,108,109 ).
2) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Perut membesar
b) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar,
dan konsistensi rahim
c) Tanda Hegar : Tanda ini berupa perlunakan pada daerah
d) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio,
vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena
karena peningkatan estrogen.
e) Tanda piscacek’s
Pembesaran dan pelunakan rahim kesalah satu sisi rahim
yang berdekatan dengan tuba uterina.
f) Braxton Hicks
Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika dirangsang
g) Teraba Ballotement dan Reaksi kehamilan positif
(Sofian A, 2011; h. 35 – 36)
3) Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditemukan melalui :
a) Gerakan janin dalam rahim
b) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian
janin
c) Denyut jantung janin
Dapat didengarkan dengan stetoskop, leanec, alat
karsiotografi, alat dopppler, dan dilihat dengan ultrasonografi.
( Manuaba, 2010; h. 109 )
c. Masa – masa dalam kehamilan
1) Trimester pertama
Dimulai dari minggu pertama yaitu masa pembelahan sel, sejak
terjadinya pembuahan antara ovum oleh sperma, zigot yang
Menjelang akhir minggu pertama terjadi implantasi di
endometrium kavum uteri. Sampai pada akhir trimester pertama
pertumbuhan dan diferensiasi janin terjadi begitu cepat, disertai
dengan perkembangan berbagai karakteristik fisik lainnya.
Beberapa sistem organ melanjutkan pembentukan awalnya
sampai dengan akhir minggu ke 12 ( trimester pertama) (Sukarni
I, 2013; h.81-82).
2) Trimester kedua
Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester
kedua adalah penyempurnaan sruktur organ umum dan mulai
berfungsinya berbagai sistem organ. Sistem sirkulasi janin mulai
menunjukkan adanya aktifitas denyut jantung dan aliran darah
(Sukarni I, 2013; h.82).
3) Trimester ketiga
Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester
ketiga adalah penyempurnaan struktur organ dan
penyempurnaan fungsi berbagai sistem organ (Sukarni I, 2013;
h.86).
d. Perubahan fisiologis kehamilan
Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan baik
anatomis maupun fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologi yang terjadi
pada masa kehamilan diantaranya:
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk
amnion) sampai persalinan. Pembesaran uterus meliputi
peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi
miosit baru masih terbatas. Pada awal kehamilan penebalan
uterus dipengaruhi oleh hormone estrogen dan
progesterone.Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu
penebalan uterus lebih di pengaruhi oleh desakan dari hasil
konsepsi. (Prawirohardjo, 2009; h.175-176)
2) Servik uteri
Selama kehamilan, servik akan mengalami perubahan karena
hormone estrogen dan progresteron. Akibat kadar estrogen
meningkat dan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya
suplai darah maka konsistensi servik menjadi lunak yang disebut
tanda goodell. (Kusmyati, 2010 h.55-56)
3) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatum, korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3
cm yang akan mengecil setelah plasenta terbentuk. Korpus
luteum ini mengeluarkan hormone estrogen dan progresteron.
(Kusmiyati, 2010; h.56)
4) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hipeemia
terlihat jelas pada kulit, otot-otot perineum dan vulva. Dinding
vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk
meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat
dan hipertrofi sel otot polos. (Prawirohardjo, 2009; h.178)
5) Sistem integument/kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
kemerahann, kusam, dan kadang-kadang akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dihasilkan dari cadangan
melanin pada daerah epidermal dan dermal. Estrogen dan
progresteron memiliki peran dalam melanogenesis dan bisa
disebut sebagai faktor pendorong. (Prawirohardjo, 2009; h.179)
6) Payudara/mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone
somatomamotropin, estrogen, dan progesterone, akan tetapi
belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi
system saluran sedangkan progesterone menambah sel-sel
asinus pada mammae. Rasa penuh, peningkatan sensitivitas,
rasa geli dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu
keenam kehamilan. (Kusmiyati, 2010; h.56-57)
7) Sirkulasi darah/kardiovaskular
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 sampai minggu ke 8 kehamilan dan mencapai
puncaknya pada minggu ke 32 sampai minggu ke 34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Peningkatan volume
plasma berkisar antara 40-45 % dipengaruhi oleh aksi
renin-angiostensin dan aldosterone. Penambahan volume darah
ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.
Eritropin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan
volume plasma sehingga mengakibatkan hemodilusi dan
penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl
atau bisa juga mencapai dibawah 11 g/dl. Pada kehamilan lanjut
kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl merupakan hal yang
abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi zat
besi dari pada dengan hipovolemia. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan kurang lebih 1.000 mg atau rata-rata 6 sampai 7
mg/hari. (Prawirohardjo, 2009;h.182-184)
8) Traktus digestivus/pencernaan
Perubahan pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan
nutrien untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang
dipengaruhi hormon dan mekanis sehingga dapat menimbulkan
ketidaknyamanan selama kehamilan. Perubahan rasa tidak enak
di ulu hati disebabkan karena pergeseran diafragma dan
penekanan akibat pembesaran uterus yang diperburuk hilangnya
tonus sfingter. Kerja progesteron pada otot – otot polos
menyebabkan lambung hipotonus yang disertai penurunan
mortalitas dan waktu pengosongan yang memanjang. Estrogen
menyebabkan peningkatan aliran darah ke mulut sehingga gusi
menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gangivitis (Varney, 2006;
9) Traktus urinarius/ perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandun kemih akan
tertekan sehingga sering timbul rasa ingin kencing. Pada
kehamilan normal, fungsi ginjal akan mengalami banyak
perubahan. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal
meningkat pada kehamilan. Fungsi ginjal berubah karena adanya
homon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita,
aktivitas fisik dan asupan makanan (Kusmiyati, 2010; h.59).
e. Perubahan psikologi dalam masa kehamilan
1) Trimester 1
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian. Sebagian besar wanita sedih dan ambivalen. Fokus
wanita adalah pada dirinya sendiri. ibu hamil akan mempengaruhi
perubahan fisik, sehingga merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan dan kesedihan. Muncul kebingungan tentang
kehamilannya dengan pengalaman buruk yang dialami sebelum
hamil, efek yang akan terjadi pada hidupnya, tanggung jawab
baru, kecemasan menjadi seorang ibu. trimester pertama
seorang ibu akan mencari tanda untuk lebih meyakinkan bahwa
dirinya hamil, perubahan terjadi pada tubuhnya diperhatikan
seksama. Bertambahnya berat badan adalah bagian yang
signifikan pada trimester pertama.
Hasrat melakukan hubungan seks berbeda-beda,
beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi,
dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang
membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah
lainyang merupakan hal yang normal dalam trimester pertama.
2) Trimester II
Trimester kedua disebut sebagai periode kesehatan yang
baik. Yaitu periode saat wanita merasa nyaman dan bebas dari
segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. , saat
ibu merasa sehat. Disebabkan umumnya wanita sudah merasa
baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Pada
trimester dua terbagi atas 2 fase yaitu pra-queckening dan
queckening. Hubungan sosial wanita meningkat dengan yang
lainnya, ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan,
kelahiran dan persiapan untuk peran yang baru. Quickening
menyerang wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu
yang merupakan bagian dirinya, mulai perubahan dalam
memusatkan dirinya ke bayi. Perhatian ditujukan pada kesehatan
bayi dan kehadiran dalam keluarga. Denyut jantung janin
semakin jelas, kecemasan orang tua ialah kemungkinan cacat
pada anaknya.
3) Trimester III
Sering disebut dengan periode penantian. Periode ini,
wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya.
Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kehadiran
dan kedudukannya sebagai orang tua, terpusatnya perhatian
trimester ketiga, khawatir terhadap hidupnya dan bayinya. Mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul
pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul karena
perubahan body image, yaitu merasa dirinya jelek dan aneh,
mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian dan hak
istimewa selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian
tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan menjadi kosong,
perasaan canggung, jelek, tidak rapih, membutuhkan perhatian
yang besar dari pasangannya, hasrat seksual tidak setinggi pada
trimester kedua karena abdomen manjadi sebuah penghalang
( Varney, 2006 ; h. 501-504 )
f. Ketidaknyamanan yang timbul saat hamil
1) Mual muntah
Keluhan yang umumnya dialami pada kehamilan trimester
satu, biasanya berkaitan dengan masalah hormonal progesterone
yang meningkat yang menyebabkan gerakan peristaltic usus
menurun sehingga waktu transit makanan dalam lambung dan
usus melambat, adanya relaksasi pada katup esophagus dan
lambung serta peningkatan tekanan rongga perut, disebabkan
oleh rahim yang membesar.
2) Sembelit
Keluhan yang juga disebabkan oleh meningkatnya
hormone progesterone yang menurunkan kontraksi usus
sehingga menyebabkan penyerapan air yang lebih besar pada
3) Nyeri perut bawah
Keluhan nyeri dapat dirasakan dibagian kiri atau kanan
bawah perut penyebabnya dapat disebabkan adanya
pembesaran rahim dan regangan pada jaringan
penggantungan (ligamentum rotundum ).
4) Perdarahan
Keluhan ini pada kehamilan awal merupakan salah satu tanda
bisa adanya masala pada kandungan (abortus iminens). Bisa
disebabkan karena kurangnya kekuatan pada kandungan,
kontraksi atau ada kelainan pada janin. Perdarahan pada usia
kehamilan yang lebih besar dapat disebabkan adanya kontraksi
atau masalah pada ari-ari (plasenta) aeperti plasenta yang
letaknya dibawah (plasenta previa ) atau adanya plasenta yang
lepas dari inplantasi dirahim (solusio plasenta).
5) Sakit punggung
Merupakan keluhan umum terutama pada trimester ketiga ketika
pusat gravitasi pada tubuh telah bergeser.Terutama dirasakan
pada wanita pekerja yang sering membungkuk atau posisi
menulis yang menunduk.
6) Edema (pembengkakan)
Keluhan umum pada kehamilan lanjut. Disebabkan karena
tekanan pada pembuluh darah balik yang besar pada bagian
bawah tubuh (vena kava inferior) dan vena panggul oleh rahim
hidrostatik dikaki dan cairan dari pembuluh darah luar kejaringan
sekitarnya.
7) Kontraksi Braxton hicks
Adanya rasa kencang / kejang/ kontraksi pada perut yang tidak
teratur durasinya tidak lama dan tidak disertai keluarnya darh
lendir. Merupakan kontraksi yang normal dan umumnya
merupkan respon terhadap gerakan janin.
8) Wasir / hemoroid
Munculnya benjolan pada anus yang kadang mengeluarkan
darah setelah buang air besar. Palng sering dirasakan pada
kehammilan lanjut. Penyebabnya adalah adanya kelemahan
pada otot pembuluh darah balik (vena) dan adanya peningkatan
tekanan dalam rongga perut karena kehamilannya.
9) Peningkatan frekuensi urin
Sebuah keluhan umum pada hamil trimester awal atau akhir.
Penyebabnya adalah adanya peningkatan volume cairan dalam
pembuluh darah (intravaskuler), sehingga meningkatkan
pembuangan pada ginjal. Pada kehamilan lanjut disebabkan
karena tekanan pada kandung kemih oleh rahim yang membesar.
10) Varises pada vagina dan kaki
Keluhan umum yang disebabkan oleh adanya relaksasi otot polos
pembuluh darah balik (vena) dan peningkatan tekanan
intravascular. Menyebabkan adanya bendungan / pelebaran
g. Kebutuhan gizi ibu hamil
Pada kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,
peningkatan energi dan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, bertambahnya besarnya organ kandungan,
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan selama kehamilan diantaranya:
1) Kebutuhan energi
Tambahan energi / kalori untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan
lemak. Kebutuhan kalori sekitar 15 % dari kalori normal. Energi
yang di perlukan selama hamil yaitu 27.000-80.000 Kkal atau 100
Kkal/hari. Sedangkan energi yang dibutuhkan janin untuk tumbuh
dan berkembang 50-95 Kkal/kg/hari. Trimester pertama
kebutuhan energi masih sedikit dan terjadi sedikit peningkatan
pada trimester dua. Trimester dua, energi yang digunakan untuk
penambah darah, perkembangan uterus, pertumbuhan jaringan
mamae, dan penimbunan lemak. Pada trimester ketiga digunakan
untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
2) Karbohidrat
Jumlah glukosa yang digunakan 40 gram glukosa/hari
sebagai sumber energi. Glukosa sangat dibutuhkan karena
membantu dalam sintesis lemak, glikogen, dan struktur
polisakarida. Karbohidrat merupakan sumber utama tambahan
kalori yang dibutuhkan selama kehamilan, untuk pertumbuhan
kompleks meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama
hamil untuk mencegah konstipasi atau sulit buang air besar.
3) Protein dan asam amino
Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan janin, pembentukan plasenta dan cairan amnion,
pembentukan jaringan maternal seperti pertumbuhan mamae
pada ibu dan jaringan uterus, dan penambahan volume darah.
Pada trimester pertama kurang dari 6 gram, trimester kedua,
protein yang diperlukan dan asam animo yang esensial.
Trimester ketiga perlu protein dalam jumlah yang besar yaitu 10
gram perhari.
4) Lemak
Lemak dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk membentuk energi
dan perkembangan sistem syaraf janin.
5) Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak
a) Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel
dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit, organ dalam, dan
fungsi rahim.
b) Vitamin D
Kebutuhan vitamin D selama kehamilan belum diketahui
secara pasti, tetapi di perkirakan 10mg/hari.
Vitamin E mulai diakumulasikan oleh fetus pada ahir minggu
8-10, ketika terjadi peningkatan akumulasi lemak.
d) Vitamin K
Fungsinya belum optimal pada masa kehamilan.
Vitamin yang larut dalam air
a) Vitamin C
Kebutuhan vitamin C sebanyak 70mg perhari. Asupan vitamin
C dapat mencegah terjadinya anemia, berperan dalam proses
pembentukan kolagen interseluler dan proses penyembuhan
luka.
b) Niasin dan riboflavin
Niasin yang diperlukan selama kehamilan 2mg/hari dan 0,3
mg/haridari riboflavin.
c) Vitamin B6
Pada masa kehamilan diperlukan intake protein yang tinggi,
B6 diperlukan oleh tubuh membantu mengatasi mual dan
muntal.
d) Asam folat
Asam folat merupakan kelompok vitamin B paling utama
selama masa kehamilan karena dapat mencegah terjadinya
cacat tabung syaraf seperti spina bifida.
e) Mineral dan Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan bakal gigi
f) Magnesium
Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertunbuhan dari
jaringan lunak.
g) Seng
Di perlukan untuk mengembangkan jaringan tisu, terutama
otak dan jenis kelamin ( Icesmi Sukarni, 2013 ; h. 100-110 )
h. Tanda bahaya kehamilan
Dalam masa kehamilan terdapat beberapa tanda bahaya yang perlu
diwaspadai. Tanda bahaya tersebut meliputi:
1) Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda biasanya terjadi
pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan tersebut
bisa disebabkan oleh:
a) Implantation bleeding. Perdarahan saat trophoblas melekat
pada endometrium, biasanya terjadi saat implantasi 8 sampai
12 hari setelah fertilisasi.
b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida
c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili pada
awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/ mola terjadi di
dekat fetus.
d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi
kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity.
e) Cervical lesion. Lesi di cervik
2) Perdarahan pada kehamilan lanjut
Biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu.
Perdarahan pada kehamilan lanjut dibagi menjadi 2 yaitu
plasenta previa dan abrupsio plasenta. (Sumarni, 2011; h.190)
3) Hipertensi gravidarum
Merupakan keadaan dengan tekanan darah sisitoloik dan
diastolic lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan diastolic
lebih dari 15 mmHg. (Prawirohardjo, 2009; h.535)
4) Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut yang bersifat menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti,
kehamilan ekopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung
empedu, uterus yang irritable, ISK atau abrupsio plasenta.
(Sumarni, 2011; h.191)
5) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat
disertai dengan pandangan kabur merupakan gejala preeklamsia.
(Sumarni, 2011; h.192)
6) Pandangan kabur
Pengaruh hormonal bisa mengacaukan pandangan pada ibu
hamil. Gangguan visual yang dapat mengancam jiwa adalah
beersifat mendadak, dan berbayang/ double vision. (Sumarni,
7) Bengkak wajah dan jari-jari tangan
Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada muka dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan
keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tanda-tanda anemia,
gagal jantung dan pre eklamsi. (Sumarni, 2011; h.192)
8) Gerakan janin tidak terasa
Secara normal ibu merasakan gerakan janin pada bulan ke 5
atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur gerakan janin melemah.
Gerakan bayi sangat terasa pada saat ibu istirahat, makan,
minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak paling sedikit 3X
dalam periode 3 jam. (Sumarni, 2011; h.193)
i. Komplikasi kehamilan
1) Hiperemesis gravidarum (mual dan muntah)
Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering di
dapatkan pada kehamilan trimester I. Gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Perasaan mual disebabkan karena meningkatnya kadar
estrogen dan HCG dalam serum. Beberapa factor yang
mempengaruhi terjadinya hyperemesis gravidarum yaitu:
a) Factor predisposisi yang sering dikemukankan adalah
primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.
b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan merupakan
factor organik
c) Alergi, seagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
anak, juga disebut sebagai salah satu factor organic
(Wiknjosastro, 2007; h.275-276)
Pencegahan terhadap hyperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan memberikan keyakinan bahwa mual dan
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi lebih sering. (Wiknjosastro, 2007; h.278)
2) Preeklamsi dan Eklamsia
Preeklamsia merupakan penyakit dengan gejala hiertensi,
oedem, dan proteinuria karena kehamilan.Secara umum Penyakit
ini muncul pada triwulan ke 3 kehamilan. Untuk menegakkan
diagnosa preeklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg
atau lebih di atas tekanan biasanya atau mencapai 140 mmHg
atau lebih. (Wiknjosastro, 2007; h.282)
Pengobatan preklamsi yang tepat yaitu dengan
pengakhiran kehamilan karena tindakan dapat mencegah
terjadinya eklamsi dengan bayi yang masih prematur, penundaan
pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan eklamsi
3) Perdarahan antepartum
Merupakan perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan.
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan
lahir setelah kehamilan 22 minggu.Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta.
Klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi 3 yaitu
Plasenta previa, Solusio plasenta, dan Perdarahan yang belum
jelas sumbernya. (Wiknjosastro, 2007; h.362-363)
4) Anemiia
Seorang wanita hamil dkatakan menderita anemia apabila
kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr/dl. Darah
bertambah banyak dalam masa kehamilan serta terjadi
peningkatan jumlah darah tidak di imbangi dengan penambahan
jumlah plasma, sehingga terjadi pngenceran darah. Berbagai
penyulit yang timbul akibat anemia dalam masa kehamilan
diantaranya: Terjadinya abortus, partus prematurus, partus lama
karena inersia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri,
syok, Infeksi baik intrapartum maupun postpartum, anemia yang
sangat berat dengan kadar Hb kurang dari 4gr/100ml dapat
menyebabkan dekompensasi kordis (Wiknjosastro, 2007;
h.449-451)
5) Malposisi / malpresentasi janin
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan salah satunya
adalah malposisi atau malpresentasi. Malpresentasi adalah
Beberapa bentuk malpresentasi antara lain presentasi dahi,
presentasi muka, presentasi bokong. (prawirohardjo, 2008; h.582)
j. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
1) Tujuan utama ANC adalah menurunkan/ mencegah kesakitan
dan kematian maternal dan perinatal. Tujuan khusus ANC
meliputi:
a) Melakukan monitor kemajuan kehamilan untuk memestikan
kesehatan dan perkembangan bayi yang normal
b) Mengenali secara dini ketidaknormaan dan pemberian
penatalaksanaan yang diperlukan
c) Membina hubungan saling percaya antar ibu dan bidan dalam
rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik,
emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta
kemungkinan adanya komplikasi (Sumarni, 2011; h.8)
2) Asuhan kehamilan kunjungan awal
Kunjungan awal harus seawall mungkin yang meliuti:
(a) Anamnesis
(b) Pemeriksaan fisik
(c) Pemeriksaan laboratorium
(d) Pemeriksaan tambahna lain untuk memperoleh data
(parameter) dasar
(e) Memberikan support psikis untuk menstabilkan emosi ibu
3) Asuhan kebidanan pada trimester pertama
(a) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
hamil
(b) Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan
(c) Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan
(d) Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup
sehat bagi wanita hamil, nutrisi, mengenali tanda bahaya
kehamilan)
(e) Memberikan imunisasi tetanus toxoid, tablet besi
(f) Menjadwalkan kunjungan berikutnya
(g) Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan
4) Trimester kedua (sebelum minggu ke- 28 kehamilan)
(a) Sama dengan asuhan trimester pertama dan ditambahkan
kewaspadaan khusus terhadap preeklampsi (tanda gejala,
pantau tekanan darah, evaluasi oedema, periksa proteinuria)
5) Trimester ketiga (antara meinggu 28 dan 36 kehamilan)
(a) Pada usia antara minggu ke 28 – 36 Sama seperti trimester
kedua ditambahkan palpasi abdominal untuk mengetahui
adanya kehamilan ganda
(b) Setelah 36 minggu ditambahkan mendeteksi letak janin dan
kondisi lain kontra indikasi bersalin diluar RS
6) Asuhan pada kunjungan merupakan setiap kunjungan antenatal
yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki
masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu:
(b) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan
(c) Pemeriksaan fisik umum (Kusmiyati, 2010; h.136-141).
7) Kebijakan program dalam ANC (ante natal care)
Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga ibu hamil
yang datang memperoleh pelayanan yang komprehensif dengan
harapan ANC dengan standar yang telah ditetapkan dapat
meningkatkan pelayanan kehamilan dan menurunkan angka
kematian ibu. Staandar asuhan 14T tersebut antara lain :
Timbang berat badan dan tinggi badan, Pengukuran TFU,
tekanan darah, pemberian tablet tambah darah, pemberian
imunisasi tetanus toxoid, pemeriksaan hb, pemeriksaan protein
urin, pengambilan darah untuk pemeriksaan vdrl, perawatan
payudara, pemeriksaan urin reduksi, senam ibu hamil, pemberian
obat malaria, pemberian kapsul minyak beryodium, temu
wicara/konsling (Sumarni, 2011; h.19).
2. Persalinan
a. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke jalan lahir. Sedangkan persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi atau penyulit apapun baik ibu maupun janin
Persalinan adalah rangkaian Peristiwa mulai dari kenceng –
kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi ( janin,
plasenta, ketuban dan cairan ketuban ) dari uterus ke dunia luar
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
kekuatan sendiri. ( Sumarah, 2009; h. 1 )
Beberapa pengertian dari bentuk persalinan antara lain persalinan
spontan dengan tenaga ibu, persalinan buatan dengan bantuan,
persalinan anjuran apabila persalinan terjadi tidak dengan sendirinya
tetapi melalui pacuan. (sukarni, 2013; h. 185)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa persalinan merupakan serangkaian proses pengeluaran janin
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
kekuatan ibu sendiri.
b. Tanda - tanda persalinan
Sebab mulainya persalinan berdasarkan teori yang kompleks
seperti penurunan kadar progesterone, teori oksitosin, peregangan
otot uterus yang berlebihan (destended uterus), pengaruh janin, teori
prostaglandin. Serta adanya faktor – faktor hormonal, pengaruh nutrisi
yang mengakibatkan persalinan dimulai. ( Sukarni I, 2013; h.186 )
Untuk menuju persalinan ada beberapa tanda – tanda akan
dimulainya persalinan. Tanda – tanda persalinan ada dua macam
yaitu tanda persalinan sesungguhnya dan tanda persalinan semu atau
palsu. Tanda persalinan semu terjadi beberapa hari atau beberapa
minggu sebelum permulaan persalinan sesungguhnya. Ada
membedakan antara tanda – tanda persalinan sesungguhnya dengan
tanda – tanda persalinan semu yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tanda – tanda persalinan
PERSALINAN SESUNGGUHNYA PERSALINAN SEMU Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada serviks Rasa nyeri dan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain Waktu dan kekuatan kontraksi semkain
bertambah
Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
Rasa nyeri teras di bagian belakang dan menyebar ke depan
Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
Dengan berjalan bertamabah intensitas Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri
Tidak ada hubungan antar tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
Lendir darah sangat nampak Tidak ada lendir darah
Ada penurunan bagian kepala janin Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
Pemberian obat penenang tidak menghenikan proses persalinan sesungguhnya
Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada prsalinan semu
(Sumarah, 2009; h. 22 )
c. Faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Power ( tenaga mengejan ibu )
Power atau tenaga yang mempengeruhi proses persalinan adalah
His adalah kontraksi otot – otot rahim pada perslainan
a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan
pembukaan serviks.Terdiri dari : his pembukaan, his
pengeluaran dan his pelepasan uri
b) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks
Tenaga mengejan
Tenaga ibu dalam mengejan dipengaruhi oleh adanya
memberikan tekanan atau rangsangan ibu untuk mengejan, paling
efektif saat adanya kontraksi atau his. (Sukarni I, 2013; h.187)
2) Passage (Jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai. (sumarah, 2009; h.83)
3) Passager / fetus
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari
faktor passager adalah :
a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian
depan jalan lahir, seperti presentasi kepala (verteks, muka,
dahi), presentasi bokong (bokong murni/Frank Breech ),
bokong kaki (complete Beech), letak lutut atau letak kaki
(incomplete breech), presentasi bahu (letak lintang)
b) Sikap janin
Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya
(badan), misalnya fleksi, defleksi,dll.
c) Posisi janin
Hubungan bagian / point penentu dari bagian terendah janin
panggul ibu (kiri, kanan, melintang), bagian terendah janin
(oksiput, sacrum, dagu dan scapula), bagian panggul ibu
(depan, belakang )
d) Bentuk atau ukuran kepala janin menentukan kemampuan
kepala untuk melewati jalan lahir
e) Hubungan janin dan panggul
Terdapat beberapa hal untuk memahami keadaan janin di
dalam uterus dan panggul antara lain :
(1) Letak : hubungan antara sumbu panjang janin dengan
sumbu panjang ibu
(2) Presentasi : menunjuk pada bagian janin yang ada di atas
PAP. Presentasi bokong, presentasi kepala, presentasi
bahu
(3) Bagian terendah : bagian terbawah janin dan terletak
paling dekat dengan serviks. Pada periksa dalam bagian
yang teraba pertama kali.
(4) Sikap : hubungan antara bagian janin yang satu dengan
yang lainnya (fleksi, ekstensi)
(5) Penunjuk : titik yang telah ditentukan pada bagian
terendah janin yang digunakan untuk menyebutkan
kedudukan
(6) Kedudukan : hubungan antara penunjuk dengan bagian
depan, belakang, atau samping panggul ibu.
d. Tahapan persalinan
Persalinan di bagi menjadi 4 tahap yaitu
1) Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung, tidak begitu
kuat sehingga ibu atau wanita masih bisa berjalan – jalan. Klini
dapat dinyatakan mulai terjadi parus jika timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari kanalis servikalis
karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah
berasal dari pembuluh – pembuluh kapiler yang berada di sekitar
kanalis servikalis tersebut pecah karena pergeseran –
pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini berlangsung
kurang lebih 18 – 24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase
laten ( 8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm,
dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai
pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif ini masih di bagi menjadi 3
fase lagi yaitu : fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yaitu
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana
pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
Kontraksi menjadi llebih kuat dan lebih sering pada fase
aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai baik pada primigravida
maupun multigravida, akan tetapi pada multigrafida fase laten,
fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Berdasarkan
kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada pimigravida 1cm
per jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm per jam. Dengan
demikian waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida
dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan
membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada
multigravida ostium uteri internum sudah membuka sedikit,
sehingga ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan
dan pendataran serviks terjadi dalam wakktu yang bersamaan.
Asuhan kala I yang diberikan meliputi : Menghadirkan
orang yang dianggap penting oleh ibu : suami, keluarga atau
teman dekat untuk mendampingi, Mengatur aktivitas dan posisi
ibu, Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada His, Menjaga
privasi ibu, Menjelaskan tentang kemajuan persalinanm Menjaga
kebersihan diri, Mengatasi rasa panas dan banyak keringat pada
ibu, Melakukan pijatan pada punggung Pemberian cukup minum
untuk energi, mempertahankan kandung kemih tetap kosong
2) Persalinan Kala II ( pengeluaran)
Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm) sampai bayi
lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat,
kurang lebih 2 – 3 menit sekali. Dalam kondisi yang normal pada
kala ini kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka
pada saat his dirasakan tekanan pada otot – otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air
besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar
dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his.
Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak asuk
lagi di luar his.Dengan kekuatan his dan mengejan maksimal
kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan
dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istirahat
sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota
badan bayi.
3) Persalinan Kala III ( Pelepasan Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
4) Kala IV ( Observasi)
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan
yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Observasi
yang harus dilakukan pada kala IV adalah Tingkat kesadaran
penderita, Pemeriksaan tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi
dan pernapasan, Kontraksi uterus, dan terjadinya perdarahan
(Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi
400 sampai 500 cc).
e. Mekanisme persalinan
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung
suntik steril sekali pakai.
3) Mengenakan baju penutup.
4) Melepaskan semua perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai.
5) Memakai satu sarung tangan DTT unruk pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik, dan
meletakan kembali di partus set.
7) Membersihkan vulva dan perinium , menyeka dengan hati-hati
di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Membuang sampah yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar.
8) Menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan servick sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangakan pembukaaa
sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin.
10) Memeriksa DJJ.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
untuk meneran.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang
menghambat kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tanngan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut
menariknya kearah bawah arcus pubis dan kemudian menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dai lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi
ditemat yang memungkinkan). Bila bayi engalami asfiksia,
lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/
i.m.
27) Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang kering atau
bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat tetap
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan nafas, ambil tindakan
yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepaada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendaki.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi ke
dua.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mngaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat
diatas tulangg pubis, dan mennggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontrakksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
peregangan kearah bawahh pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian baawah
uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai. (Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting
susu).
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kearah atas,
mengikuti kurva jalan lahirr sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan penegangan
c. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
d. Menilai kandung kemih dan dilakukan keteterisasi kandunng
kemih dengan menggunakan teknik asptik jika perlu.
e. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
f. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya. (Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu
30 menit sejak kelahirkan bayi).
38) Jika plasenta terlihat diintroitus vagina, melanjutnya kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban trpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut. (Jika selaput ketuban robek,
memakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang
tertinggal).
39) Segera setelah plasenta dan ketuban lahir, lakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan difundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua isi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin da selaput ketubann untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 25
detik mengambil tindakan yang sesuai).
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yng masih
bersarung tngan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkan kedalam larutan klorin
0,5 %.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantuan kontraksi uterusdan perdarahan
pervaginam :
a) 2-3 kali dalm 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
d) ika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memrlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu /keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanann darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperature tubuh ibu setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang normal.
53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggubakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI
.menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
57) Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untu melahirkan
dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merndamnya dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
(Sarwono, 2010)
3. Bayi Baru Lahir
a. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah: Bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa Cacat Bawaan
( Rukiyah dan Yulianti,2012; h.2)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan yaitu
pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 –
4000 gram (Sondakh, 2013; h. 150)
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dab
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstra uterin (Yulianti dan Rukiyah, 2012; h.2).
b. Tanda – tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir normal dikatakan normal jika mempunyai beberapa
panjang badan bayi 48 – 50 cm, lingkar dada bayi 32 -34 cm, lingkar
kepala bayi 33 -35 cm, bunyi jantung dalam menit pertama ± 180
kali/menit, pernapasan cepat pada menit – menit pertama kira – kira
80 kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal
dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10 -15 menit.
Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa, rambut lanugo telah hilang,
rambut kepala tumbuh baik, pada genetalia testis sudah turun (pada
bayi laki - laki) dan labia mayora telah menutupi labia menora (pada
bayi perempuan), reflek isap, menelan dan moro telah terbentuk,
eliminasi, urin dan mekonium normalnya pada 24 jam pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket
(Sondakh, 2013; h. 150).
c. Perawatan pada bayi baru lahir
Setelah bayi lahir pertolongan yang dilakukan dapat membantu
adaptasi bayi terhadap dunia di luar uteri meliputi :
1) Setelah bayi lahir nilai pernapasan secara tepat, letakkan bayi
dengan handuk diatas perut ibu
2) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan alat
penjepit ataupun benang katun steril
3) Membersihkan dengan kasa atau kain yang bersih dan kering
bagian dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang, periksa
ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau
4) Memberikan salep mata ( eritromisin 0,5%) atau tetrasiklin 1% )
untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit
menular seksual )
5) Melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi, melakukan
penimbangan berat badan serta pengukuran tubuh bayi untuk
mengetahui adanya kelainan pada bayi.
6) Melakukan perawatan lain sepert dalam waktu 24 jam dan
sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah diberikan imunisasi
BCG, polio dan hepatitis B.
7) Memberitahukan pada orang tua tanda – tanda bahaya bayi
seperti sulit bernapas atau pernapasannya lebih dari 60 kali/menit,
terdapat warna kekuningan, kebiruan atau pucat terutama pada 24
jam pertama pada kulit tubuh bayi, kemerahan pada tali pusat
disertai bengkak, keluar nanah dan berbau busuk, serta
menganjurkan orang tua untuk segera membawa bayi mereka
kepetugas kesehatan apabila menemukan adanya tanda bahaya.
8) Mengajarkan orang tua cara merawat bayi dan melakukan
perawatan harian untuk bayi baru lahir, meliputi :
(a) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam,
mulai dari hari pertama secara teratur
(b) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat, dan kering serta
menggantyi popok secara rutin untuk menjaga kenyamanan
(c) Menjaga tali pusat agar tetap dalam keadaan bersih dan
kering untuk menghindari infeksi (Sondakh JS, 2013; h.159 -
161)
d. Mekanisme kehilangan panas pada BBL
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui : (1) Evaporasi,
yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti; (2)
Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin; (3) Konveksi, Yaitu pada saat bayi terpapar
udara yang lebih dingin (misalnya melalui kipas angin, hembusan
udara, atau pendingin ruangan); (4) Radiasi, yaitu ketika bayi
ditempatkan di dekat benda- benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi (Walaupun tidak bersentuhan secara
langsung) ( Rukiyah dan Yulianti,2012; h.9)
e. Mencegah Kehilangan Panas
Agar tidak terjadi Kehilangan panas maka harus dilakukan cara
untuk mencegah Kehilangan panas terhadap Bayi Yaitu:
1) Keringkan bayi segera setelah lahir untuk mencegah
terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain
(menyeka tubuh bayi juga termasuk rangsang taktil untuk
membantu memulai pernapasan)
2) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat. Kain
basah di dekat bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui
3) Selimut bagian kepala karena kepala merupakan permukaan
tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika tidak ditutupi
4) Anjurkan Ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama
kelahiran
5) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, yang paling ideal
adalah bersama dengan ibunya.
6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir.
Sebelum dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil
(Suhu Aksila antara 36,50
C – 37,50C), Jika suhu tubuh bayi
masih di bawah batas normal maka selimuti tubuh bayi
dengan longgar, tutupi bagian kepala, tempatkan bersama
ibunya (skin to skin), tunda memandikan bayi sampai suhu
tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam. Tunda juga untuk
memandikan bayi apabila ada gangguan pernafasan.
Ruangan untuk memandikan bayi harus hangat dan tidak ada
tiupan angin. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih
dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera keringkan dan
selimuti kembali bayi, kemudian berikan kepada ibunya untuk
mendapatkan ASI (Rukiyah dan Yulianti, 2012; h.10 – 11).
f. Merawat dan mengikat tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan
dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastik DTT/
steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan
penjepit plastik tali pusat. Jika pengikatan dilakukan dengan
menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling
puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di
bagian berlawanan. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan
dalam klorin 0,5 %. Kemudian selimuti bayi kembali dengan
menggunakan kain yang bersih dan kering (Rukiyah dan Yulianti,
2012; h.11)
g. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
1) Dua jam pertama setelah lahir
Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah lahir meliputi : kemampuan menghisap kuat atau lemah,
bayi tampak aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau biru.
2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadapada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut seperti : bayi kecil untuk masa kehamilan natau bayi
kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, cacat
h. Kunjungan neonatus
Peran bidan selama bulan pertama kelahiran bayi baru lahir sangat
beragam. Bidan akan melanjutkan perawatan ibu dan bayi baru lahir
selama 6 minggu pertama setelah kelahiran (Varney,2007; h.927).
1) Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir
Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah lahir meliputi : kemampuan menghisap kuat atau lemah,
bayi tampak aktif atau lunglai, warna kulit kemerahan atau
kebiruan.
2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap adanya tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut, seperti : bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi
kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, cacat
bawaan dan trauma lahir (Saifuddin,2009; h.136).
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal diberikan berdasarkan
kebutuhan dan secara terintegrasi. Pelayanan pascapersalinan dijalankan
dengan menggunakan jadwal berikut ini :
Tabel 2.2 elemen kunci pelayanan kesehatan pascapersalinan 6 – 12 jam 3 – 6 hari 6 minggu 6 bulan
Napas (breathing) Minum Berat badan Tumbuh kembang Kehangatan
(warmth)
Infeksi Pemberian minum Weaning
Minum (feeding) Tes rutin Imunisasi Tali pusat (cord)
Imunisasi
i. Tanda bahaya BBL
1) Termoregulasi
Faktor-faktor yang mempercepat kehilangan panas pada bayi baru
lahir : Daerah permukaan tubuh bayi yang luas, Tingkat insulasi
lemak subkutan berbeda-beda, Derajat fleksi otot. Bayi baru lahir
kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu Konveksi,
Konduksi, Radiasi, Evaporasi (Kriebs, 2010; hal : 464).
2) Hipotermia
Gejala hipotermia mungkin samar-samar, termasuk takipnea dan
takikardi. Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di
evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia.
Butuh waktu beberapa jam untuk menghangatkannya kembali.
Proses menghangatkan bayi secara cepat dapat menimbulkan
apnea (Kriebs,2010; hal : 464).
3) Afiksia
a) Pengertian
Afiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
b) Penyebab
Adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen
dari ibu ke janin, pada maa kehamilan, persalinan atau segera
setelah lahir.
c) Gejala dan tanda
Pernafasan cuping hidung, Pernafasan cepat, Nadi cepat,
4. Nifas
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan kurang lebih 6
minggu.Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin yaitu puer
yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti
masa sesudah melahirkan.
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan
yang diberikan pada pasien mulai dari lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil.
Involusio adalah perubahan uterus setelah persalinan yang
berangsur – angsur kembali seperti keadaan semula yang sama
dengan kondisi dan ukuran dalam keadaan tidak hamil. (Siti saleha,
2009;h.4)
b. Tahapan masa nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah
1) Periode puerpurium dini
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Masalah yang sering terjadi yaitu atonia uteri sehingga bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
2) Periode early postpartum ( 24 jam – 1 minggu )
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
demam ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum ( 1 minggu – 5 minggu )
Periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB (Siti saleha, 2009 ;h.5-6)
c. Perubahan fisiologis masa nifas
1) Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi
posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilikus dan simfisi, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian
kurang lenih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua
minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat
diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan
pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta
pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan
pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan
banyaknya lokia. Perubahan ukuran dan berat uterus dalam masa
nifas dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.3 Perubahan uterus masa nifas
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari dibawah pusat 1000 gr 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
(Siti saleha, 2009;h.54)
2) Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa – sisa selaput ketuban, set – set desidua,
verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2 sampai 3
hari pasca persalinan.
b) Lokia sanguilentaberwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke 3 sampai hari ke 7 pasca
persalinan.
c) Lokia serosa berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari
ke 7 sampai hari ke 14 pasca persalinan.
d) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke 14
kemudian makin lama mikin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit
dan sel sel desidua.
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga
hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta.
4) Serviks
Pasca persalinan serviks menjadi sangat lembek, kendur,
dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil,.
Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.
5) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur – angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali
pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan
yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi
karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
6) Payudara atau mammae
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let
down. Sampai hari ketiga setelah melahirkan efek prolaktin pada
payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara
menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak, dan rasa sakit. Sel – sel acini yang memproduksi ASI
juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf
merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
dilakukan secara teratur dapat merangsang sel sel acini dalam
menghasilkan ASI lebih banyak (Siti saleha, 2009;h.54 - 58).
7) Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon – hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Isapan bayi saat menyusui dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
kebentuk normal.
b) Prolaktin
Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. (Siti saleha,
2009;h.60)
c) Estrogen dan progesteron
Pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lama datangnya menstruasi. Seringkali
menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesteron ( Eny Retna, 2008;
d. Komplikasi masa nifas
1) Trauma perineum
Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi
saat proses persalinan. Saat persalinan terkadang dokter/ bidan
melakukan episiotomi, yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan
mencegah robekan perineum yang tidak beraturan.Dengan
episiotomi, perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dan
perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan (Sukarni,2013; h.285)
a) Etiologi
(1) Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul,
genetalia eksterna maupun perineum
(2) Cedera eksternal
(3) Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea
(4) Trauma selangkangan : rupture uretra pars bulbosa
(5) Latrogenik : pemasangan kateter folley yang salah
(6) Persalinan lama
(7) Rupture yang spontan
b) Manisfestasi klinis
Perdarahan per-uretra post trauma, Retensi urin : kontraindikasi
pemasangan kateter lebih khusus pada posterior dan anterior
berikut :
(1) Pada posterior : Perdarahan per-uretra, Retensi urin,
Pemeriksaan rectal tuse (floating prostat), Ureterografi