• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGIS DAN MASA ANTARA (KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN) PADA NY E UMUR 24 TAHUN G1P0A0 DI KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGIS DAN MASA ANTARA (KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN) PADA NY E UMUR 24 TAHUN G1P0A0 DI KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpu"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai proses fertilisasi atau penyatuan

dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi

implementasi (Prawiroharjo S, 2008; h.213)

Kehamilan merupakan rangkaian kejadian yang meliputi ovulasi,

migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,

implantasi pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm ( Manuaba,, 2010; h. 75 )

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan

adalah hasil dari serangkaian proses fertilisasi atau penyatuan

sperma dan ovum yang hasilnya tumbuh dan berkembang didalam

uterus.

b. Tanda – Tanda Kehamilan

1) Tanda Kemungkinan kehamilan

a) Amenorhea ( terlambat datang bulan ). Konsepsi dan nidasi

menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan

ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir

dengan perhitungan rumus naegle, dpat di tentukan perkiraan

persalinan.

b) Mual dan muntah ( emesis ). Pengaruh estrogen dan

(2)

c) berlebihan. Mual dan muntah pada pagi hari disebut morning

sickness. Dalam batas yang fisiologis.

d) Ngidam yaitu keinginan wanita hamil terhadap makanan

tertentu.

e) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke

daerah kepala ( sentral ) menyebabkan iskemia susunan saraf

pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan,

f) Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposiit lemak, air dan

garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada

hamil pertama

g) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.

h) Konstipasi atau Obstipasi. Pengaruh progesteron dapat

menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk

buang air besar

i) Pigmentasi kulit, Epulis dan Varises atau penampakan

pembuluh darah vena (Manuaba, 2010; h.107,108,109 ).

2) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Perut membesar

b) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar,

dan konsistensi rahim

c) Tanda Hegar : Tanda ini berupa perlunakan pada daerah

(3)

d) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio,

vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena

karena peningkatan estrogen.

e) Tanda piscacek’s

Pembesaran dan pelunakan rahim kesalah satu sisi rahim

yang berdekatan dengan tuba uterina.

f) Braxton Hicks

Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika dirangsang

g) Teraba Ballotement dan Reaksi kehamilan positif

(Sofian A, 2011; h. 35 – 36)

3) Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti kehamilan dapat ditemukan melalui :

a) Gerakan janin dalam rahim

b) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian

janin

c) Denyut jantung janin

Dapat didengarkan dengan stetoskop, leanec, alat

karsiotografi, alat dopppler, dan dilihat dengan ultrasonografi.

( Manuaba, 2010; h. 109 )

c. Masa – masa dalam kehamilan

1) Trimester pertama

Dimulai dari minggu pertama yaitu masa pembelahan sel, sejak

terjadinya pembuahan antara ovum oleh sperma, zigot yang

(4)

Menjelang akhir minggu pertama terjadi implantasi di

endometrium kavum uteri. Sampai pada akhir trimester pertama

pertumbuhan dan diferensiasi janin terjadi begitu cepat, disertai

dengan perkembangan berbagai karakteristik fisik lainnya.

Beberapa sistem organ melanjutkan pembentukan awalnya

sampai dengan akhir minggu ke 12 ( trimester pertama) (Sukarni

I, 2013; h.81-82).

2) Trimester kedua

Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester

kedua adalah penyempurnaan sruktur organ umum dan mulai

berfungsinya berbagai sistem organ. Sistem sirkulasi janin mulai

menunjukkan adanya aktifitas denyut jantung dan aliran darah

(Sukarni I, 2013; h.82).

3) Trimester ketiga

Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester

ketiga adalah penyempurnaan struktur organ dan

penyempurnaan fungsi berbagai sistem organ (Sukarni I, 2013;

h.86).

d. Perubahan fisiologis kehamilan

Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan baik

anatomis maupun fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologi yang terjadi

pada masa kehamilan diantaranya:

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk

(5)

amnion) sampai persalinan. Pembesaran uterus meliputi

peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi

miosit baru masih terbatas. Pada awal kehamilan penebalan

uterus dipengaruhi oleh hormone estrogen dan

progesterone.Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu

penebalan uterus lebih di pengaruhi oleh desakan dari hasil

konsepsi. (Prawirohardjo, 2009; h.175-176)

2) Servik uteri

Selama kehamilan, servik akan mengalami perubahan karena

hormone estrogen dan progresteron. Akibat kadar estrogen

meningkat dan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya

suplai darah maka konsistensi servik menjadi lunak yang disebut

tanda goodell. (Kusmyati, 2010 h.55-56)

3) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum

graviditatum, korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3

cm yang akan mengecil setelah plasenta terbentuk. Korpus

luteum ini mengeluarkan hormone estrogen dan progresteron.

(Kusmiyati, 2010; h.56)

4) Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hipeemia

terlihat jelas pada kulit, otot-otot perineum dan vulva. Dinding

vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk

(6)

meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat

dan hipertrofi sel otot polos. (Prawirohardjo, 2009; h.178)

5) Sistem integument/kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

kemerahann, kusam, dan kadang-kadang akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dihasilkan dari cadangan

melanin pada daerah epidermal dan dermal. Estrogen dan

progresteron memiliki peran dalam melanogenesis dan bisa

disebut sebagai faktor pendorong. (Prawirohardjo, 2009; h.179)

6) Payudara/mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone

somatomamotropin, estrogen, dan progesterone, akan tetapi

belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi

system saluran sedangkan progesterone menambah sel-sel

asinus pada mammae. Rasa penuh, peningkatan sensitivitas,

rasa geli dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu

keenam kehamilan. (Kusmiyati, 2010; h.56-57)

7) Sirkulasi darah/kardiovaskular

Volume darah akan meningkat secara progresif mulai

minggu ke 6 sampai minggu ke 8 kehamilan dan mencapai

puncaknya pada minggu ke 32 sampai minggu ke 34 dengan

perubahan kecil setelah minggu tersebut. Peningkatan volume

plasma berkisar antara 40-45 % dipengaruhi oleh aksi

(7)

renin-angiostensin dan aldosterone. Penambahan volume darah

ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.

Eritropin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah

sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan

volume plasma sehingga mengakibatkan hemodilusi dan

penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl

atau bisa juga mencapai dibawah 11 g/dl. Pada kehamilan lanjut

kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl merupakan hal yang

abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi zat

besi dari pada dengan hipovolemia. Kebutuhan zat besi selama

kehamilan kurang lebih 1.000 mg atau rata-rata 6 sampai 7

mg/hari. (Prawirohardjo, 2009;h.182-184)

8) Traktus digestivus/pencernaan

Perubahan pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan

nutrien untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang

dipengaruhi hormon dan mekanis sehingga dapat menimbulkan

ketidaknyamanan selama kehamilan. Perubahan rasa tidak enak

di ulu hati disebabkan karena pergeseran diafragma dan

penekanan akibat pembesaran uterus yang diperburuk hilangnya

tonus sfingter. Kerja progesteron pada otot – otot polos

menyebabkan lambung hipotonus yang disertai penurunan

mortalitas dan waktu pengosongan yang memanjang. Estrogen

menyebabkan peningkatan aliran darah ke mulut sehingga gusi

menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gangivitis (Varney, 2006;

(8)

9) Traktus urinarius/ perkemihan

Pada bulan pertama kehamilan kandun kemih akan

tertekan sehingga sering timbul rasa ingin kencing. Pada

kehamilan normal, fungsi ginjal akan mengalami banyak

perubahan. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal

meningkat pada kehamilan. Fungsi ginjal berubah karena adanya

homon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita,

aktivitas fisik dan asupan makanan (Kusmiyati, 2010; h.59).

e. Perubahan psikologi dalam masa kehamilan

1) Trimester 1

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Sebagian besar wanita sedih dan ambivalen. Fokus

wanita adalah pada dirinya sendiri. ibu hamil akan mempengaruhi

perubahan fisik, sehingga merasakan kekecewaan, penolakan,

kecemasan dan kesedihan. Muncul kebingungan tentang

kehamilannya dengan pengalaman buruk yang dialami sebelum

hamil, efek yang akan terjadi pada hidupnya, tanggung jawab

baru, kecemasan menjadi seorang ibu. trimester pertama

seorang ibu akan mencari tanda untuk lebih meyakinkan bahwa

dirinya hamil, perubahan terjadi pada tubuhnya diperhatikan

seksama. Bertambahnya berat badan adalah bagian yang

signifikan pada trimester pertama.

Hasrat melakukan hubungan seks berbeda-beda,

beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi,

(9)

dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang

membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah

lainyang merupakan hal yang normal dalam trimester pertama.

2) Trimester II

Trimester kedua disebut sebagai periode kesehatan yang

baik. Yaitu periode saat wanita merasa nyaman dan bebas dari

segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. , saat

ibu merasa sehat. Disebabkan umumnya wanita sudah merasa

baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Pada

trimester dua terbagi atas 2 fase yaitu pra-queckening dan

queckening. Hubungan sosial wanita meningkat dengan yang

lainnya, ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran dan persiapan untuk peran yang baru. Quickening

menyerang wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu

yang merupakan bagian dirinya, mulai perubahan dalam

memusatkan dirinya ke bayi. Perhatian ditujukan pada kesehatan

bayi dan kehadiran dalam keluarga. Denyut jantung janin

semakin jelas, kecemasan orang tua ialah kemungkinan cacat

pada anaknya.

3) Trimester III

Sering disebut dengan periode penantian. Periode ini,

wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya.

Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kehadiran

dan kedudukannya sebagai orang tua, terpusatnya perhatian

(10)

trimester ketiga, khawatir terhadap hidupnya dan bayinya. Mulai

merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul

pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul karena

perubahan body image, yaitu merasa dirinya jelek dan aneh,

mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian dan hak

istimewa selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian

tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan menjadi kosong,

perasaan canggung, jelek, tidak rapih, membutuhkan perhatian

yang besar dari pasangannya, hasrat seksual tidak setinggi pada

trimester kedua karena abdomen manjadi sebuah penghalang

( Varney, 2006 ; h. 501-504 )

f. Ketidaknyamanan yang timbul saat hamil

1) Mual muntah

Keluhan yang umumnya dialami pada kehamilan trimester

satu, biasanya berkaitan dengan masalah hormonal progesterone

yang meningkat yang menyebabkan gerakan peristaltic usus

menurun sehingga waktu transit makanan dalam lambung dan

usus melambat, adanya relaksasi pada katup esophagus dan

lambung serta peningkatan tekanan rongga perut, disebabkan

oleh rahim yang membesar.

2) Sembelit

Keluhan yang juga disebabkan oleh meningkatnya

hormone progesterone yang menurunkan kontraksi usus

sehingga menyebabkan penyerapan air yang lebih besar pada

(11)

3) Nyeri perut bawah

Keluhan nyeri dapat dirasakan dibagian kiri atau kanan

bawah perut penyebabnya dapat disebabkan adanya

pembesaran rahim dan regangan pada jaringan

penggantungan (ligamentum rotundum ).

4) Perdarahan

Keluhan ini pada kehamilan awal merupakan salah satu tanda

bisa adanya masala pada kandungan (abortus iminens). Bisa

disebabkan karena kurangnya kekuatan pada kandungan,

kontraksi atau ada kelainan pada janin. Perdarahan pada usia

kehamilan yang lebih besar dapat disebabkan adanya kontraksi

atau masalah pada ari-ari (plasenta) aeperti plasenta yang

letaknya dibawah (plasenta previa ) atau adanya plasenta yang

lepas dari inplantasi dirahim (solusio plasenta).

5) Sakit punggung

Merupakan keluhan umum terutama pada trimester ketiga ketika

pusat gravitasi pada tubuh telah bergeser.Terutama dirasakan

pada wanita pekerja yang sering membungkuk atau posisi

menulis yang menunduk.

6) Edema (pembengkakan)

Keluhan umum pada kehamilan lanjut. Disebabkan karena

tekanan pada pembuluh darah balik yang besar pada bagian

bawah tubuh (vena kava inferior) dan vena panggul oleh rahim

(12)

hidrostatik dikaki dan cairan dari pembuluh darah luar kejaringan

sekitarnya.

7) Kontraksi Braxton hicks

Adanya rasa kencang / kejang/ kontraksi pada perut yang tidak

teratur durasinya tidak lama dan tidak disertai keluarnya darh

lendir. Merupakan kontraksi yang normal dan umumnya

merupkan respon terhadap gerakan janin.

8) Wasir / hemoroid

Munculnya benjolan pada anus yang kadang mengeluarkan

darah setelah buang air besar. Palng sering dirasakan pada

kehammilan lanjut. Penyebabnya adalah adanya kelemahan

pada otot pembuluh darah balik (vena) dan adanya peningkatan

tekanan dalam rongga perut karena kehamilannya.

9) Peningkatan frekuensi urin

Sebuah keluhan umum pada hamil trimester awal atau akhir.

Penyebabnya adalah adanya peningkatan volume cairan dalam

pembuluh darah (intravaskuler), sehingga meningkatkan

pembuangan pada ginjal. Pada kehamilan lanjut disebabkan

karena tekanan pada kandung kemih oleh rahim yang membesar.

10) Varises pada vagina dan kaki

Keluhan umum yang disebabkan oleh adanya relaksasi otot polos

pembuluh darah balik (vena) dan peningkatan tekanan

intravascular. Menyebabkan adanya bendungan / pelebaran

(13)

g. Kebutuhan gizi ibu hamil

Pada kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,

peningkatan energi dan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, bertambahnya besarnya organ kandungan,

perubahan komposisi dan metabolisme tubuh. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan selama kehamilan diantaranya:

1) Kebutuhan energi

Tambahan energi / kalori untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan

lemak. Kebutuhan kalori sekitar 15 % dari kalori normal. Energi

yang di perlukan selama hamil yaitu 27.000-80.000 Kkal atau 100

Kkal/hari. Sedangkan energi yang dibutuhkan janin untuk tumbuh

dan berkembang 50-95 Kkal/kg/hari. Trimester pertama

kebutuhan energi masih sedikit dan terjadi sedikit peningkatan

pada trimester dua. Trimester dua, energi yang digunakan untuk

penambah darah, perkembangan uterus, pertumbuhan jaringan

mamae, dan penimbunan lemak. Pada trimester ketiga digunakan

untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

2) Karbohidrat

Jumlah glukosa yang digunakan 40 gram glukosa/hari

sebagai sumber energi. Glukosa sangat dibutuhkan karena

membantu dalam sintesis lemak, glikogen, dan struktur

polisakarida. Karbohidrat merupakan sumber utama tambahan

kalori yang dibutuhkan selama kehamilan, untuk pertumbuhan

(14)

kompleks meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama

hamil untuk mencegah konstipasi atau sulit buang air besar.

3) Protein dan asam amino

Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan

perkembangan janin, pembentukan plasenta dan cairan amnion,

pembentukan jaringan maternal seperti pertumbuhan mamae

pada ibu dan jaringan uterus, dan penambahan volume darah.

Pada trimester pertama kurang dari 6 gram, trimester kedua,

protein yang diperlukan dan asam animo yang esensial.

Trimester ketiga perlu protein dalam jumlah yang besar yaitu 10

gram perhari.

4) Lemak

Lemak dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk membentuk energi

dan perkembangan sistem syaraf janin.

5) Vitamin

Vitamin yang larut dalam lemak

a) Vitamin A

Vitamin A berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel

dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit, organ dalam, dan

fungsi rahim.

b) Vitamin D

Kebutuhan vitamin D selama kehamilan belum diketahui

secara pasti, tetapi di perkirakan 10mg/hari.

(15)

Vitamin E mulai diakumulasikan oleh fetus pada ahir minggu

8-10, ketika terjadi peningkatan akumulasi lemak.

d) Vitamin K

Fungsinya belum optimal pada masa kehamilan.

Vitamin yang larut dalam air

a) Vitamin C

Kebutuhan vitamin C sebanyak 70mg perhari. Asupan vitamin

C dapat mencegah terjadinya anemia, berperan dalam proses

pembentukan kolagen interseluler dan proses penyembuhan

luka.

b) Niasin dan riboflavin

Niasin yang diperlukan selama kehamilan 2mg/hari dan 0,3

mg/haridari riboflavin.

c) Vitamin B6

Pada masa kehamilan diperlukan intake protein yang tinggi,

B6 diperlukan oleh tubuh membantu mengatasi mual dan

muntal.

d) Asam folat

Asam folat merupakan kelompok vitamin B paling utama

selama masa kehamilan karena dapat mencegah terjadinya

cacat tabung syaraf seperti spina bifida.

e) Mineral dan Kalsium

Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan bakal gigi

(16)

f) Magnesium

Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertunbuhan dari

jaringan lunak.

g) Seng

Di perlukan untuk mengembangkan jaringan tisu, terutama

otak dan jenis kelamin ( Icesmi Sukarni, 2013 ; h. 100-110 )

h. Tanda bahaya kehamilan

Dalam masa kehamilan terdapat beberapa tanda bahaya yang perlu

diwaspadai. Tanda bahaya tersebut meliputi:

1) Perdarahan pada kehamilan muda

Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda biasanya terjadi

pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan tersebut

bisa disebabkan oleh:

a) Implantation bleeding. Perdarahan saat trophoblas melekat

pada endometrium, biasanya terjadi saat implantasi 8 sampai

12 hari setelah fertilisasi.

b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia

kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida

c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili pada

awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/ mola terjadi di

dekat fetus.

d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi

kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity.

e) Cervical lesion. Lesi di cervik

(17)

2) Perdarahan pada kehamilan lanjut

Biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu.

Perdarahan pada kehamilan lanjut dibagi menjadi 2 yaitu

plasenta previa dan abrupsio plasenta. (Sumarni, 2011; h.190)

3) Hipertensi gravidarum

Merupakan keadaan dengan tekanan darah sisitoloik dan

diastolic lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah

dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan

tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan diastolic

lebih dari 15 mmHg. (Prawirohardjo, 2009; h.535)

4) Nyeri perut bagian bawah

Nyeri perut yang bersifat menetap dan tidak hilang setelah

beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti,

kehamilan ekopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung

empedu, uterus yang irritable, ISK atau abrupsio plasenta.

(Sumarni, 2011; h.191)

5) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat

disertai dengan pandangan kabur merupakan gejala preeklamsia.

(Sumarni, 2011; h.192)

6) Pandangan kabur

Pengaruh hormonal bisa mengacaukan pandangan pada ibu

hamil. Gangguan visual yang dapat mengancam jiwa adalah

beersifat mendadak, dan berbayang/ double vision. (Sumarni,

(18)

7) Bengkak wajah dan jari-jari tangan

Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada muka dan

tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan

keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tanda-tanda anemia,

gagal jantung dan pre eklamsi. (Sumarni, 2011; h.192)

8) Gerakan janin tidak terasa

Secara normal ibu merasakan gerakan janin pada bulan ke 5

atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur gerakan janin melemah.

Gerakan bayi sangat terasa pada saat ibu istirahat, makan,

minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak paling sedikit 3X

dalam periode 3 jam. (Sumarni, 2011; h.193)

i. Komplikasi kehamilan

1) Hiperemesis gravidarum (mual dan muntah)

Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering di

dapatkan pada kehamilan trimester I. Gejala ini kurang lebih

terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan

berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Perasaan mual disebabkan karena meningkatnya kadar

estrogen dan HCG dalam serum. Beberapa factor yang

mempengaruhi terjadinya hyperemesis gravidarum yaitu:

a) Factor predisposisi yang sering dikemukankan adalah

primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.

b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan

(19)

menurun dari pihak ibu terhadap perubahan merupakan

factor organik

c) Alergi, seagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap

anak, juga disebut sebagai salah satu factor organic

(Wiknjosastro, 2007; h.275-276)

Pencegahan terhadap hyperemesis gravidarum perlu

dilaksanakan dengan memberikan keyakinan bahwa mual dan

muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda

dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan

mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah

kecil tetapi lebih sering. (Wiknjosastro, 2007; h.278)

2) Preeklamsi dan Eklamsia

Preeklamsia merupakan penyakit dengan gejala hiertensi,

oedem, dan proteinuria karena kehamilan.Secara umum Penyakit

ini muncul pada triwulan ke 3 kehamilan. Untuk menegakkan

diagnosa preeklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg

atau lebih di atas tekanan biasanya atau mencapai 140 mmHg

atau lebih. (Wiknjosastro, 2007; h.282)

Pengobatan preklamsi yang tepat yaitu dengan

pengakhiran kehamilan karena tindakan dapat mencegah

terjadinya eklamsi dengan bayi yang masih prematur, penundaan

pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan eklamsi

(20)

3) Perdarahan antepartum

Merupakan perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan.

Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan

lahir setelah kehamilan 22 minggu.Perdarahan antepartum yang

berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta.

Klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi 3 yaitu

Plasenta previa, Solusio plasenta, dan Perdarahan yang belum

jelas sumbernya. (Wiknjosastro, 2007; h.362-363)

4) Anemiia

Seorang wanita hamil dkatakan menderita anemia apabila

kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr/dl. Darah

bertambah banyak dalam masa kehamilan serta terjadi

peningkatan jumlah darah tidak di imbangi dengan penambahan

jumlah plasma, sehingga terjadi pngenceran darah. Berbagai

penyulit yang timbul akibat anemia dalam masa kehamilan

diantaranya: Terjadinya abortus, partus prematurus, partus lama

karena inersia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri,

syok, Infeksi baik intrapartum maupun postpartum, anemia yang

sangat berat dengan kadar Hb kurang dari 4gr/100ml dapat

menyebabkan dekompensasi kordis (Wiknjosastro, 2007;

h.449-451)

5) Malposisi / malpresentasi janin

Komplikasi yang terjadi pada kehamilan salah satunya

adalah malposisi atau malpresentasi. Malpresentasi adalah

(21)

Beberapa bentuk malpresentasi antara lain presentasi dahi,

presentasi muka, presentasi bokong. (prawirohardjo, 2008; h.582)

j. Pemeriksaan kehamilan (ANC)

1) Tujuan utama ANC adalah menurunkan/ mencegah kesakitan

dan kematian maternal dan perinatal. Tujuan khusus ANC

meliputi:

a) Melakukan monitor kemajuan kehamilan untuk memestikan

kesehatan dan perkembangan bayi yang normal

b) Mengenali secara dini ketidaknormaan dan pemberian

penatalaksanaan yang diperlukan

c) Membina hubungan saling percaya antar ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik,

emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta

kemungkinan adanya komplikasi (Sumarni, 2011; h.8)

2) Asuhan kehamilan kunjungan awal

Kunjungan awal harus seawall mungkin yang meliuti:

(a) Anamnesis

(b) Pemeriksaan fisik

(c) Pemeriksaan laboratorium

(d) Pemeriksaan tambahna lain untuk memperoleh data

(parameter) dasar

(e) Memberikan support psikis untuk menstabilkan emosi ibu

(22)

3) Asuhan kebidanan pada trimester pertama

(a) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu

hamil

(b) Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan

(c) Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan

(d) Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup

sehat bagi wanita hamil, nutrisi, mengenali tanda bahaya

kehamilan)

(e) Memberikan imunisasi tetanus toxoid, tablet besi

(f) Menjadwalkan kunjungan berikutnya

(g) Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan

4) Trimester kedua (sebelum minggu ke- 28 kehamilan)

(a) Sama dengan asuhan trimester pertama dan ditambahkan

kewaspadaan khusus terhadap preeklampsi (tanda gejala,

pantau tekanan darah, evaluasi oedema, periksa proteinuria)

5) Trimester ketiga (antara meinggu 28 dan 36 kehamilan)

(a) Pada usia antara minggu ke 28 – 36 Sama seperti trimester

kedua ditambahkan palpasi abdominal untuk mengetahui

adanya kehamilan ganda

(b) Setelah 36 minggu ditambahkan mendeteksi letak janin dan

kondisi lain kontra indikasi bersalin diluar RS

6) Asuhan pada kunjungan merupakan setiap kunjungan antenatal

yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki

masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu:

(23)

(b) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan

(c) Pemeriksaan fisik umum (Kusmiyati, 2010; h.136-141).

7) Kebijakan program dalam ANC (ante natal care)

Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga ibu hamil

yang datang memperoleh pelayanan yang komprehensif dengan

harapan ANC dengan standar yang telah ditetapkan dapat

meningkatkan pelayanan kehamilan dan menurunkan angka

kematian ibu. Staandar asuhan 14T tersebut antara lain :

Timbang berat badan dan tinggi badan, Pengukuran TFU,

tekanan darah, pemberian tablet tambah darah, pemberian

imunisasi tetanus toxoid, pemeriksaan hb, pemeriksaan protein

urin, pengambilan darah untuk pemeriksaan vdrl, perawatan

payudara, pemeriksaan urin reduksi, senam ibu hamil, pemberian

obat malaria, pemberian kapsul minyak beryodium, temu

wicara/konsling (Sumarni, 2011; h.19).

2. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke jalan lahir. Sedangkan persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala, tanpa komplikasi atau penyulit apapun baik ibu maupun janin

(24)

Persalinan adalah rangkaian Peristiwa mulai dari kenceng –

kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi ( janin,

plasenta, ketuban dan cairan ketuban ) dari uterus ke dunia luar

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau

kekuatan sendiri. ( Sumarah, 2009; h. 1 )

Beberapa pengertian dari bentuk persalinan antara lain persalinan

spontan dengan tenaga ibu, persalinan buatan dengan bantuan,

persalinan anjuran apabila persalinan terjadi tidak dengan sendirinya

tetapi melalui pacuan. (sukarni, 2013; h. 185)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa persalinan merupakan serangkaian proses pengeluaran janin

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau

kekuatan ibu sendiri.

b. Tanda - tanda persalinan

Sebab mulainya persalinan berdasarkan teori yang kompleks

seperti penurunan kadar progesterone, teori oksitosin, peregangan

otot uterus yang berlebihan (destended uterus), pengaruh janin, teori

prostaglandin. Serta adanya faktor – faktor hormonal, pengaruh nutrisi

yang mengakibatkan persalinan dimulai. ( Sukarni I, 2013; h.186 )

Untuk menuju persalinan ada beberapa tanda – tanda akan

dimulainya persalinan. Tanda – tanda persalinan ada dua macam

yaitu tanda persalinan sesungguhnya dan tanda persalinan semu atau

palsu. Tanda persalinan semu terjadi beberapa hari atau beberapa

minggu sebelum permulaan persalinan sesungguhnya. Ada

(25)

membedakan antara tanda – tanda persalinan sesungguhnya dengan

tanda – tanda persalinan semu yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tanda – tanda persalinan

PERSALINAN SESUNGGUHNYA PERSALINAN SEMU Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada serviks Rasa nyeri dan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur

Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek

Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain Waktu dan kekuatan kontraksi semkain

bertambah

Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi

Rasa nyeri teras di bagian belakang dan menyebar ke depan

Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan

Dengan berjalan bertamabah intensitas Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan

Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri

Tidak ada hubungan antar tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri

Lendir darah sangat nampak Tidak ada lendir darah

Ada penurunan bagian kepala janin Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin

Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi

Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi

Pemberian obat penenang tidak menghenikan proses persalinan sesungguhnya

Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada prsalinan semu

(Sumarah, 2009; h. 22 )

c. Faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Power ( tenaga mengejan ibu )

Power atau tenaga yang mempengeruhi proses persalinan adalah

His adalah kontraksi otot – otot rahim pada perslainan

a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan

pembukaan serviks.Terdiri dari : his pembukaan, his

pengeluaran dan his pelepasan uri

b) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks

Tenaga mengejan

Tenaga ibu dalam mengejan dipengaruhi oleh adanya

(26)

memberikan tekanan atau rangsangan ibu untuk mengejan, paling

efektif saat adanya kontraksi atau his. (Sukarni I, 2013; h.187)

2) Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai. (sumarah, 2009; h.83)

3) Passager / fetus

Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari

faktor passager adalah :

a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian

depan jalan lahir, seperti presentasi kepala (verteks, muka,

dahi), presentasi bokong (bokong murni/Frank Breech ),

bokong kaki (complete Beech), letak lutut atau letak kaki

(incomplete breech), presentasi bahu (letak lintang)

b) Sikap janin

Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya

(badan), misalnya fleksi, defleksi,dll.

c) Posisi janin

Hubungan bagian / point penentu dari bagian terendah janin

(27)

panggul ibu (kiri, kanan, melintang), bagian terendah janin

(oksiput, sacrum, dagu dan scapula), bagian panggul ibu

(depan, belakang )

d) Bentuk atau ukuran kepala janin menentukan kemampuan

kepala untuk melewati jalan lahir

e) Hubungan janin dan panggul

Terdapat beberapa hal untuk memahami keadaan janin di

dalam uterus dan panggul antara lain :

(1) Letak : hubungan antara sumbu panjang janin dengan

sumbu panjang ibu

(2) Presentasi : menunjuk pada bagian janin yang ada di atas

PAP. Presentasi bokong, presentasi kepala, presentasi

bahu

(3) Bagian terendah : bagian terbawah janin dan terletak

paling dekat dengan serviks. Pada periksa dalam bagian

yang teraba pertama kali.

(4) Sikap : hubungan antara bagian janin yang satu dengan

yang lainnya (fleksi, ekstensi)

(5) Penunjuk : titik yang telah ditentukan pada bagian

terendah janin yang digunakan untuk menyebutkan

kedudukan

(6) Kedudukan : hubungan antara penunjuk dengan bagian

depan, belakang, atau samping panggul ibu.

(28)

d. Tahapan persalinan

Persalinan di bagi menjadi 4 tahap yaitu

1) Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang

berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.

Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung, tidak begitu

kuat sehingga ibu atau wanita masih bisa berjalan – jalan. Klini

dapat dinyatakan mulai terjadi parus jika timbul his dan wanita

tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).

Lendir yang bersemu darah ini berasal dari kanalis servikalis

karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah

berasal dari pembuluh – pembuluh kapiler yang berada di sekitar

kanalis servikalis tersebut pecah karena pergeseran –

pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini berlangsung

kurang lebih 18 – 24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase

laten ( 8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm,

dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai

pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif ini masih di bagi menjadi 3

fase lagi yaitu : fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yaitu

dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari

pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana

pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

(29)

Kontraksi menjadi llebih kuat dan lebih sering pada fase

aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai baik pada primigravida

maupun multigravida, akan tetapi pada multigrafida fase laten,

fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Berdasarkan

kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada pimigravida 1cm

per jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm per jam. Dengan

demikian waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida

dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan

membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan

menipis. Kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada

multigravida ostium uteri internum sudah membuka sedikit,

sehingga ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan

dan pendataran serviks terjadi dalam wakktu yang bersamaan.

Asuhan kala I yang diberikan meliputi : Menghadirkan

orang yang dianggap penting oleh ibu : suami, keluarga atau

teman dekat untuk mendampingi, Mengatur aktivitas dan posisi

ibu, Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada His, Menjaga

privasi ibu, Menjelaskan tentang kemajuan persalinanm Menjaga

kebersihan diri, Mengatasi rasa panas dan banyak keringat pada

ibu, Melakukan pijatan pada punggung Pemberian cukup minum

untuk energi, mempertahankan kandung kemih tetap kosong

(30)

2) Persalinan Kala II ( pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm) sampai bayi

lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam

pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat,

kurang lebih 2 – 3 menit sekali. Dalam kondisi yang normal pada

kala ini kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka

pada saat his dirasakan tekanan pada otot – otot dasar panggul,

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita

merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air

besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar

dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his.

Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak asuk

lagi di luar his.Dengan kekuatan his dan mengejan maksimal

kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan

dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istirahat

sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota

badan bayi.

3) Persalinan Kala III ( Pelepasan Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir

uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

(31)

4) Kala IV ( Observasi)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan

yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai

pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan

memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Observasi

yang harus dilakukan pada kala IV adalah Tingkat kesadaran

penderita, Pemeriksaan tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi

dan pernapasan, Kontraksi uterus, dan terjadinya perdarahan

(Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi

400 sampai 500 cc).

e. Mekanisme persalinan

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung

suntik steril sekali pakai.

3) Mengenakan baju penutup.

4) Melepaskan semua perhiasan, mencuci tangan dengan sabun

dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan

handuk satu kali pakai.

5) Memakai satu sarung tangan DTT unruk pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik, dan

meletakan kembali di partus set.

7) Membersihkan vulva dan perinium , menyeka dengan hati-hati

(32)

di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Membuang sampah yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar.

8) Menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan servick sudah lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah, sedangakan pembukaaa

sudah lengkap maka lakukan amniotomi

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin.

10) Memeriksa DJJ.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

untuk meneran.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

18) Saat kepala bayi membuka diameter 5-6 cm, lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang

(33)

menghambat kepala bayi, membiarkan kepala keluar

perlahan-lahan, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tanngan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut

menariknya kearah bawah arcus pubis dan kemudian menarik ke

arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga

tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dai lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat

punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan

(34)

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi

ditemat yang memungkinkan). Bila bayi engalami asfiksia,

lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk

dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/

i.m.

27) Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat antara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang kering atau

bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat tetap

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan nafas, ambil tindakan

yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepaada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendaki.

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi ke

dua.

(35)

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mngaspirasinya terlebih dahulu.

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat

diatas tulangg pubis, dan mennggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontrakksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

peregangan kearah bawahh pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian baawah

uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi

berikut mulai. (Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting

susu).

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kearah atas,

mengikuti kurva jalan lahirr sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan penegangan

(36)

c. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

d. Menilai kandung kemih dan dilakukan keteterisasi kandunng

kemih dengan menggunakan teknik asptik jika perlu.

e. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

f. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya. (Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu

30 menit sejak kelahirkan bayi).

38) Jika plasenta terlihat diintroitus vagina, melanjutnya kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban trpilin. Dengan lembut perlahan

melahirkan selaput ketuban tersebut. (Jika selaput ketuban robek,

memakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril dan

memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi

tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang

tertinggal).

39) Segera setelah plasenta dan ketuban lahir, lakukan masase

uterus, meletakkan telapak tangan difundus dan melakukan

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).

40) Memeriksa kedua isi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin da selaput ketubann untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

(37)

uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 25

detik mengambil tindakan yang sesuai).

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yng masih

bersarung tngan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkan kedalam larutan klorin

0,5 %.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantuan kontraksi uterusdan perdarahan

pervaginam :

a) 2-3 kali dalm 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

(38)

d) ika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memrlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan teknik

yang sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu /keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanann darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

a) Memeriksa temperature tubuh ibu setiap jam selama dua jam

pertama pascapersalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang normal.

53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan

setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggubakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI

.menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

(39)

57) Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untu melahirkan

dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merndamnya dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

(Sarwono, 2010)

3. Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah: Bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat

badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa Cacat Bawaan

( Rukiyah dan Yulianti,2012; h.2)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan yaitu

pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 –

4000 gram (Sondakh, 2013; h. 150)

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dab

harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstra uterin (Yulianti dan Rukiyah, 2012; h.2).

b. Tanda – tanda bayi baru lahir normal

Bayi baru lahir normal dikatakan normal jika mempunyai beberapa

(40)

panjang badan bayi 48 – 50 cm, lingkar dada bayi 32 -34 cm, lingkar

kepala bayi 33 -35 cm, bunyi jantung dalam menit pertama ± 180

kali/menit, pernapasan cepat pada menit – menit pertama kira – kira

80 kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal

dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10 -15 menit.

Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa, rambut lanugo telah hilang,

rambut kepala tumbuh baik, pada genetalia testis sudah turun (pada

bayi laki - laki) dan labia mayora telah menutupi labia menora (pada

bayi perempuan), reflek isap, menelan dan moro telah terbentuk,

eliminasi, urin dan mekonium normalnya pada 24 jam pertama.

Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket

(Sondakh, 2013; h. 150).

c. Perawatan pada bayi baru lahir

Setelah bayi lahir pertolongan yang dilakukan dapat membantu

adaptasi bayi terhadap dunia di luar uteri meliputi :

1) Setelah bayi lahir nilai pernapasan secara tepat, letakkan bayi

dengan handuk diatas perut ibu

2) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan alat

penjepit ataupun benang katun steril

3) Membersihkan dengan kasa atau kain yang bersih dan kering

bagian dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang, periksa

ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau

(41)

4) Memberikan salep mata ( eritromisin 0,5%) atau tetrasiklin 1% )

untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit

menular seksual )

5) Melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi, melakukan

penimbangan berat badan serta pengukuran tubuh bayi untuk

mengetahui adanya kelainan pada bayi.

6) Melakukan perawatan lain sepert dalam waktu 24 jam dan

sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah diberikan imunisasi

BCG, polio dan hepatitis B.

7) Memberitahukan pada orang tua tanda – tanda bahaya bayi

seperti sulit bernapas atau pernapasannya lebih dari 60 kali/menit,

terdapat warna kekuningan, kebiruan atau pucat terutama pada 24

jam pertama pada kulit tubuh bayi, kemerahan pada tali pusat

disertai bengkak, keluar nanah dan berbau busuk, serta

menganjurkan orang tua untuk segera membawa bayi mereka

kepetugas kesehatan apabila menemukan adanya tanda bahaya.

8) Mengajarkan orang tua cara merawat bayi dan melakukan

perawatan harian untuk bayi baru lahir, meliputi :

(a) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam,

mulai dari hari pertama secara teratur

(b) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat, dan kering serta

menggantyi popok secara rutin untuk menjaga kenyamanan

(42)

(c) Menjaga tali pusat agar tetap dalam keadaan bersih dan

kering untuk menghindari infeksi (Sondakh JS, 2013; h.159 -

161)

d. Mekanisme kehilangan panas pada BBL

Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui : (1) Evaporasi,

yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi sendiri

karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti; (2)

Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan

permukaan yang dingin; (3) Konveksi, Yaitu pada saat bayi terpapar

udara yang lebih dingin (misalnya melalui kipas angin, hembusan

udara, atau pendingin ruangan); (4) Radiasi, yaitu ketika bayi

ditempatkan di dekat benda- benda yang mempunyai suhu lebih

rendah dari suhu tubuh bayi (Walaupun tidak bersentuhan secara

langsung) ( Rukiyah dan Yulianti,2012; h.9)

e. Mencegah Kehilangan Panas

Agar tidak terjadi Kehilangan panas maka harus dilakukan cara

untuk mencegah Kehilangan panas terhadap Bayi Yaitu:

1) Keringkan bayi segera setelah lahir untuk mencegah

terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain

(menyeka tubuh bayi juga termasuk rangsang taktil untuk

membantu memulai pernapasan)

2) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat. Kain

basah di dekat bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui

(43)

3) Selimut bagian kepala karena kepala merupakan permukaan

tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan

panas jika tidak ditutupi

4) Anjurkan Ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama

kelahiran

5) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, yang paling ideal

adalah bersama dengan ibunya.

6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir.

Sebelum dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil

(Suhu Aksila antara 36,50

C – 37,50C), Jika suhu tubuh bayi

masih di bawah batas normal maka selimuti tubuh bayi

dengan longgar, tutupi bagian kepala, tempatkan bersama

ibunya (skin to skin), tunda memandikan bayi sampai suhu

tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam. Tunda juga untuk

memandikan bayi apabila ada gangguan pernafasan.

Ruangan untuk memandikan bayi harus hangat dan tidak ada

tiupan angin. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih

dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera keringkan dan

selimuti kembali bayi, kemudian berikan kepada ibunya untuk

mendapatkan ASI (Rukiyah dan Yulianti, 2012; h.10 – 11).

f. Merawat dan mengikat tali pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan

(44)

dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastik DTT/

steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan

penjepit plastik tali pusat. Jika pengikatan dilakukan dengan

menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling

puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di

bagian berlawanan. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan

dalam klorin 0,5 %. Kemudian selimuti bayi kembali dengan

menggunakan kain yang bersih dan kering (Rukiyah dan Yulianti,

2012; h.11)

g. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui

aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan

bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

1) Dua jam pertama setelah lahir

Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama

sesudah lahir meliputi : kemampuan menghisap kuat atau lemah,

bayi tampak aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau biru.

2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadapada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan

tindak lanjut seperti : bayi kecil untuk masa kehamilan natau bayi

kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, cacat

(45)

h. Kunjungan neonatus

Peran bidan selama bulan pertama kelahiran bayi baru lahir sangat

beragam. Bidan akan melanjutkan perawatan ibu dan bayi baru lahir

selama 6 minggu pertama setelah kelahiran (Varney,2007; h.927).

1) Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir

Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama

sesudah lahir meliputi : kemampuan menghisap kuat atau lemah,

bayi tampak aktif atau lunglai, warna kulit kemerahan atau

kebiruan.

2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap adanya tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan

tindak lanjut, seperti : bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi

kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, cacat

bawaan dan trauma lahir (Saifuddin,2009; h.136).

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal diberikan berdasarkan

kebutuhan dan secara terintegrasi. Pelayanan pascapersalinan dijalankan

dengan menggunakan jadwal berikut ini :

Tabel 2.2 elemen kunci pelayanan kesehatan pascapersalinan 6 – 12 jam 3 – 6 hari 6 minggu 6 bulan

Napas (breathing) Minum Berat badan Tumbuh kembang Kehangatan

(warmth)

Infeksi Pemberian minum Weaning

Minum (feeding) Tes rutin Imunisasi Tali pusat (cord)

Imunisasi

(46)

i. Tanda bahaya BBL

1) Termoregulasi

Faktor-faktor yang mempercepat kehilangan panas pada bayi baru

lahir : Daerah permukaan tubuh bayi yang luas, Tingkat insulasi

lemak subkutan berbeda-beda, Derajat fleksi otot. Bayi baru lahir

kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu Konveksi,

Konduksi, Radiasi, Evaporasi (Kriebs, 2010; hal : 464).

2) Hipotermia

Gejala hipotermia mungkin samar-samar, termasuk takipnea dan

takikardi. Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di

evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia.

Butuh waktu beberapa jam untuk menghangatkannya kembali.

Proses menghangatkan bayi secara cepat dapat menimbulkan

apnea (Kriebs,2010; hal : 464).

3) Afiksia

a) Pengertian

Afiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak

dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

b) Penyebab

Adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen

dari ibu ke janin, pada maa kehamilan, persalinan atau segera

setelah lahir.

c) Gejala dan tanda

Pernafasan cuping hidung, Pernafasan cepat, Nadi cepat,

(47)

4. Nifas

a. Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebelum hamil dengan kurang lebih 6

minggu.Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin yaitu puer

yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti

masa sesudah melahirkan.

Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan

yang diberikan pada pasien mulai dari lahirnya bayi sampai dengan

kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil.

Involusio adalah perubahan uterus setelah persalinan yang

berangsur – angsur kembali seperti keadaan semula yang sama

dengan kondisi dan ukuran dalam keadaan tidak hamil. (Siti saleha,

2009;h.4)

b. Tahapan masa nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah

1) Periode puerpurium dini

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Masalah yang sering terjadi yaitu atonia uteri sehingga bidan

dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.

2) Periode early postpartum ( 24 jam – 1 minggu )

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

(48)

demam ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum ( 1 minggu – 5 minggu )

Periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB (Siti saleha, 2009 ;h.5-6)

c. Perubahan fisiologis masa nifas

1) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi

posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara

umbilikus dan simfisi, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian

kurang lenih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua

minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat

diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan

pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta

pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan

pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan

banyaknya lokia. Perubahan ukuran dan berat uterus dalam masa

nifas dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.3 Perubahan uterus masa nifas

Involusi TFU Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari dibawah pusat 1000 gr 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr

6 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr

(Siti saleha, 2009;h.54)

2) Lokia

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

(49)

a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah

segar dan sisa – sisa selaput ketuban, set – set desidua,

verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2 sampai 3

hari pasca persalinan.

b) Lokia sanguilentaberwarna merah kuning berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari ke 3 sampai hari ke 7 pasca

persalinan.

c) Lokia serosa berbentuk serum dan berwarna merah jambu

kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari

ke 7 sampai hari ke 14 pasca persalinan.

d) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke 14

kemudian makin lama mikin sedikit hingga sama sekali

berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya

seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit

dan sel sel desidua.

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,

degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari

pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang

kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga

hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut

pada bekas implantasi plasenta.

4) Serviks

Pasca persalinan serviks menjadi sangat lembek, kendur,

(50)

dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan

vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil,.

Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti

keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.

5) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur – angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali

pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan

yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi

karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

6) Payudara atau mammae

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua

mekanisme fisiologis yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let

down. Sampai hari ketiga setelah melahirkan efek prolaktin pada

payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara

menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,

bengkak, dan rasa sakit. Sel – sel acini yang memproduksi ASI

juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf

merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon

oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan),

sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus

(51)

dilakukan secara teratur dapat merangsang sel sel acini dalam

menghasilkan ASI lebih banyak (Siti saleha, 2009;h.54 - 58).

7) Sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada sistem endokrin, terutama pada hormon – hormon yang

berperan dalam proses tersebut.

a) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.

Isapan bayi saat menyusui dapat merangsang produksi ASI

dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali

kebentuk normal.

b) Prolaktin

Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk

merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui

bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada

rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. (Siti saleha,

2009;h.60)

c) Estrogen dan progesteron

Pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lama datangnya menstruasi. Seringkali

menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan

rendahnya kadar estrogen dan progesteron ( Eny Retna, 2008;

(52)

d. Komplikasi masa nifas

1) Trauma perineum

Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi

saat proses persalinan. Saat persalinan terkadang dokter/ bidan

melakukan episiotomi, yaitu menggunting perineum untuk

mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan

mencegah robekan perineum yang tidak beraturan.Dengan

episiotomi, perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dan

perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan (Sukarni,2013; h.285)

a) Etiologi

(1) Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul,

genetalia eksterna maupun perineum

(2) Cedera eksternal

(3) Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea

(4) Trauma selangkangan : rupture uretra pars bulbosa

(5) Latrogenik : pemasangan kateter folley yang salah

(6) Persalinan lama

(7) Rupture yang spontan

b) Manisfestasi klinis

Perdarahan per-uretra post trauma, Retensi urin : kontraindikasi

pemasangan kateter lebih khusus pada posterior dan anterior

berikut :

(1) Pada posterior : Perdarahan per-uretra, Retensi urin,

Pemeriksaan rectal tuse (floating prostat), Ureterografi

Gambar

Tabel 2.1 Tanda – tanda persalinan
Tabel 2.2 elemen kunci pelayanan kesehatan pascapersalinan
Tabel 2.3 Perubahan uterus masa nifas

Referensi

Dokumen terkait

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN PADA NY.. N DESA SIRAU-KEMRANJEN-BANYUMAS

Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN TRIMESTER III, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.. D, UMUR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DARI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY..

Berisi tentang kasus yang diambil tentang asuhan kebidanan komprehensif dengan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana dengan

Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN MASA ANTARA (KB) SUNTIK 3 BULAN PADA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN PATOLOGIS, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, DAN NIFAS FISIOLOGIS, SERTA KB (SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.. N USIA 21 TAHUN, G2P1A0 USIA

Dimana penulis mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan kasus yang dibahas (Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru

Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.. MARTIANA, SOKAWERA, CILONGOK,