• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Nurul Fitri Anggraeni BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Nurul Fitri Anggraeni BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lanjut usia dalam berbagai aspek, yaitu promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan

masa tua yang bahagia dan berguna (Depkes RI, 2000).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan

proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah.

Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai semacam

penyakit, hal ini tidak benar, gerontologi berpendapat lain sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu :

bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati tidak karena lanjut

usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecelakaan, atau menurut

orang beragama, sebagai contoh dikatakan dicabut nyawa seseorang oleh

malaikat Izrail atas kehendak Allah (Nugroho, 2000).

Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut merupakan petunjuk perbaikan

kualitas kehidupan bangsa, yang antara lain diakibatkan oleh penurunan angka

(2)

"era dari penuaan penduduk". Penuaan penduduk ini dapat diukur dengan

berbagai indikator, seperti umur median, indeks penuaan yaitu ratio

ketergantungan umur dan proporsi penduduk lanjut usia yang berumur 7 tahun

ke atas terhadap penduduk usia 65 tahun keatas (Hardywinoto, 2005).

Sedangkan menurut Depkes (2000) yang dikatakan usia lanjut adalah

usia 60 tahun keatas. Jumlah panduduk di Asia Tenggara berdasarkan laporan

Perserikatan Bangsa-Bangsa, The Sex and Age Distribution of Population- The

1990 Revision Population Studies, United Nations, New York, 1991 yang antara lain yaitu pada tahun 1980 jumlahnya mencapai 13.146 juta jiwa dengan

persentase 3.7% dari jumlah penduduk, pada tahun 1990 jumlahnya mencapai

17.147 juta jiwa dengan persentase 3.9% dari jumlah penduduk, pada tahun

2000 jumlahnya mencapai 24.893 juta jiwa dengan persentase 4.7% dari

jumlah penduduk, kemudian pada tahun 2025 diperkirakan mencapai jumlah

59.316 juta jiwa dengan persentase 7.2% dari jumlah penduduk.

Gambaran serupa dapat dilihat dari jumlah dan persentase lanjut usia

yang berusia 65 tahun ke atas di Indonesia meningkat cepat, dari 7.99 juta atau

5% dari jumlah penduduk pada tahun 1980 menjadi 15.88 juta penduduk atau

7.5% dari jumlah penduduk pada tahun 2000. Akibat meningkatnya jumlah

penduduk lanjut usia dan meningkatnya penduduk lanjut usia di perkotaan,

serta rendahnya tingkat pendidikan mereka dan menurunnya derajat kesehatan,

maka gaya hidup penduduk lanjut usia terpaksa harus berubah. Kehidupan

mereka akan lebih tergantung pada keluarga, masyarakat dan Negara

(3)

Wirakartakusuma (2000) memperkirakan angka ketergantungan usia

lanjut pada tahun 1995 adalah sebesar 6,93% dan tahun 2015 menjadi sebesar

8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif

harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan

pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang

usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Ketergantungan lanjut usia

disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik

maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk

perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif. Secara

umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia

mengalami penurunan. kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya

akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.

Beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia pada umumnya

adalah: (1) Menurunnya daya tahan fisik (2) Masa pensiun bagi lanjut usia

yang dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang menyebabkan

menurunya pendapatan dan hilangnya prestise (3) Perkawinan anak sehingga

anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua (5) Urbanisasi penduduk usia

muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar, (6) Kurangnya dukungan dari

keluarga lanjut usia (7) Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup

di rumah sendiri, tinggal bersama dengan anak /menantu, dan tinggal di panti

werdha (Wirakartakusuma, 2000).

Secara geografis, distribusi penduduk lansia di Indonesia terbanyak di

(4)

proporsi penduduk lansia di masing-masing provinsi di Indonesia, provinsi

terbesar berturut-turut adalah mereka yang tinggal di Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Jawa Timur, yaitu sebesar 12,58% dan 9,46%. Sedangkan

proporsi terkecil adalah penduduk lansia yang tinggal di Irian Jaya, sebesar

1,65%. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di

Indonesia, sebesar 24 juta jiwa atau 9,77% dari total jumlah penduduk

(Notoatmodjo, 2007).

Wilayah kerja Puskesmas Sumbang II meliputi 8 Desa yaitu desa

Gandatapa, Sikapat, Ciberem, Susukan, Banjarsari Wetan, Banjarsari Kulon,

Kotayasa dan Limpakuwus. Dalam survey pendahuluan diketahui jumlah total

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II tahun 2010 sebanyak

37.009, jumlah usia lanjutnya sebanyak 3.329 orang (8,96%) dari jumlah total

penduduk (Monografi Kecamatan Sumbang, 2010). Jumlah tersebut

merupakan akumulasi lansia yang berasal dari masing-masing desa dalam

wilayah kerja Puskesmas, jumlah lansia yang dijadikan sampel adalah 44 lansia

yang diambil dari seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II yang

berumur lebih dari 60 tahun. Melihat banyaknya jumlah usia lanjut dan

banyaknya faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia, maka penulis

bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan

pembahasan dengan judul hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi

kemandirian lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II Kecamatan

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ketika seseorang memasuki

usia lanjut disebabkan karena beberapa masalah yang dihadapi lanjut usia di

wilayah kerja Puskesmas 2 Sumbang yaitu bahwa beberapa kondisi kesehatan

mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain seperti

kondisi ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak dapat bekerja

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi sosial yang menyebabkan

kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil rumusan masalah

penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang

II”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas

Sumbang II Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden terhadap kemandirian

lanjut usia.

b. Untuk mengetahui hubungan faktor kesehatan terhadap kemandirian

(6)

c. Untuk mengetahui hubungan faktor ekonomi terhadap kemandirian

lanjut usia.

d. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial (sosialisasi pada lanjut usia,

serta dukungan keluarga dan masyarakat) terhadap kemandirian lanjut

usia.

e. Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang paling dominan

terhadap kemandirian lanjut usia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang peran serta kemandirian dalam pemenuhan

sosial lanjut usia di Posyandu karena sangat penting dalam meningkatkan

kesehatan lanjut usia.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai salah satu pertimbangan dalam memberikan peningkatan

pelayanan kesehatan di Posyandu lanjut usia dalam hal ini berkaitan

dengan kemandirian lanjut usia tersebut.

3. Bagi Institusi

Dapat menambah kepustakaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah

kemandirian lanjut usia.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang penelitian keperawatan

(7)

E. Penelitian Terkait

Ardianto (2009) berjudul “Perbedaan Tingkat Kemandirian Lanjut Usia

di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta dengan yang tinggal di

masyarakat di Dusun Gamping Lor Sleman Yogyakarta”. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah comparative non experimental atau

deskriptif comparative dengan pendekatan cross sectional. Analisis data dilakukan dengan uji Mann-Whitney karena didapatkan nilai p=0,021, terdapat

perbedaan yang signifikan antara kemadirian lansia yang tinggal di PSTW

Abiyoso dengan lansia yang tinggal di Dusun Gamping Lor. Perbedaan

penelitian ini terletak pada judul penelitian, desain penelitian dan teknik

analisis data.

Penelitian Ardiyanti (2009) dengan judul penelitian: “Hubungan Antara

Senam Lansia Dengan Kemandirian Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari di

PSTW Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”. Jenis penelitiannya

adalah inferensial analitik kuantitatif. Hasil penelitian senam lansia dalam

kategori sangat baik (90,57%). Kemandirian melakukan aktivitas dasar

sehari-hari dalam kategori mandiri (96,23%). Perbedaan penelitian adalah jenis

penelitiannya yaitu inferensial analitik kuantatif dan variabel yang diteliti yaitu

senam lansia, dan penelitiannya dilakukan di PSTW Budhi Luhur Kasongan

Bantul Yogyakarta tetapi peneliti memfokuskan penelitian tentang pengaruh

kondisi status psikis, ekonomi dan social dengan desain observasional dan

penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas 2 Sumbang Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, telah dilakukan optimasi kondisi sintesis, karakterisasi dan uji aktivitas antioksidan senyawa turunan kalkon yang disintesis dari 4’-hidroksiasetofenon dan

Analisis Biaya dan Pendapatan UT5 (Kopi, Karet dan Nilam) seluas 1,5 hetar Tindakan KTA : Teras Gulud + Mulsa Serasah +

Awalnya dana zakat disalurkan kepada mustahik dalam bentuk pembayaran iuran untuk menjadi anggota dari Koperasi Pemberdayaan Ummat (KOPMU-DT), dimana setiap anggota

Belum diketahuinya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan paving desa pada program kegiatan Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo

a) Switchers / price sensitive, pada tingkat ini merek dipersepsikan memberi kepuasan yang sama. Merek berperan kecil dalam keputusan pembelian. Pada tingkatan

Tingkat Agresivitas Santri Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwasannya tingkat agresivitas pada santri pondok pesantren

Pelaksanaan PPL dilakukan dengan membantu pekerjaan dinas seperti ikut membantu dalam rapat pertemuan Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, mengolah data

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa