• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Mayang Setianing Hadi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Mayang Setianing Hadi BAB II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kanker Kepala dan Leher

a. Definisi Kanker Kepala dan Leher

Sel tubuh yang membelah dan bertambah banyak tanpa tujuan dapat menyebabkan terbentuknya tumor, apabila tumor berbahaya bagi seseorang maka disebut tumor ganas (maligna) dan semua tumor ganas disebut Kanker (Gultom et al., 2005). Kanker Kepala dan Leher adalah keganasan yang muncul pada semua struktur dari cephalad sampai ke klavikula kecuali otak, spinal cord, tiroid dan dasar otak (base of skull). Secara umum kanker kepala dan leher meliputi kanker yang berasal darirongga mulut (mouth), faring (throat), paranasal sinus, rongga hidung, laring dan kelenjar ludah (parotid, submandibular, sublingual glands) (Pasaribu & Suyatno, 2010).

Kanker kepala dan leher merupakan kelompok heterogen kanker yang muncul dari epitelium skuamosa dari rongga mulut dan faring (Pulte & Brenner, 2010). Kanker kepala dan leher dikatagorikan lebih lanjut pada area mana kanker dimulai, area munculnya kanker kepala dan leher meliputi rongga mulut, faring, laring, paranasal sinuses, nasal cavity, kelenjar ludah (Anonim, 2013)

b. Faktor Resiko dan Etiologi

(2)

Tembakau dan alkohol adalah faktor resiko paling penting untuk kebanyakan kanker kepala dan leher, ditambah infeksi oleh Human Papillomavirus (HPV) adalah penyebab lebih dari setengah kasus kanker orofaring (Anonim, 2013). Penggunaan smokeless tobacco dan areca nut adalah penyebab paling umum kanker kepala dan leher di negara berkembang termasuk di Indonesia, selain itu HPV merupakan faktor resiko penting lainnya yang menyebabkan kanker kepala dan leher (Joshi et al., 2014).

Human Papillomavirus (HPV) merupakan virus onkogenik, yang dapat menyebabkan terjadinya proses keganasan dan pembentukan tumor. Papillomavirus termasuk virus DNA dari famili Papovaviridae, yang mempunyai kapsid tersusun dalam kubus simetris yang tidak memiliki selubung. Papillomavirus adalah virus zoonosis yang selain menyerang manusia juga dapat menginfeksi berbagai jenis hewan, antara lain kelinci, anjing, dan sapi. Terdapat lebih dari 18 tipe Human Papillomavirus (HPV) yang telah dilaporkan (Soedarto, 2010).

(3)

c. Gejala Klinis

Tanda dan Gejala yang muncul tergantung lokasi spesifik tumor, gejala yang paling sering muncul adalah nyeri. Gejala paling umum adalah ulkus yang tidak sembuh-sembuh, perdarahan, disphagia, odinophagia, otalgia, nyeri muka, masa di leher, atau lesi baru dalam rongga mulut. Gejala sekunder dapat pula terjadi akibat destruksi lokal atau keterlibatan jaringan sekitar (saraf, jaringan lunak dan tulang) (Pasaribu & Suyatno, 2010). Gejala utama yang dialami penderita kanker kepala dan leher seperti suara serak, nyeri tenggorokan, nyeri lidah, sulit menelan, benjolan di leher, disfagia, dyspnea, lelah, lemas, berat badan turun (Alho et al., 2006)

d. Stadium Kanker Kepala dan Leher

Sistem stadium kepala dan leher menurut American Joint Commitee on Cancer adalah

Stadium 1 : Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening (N0), tidak terdapat metastasi jauh (M0), T1

Stadium 2 : Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening (N0), tidak terdapat metastasi jauh (M0), T2

Stadium 3 : Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening (N0), tidak terdapat metastasi jauh (M0), T3

: Metastasis kelenjar getah bening single, ipsilateral ukuran ≤ 3cm (N1), tidak terdapat metastasi jauh (M0), T1-3

Stadium 4 : Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening (N0) T4 atau Terdapat metastasis kelenjar getah bening single, ipsilateral ukuran ≤ 3cm (N1), Terdapat metastasis jauh (M1)

(4)

6cm (N2b), Metastasis kelenjar getah bening bilateral atau kontralateral, ukuran ≤ 6cm (N2b) atau N3M0 : Any T

: Any N, Terdapat metastasis jauh (M1)

Tumor primer (T) tergantung lokasi anatomis. (Pasaribu & Suyatno, 2010)

e. Penatalaksanaan Terapi

1) Terapi kanker kepala dan leher

Terapi utama kanker kepala dan leher stadium awal adalah pembedahan atau radioterapi, Radioterapi memiliki efek samping seperti mukositis dan mulut kering. Kekurangan lain dari Radioterapi adalah responnya terbatas pada kanker tertentu (umumnya gradding tinggi) serta harganya yang mahal membuat pembedahan merupakan pilihan utama terapi pada kanker kepala dan leher. Terapi standar untuk stadium lanjut (stadium III dan IV) adalah Kemoterapi (Pasaribu & Suyatno, 2010), kemoterapi berbeda dengan pembedahan dan radioterapi dimana pengobatan menggunakan obat-obatan atau hormon. Kemoterapi dapat digunakan secara efektif pada penyakit baik yang diseminata maupun yang masih terlokalisasi, kemoterapi kombinasi menunjukan adanya keberhasilan terutama pada kombinasi obat-obatan yang memiliki mekanisme kerja berbeda (Andrijono et al., 2006).

(5)

baik terutama bila diindikasikan kepada penderita dengan metastasis yang jauh namun tidak memperbaiki survival (Pasaribu & Suyatno, 2010).

5-Fluorouracil (5-FU) merupakan komponen efektif dalam kemoterapi kanker sel skuamosa, aktivitasnya berkaitan dengan tingginya aktivitas thymidylate sintase. Cisplatin menunjukan aktifitasnya pada karsinoma skuamosa baik pada hewan maupun studi fase II. Kombinasi cisplatin dan 5 FU bersinergis pada model in vivo dan in vitro serta secara keseluruhan menghasilkan respon 53% pada pasien squamous cell carcinoma unknown primary (Khansur et al., 1995). Cisplatin tidak hanya menginduksi kerusakan DNA crosslink namun juga dapat menginduksi separuh 8-OhdG, membuatnya mampu meningkatkan stress oksidative pada sel dimana sitotoksisitasnya dapat dikurangi oleh terapi antioksidan (Quon et al., 2011).

Cetuximab adalah antibodi monoklonal human-murine chimeric immunoglobulin G1 (IgG1), yang secara kompetitif berikatan dengan domain ekstraseluler dari EGFR (Epidermal growth factor receptor). Penggunaan Cetuximab dengan kemoterapi berbasis cisplatin menunjukan efikasi yang konsisten pada kekambuhan atau metastasis kanker sel skuamosa kepala dan leher (Remenar et al., 2008). Kemoterapi dengan Docetaxel, cisplatin dan 5 FU adalah pilihan terapi

sistemik yang mungkin dapat diberikan pada pasien locally

advanced head and neck cancer. Rendahnya toksisitas utama

membuat regimen ini sesuai untuk pasien dengan kondisi yang

sesuai (Baghi et al., 2006).

2) Efek Samping Terapi

(6)

berhubungan dengan perubahan dalam berbicara, makan, dan peran fisik. Pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker kepala dan leher dapat menyebabkan perubahan pada peran fisik dan nyeri tubuh (Ronis et al., 2008). Pembedahan pada kanker kepala dan leher sering menyebabkan perubahan kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, atau berbicara. Setelah laryngectomy (pengambilan laring) atau pembedahan lainnya di leher, dapat menyebabkan kekakuan dan rasa lemah pada bahu dan leher (Ronis et al., 2008).

Pasien yang menerima radiasi akan mengalami kemerahan, iritasi, dan serak pada mulut, mulut kering, pengentalan ludah, kesulitan menelan, perubahan rasa, atau mual. Masalah lain yang muncul selama pengobatan adalah hilangnya rasa, yang dapat mengurangi nafsu makan dan mempengaruhi nutrisi, dan sakit telinga. Pasien juga bisa mengalami rasa kaku pada rahang, menyebabkan pasien kesulitan membuka mulut secara lebar (Anonim, 2013)

(7)

2. Kualitas Hidup a. Definisi

Kualitas Hidup menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) didefinisikan sebagai persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat orang itu tinggal serta berkaitan dengan tujuan, harapan, ukuran keberhasilan dan keinginan.nilai dimana individu hidup dan hubunganya dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya. Kualitas hidup terdiri atas dua dasar penting yaitu multidimensi meliputi dimensi fisik, fungsional, emosional, dan sosial, kedua adalah kualitas hidup yang dinilai secara subjektif berupa pendapat pasien sendiri mengenai kondisinya (List & Stracks, 2000). Menurut WHOQOL-BREF terdapat empat dimensi dalam kualitas hidup meliputi dimensi kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan fungsional (Rapley, 2003).

Kualitas hidup sering diartikan sebagai kebahagiaan dan kepuasan terhadap kehidupan, namun pengertian kualitas hidup tersebut seringkali bermakna berbeda pada setiap orang karena memiliki banyak faktor yang mempengaruhi seperti keuangan, keamanan, atau kesehatan. Untuk itulah digunakan sebuah istilah Kualitas Hidup Terkait Kesehatan dalam bidang kesehatan (Fayers & Machin, 2007). Kualitas hidup terkait kesehatan secara umum merupakan persepsi pasien mengenai pengaruh penyakit dan terapinya terhadap fungsional keseharian (List & Stracks, 2000). Dalam definisi WHO, sehat bukan hanya terbebas dari penyakit, akan tetapi juga berarti sehat secara fisik, mental, maupun sosial. Seseorang yang sehat akan mempunyai kualitas hidup yang baik, begitu pula kualitas hidup yang baik tentu saja akan menunjang kesehatan (Harmaini, 2006).

(8)

1) Dimensi fisik, merujuk pada gejala akibat pengobatan atau penyakit.

2) Dimensi fungsional, terdiri atas perawatan diri, mobilitas, serta level aktivitas fisik seperti kapasitas untuk dapat berperan dalam kehidupan keluarga maupun pekerjaan.

3) Dimensi psikologis, meliputi fungsi kognitif, status emosi, serta persepsi terhadap kesehatan, kepuasan hidup, serta kebahagiaan. 4) Dimensi sosial, meliputi penilaian terhadap interaksi sosial.

b. Kuesioner EQ-5D-5L

Pengukuran Kualitas hidup terkait kesehatan dapat menggunakan berbagai instrumen seperti kuesioner yang berisi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, alat ukur kualitas hidup ada yang berupa alat ukur general yaitu yang dapat digunakan oleh berbagai penyakit dan usia serta alat ukur spesifik yang khusus untuk menilai kualitas hidup penyakit tertentu (Harmaini, 2006).

(9)

terbaik yang dapat dibayangkan. EQ-5D index diturunkan dari nilai time trade-off dari populasi UK (Vrettos et al., 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Biomaterial yang digunakan sebagai pelapis logam akan menjadi media antara organ tubuh dan logam karena respon yang diberikan oleh tubuh kepada material yang

Angka kejadian gangguan tidur pada responden menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan penelitian lain tentang kesulitan tidur pada mahasiswa kedokteran tetapi masih

3.1 udara ambien udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya 3.2

PENGARUH PENDIDIKAN-LATIHAN (DIKLAT) DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PADA ORGANISASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH. DAERAH TK I

Pada ujian Tugas Akhir ini penyaji memilih 10 repertoar tari yang dikuasai dari 4 genre tari (Pasihan/Wireng Pethilan/Srimpi/Gambyong) diantaranya, 1) Tari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas naik turun tangga akan meningkatkan frekuensi denyut nadi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UNDIP usia 19-23

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan ester sukrosa, mono/di-gliserida (MDGS) dan kuning telur sebagai kontrol dalam perbaikan karakteristik fisik es krim

Jadi berdasarkan rekapitulasi tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelanggan GarudaMiles sangat setuju dengan pernyataan yang ada pada kuesioner yang