• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang - Unik Riyanti BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang - Unik Riyanti BAB II"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang 1. Balita

Usia balita merupakan periode paling kritis dalam kehidupan manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan keterampilan motorik yang sangat nyata. Masa ini sangat penting karena terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 1995). Menurut Hidayat (2004), peristiwa yang dialami dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa percepatan dan perlambatan. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besar, jumlah, ukuran dalam tingkat sel, organ, maupun individu, sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual.

(2)

menjadi lebih aktif. Oleh karena itu perlu diperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan proses tumbuh kembangnya.

Menurut Thoha (2004), salah satu aspek yang penting dalam masa tumbuh kembang anak adalah aspek gizi. Lebih lanjut Hidayat (2004) menyebutkan bahwa manfaat gizi dalam tubuh adalah dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan gizi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, serta defisiensi zat gizi lainnya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsi sehari-hari, sementara kualitas makanannya sangat tergantung pada pola asuh makan anak yang diterapkan dalam keluarga (Khomsan, 1999). Oleh karena itu anggota keluarga khususnya orang tua memiliki peran penting dalam pengasuhan anak, karena seorang anak balita memiliki ketergantungan secara fisik maupun emosional kepada orang tua 2. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

(3)

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intra seluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Depkes, 2007).

3. Ciri-ciri dan prinsip-prinsip tumbuh kembang anak

Proses tumbuh kembang anak yang mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

(4)

b. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.

Seperti pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing individu.

c. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

d. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu :

(1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah anggota tubuh.

(2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (Depkes, 2007).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak :

(5)

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

(1) Ras/etnik atau bangsa (2) Keluarga

(3) Umur

(4) Jenis kelamin (5) Genetik

(6) Kelainan kromosom. b. Faktor luar (eksternal)

(1) Faktor Prenatal (2) Gizi

(3) Mekanis

(4) Toksin/zat kimia (5) Endokrin

(6) Radiasi (7) Infeksi

(6)

(a) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. (b) Faktor pasca bersalin

Gizi, penyakit kronis/kelainan congenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, Stimulasi, dan obat-obatan (Depkes, 2007).

5. Pemantauan pertumbuhan :

Penilaian pertumbuhan anak dilakukan dengan penilaian status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaanzat-zat gizi (Almatsier, 2001). Salah satu cara mengetahui status gizi adalah dengan pengukuran antropometri (ukuran tubuh). Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).

Penilaian status gizi dengan cara antropometri (ukuran tubuh) mempunyai beberapa parameter diantaranya:

a. Berat Badan (BB)

(7)

misalnya setiap tiga bulan sekali, maka diperoleh suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut (Santoso dan Ranti, 1999). b. Tinggi Badan (TB)

Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin. TB yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Panjang Badan (PB)

Dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data TB (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

d. Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

e. Lingkar Dada

Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa digunakan pada anak berusia 2 – 3 tahun (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

(8)

Biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

g. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran TB dan BB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa et al. 2001).

1. Indeks Antropometri

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

(9)

badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Supariasa et al. 2001).

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa et al. 2001).

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa et al. 2001).

c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

(10)

d. Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U)

Indeks antropometri ini dapat mengidentifikasikan KEP (kekurangan energi dan protein) pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan pada saat darurat, membutuhkan alat ukur yang murah dan pengukuran cepat (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, standar deviasi unit.

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan (Supariasa et al. 2001).

Rumus perhitungan Z – Skor :

Z - Skor = Nilaiindividu−Nilaimedianbakurujukan

Nilaisimpanbakurujukan

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Gizi lebih ≥ + 2 SD

Gizi Baik ≥ - 2 SD dan < + 2 SD Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD Gizi Buruk < - 3 SD

(11)

Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO-NCHS (Indrawani, 2007):

a) BB/U:

Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO-NCHS Gizi baik -2.0 SD s.d. +2.0 SD

Gizi kurang <-2.0 SD Gizi buruk <-3.0 SD b) TB/U:

Normal > -2.0 SD baku WHO-NCHS Pendek (Stunted) < -2.0 SD

c) BB/TB:

Gemuk >2.0 SD baku WHO-NCHS Normal -2.0 SD s.d. +2.0 SD Kurus/Wasted <-2.0 SD Sangat kurus < 3.0 SD 6. Pemantauan perkembangan:

Frankenburg (2001) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan yaitu :

a) Kepribadian/tingkah laku (Personal social)

(12)

b) Gerakan motorik halus (Fine motor adaptive)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang benda.

c) Bahasa (Language).

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

d) Perkembangan motorik kasar (Grows motor).

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh ( Soetjiningsih, 1995).

7. Pemeriksaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Skrining/ pemeriksaan perkembangan anak adalah cara yang di lakukan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Pemeriksaan dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pemantauan perkembangan juga dapat dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dengan cara mengamati kemampuan setiap anak dibandingkan dengan daftar kemampuan yang seharusnya dapat dilakukan oleh anak pada umur tersebut (Soetjatmiko, 2005).

Tata cara pelaksanaan pemeriksaan perkembangan adalah sebagai berikut: a. Alat yang digunakan

(13)

- Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola kecil, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm, kismis, kacang tanah, potongan biskuit.

b. Cara pemeriksaan

- Tentukan umur anak

- Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak dan lakukan pemeriksaan

- Jelaskan kepada ibu/pengasuh agar tidak ragu untuk menjawab - Tanyakan pertanyaan secara berurutan.

- Ajukan pertanyaan berikut setelah ibu/pengasuh menjawab pertanyaan sebelumnya.

- Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah dijawab. c. Interpretasi hasil KPSP:

Hitung jumlah jawaban ya

- Jumlah jawaban ya 9 atau 10 : perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)

- Jumlah jawaban ya 7 atau 8 : perkembangan anak meragukan (M)

(14)

B. Karakteristik Keluarga 1. Pengertian keluarga

Keluarga sebagai kelompok inti dari masyarakat merupakan lingkungan alami hasil pertumbuhan dan perkembangan anak, perlu terus diberdayakan sehingga menjadi lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak. Orang tualah yang paling bertanggung jawab untuk melakukan tugas ini (Depdiknas 2003 diacu dalam Afriyenti 2002).

2. Umur

Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock, 1998).

3. Pendidikan

(15)

pemberian makan yang sehat dan bergizi untuk anaknya (Soetjiningsih, 1995).

Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003 yang diacu dalam Afriyenti 2002).

4. Pekerjaan

Pada masyarakat tradisional biasanya ibu tidak bekerja di luar rumah melainkan hanya sebagai ibu rumah tangga (Rahmawati, 2006). Menurut Satoto (1990) yang diacu dalam Afriyenti (2002), seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni, 1994).

C. Keluarga sadar gizi

1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi

(16)

yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya (Suparmanto, 2006)

2. Perilaku kadarzi

Suatu keluarga disebut kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dirincikan dengan indikator :

a. Menimbang berat badan secara teratur.

Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yaitu mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh (fisik) dari waktu ke waktu. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.

(17)

b. Memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI secara murni kepada bayi tanpa cairan lain, seperti susu formula atau air putih. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal hingga bayi berumur empat sampai enam bulan (Danuatmaja, 2006). ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik.

ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan secara prematur komposisinya akan berbeda dengan ASI yang yang dihasilkan ibu yang melahirkan cukup bulan. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan manajemen laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan. Manfaat ASI antara lain:

(1) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh (2) ASI eksklusif mengembangkan kecerdasan (3) ASI jalinan kasih sayang

(4) ASI bebas dari segala penyakit

(5) ASI mengandung zat lactoferin yang mengikat unsur besi, (Danuatmaja, 2006).

(18)

minimal bayi berumur 0 sampai 6 bulan, karena ASI itu sendiri merupakan nutrisi yang berkualitas, bisa meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Karanganyar tahun 2010 yaitu 10,3 % (Puskesmas, 2010).

(19)

perkembangan pada anak di Puskesmas Karanganyar menggunakan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang dilakukan setiap kunjungan. Diketahui tumbuh kembang pada bayi usia 3 sampai 6 bulan di Puskesmas Karanganyar dikatakan normal apabila anak dapat melakukan keseluruhan skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) dengan baik. Dari study pendahuluan diperoleh data semua perkembangan bayi baik (Puskesmas, 2010).

c. Makan beraneka ragam.

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.

(20)

singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, nanas (Dinkes DKI Jakarta, 2002).

Makanan yang beragam sangat baik untuk keberlangsungan hidup. Hal ini disebabkan karena fungsi dari makanan yang beragam yaitu untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi. Akibat tidak mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, maka akan terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anggota tubuh khususnya pada balita (Dinkes DKI Jakarta, 2002).

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu perilaku hidup sehat, perilaku sakit, dan perilaku peran sakit. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini meliputi makan dengan menu seimbang.

(21)

Tingginya tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka diharapkan akan lebih baik juga keadaan gizinya (Khomsan et al. 2007). Suhardjo (2003) menyatakan bahwa pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 kenyataan, yaitu (1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, (2) setiap orang hanya akan cukup zat gizi, jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan sebagai energi dan (3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Pramuditya (2010) juga menunjukkan hasil yang sama yakni terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Penelitian lain oleh Fitriadini (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan tingkat PHBS nya.

d. Menggunakan garam beryodium.

(22)

melahirkan bayi kretin. Kekurangan yodium pada anak-anak dapat menyebabkan penyakit gondok dimana terjadinya pembesaran pada kelenjar gondok, menyebabkan gangguan fungsi mental, dan perkembangan fisik. Pada orang dewasa kekurangn yodium dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan gangguan mental (Supariasa et al. 2001).

Yodium atau iodium bagian integral dari hormon tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi hormon tersebut adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein, absorpsi karbohidrat dari saluran cerna, dan sintesis kolesterol darah (Arisman, 2007).

e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

(23)

Tahap awal untuk mencapai indikator tersebut adalah setiap keluarga minimal ada seorang anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku gizi yang baik.

3. Upaya Perbaikan Gizi

Upaya perbaikan gizi mempertimbangkan beberapa hal penting sebagai berikut :

a. Perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga, untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih;

b. Sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup seluruh kelompok siklus hidup, meliputi : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia produktif serta usia lanjut;

c. Pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas sektor.

Program perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran meningkatnya status gizi masyarakat dengan indikator kinerja sebagai berikut :

(24)

b. Tercapainya program gizi di puskesmas sesuai target, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya monitoring dan evaluasi di 39 puskesmas.

c. Peningkatan penggunaan garam beryodium, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya pemantauan garam beriodium di 23 pasar.

d. Sinkronisasi program gizi, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya 2 kali pertemuan lintas sektor, 3 kali pertemuan petugas gizi dan 3 kali pertemuan akselerasi ASI eksklusif.

(25)

D. Kerangka Teori Penelitian

Depkes (2004)

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian Perilaku Keluarga Sadar Gizi

(KADARZI) :

- Makan beraneka ragam - Penimbangan rutin BB balita - Penggunaan garam beryodium - Pemberian ASI ekslusif - Suplemen gizi

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan

Tumbuh Kembang Balita - BB balita

(26)

E. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “Ada Hubungan antara Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan Tumbuh Kembang Balita di Posyandu Balita Desa Rawalo Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas”

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor
Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar iodium dari sampel urin sesaat pada semua rentang waktu pengambilan sampel urin dalam sehari dengan kadar

Ida Bagus Antariksa, selaku Kepala Sekolah SD Tarsisius II, , yang telah dengan baik hati memberikan waktu dan tenaganya serta memberikan kesempatan bagi penulis untuk

Angket adalah seperangkat pernyataan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian untuk direspon sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya. Yang dapat dijaring dengan

Dengan dasar teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik sebuah hipotesa sementara bahwa permasalahan yang dihadapi dalam proses terbentuknya pemerintahan Irak

Pengkaryaan ini menampilkan bagaimana perilaku mahasiswa sebagai prokrastinator ketika akan mengerjakan tugas, yang kemudian ceritanya akan terfokus pada dunia imajiner

Diagram ini dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang ada di dalam Diagram Konteks, yang penyebarannya lebih terperinci. Tahapan proses tersebut

Penata Muda Tk.I/Hakim Pratama Muda Pengadilan Negeri Ranai. Penata Muda Tk.I/Hakim