• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dini Septiantina BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Dini Septiantina BAB II"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Sekolah Menengah Pertama Terbuka

Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah pendidikan alternatif pada jalur pendidikan formal yang tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari SMP Induk yang dalam menyelenggarakan pendidikannya menggunakan belajar mandiri. SMP Induk adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri yang telah memenuhi syarat dan ditunjuk sebagai pengelola SMP Terbuka. Dasar hukum didirikannya SMP Terbuka adalah Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0553/U/1996 Tentang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Terbuka.

Tujuan didirikannya SMP Terbuka adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dasar. Kemampuan dasar ini bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan yang akan datang sebagai pribadi anggota masyarakat dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangan serta persiapan siswa untuk hidup dalam masyarakat dan/atau mengikuti pendidikan menengah. SMP Terbuka juga memberikan kesempatan bagi anak yang karena faktor ekonomi, geografi, sosial, waktu, dan lainnya tidak atau belum dapat mengikuti pendidikan pada SMP dan atau yang setara.

(2)

sekurang-kurangnya selama 12 jam pelajaran dalam seminggu. Selain di Sekolah Induk, siswa juga belajar di TKB (Tempat Kegiatan Belajar), yaitu tempat yang telah ditetapkan atau disepakati sebagai tempat untuk kegiatan belajar siswa secara mandiri atau kelompok. Siswa belajar di TKB sekurang-kurangnya 16 jam pelajaran dalam seminggu. Bahan belajar utama pada SMP Terbuka adalah bahan belajar cetak berupa modul. Tenaga pengajar di SMP Terbuka terdiri dari guru bina dan guru pamong. Guru bina adalah guru pada SMP Induk yang bertanggung jawab terhadap pembinaan mata pelajaran pada SMP Terbuka, sedangkan guru pamong adalah guru atau tokoh masyarakat yang bertanggung jawab dalam membimbing dan memandu siswa dalam belajar mandiri dan kelompok di TKB.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

NCTM (2000) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya pada situasi baru dan berbeda. Selain itu NCTM juga mengungkapkan tujuan pengajaran pemecahan masalah secara umum adalah untuk: a) Membangun pengetahuan matematika baru, b) Memecahkan masalah yang muncul dalam matematika dan di dalam konteks-konteks lainnya, c) Menerapkan dan menyesuaikan bermacam strategi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan, dan d) Memantau dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah matematika.

(3)

adanya tantangan dalam materi tugas atau soal dan tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku.

Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006), kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan yang membutuhkan proses penyelesaian untuk pemikiran tingkat tinggi dan mempunyai peranan yang penting dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu dalam pengelolaannya diperlukan perencanaan pembelajaran yang matang dan perubahan pola pikir pada guru itu sendiri. Dalam perencanaan, guru harus merancang sedemikian rupa sehingga mampu merancang berpikir dan mendorong siswa menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah.

Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006), secara rinci menguraikan empat langkah penyelesaian pemecahan masalah matematika yaitu : a) Pemahaman masalah, b) Membuat rencana penyelesaian, c) Mengerjakan rencana, dan d) Peninjauan kembali hasil perhitungan. Adapun penjabaran dari keempat langkah yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan suatu masalah dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Memahami masalah

Pada langkah ini siswa harus memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. Pada langkah memahami masalah meliputi :

1) Siswa mampu menganalisis soal, hal ini dapat terlihat apakah siswa tersebut paham dan mengerti terhadap apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. 2) Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam

(4)

b. Merencanakan penyelesaian

Pada tahap ini siswa harus dapat merencanakan langkah-langkah apa saja yang paling penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, diantaranya adalah siswa dapat mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang dan siswa dapat mencari rumus-rumus yang diperlukan. c. Melaksanakan perhitungan

Pada tahap ini siswa dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam arti rumus yang digunakan sudah merupakan rumus yang siap untuk digunakan dalam soal, kemudian siswa memulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana pemecahan masalah, setelah itu siswa baru melaksanakan langkah-langkah rencana sehingga diharapkan soal dapat dibuktikan atau diselesaikan.

d. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil

Keterampilan siswa yang diharapkan dalam memecahkan masalah untuk langkah ini adalah siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang digunakan sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang sesuai dengan masalah yang diberikan. Siswa mengecek ulang dengan mengerjakan kembali langkah pemecahan masalah menggunakan hasil perhitungan, sehingga didapat apa yang diketahui dalam soal.

(5)

dengan pasti dan tepat. Kemudian peneliti akan mengambil indikator-indikator pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut : 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan penyelesaian, 3) Melaksanakan perhitungan, 4) Memeriksa kembali proses dan hasil.

3. Kemandirian Belajar

Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif dari dalam diri untuk menguasai suatu kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Haris, 2011).

Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri bukan merupakan usaha untuk mengasingkan peserta didik dari teman belajarnya dan dari guru/instrukturnya. Hal terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media pandang dengar. Kalau mendapat kesulitan, barulah peserta didik akan bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur, atau orang lain. Peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan (Rusman, 2013).

(6)

sifat dan sikap serta kemampuan dan kemauan dari siswa untuk belajar berdasarkan keinginan sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain, baik dalam hal penentuan tujuan belajar, model belajar, ataupun evaluasi hasil belajar. Kesiapan belajar mandiri merupakan bagian dari kepribadian yang berkembang dari waktu ke waktu melalui interaksi sosial. Kemandirian belajar siswa ini merupakan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas, tanggung jawab, dan motivasi yang ada dalam diri siswa sendiri.

Menurut Prayitno dan Widyantini (2011) kemandirian belajar adalah siswa: menggunakan berbagai sumber belajar, menggunakan strategi belajar, memiliki motivasi belajar, melakukan perencanaan, melakukan monitoring, melakukan evaluasi, struktur LKS membantu siswa belajar mandiri, dan tugas/latihan membantu siswa untuk belajar mandiri. Selanjutnya, menurut Desmita (2009) kemandirian belajar adalah sebagai berikut :

a. Adanya hasrat atau keinginan untuk belajar demi kebaikan dirinya. Siswa memiliki ambisi dan keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik. b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi masalah.

(7)

dan mengambil keputusan sendiri mengenai strategi, cara atau metode belajar yang akan digunakan untuk memahami isi pelajaran dalam program pembelajaran.

c. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Siswa bertanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan sendiri.

d. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya secara mandiri. Siswa memiliki kepercayaan diri untuk melaksanakan semua yang menjadi tugas-tugasnya sebagai seorang siswa.

Berdasarkan uraian di atas, kemandirian belajar adalah sifat dan sikap serta kemampuan dan kemauan dari siswa untuk berusaha belajar berdasarkan keinginan sendiri dengan pilihan sendiri, serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya, memiliki bahan belajar yang memadai serta mampu mengevaluasi pembelajarannya. Selain itu siswa memiliki rasa percaya diri dan mampu memotivasi sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk menguasai kompetensi tertentu, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Kemudian peneliti akan mengambil indikator-indikator kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut :

1) Adanya hasrat atau keinginan untuk belajar demi kebaikan dirinya, dengan sub indikator : menggunakan strategi belajar dan memiliki motivasi belajar.

2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi masalah, dengan sub indikator : menggunakan berbagai sumber belajar.

(8)

4) Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya secara mandiri, dengan sub indikator : struktur LKS membantu siswa belajar mandiri dan tugas/latihan membantu siswa untuk belajar mandiri.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan telah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penelitian oleh Setianingsih (2015), bahwa siswa dengan hasil belajar tinggi memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, yaitu sudah mampu memenuhi maksimal tiga indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, sedangkan siswa dengan hasil belajar sedang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang belum cukup baik, yaitu memenuhi maksimal dua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, serta siswa dengan hasil belajar rendah memiliki kemampuan pemecahan masalah yang kurang baik, siswa belum memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis karena beberapa soal yang mereka kerjakan masih salah dalam merencanakan penyelesaian dari suatu soal.

(9)

Uraian di atas terlihat bahwa ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel yang akan diteliti. Penulis akan meneliti tentang kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa. Kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat dari pencapaian indikator yang telah ditetapkan. Kemandirian belajar dalam diri siswa juga berkaitan dengan kemampuan matematik yang dimiliki. Perbedaan dengan penilitian yang akan dilakukan yaitu penulis ingin mengaitkan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan kemandirian belajar siswa SMP Terbuka Wangon.

C. Kerangka Pikir

SMP Terbuka adalah SMP yang cara belajarnya menggunakan pendekatan sekolah terbuka atau jarak jauh. Siswa SMP Terbuka tidak diwajibkan datang setiap hari ke sekolah untuk mengikuti pelajaran dari guru. Mereka lebih banyak belajar dengan bahan belajar cetakan berupa modul secara mandiri.

Kemandirian dalam belajar merupakan sikap belajar yang perlu dimiliki oleh siswa terutama mereka yang bersekolah di SMP Terbuka sebagai bekal untuk menerjuni kehidupan bermasyarakat, membangun kehidupan pribadinya, serta agar tidak terjadi hambatan dalam memasuki pendidikan lanjutan. Siswa berusaha belajar sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain berdasarkan keinginan sendiri dengan pilihan sendiri, serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu jika dikaitkan dengan konsep budaya maka menurut Liliweri dalam Muntaha (2011) keluarga Indonesia termasuk dalam kategori high culture context

Skripsi tersebut membahas mengenai permasalahan perlindungan hukum atas hasil penelitian yang dilakukan oleh pengajar pada Perguruan Tinggi menurut regime

Dengan adanya Sumber Daya Alam (SDA) dan sumber daya lokal yang cukup namun belum termanfaatkan dengan maksimal, maka disusun beberapa program kerja sebagai langkah

Rahardi (2006: 100-101) menjelaskan, di dalam linguistik, konteks wacana atau teks dapat dibedakan menjadi sedikitnya menjadi tiga. 1) Konteks tuturan (context of utterance),

Pasal ini menguraikan standar tawaran yang menguraikan fungsi dan batasan teknis tertentu dari masing-masing langganan Edisi ("Standar Tawaran"). Kecuali jika

yang digunakan seperti pada persamaan (2).Hasil pengujian serapan air laut dan air tawar dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11. Nilai viskositas berpengaruh pada

Dapatan kajian mendapati faktor bahasa pengantar terhadap masalah pembelajaran Matematik dalam bahasa Inggeris di kalangan responden semasa proses pengajaran dan

Hanya meneliti tentang Pengaruh Curahan Tenaga Kerja dan Harga Jual terhadap Pendapatan Petani Garam di Desa Kertomulyo Kecamatan Trangkil Kabupaten