BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Belajar
Menurut Komalasari (2010) perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Pendapat ini mengandung arti bahwa proses belajar menjadikan seseorang tahu dan pinter setelah memperoleh materi dan mau belajar.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara menyeluruh sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010).
Menurut Sanjaya (2008) pengalaman belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kempetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pendapat ini mengandung arti bahwa siswa dapat memperoleh informasi sendiri karena siswa mengalami sendiri apa yang mereka lakukan, sehingga menjadi tahu.
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan (Sanjaya, 2008).
2.3 Keterampilan Proses
2.3.1 Pengertian Keterampilan Proses
Keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) pendekatan keterampilan proses adalah:
1. Pendekatan keterampilan proses sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi siswa.
2. Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa.
2.3.2 Jenis-jenis Keterampilan dalam keterampilan proses
Ada beberapa keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Pendekatan keterampilan proses pada dasarnya terdiri dari enam keterampilan, yakni : mengamati (mengobservasi), menggolongkan (mengklasifikasikan), memprediksi (menganalisis), mengukur, menyimpulkan (sintesis), dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses inilah yang harus dikembangkan di dalam kurikulum, Depdiknas dalam Dimyati dan Mudjiono (2006).
2.3.3 Keterampilan Menganalisis
Menurut Ahmad (2007) analisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.
Analisis merupakan kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur atau bagian bahan itu (Sanjaya, 2010).
2.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah model pembelajaran berbasis masalah itu sendiri merupakan kerangka konseptual yang terorganisasikan secara sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pengajaran, para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Dimyati, 1989). Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan kreatif, ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk mamperolah pengetahuan dan konsep dasar dari suatu materi pelajaran (Nurhadi, dkk., 2004), termasuk disini adalah pelajaran IPA.
Menurut Ibrahim dan Nur (2000), pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru agar dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar berperan sebagai orang dewasa, dan menjadikan siswa yang mandiri, sehingga dapat memahami tentang materi IPA. Inti dari Pembelajaran Berbasis masalah bagaimana cara kita bisa memberikan masalah, mencari masalah dan bagaimana cara penyelesaiannya, supaya masalah ini dapat diselesaikan bersama dan memperoleh hasil yang kita inginkan.
kontruktivisme. Unsur inkuiri ditandai dengan upaya siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan hal-hal baru, sehingga siswa dilatih untuk berfikir kritis. Untuk kooperatif ditandai dengan upaya siswa memecahkan masalah yang dilakukan dengan bekerjasama. Demokrasi, siswa bebas mengeluarkan ide, pendapat dan gagasan sendiri. Unsur konstruktivisme ditandai dengan peran guru yang tidak bersifat entral, tetap hanya sebagai pemandu, pembimbing dan fasilitator.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa unsur yang saling berkaitan dan bahkan tidak bisa terpisah satu sama lain. Unsur-unsur ini yang dapat mempermudah guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dan menjadi pedoman bagi guru dalam mengajar. Pemaduan unsur inkuiri, kooperatif, demokrasi, dan konstruktivisme menjadi cara mudah digunakan dalam pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran berbasis masalah (PBL) memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:
1. Keunggulan
a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. h) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. j) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
2. Kelemahan
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
2.5 Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah sebagai sebuah model pembelajaran mempunyai karakter atau ciri tersendiri yang membedakan pembelajaran ini dengan model-model pembelajaran yang lain. Sebagai seorang pengembang model pembelajaran ini, Ibrahim dan Nur (2000) menguraikan bahwa pembelajaran berbasis masalah mempunyai lima ciri, yaitu pengajuan masalah di awal pembelajaran, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan dan menyajikan hasil karya dan yang terakhir adalah bekerja sama dalam kelompok.
Berikut ini disajikan tabel tahapan pembelajaran berbasis masalah serta aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam penerapannya.
Tabel 2.1. Menurut Ismail dalam Rusman (2011) tahapan pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah sebagai berikut:
Tahap Indikator Aktivitas guru
1 Mengorientasikan siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3 Melakukan penyelidikan
individual maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangakan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dan membantu siswa untuk berbagi tugas dengan temannya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan
2.6 Kerangka Berfikir
Gambar 2.1. Kerangka berfikir penelitian eksperimen pembelajaran berbasis masalah (PBL).
Kondisi Awal : masalah (problem based
learning) pada kelas eksperimen
Kondisi Akhir
Kondisi akhir dapat
Pembelajaran Berbasis masalah
(problem based learning) dapat
berpengaruh terhadap kemampuan
analisis siswa pada mata pelajaran IPA konsep Biologi
Perlakuan 2
Pembelajaran ceramah pada kelas kontrol Proses pembelajaran
Pembelajaran berbasis masalah (problem based