PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MEMILIH
STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PAI
SISWA S D NEGERI NGENDROKILO KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2 0 1 0
S K R I P S I
Diajukaln untuk Memperoleh Gelar
V*
Oleh:
MUHAMMAD ROFIUDIN
NIM: 11408245
JURUSAN TARBIYAH
ABSTRAKSI
Muhammad Rofiudin. 2010. Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Memilih Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang Tahun 2010. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan SI Ekstensi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran dengan prestasi belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010
Pembahasan yang muncul adalah “Apakah ada hubungannya kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010.
Berdasarkan permasalahan yang diajukan tersebut, maka hipotesis yang muncul adalah:
Ha : “Ada hubunganya antara kreativitas guru memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010” diterima.
Untuk memecahkan permasalahan dan membuktikan hipotesis yang diajukan penulis mengadakan penelitian di SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang dengan obyek penelitian adalah siswa kelas VI (enam) dan menggunakan sampling seluruh populasi kelas VI (enam) karena banyaknya populasi hanya 26 (duapuluh enam) anak.
Setelah data diperoleh melalui metode dokumentasi dan metode angket, kemudian nilai nilai tersebut dianalisis dengan analisa Product Moment Correlation dari
Karl Pearson. Ternyata terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010 dimana di dapatkan nilai korelasi sebesar 0,540 lebih besar dari nilai r hitung 0,388 pada taraf signifikansi 5%, serta hasil output dari software SPSS. 17 yang menunjukkan Sig-2 tailed sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,005.
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02, Telp (0298)323706,323433 Salatiga
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudara Muhammad Rofiudin dengan No Induk : 114 08 245 yang berjudul:
“PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MEMILIH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI NGENDROKILO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010”
Telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari Sabtu, 28 Agustus 2010 bertepatan dengan tanggal 18 Romadhon 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433,fa0 2 3 4 3 3 Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nomor : Salatiga 11 Agustus 2010
Lampiran : 1 (satu) naskah
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada
Yth.Ketua STAIN Di Salatiga
Assalamualaikum Wr, Wb
Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : MUHAMMAD ROFIUDIN
NIM : 11.408.245
Jurusan /Progdi
: PAI / Ekstensi
Judul : PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MEMILIH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI NGENDROKILO MAGELANG TAHUN 2010
Untuk diajukan dalam sidang Munaqosah Skripsi. Demikian untuk menjadikan periksa.
MOTTO
Mengerjakan sesuatu yang setengah-setengah tidak akan saya lakukan,
mengerjakannya sampai tuntas atau tidak dilakukan sama sekali.
Ada tiga hal cara pintar untuk dilakukan:
1. Melalui Pemikiran, itu adalah yang paling mulia
2. Melalui contoh / meniru , itu yang paling mudah
3. Melalui pengalaman, itu yang terpahit.
Gunakan wajahmu ke sinar matahari maka bayang-bayangmu tersebut jatuh
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga apa yang saya inginkan telah
terwujud yaitu, skripsi yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Guru dalam Memilih
Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa SDN Ngendrokilo
Kabupaten Magelang tahun 2010”
Skripsi yang saya tulis ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri ( STAIN ) Salatiga , Banyak pihak yang telah membantu penulisan skripsi
ini sampai akhirnya dapat terselesaikan. Untuk itu saya ucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Ketua Jurusan Tarbiyah
3. Bapak Ketua Program Studi SI Ekstensi
4. Bapak Dosen Pembimbing Skripsi
5. Segenap Civitas Akademika STAIN Salatiga
6. Kepala Sekolah SDN Ngendrokilo
7. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Banjaragung
dan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
Apa yang telah dituliskan disini masih banyak kekurangan dalam segala
diterima dengan lapang dada agar skripsi ini menjadi lebih baik dan lebih
bermakna
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat
khususnya SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang
Salatiga Agustus 2010
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Garis Besar Skripsi
BAB II T INJAUAN TEO R IT IS PENELITIAN 10
A. Belajar
B. Kreativitas 24
C. Strategi Belajar 29
D. Hasil Belajar 29
E. Pendidikan Agama Islam 30
F. Hasil Pendidikan Agama Islam 31
G. Kerangka Pikir 31
BAB III METODE PENELITAN ( KORELASI) 34
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian 35
C. Populasi dan Sampel 36
D. Metode Pengumpulan Data 37
E. Variabel Penelitian 38
F. Definisi Operasional Variabel 39
G. Instrumen Penelitian 40
H. Pengujian Instrumen Penelitian 42
I. Metode Analisis Data 48
BAB IV H A SIL DAN PEM BAH ASAN 53
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 53
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data 54
BAB V K ESIM PULA N DAN SARAN
A. Kesimpulan 61
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga
orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan. Sekolah merupakan lembaga formal yang
menyelenggarakan pendidikan bagi siswa. Pendidikan formal adalah pendidikan
yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan berkesinambungan. Sedangkan
pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara tertentu tetapi
tidak mengikuti peraturan yang ketat.
Sebagai penyelenggara pendidikan formal, sekolah mengadakan kegiatan
secara berjenjang dan berkesinambungan. Disamping itu sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal juga. Berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan
prestasi belajar anak didiknya. Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak hal
yang mendukung dan saling berkaitan dalam dunia pendidikan dan proses belajar
mengajar
Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan output yang berkualitas.
Dari berbagai macam karakteristik imput yang masuk lembaga pendidikan itu
diharapkan mampu menghasilkan output yang baik dan berkualitas. Demikian itu
merupakan tugas dari lembaga pendidikan yang tidak bisa diabaikan.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam hal ini diharapkan mampu
maupun sarana di sekitarnya agar output dari lembaga pendidikan yang
diampunya mencapai hasil maksimal diranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sesuai dengan tuntutan saat ini dimana guru diharapkan mampu melaksanakan
rambu rambu pendidikan yang diamanatkan dalam UU no 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Permendiknas No 22, 23, dan 24 tahun 2006
yang menjadi rambu rambu bagi guru dalam melaksanakan tugas.
Kita ketahui bersama bahwa rambu - rambu di atas merupakan acuan bagi
tenaga pendidik dalam pengembangan kurikulum. Guru sebagai tenaga pendidik
sangat dibutuhkan tingkat kreatifitasnya dalam pengembangan indikator sesuai
kompetensi dasar yang tertuang dalam Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus.
Berangkat dari permasalahan diatas maka guru diharapkan lebih kreatif,
kritis dan mampu mengeluarkan ide ide yang sifatnya inovatif agar hasil belajar
siswanya mencapai target yang direncanakan. Seorang guru harus mampu
mengembangkan ketrampilan berfikir kreatif, bagaimana memecahkan masalah
secara kreatif, dan mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk berfikir kreatif
dan inovatif
Kreatifitas menurut Lumsdaine(1995:14) adalah mempergunakan
imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau
gagasan orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru
serta bermakna. Artinya untuk menjadi kreatif guru harus mengembangkan
pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu
lingkungannya sehingga diperoleh cara - cara baru untuk mencapai tujuan yang
lebih bermakna.
Akan tetapi pada saat ini menurut hemat penulis masih ada sebagian guru
yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional dan belum mencoba
menerapkan strategi - strategi pembelajaran baru yang lebih inovatif.
Menurut Agus Sujanto (1996:53) Pelaksanaan pengajaran sering hanya
guru mendikte dan si anak mencatat dan kemudian menghafalkannya persis
seperti bunyi catatan dan sama sekali tidak ada kaitan dengan pengertian ataupun
perubahan perbuatan anak karenanya.
Menurut Suharman (2005:375), Kreativitas tidak hanya dilakukan oleh
orang yang memang pekeijaannya menuntut pemikiran kreatif (sebagai suatu
profesi) tetapi juga dapat dilakukan oleh orang - orang biasa di dalam
menyelesaikan tugas - tugas dan mengatasi masalah.
Keberhasilan pencapaian hasil belajar tidak bisa lepas dari pemilihan
metode dan strategi belajar yang tepat . Ketepatan metode dan strategi belajar
sangat membantu siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Metode merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk menyampaikan
materi . Sedangkan strategi pembelajaran adalah langkah langkah yang dipilih
oleh guru dalam mnyampaikan materi pembelajaran. Dengan demikian kreatifitas
pemilihan metode dan strategi pembelajaran mutlak diperlukan seorang guru
Guru menjadi kurang kreatif dikarenakan alasan - alasan sebagai berikut:
1. Malas berfikir, bertindak , dan berusaha melakukan sesuatu
2. Impulsif
3. Menganggap remeh orang lain
4. Mudah putus asa , cepat bosan dan tidak tahan uji
5. Cepat puas
6. Tidak berani menanggung resiko
7. Tidak percaya diri
8. Tidak disiplin
9. Tidak tahan menerima kritik
Dari uraian diatas peneliti ingin mencari gambaran yang kongkrit dan
akurat mengenai hal ini dan tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “
Pengaruh Kreatifitas Guru dalam Memilih Strategi Pembelajaran Terhadap
Hasil Belajar PAI di SD Ngendrokilo Magelang Tahun 2010”
B. Perumusan Masalah
Dengan mamperhatikan latar belakang masalah yang tertera diatas maka
dapat dikemukakan rumusan masalah yang ada sebagai berikut
1. Apakah kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar PAI di SD Ngendrokilo Magelang tahun
2. Adakah pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru dalam
memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI di SD
Ngendrokilo tahun 2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bahwa kreatifitas guru dalam memilih strategi
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar PAI di SD
Ngendrokilo Magelang tahun 2010.
2. Untuk mengetahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
kreatifitas guru dalam memilh strategi pembelajaran terhadap hasil
belajar PAI di SD Ngendrokilo tahun 2010
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Dengari adanya penelitian ini dapat menambah literature yang berupa
sumbangan Ilmu Pengetahuan bagi Mahasiswa pada umumnya dan
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga
pada khususnya
2. Manfaat praktis
Meningkatkan pengetahuan penulis tentang masalah-masalah yang
terkait dengan penelitian ini dan diharapkan akan berguna bagi pihak -
3. Manfaat metodologis
Dapat melaksanakan tindakan ilmiah serta menyusun metode-metode
yang tepat sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
direncanakan.
E. Garis Besar Skripsi
Gambaran umum dari skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Bagian Awal , Mencakup Halaman Sampul Depan, Halaman Judul,
Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar
Tabel
2. Bagian Isi, terdiri d a ri:
2.1 BAB I PENDAHULUAN terdiri dari :
A. Latar Belakang Masalah ; memuat uraian secara umum tentang
hal-hal yang berkaitan dengan variabel penelitian ini, kemudian
menjurus kepada hal hal yang bersifat lebih spesifik khususnya
yang berkaitan dengan fenomena atau permasalahan yang timbul di
obyek penelitian, kemudian mengarah kepada arti pentingnya
penelitian dilakukan.
B. Perumusan Masalah merupakan rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan yang dapat diteliti secara jelas dan diuji melalui
pengumpulan dan analisis data. Disamping itu juga memuat
batasan atau asumsi yang dipergunakan dalam penelitian.
D. Manfaat Penelitian, memuat manfaat yang dapat di petik dari
penelitian ini baik secara teoritis, praktis, maupun metodologis.
E. Garis Besar Skripsi, memuat gambaran umum dari susunan skripsi
ini yang di tuliskan secara naratif dalam bentuk beberapa paragraph
pernyataan.
2.2 BAB II KAJIAN TEORI , memuat kerangka teori, konsep,
definisi ataupun preposisi yang ada hubungannya dengan variabel -
variabel penelitian. Kerangka teoritis ini dibuat untuk memecahkan
masalah penelitian dengan menggambarkan variabel dan hubungan
antar variabel penelitian. Disamping itu , dalam kajian teori ini
juga ditujukan untuk menjadi landasan dalam pengembangan
model penelitan dan perumusan hipotesis. Dalam Penelitian ini
dijelaskan mengenai:
A. Belajar
B. Kreativitas
C. Kreativitas Guru
D. Strategi Pembelajaran
E. Hasil Belajar
F. Pendidikan Agama Islam
G. Hasil Pendidikan Agama Islam
H. Kerangka Pikir
2.3 BAB m METODE PENELITIAN ( K O RELA SI), menjelaskan
tentang jenis penelitian yang digunakan, tempat dan waktu
penelitian, populasi dan sampling (beserta tehnik yang digunakan
dalam pemilihan sampel dan nara sumber), tehnik pengumpulan
data, alat pengukur data, serta diungkapkan tehnik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dimuat dalam
BAB III meliputi:
A. Pendekatan Penelitian {Kuantitatif)
B. Jenis Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Populasi dan Sampling
E. Metode Pengumpulan Data
F. Variabel Penelitian
G. Definisi Operasional Variabel
H. Instrumen Penelitian
I. Pengujian Instrumen Penelitian
J. Metode Analisis Data
2.4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, berisi gambaran umum,
data yang berkaitan dengan obyek penelitian , baik berupa data
primer maupun data sekunder. Data yang disajikan tersebut
kemudian di bahas sebagaimana yang disebutkan dalam BAB I I I .
Dalam Bab ini hal-hal yang dijelaskan meliputi:
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data, meliputi
3. Bagian Penutup ,berisi:
A. Kesimpulan, memuat rangkuman hasil analisis dan
pembahasan yang pada dasarnya merupakan jawaban atas
permasalahan yang diajukan sebelumya
B. Rekomendasi berisi masukan atau saran berkenaan dengan
kesimpulan yang diperoleh, khususnya bagi pembuat kebijakan
dalam penentuan atau pengambilan tindakan yang bertujuan untuk
memperbaiki keadaan, menyempurnakan prosedur kerja, serta
saran bagi peneliti lain yang sedang atau akan melakukan
penelitian dengan topik sejenis.
4. Bagian Akhir, bagian ini meliputi:
A. Daftar Pustaka, memuat referensi yang diacu dan dibaca
langsung dalam menyusun penelitian ini dan disajikan
menurut abjad nama penulis tanpa noitior urut
B. Lampiran, berisi lampiran - lampiran berupa tabel dan
dokumen - dokumen lain yang menunjang pelaksanaan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar selalu dikaitkan dengan perubahan tingkah laku.
Perubahan dari hasil belajar antara lain dengan sikap, pengetahuan, pemahaman
terhadap apa yang telah dipelajari. Perubahan tingkah laku ini di peroleh dari
pengalaman dan latihan - latihan, bukan perubahan yang sifatnya sementara,
seperti yang diungkapkan oleh IL Pasaribu sebagai berikut, ’’Belajar adalah suatu
proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak
dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan
sementara”.(Pasaribu, 1983:59).
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan (kondisi) belajar yang lebih efektif. Sistem lingkungan belajar seperti
ini terdiri dari berbagai komponen-komponen yang saling mempengaruhi.
Komponen komponen itu misalnya tujuan pengajaran yang ingin dicapai, materi
yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan
sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar
2. Jenis Jenis Belajar
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan
perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai
cirri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya,
mencoba membagi jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena
itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam
merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam
merumuskan sistematika jenis-jenis belajar. Demikian juga antara rumusan
sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan
Robert M. Gagne.
Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini
merupakan penggabungan dari pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun begitu, dari
pendapat ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis belajar tertentu yang tidak
dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku yang dibahas.
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut
masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis,
belajar kaedah, belajar konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan
1. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah
dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah
mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya,
yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lam kelamaan dia
mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”, Dia sudah tahu bahwa
kedua binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor
anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan
kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan
telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang
kecil dari pada anjing.
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang
belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat
menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti
kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan
mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri
dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang
melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti
2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah
mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.
Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya
kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam
perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah
dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan
atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata
atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah
dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti
semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan
luaslah alam pikiran kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa
melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak
berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati.
Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kea rah
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah,
sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu
waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu
mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam
menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan
menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal
tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami
dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti teijadi dalam bidang-bidang
studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara konsep-
konsep dan struktur-struktur hubungan. Misalnya, “bujur sangkar” mencakup
semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus
dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek
ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran
orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus
didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek
dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi,
tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang
didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung
menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak
berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara
sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya,
adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan
mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu
diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.
Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar
pengertian. Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual
(intellectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua
konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang
mereprentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah,
mampu menghubungkan beberapa konsep.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah
merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat
berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah
merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu,
belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya
penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus
dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya
menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode beketja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen.
Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu
Berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan
diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar. Konsep Dewey
tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b. Masalah itu dipeijelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian
hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau
ditolak.
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada
kesimpulan.
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Kesadaran akan adanya masalah.
b. Merumuskan masalah.
c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.
Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan
masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat
antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
2. Prinsip-Prinsip Belajar
Telah dipahami belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak
berubah, berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan.
Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar.
Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan
efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat
melapangkan jalan ke arah keberhasilan. Maka calon guru/pembimbing
seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip
belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh
setiap siswa secara individual. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan
partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
intruksional;
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya;
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
3. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya;
4. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
5. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya;
6. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang;
7. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif;
8. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;
9. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapakan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang
diharapkan;
10. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa
3. Teori Belajar
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang, dalam
hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah
satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah
sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya
karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007:93), bahwa tugas guru tidak hanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator
yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate o f learning) kepada
seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan ini si guru harus mampu
menyiapkan proses pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya
terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan
bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran. Berikut ini akan dibahas
teori-teori belajar dan implikasinya dalam proses pembelajaran. Diantaranya :
1. Teori Gagne, Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar itu ada, sehingga
penting bagi guru untuk menentukan urutan materi yang harus diberikan
terlebih dahulu. Keberhasilan siswa belajar kemampuan yang lebih
tinggi, ditentukan apakah siswa itu memiliki kemampuan belajar yang
rendah atau tidak. Menurut Gagne ada 8 tipe belajar yaitu :
• Belajar Isyarat
• Belajar Stimulus Respon
• Belajar merangkaikan
• Belajar asosiasi verbal
• Belajar diskriminasi
• Belajar konsep
Sebagai implikasinya maka proses belajar mengajar harus
memperhatikan kejadian instruksional yang meliputi (1) menarik
perhatian, (2) menjelaskan tujuan, (3) mengingat kembali apa yang telah
dipelajari, (4) memberikan materi pelajaran, (5) memberi bimbingan
belajar, (6) member kesempatan, (7) memberi umpan balik tentang benar
tidaknya tindakan yang dilakukan, (8) menilai hasil belajar, dan (9)
mempertinggi retensi dan transfer
2. Teori Piaget, menurut prinsip teori Piaget (a) Manusia tumbuh
beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, kepribadian,
sisioemosional, kognitif dan bahasa ;(b) pengetahuan datang melalui
tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar tergantung seberapa
jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
Implikasinya dalam proses pembelajaran yaitu: (1) memusatkan
perhatian berflkir atau proses mental anak, tidak sekadar hasilnya tetapi
juga prosesnya, (2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri,
keterlibatan aktif dalam pembelajaran, penyajian pengetahuan jadi tidak
mendapat tekanan, (3) memaklumi perbedaan individual, maka kegiatan
pembelajaran diatur dalam kelompok kecil, (4) peran guru sebagai
seorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan siswa
dapat memperoleh pengalaman luas.
3. Teori Bruner, didalam teorinya Bruner mengemukakan bahwa
berurutan yaitu (a) enactive representation, segala pengertian anak
tergantung kepada responnya; (b) iconic representation, pola berfikir
anak tergantung kepada organisasi visual (benda-benda yang konkrit) dan
organisasi sensorisnya; dan (c) symbolic representation, anak telah
memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal, pada periode ini anak
telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Implikasi teori ini adalah : (a) menghadapkan anak pada suatu situasi
yang membingungkan atau suatu masalah; (b) anak akan berusaha
membandingkan realita diluar dirinya dengan model mental yang telah
dimilikinya; dan (c) dengan pengalamannya anak akan mencoba
menyesuaikan atau mengorganisasikannya kembali struktur-struktur
idenya dalam rangka mencapai kesimbangan di dalam benaknya. Untuk
itu siswa akan mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan
informasi baru dan menyingkirkan informasi yang tidak perlu.
4. Teori Ausubel , dia berpendapat bahwa belajar penemuan itu penting,
tetapi dalam beberapa situasi tidak efisien , ia lebih menekankan guru
sentral, sehingga Ausubel kurang menekankan belajar aktif.
Penekanannya pada ekspositorik. Ausubel menekankan pengajaran
verbal yang bermakna (meaningful verbal instruction)
5. Teori Vygotski, beranggapan bahwa pembelajaran terjadi bila anak -
anak bekeija atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya,
maksudnya adalah perkembangan kemampuan siswa sedikit diatas
kemampuan yang sudah dimilikinya.
Implikasinya yaitu dengan memberikan bantuan penuh kepada anak
dalam tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian berangsur-angsur
dikurangi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil
alih tanggungjawab semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.
6. Teori Konstruktivis, ide-ide Piaget, Vygotsky, Bruner dan lain-lain
membentuk suatu teori pembelajaran yang dikenal dengan teori
Konstruktivis. Ide utamanya adalah : (a) siswa secara aktif membangun
pengetahuannya sendiri; (b) agar benar-benar dapat memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan siswa harus bekeija memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri; (c) belajar adalah
proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbs; dan (d)
belajar adalah proses membangun pengetahuan yang selalu diubah secara
berkelanjutan melalui asimilasi dan akomodasi informasi baru.
Menurut Suradjiono, dalam Susilo (2000:116), pembelajaran adalah keija
mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Guru
berperanan member dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai
pelatih namun siswa tetap kunci pembelajaran
Implikasi dari teori ini adalah (1) memusatkan perhatiannya kepada
berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya saja; (2)
mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif
mulai dari komplek ke sederhana, daripada bottom-up dari yang
sederhana bertahap berkembang ke kompleks ,dan (4) menerapkan
pembelajaran koperatif.
B. Kreatifitas
1. Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas selalu dikaitkan dengan kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, maupun karya nyata
yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Tabrani & Rusyan,
1991 :189).
Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang
menyebabkan seseorang itu disebut kreatif. Indikator yang sebagai ciri dari
kreativitas dapat diamati dalam dua aspek yakni aspek aptitute dan nonaptitute.
Ciri-ciri aptitute adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses
berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan
dengan sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh
(Munandar, 1992:73) menunjukan indikator kreativitas sebagai berikut:
1. Dorongan ingin tahu besar
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4. Bebas dalam menyatakan pendapat
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni
7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh oleh orang lain.
8. Rasa humor tinggi
9. Daya imajinasi kuat
10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan,
karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan
cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan orang lain)
11. Dapat bekeija sendiri
12. Senang mencoba hal-hal baru
13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi)
Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami
bahwa seseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan lingkungan
ciri-ciri dari kreativitas mendominasi dalam aktivitas kehidupannya, dan
melakukan segalanya dengan cara-cara yang unik. Semua ciri-ciri tersebut secara
konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap individu, sebab setiap individu
memiliki potensi kreatif. Tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreatifitas,
hal ini memberikan makna bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dalam
Kreativitas agar dapat terwujud membutuhkan adanya dorongan dalam diri
individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
Pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan
potensinya, untuk mewujudkan dirinya; dorongan untuk berkembang dan
menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua
kapasitas seseorang. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas
ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya
dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Munandar, 1999:80). Motivasi
intrinsik ini yang hendaknya dibangun dalam diri individu sejak dini. Hal ini
dapat dilakukan dengan memperkenalkan individu dengan kegiatan-kegiatan
kreatif, dengan tujuan untuk memunculkan rasa ingin tahu, dan untuk melakukan
hal-hal baru.
Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara konstruktif ikut mendorong
munculnya kreativitas. Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus
dimungkinkan untuk tumbuh. Individu memerlukan kondisi yang mampu dan
memungkinkan individu tersebut mengembangkan sendiri potensinya. Maka
penting mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) yang dapat memupuk
dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya.
2. Jenis - Jenis Kreativitas
Hadi Pramono dalam blognya (http://hadipramono.web.id/blog/
a. Verbal/linguistic: kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau
tertulis
b. Matematis/logis: Kemampuan memanipulasi sistem nomor dan
konsep logis
c. Spasial: Kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan desain
d. Musikal: Kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep musik,
seperti nada irama, dan keselarasan
e. Kinestis-tubuh: Kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan,
seperti dalam olah raga atau tari
f. Interpersonal: Kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta
perasaan
3. Kreativitas Guru
Dalam ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’ disebutkan bahwa Guru adalah
orang yang pekeijaannya mengajar. Guru adalah tenaga professional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan
bimbingan dan melakukan pelatihan. Menurut Undang Undang Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai,
dan menilai peserta didik. Melalui tugas yang demikian itu guru memiliki peran,
fungsi, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembelajaran. Guru
merupakan pihak yang berada di barisan paling depan dalam sistem pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional juga menyebutkan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Dalam usaha mencapai tujuan belajar mutlak diperlukan adanya sistem
lingkungan ( kondisi ) belajar yang lebih efektif. Sistem lingkungan belajar ini
sendiri dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing masing akan saling
mempengaruhi. Komponen komponen itu misalnya tujuan pengajaran yang akan
di capai, materi yang ingin diajarkan ,guru dan siswa yang memainkan peranan
serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana
prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Guru sebagai salah satu komponen dalam hal ini memegang peran yang
besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Karena itu guru diharapkan mampu
mengembangkan segenap potensi dirinya sesuai dengan tuntutan jaman dan
kondisi lingkungan tempat dia mengajar. Dalam hal ini kreatifitas seorang guru
mutlak diperlukan.
Dari uraian umum diatas tentang kreatifitas, hendaknya hal ini dapat di
terapkan oleh guru dalam kehidupan sehari hari maupun dalam proses
pembelajaran sehingga kebiasaan berperilaku kreatif ini dapat tertanam pada
C. Strategi Belajar
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien . (Senjaya, 2008:73)
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaaan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Dalam
hal ini adalah tujuan pembelajaran (Depdiknas, 2008:8)
D. Hasil Belajar
Menurut Dimjati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa , hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimjati
dan Mudjiono ,1999:250-251 ).
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang tealah belajar
akan teijadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu
Winkel (1991:36) dalam bukunya yang berjudul: Psikologi Pengajaran,
menurutnya, pengertian belajar adalah “Suatu aktifitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Menurut Nasution (1982:68) belajar adalah sebagai perubahan kelakuan,
pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu
yang belajar. Perubahan itu tiudak hanya mengenai sejumlah pengalaman,
pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek
organisasi atau pribadi individu yang belajar.
E. Pendidikan Agama Islam
Daradjat (1992:86) mengemukakan beberapa pengertian Pendidikan
Agama Islam sebagai berikut:
a) Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
pandangan hidup (way o f life)
b) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang didasarkan berdasar
c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Agama
Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selsai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran Agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesjahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak.
Pendidikan Agam Islam adalah suatu usaha untuk menanamkan sikap budi
pekerti atau akhlak keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan ajaran-ajaran dasar Agama Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadits (Depdiknas,2003:2)
F. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam merupakan perubahan perilaku
siswa pada bidang Pendidikan Agama Islam yang dinyatakan dalam angka setelah
melalui proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
G. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel dependen dan
independent. Sebagai variabel bebas atau independent adalah Kreativitas Guru
dalam Memilih Strategi Pembelajaran (x) sedangkan variabel tak bebasnya
Dari variabel yang penulis sebutkan diatas penulis menduga adanya
pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru dalam memilih strategi
pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SDN Ngendrokilo
Gambar 2.1
Kerangka Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen
H. Hipotesis
a. Anggapan Dasar
Sebagai anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Materi pelajaran PAI yang diterima seluruh siswa adalah sama sesuai
dengan kurikulum tahun 2006 dan diajarkan oleh guru yang sama.
2. Siswa menerima materi pelajaran dengan metode yang sama.
3. Penguasaan hasil belajar PAI dapat ditunjukkan dengan hasil tes.
4. faktor faktor lain selain variabel yang dikemukakan tidak mempengaruhi.
b. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang
telah dikemukakan, dirumuskan hipotesis umum sebagai berikut: "Kreatifitas
Hipotesis diatas, secara rinci dirumuskan hipotesis nol ( HO) dan Hipotesis
alternatif (H 1) sebagai berikut:
1. HO: ada pengaruh antara kreatifitas guru dalam memilih strategi
pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SDN Ngendrokilo.
2. H I: ada pengaruh yang signifikan antara kreatifitas guru dalam memilih
BAB
m
METODE PENELITIAN ( K O RELA SI)
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian
tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka,
nieskipun juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya seperti kata-kata atau
kalimat yang tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara
antara peneliti dan informan.
Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan misalnya terdapat dalam skala
pengukuran. Suatu pemyataan/pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban,
sangat setuju, kurang setuju, tidak setuju dimana masing masing: sangat setuju
diberi angka 4, setuju 3, kurang setuju2 , dan tidak setuju 1, (Sugiyono,2002:7)
Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang
diteliti. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen - instrumen formal standar
dan bersifat mengukur. (Sukmadinata,2006:95).
2. Pendekatan Penelitian
Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah permasalahan
asosiatif yaitu suatu pertanyaan peneliti yang bersifat menghubungkan dua
variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian adalah hubungan kausal,
mempengaruhi) dan variabel dependent (dipengaruhi). Variabel independent
dalam penelitian ini adalah kreatifitas guru dalam memilih strategi belajar
mengajar (X), dan variabel dependent adalah hasil belajar PAI siswa SD Negeri
Ngendrokilo Magelang (Y).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SD Ngendrokilo Kabupaten Magelang.
Sekolah ini berada di pedesaan, jauh dari perkotaan, sekitar 14 km dari kota
Magelang. Siswa masih banyak yang berjalan kaki sebab daerahnya berbukit dan
lereng gunung Sumbing.
2. Waktu Penelitian
Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama kurang
lebih dua bulan sejak bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No
Tahapan
kegiatan
Waktu pelaksanaan
Juli Agustus
I II
in
IV In
m
IV1 Persiapan X
3 Dokumentasi X X
4 Angket X X
5 Konsultasi X X
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1997:108)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri
Ngendrokilo Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang yang berjumlah 26
Dan seluruh guru PAI yang beijumlah 1 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 1997:109). Mengenai ukuran sampel Apabila subyek peneliti kurang
dari seratus, lebih baik diambil seluruhnya. Sedangkan subyek apabila cukup
besar dapat diambil sebanyak 10 % sampai 15 % atau 20 % atau lebih
(Arikunto, 1993:107).
Karena populasi dalam penelitian ini kurang dari seratus maka dalam
3. Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara Accidental
sample yaitu tehnik pengambilan sampel berdasarkan kesediaan responden untuk
mengisi kuesioner baik dari sisi waktu dan pemikiran. (Singarimbun dan Efendi,
1997:162)
D. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan penelitian dan sumber data yang akan
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis
dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan kegiatan penelitian
diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu sehingga proses
penelitan dapat berjalan lancer. Berdasarkan dengan proses pengumpulan data
tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian bermaksud memperoleh bahan
bahan yang relevan , akurat dan reliable . Untuk memperoleh data seperti yang
dimaksudkan itu pekeijaan research menggunakan teknik, prosedur, alat-alat serta
kegiatan yang dependable, yang dapat diandalkan (Arikunto,2006:89).
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini
menggunakan tehnik observasi, wawancara dan studi dokumenter.
1. Dokumentasi
Menurut Arikunto, dokumen berasal dari kata dokumen yang berarti
digunakan untuk kepentingan penelitian ini diperoleh dari dokumentasi
(Arikunto, 1996:148).
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar
sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Guba dan Lincoln
(Moloeng,2007:216) mengemukakan dokumen ini adalah setiap bahan tertulis
ataupun film. Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan
data tentang hasil belajar PAI siswa SDN Ngendrokilo Magelang tahun 2010.
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan metode angket.
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal yang ia ketahui ( Arikunto, 1996:139).
Angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menggunakan pertanyaan yang harus dikeijakan atau dijawab oleh orang yang
meliputi sasaran angket tersebut. Dalm penelitian ini angket digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran.
E. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian tersebut diatas maka variabel penelitian ini
adalah kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran dan hasil belajar PAI.
F. Definisi Operasional Variabel
Guna menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel-variabel yang
dianalisis atau untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, perlu di
jelaskan definisi oprasional masing masing variabel
1. Kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran
Kemampuan guru dalam melaksanakan rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai hasil belajar meliputi penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada.
2. Hasil belajar PAI
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini dibatasi
pada hasil nilai harian yang dilaksanakan pada periode Juli sampai
dengan Agustus 2010.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, diam arti lebih lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah . Variasi
jenis instrumen penelitan adalah angket, cek lis (check-list) atau daftar centang,
Dalam penelitian ini menggunakan angket dalam bentuk skala sikap dari
Linkert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala
deskriptif.
Angket penelitian ini berupa angket tertutup untuk mengungkap data
tentang variabel bebas yaitu kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran.
Pada bagian ini yang diungkap meliputi durasi, frekwensi, persistensi, ketabahan
dan keuletan, tingkat aspirasi , tingkat kualifikasi, devosi , sikap dan aktifitas
guru.
Kuesioner dari penelitian ini merupakan kuesioner yang menggunakan
skala likert, untuk mengklasifikasi variabel yang akan diukur dalam penelitian.
Skala likert ini biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
Alternatif jawaban menggunakan skala Linkert dengan empat alternatif
jawaban, yaitu (a) selalu, (b) kadang-kadang, (c) jarang (d) tidak pernah. Skor
untuk jawaban dari pertanyaan/pemyataan positif adalah (a)=4, (b)=3, (c)=2
(d)=l, sedangkan untuk pertanyaan/pemyataan negatif skor sebaliknya.
Tabel 3.2
Kisi kisi Instrumen Penelitian
No Indikator Kreatifitas guru Nomor soal
H. Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi
karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai
alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data sangat menentukan bermutu
tidaknya hasil penelitian, sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpulan data.
Menurut Umar (2003:87), instrumen yang baik memenuhi lima kriteria
yaitu, (1) validitas, sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner akan
mengukur yang ingin diukur, (2) reliabilitas, yaitu sejauh mana suatu hasil
pengukuran relative konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali, (3)
sensitivitas, yaitu kemampuan suatu instrument untuk melakukan diskriminasi,
(objektivitas,yaitu data diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian subjektif,
dan (5) fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner, serta
penggunaan sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, instrumen dalam
penelitian ini akan diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas, tempat uji coba
(try - out) di MI Banjaragung Kabupaten Magelang.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keshahinan sebuah instrument. Suatu instrument yang valid atau
sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya , instrument yang kurang valid
sesuai hal dan sifat yang diukur, artinya setiap butir instrumen telah benar-benar
menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep menjadi dasar
penyusunan instrumen.
Validitas menurut Azwar (1997:55) didefinisikan sebagai seberapa cermat
suatu alat tes melakukan fungsi ukurnya atau menurut Singarimbun & Effendi
(1989:124) adalah sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin
diukur.
Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket, sehingga benar-
benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen valid jika mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud. Jika r ( korelasi), dengan item tersebut valid.
Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan variabel
internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian instrumen secara
keseluruhan. Untuk mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada
analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian di korelasikan
dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh
rxy = N
w
/ V N
\
y
Dengan pengertian:
rxy : Koefisien Korelasi antara x dan y rxy
N : Jumlah Subyek
X : Skor item
Y : Skor total
X * : Jumlah Skor item
X j> : Jumlah Skor total
X * 2 : Jumlah kuadrat skor item
X y 2 ■ Jumlah kuadrat skor total
(Suharsimi Arikunto,(2002:146)
Dalam menentukan valid tidaknya instrumen adalah dengan cara
mengkorelasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan nilai tabel nilai
koefisien korelasi (r) pada taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95%.
maka instrumen penelitian tersebut dianggap valid. Dengan demikian instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengambil data.
Uji validitas instrument penelitian di lakukan dengan bantuan program
SPSS 17.0 fo r windows. SPSS adalah suatu software yang berfungsi untuk
menganalisis data, melakukan perhitungan statistik baik parametrik maupun non
parametrik (Ghozali,2001:14).
Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan program SPSS 17.0 fo r
windows, didapatkan nilai r xy item pertanyaan nomor 1 diperoleh hasil rxy =
0.607. Hasil tersebut di konsultasikan pada tabel r product moment dengan db 26
dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai 0,388.Ketentuan jika rxy > dari r tabel
maka soal termasuk valid pada taraf signifikansi 5%. Kemudian indikator dari
program SPSS menunjukkan kalau nilai itu sangat signifikan pada taraf
signifikansi 5% atau Sig.(2-tailed).
Langkah untuk mencari koefisien korelasi item pertanyaan 1-15 ditempuh
dengan menggunakan cara yang sama.
Ringkasan dari hasil perhitungan tingkat validitas instrument penelitian
dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan lampiran tersebut menunjukkan
bahwa dari 15 item pertanyaan terdapat 10 pertanyaan yang dianggap valid.
Selanjutnya item yang valid akan digunakan sebagai bahan untuk penelitian
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989:63), Setiap
alat pengukur seharusnya memilik kemampuan untuk memberikan hasil
pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu .
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat di percaya sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik ( Arikunto,2002:154 ).
Menurut Simamora(2002:63), reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner.
Kuesioner yang reliable adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara beruang
ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Realibilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran).
Suatu kuesioner disebut reliable atau handal jika jawaban - jawaban
seorang konsisten (Setiaji,2004:60). Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relative sama
(Azwar,2000:3). Pada penelitian ini untuk mencari realibilitas instrumen
menggunakan rumus alpha dengan menggunakan tehnik Formula Alpha Cronbach
dan menggunakan program SPSS 17.0 for windows, karena instrumen dalam
penelitian ini berbentuk angket atau daftar pertanaan yang skornya merupakan
mencari reliabiUtas instrument yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket atau
soal bentuk uraian maka menggunakan rumus alpha.
Untuk uji realibilitas instrumen di gunakan rumus Alpha dari Cronbach
(Umar,2003:106) sebagai berikut:
^ c r t 2 = varian total
Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal jika kuesioner dalam
satu variabel memiliki jawaban konsisten dan stabil dari waktu ke waktu, dengan
syarat nilai uji reliabilitas dapat menunjukkan nilai alpha lebih besar dari 0,6
(Ghozali,2001:32).
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 17.0 fo r
windows diperoleh hasil dari rl 1= 0,932. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan
pada tabel r product moment. Dari r product moment dengan db 26 dan taraf
signifikansi 5% diperoleh nilai 0,388 r„ = Koefisien reliabilitas
a = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
Dari hasil perhitungan data tersebut diketahui bahwa harga rl 1 0,932 lebih
besar daripada r tabel yang sebesar 0,388. Ketentuan jika rl 1 > dari r tabel maka
instrument termasuk reliable pada taraf signifikansi 5%.
I. Metoda Analisis Data
1. Analisa Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana terdiri dari satu variabel dependen
(variabel terikat) dan satu variabel independen (variabel bebas). Analisis regresi
linier sederhana dinyatakan dengan hubungan persamaan regresi:
Y = a + bx
(Sudjana 2005: 312).
(Sudjana 2005: 315).
Keterangan:
X : Variabel independen
Y : Variabel dependen