i
IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
DI SMPN 06 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016-2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
M. AZKA ARIFIAN
111-12-232
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar
kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka, Barangsiapa
bertaqwa kepada Allah maka Allah jadikan urusanya menjadi mudah, Barangsiapa
bertaqwa kepada Allah akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan pahala
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk ayahanda (Triyono) dan
ibundaku (Eni Hidayati) tercinta yang tiada pernah berhenti memberiku
semangat, do’a, nasihat dan kasih sayang yang tak pernah tergantikan.
Terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku dalam belajar. Semoga
diri ini bisa menjadi seorang yang berguna bagi keluarga, nusa, bangsa dan
agama.Ya Allah berikanlah balasan setimpal Syurga firdaus_Mu untuk
kedua orang tuaku, Amin.
2. Kepada kedua adikku (Farhan Navis dan Umada Habibatil Mutia), yang aku
sayangi, Raihlah cita-cita kalian setinggi mungkin, mas Pian harap kalian
bisa menggapai hal yang sama dan bahkan lebih baik dari ini. Semoga mas
Pian ini bisa menjadi teladan yang baik buat kalian.
3. Segenap keluargaku, terimakasih atas semua do’a, dukungan, nasihat yang
diberikan kepadaku. Semoga diri ini bisa menjadi pribadi yang lebih baik
dan dewasa. Membanggakan kelurga, dan bermanfaat ilmunya.
4. Teruntuk teman-teman seperjuangan PAI G dan PAI Angkatan 2012, sukses
viii
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
syukur dan terimakasih senantiasa penulis haturkan kepada Allah swt yang telah
memberi nikmat sehat, iman, islam dan memberi kesempatan serta ridha-NYA
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyajikan hasilnya dalam
bentuk skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah
di SMPN 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017” ini disusun dalam rangka
menyelesaikan studi strata 1 dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN Salatiga.
Bantuan dan dukungan baik materil maupun immateriil dari berbagai pihak
telah memberikan kontribusi positif dalam penyusunan skripsi ini. Dan atas
kontribusi tersebut penulis menyampaikan terimakasih dan do’a semoga Allah swt
berkenan membalas kebaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI).
4. Bapak Imam Mas Arum, M. pd selaku dosen pembimbing yang dengan
ikhlas mencurahkan fikiran waktu dan tenaganya dalam upaya
ix
5. Ibu Maryatin, M. Pd. Selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih
atas waktu yang telah diberikan selama 5 tahun ini, telah membimbing
dengan sabar dan ikhlas.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Mudjiati selaku kepala sekolah di SMPN 06 Salatiga yang telah
banyak membantu penyelesaian skripsi ini.
8. Siswa-siswi SMPN 06 Salatiga yang telah menyambut dengan hangat
dan senyum manis atas kehadiran penulis dan kerja sama selama
penelitian.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan penulis sadar bahwa skripsi ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran, kritik yang membangun dan koreksi
semua pihak penulis terima dengan tangan terbuka.
Wasslamu’alaikum Wr.Wb
Salatiga, September 2017
Penulis
x ABSTRAK
Arifian, Muhammad Azka, 2017. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum M. Pd.
Kata Kunci : Gerakan Literasi, Sekolah
Konteks gerakan literasi sekolah yaitu mencakup memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui upaya menyeluruh agar menjadikan warga sekolah menjadi pembelajaran literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui bagaimanakah implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga? 2) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja pendukung dan penghambat implementasi implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga? 3) solusi seperti apakah yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga?.
Penelitian ini adalah jenis penilian kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Pihak yang di wawancarai antara lain: guru SMPN 06 Salatiga, kepala sekolah SMPN 06 Salatiga, siswa-siswi SMPN 06 Salatiga. Analisis data dimulai saat penulis mengumpulkan data, dengan cara pengorganisasian, pemecahan, sintesis, menentukan pola, memilah data yang penting dan tidak dengan mengacu pada kontribusi pada upaya menjawab fokus penelitian gerakan literasi sekolah.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penengasan Istilah ... 8
F. Metode Penelitian ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 17
xii
B. Tahap-Tahap Gerakan Literasi Sekolah ... 20
C. Jenis Kegiatan Literasi ... 21
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPN 06 Salatiga 1. Sejarah dan Profil SMPN 06 Salatiga ... 34
2. Visi, Misi, Tujuan SMPN 06 Salatiga ... 35
3. Daftar Guru ... 36
4. Sarana dan Prasarana... 40
B. Hasil Penelitian 1. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah ... 42
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah ... 48
I3 Solusi Gerakan Literasi Sekolah ... 50
BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah SMPN 06 Salatiga ... 51
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah 1. Faktor Pendukung ... 59
2. Faktor Penghambat ... 60
C. Solusi Gerakan Literasi Sekolah ... 61
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
C. Penutup ... 65
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Membaca dalam hati (Tahap pembiasaan) ... 21
Tabel II Contoh jurnal membaca ... 23
Tabel III Membaca nyaring ... 24
Tabel IV Pedoman Meringkas dan membaca buku ... 28
Tabel V Indikator pencapaian tahap pembelajaran ...30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. DOKUMENTASI
2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
3. SURAT KETERANGAN RISET
4. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
5. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
6. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buku adalah jendela dunia, berbagai pengetahuan dapat diketahui dan
dipelajari. Buku juga sebuah nutrisi bagi jiwa yang sehat, ibarat sebuah
makanan yang selalu mensuplai energi bagi raga. Begitu penting peran buku
dalam kehidupan manusia, namun ironinya pada era global ini banyak para
siswa yang masih enggan membaca buku. Membaca menjadi pekerjaan yang
sangat berat bagi siswa, dan buku pun dipandang sebelah mata karena kalah
menarik dibanding game online dan permainan modern lainnya. Tidak
mengherankan jika menurut hasil kajian Program for International student
assessment (PISA) pada tahun 2009 Indonesia menempati urutan ke 57 dari
65 negara di dunia dalam kemampuan membaca. Sebuah hasil yang perlu
menjadi renungan bersama (Muhsin&Mursyid, 2015: 17).
Inilah fenomena yang terjadi di era digital ini, keberadaan buku bukan
menjadi sesuatu hal yang menarik lagi keberadaannya telah tergeserkan dan
terlupakan oleh game online, gadget, dan permainan modern lainnya. Melihat
hal tersebut maka bukan hanya merenung saja akan tetapi perlu adanya
tindakan yang nyata dari berbagai pihak untuk menjadikan buku sebagai
2
Meskipun di era modern ini sudah ada e-book yaitu sebuah aplikasi
yang menawarkan berbagai macam bahkan ribuan judul buku yang bisa dengan
mudah didownload oleh pembaca, akan tetapi perlu kita ketahui bahwa
aplikasi tersebut masih memiliki berbagai kekurangan salah satunya di lihat
dari segi efisiensi yaitu para pengguna e-book harus melalui jaringan internet
untuk mendapatkanya. Hal tersebut berbeda dengan buku yang memiliki nilai
efesiensi lebih banyak yaitu buku bisa dibawa kemana-mana dan untuk
membacanya tidak perlu menggunakan laptop ataupun gadget serta tidak harus
terhubung ke jaringan internet. Itulah beberapa gambaran dan tantangan
menumbuhkan minat baca dalam era budaya digital saat ini.
Minat baca pada setiap individu dapat dibangun sendiri melalui
kebiasaanya, karena membaca bukanlah bawaan dari lahir, kebiasaan membaca
di bangun melalui proses dari kemampuan membaca kemudian menjadi
kebiasaan membaca. Membaca merupakan proses kegiatan yang dilakukan
serta digunakan/dimanfaatkan oleh seseorang yang membaca untuk
memperoleh pesan yang disampaikan melalui media bahasa tulis. Dalam
membaca sangatlah dibutuhkan niat demi memperoleh hasil pengetahuan,
wawasan serta keilmuan, kebiasaan membaca juga diperoleh dari pengalaman
sehari-hari, diciptakan dari kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh
keluarga, dan juga sekolah. Sekolah merupakan tempat yang strategis untuk
memupuk kebiasaan membaca bagi peserta didiknya (Bonifacia, Emi dkk,
3
Berlangsungnya proses pembelajaran siswa yaitu berada di sekolah,
dilingkungan inilah tugas seorang guru untuk menumbuh kembangkan minat
baca siswa. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 5 menjelaskan bahwa pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat. Untuk mengembangkan sekolah
sebagai organisasi pembelajaran, kementerian pendidikan dan kebudayaan
mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS). GLS adalah upaya
menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang
tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai ekosistem pendidikan.
GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (nawacita)
yang terkait dengan tugas dan fungsi kemendikbud khususnya nawacita nomor
lima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat indonesia,
enam yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa lainya, delapan yaitu melakukan revolusi karakter bangsa dan
sembilan memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial indonesia.
Empat butir nawacita tersebut erat kaitanya dengan komponen literasi sebagai
modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan
berdaya saing, berkarakter serta nasionalis. Untuk dapat mengembangkan
nawacita, diperlukan pengembangan strategi pelaksanaan di sekolah yang
berdampak menyeluruh dan sistematik. Dalam hal ini, pertama sekolah
4
sebagai individu pembelajar, kedua perlu memiliki struktur kepemimpinan
yang juga terkait dengan lembaga lain di atasnya, serta sumber daya yang
meliputi sumber daya manusia, keuangan, serta sarana dan ketiga memberikan
layanan pendidikan dalam bentuk pembelajaran di dalam kelas dan berbagai
kegiatan lain di luar kelas yang menunjang pembelajaran dan tujuan
pendidikan (Kemendikbud, 2016: 2-3).
Dengan memperhatikan karakteristik sekolah sebagai sebuah
organisasi akan mempermudah pelaksana program untuk mengidentifikasi
sasaran agar perlakuan atau solusi dapat diberikan secara menyeluruh. Namun
pada kenyataanya meskipun secara teori GLS sudah menjabarkan secara detail
bagaimana langkah yang harus dilakukan, akan tetapi dalam pelaksanaanya hal
tersebut tidak mudah dilakukan karena adanya beberapa faktor penghambat
yang menjadi sebuah kendala. Adapun salah satu kendala itu berasal dari guru,
Penting bagi guru memberi contoh nyata kepada siswa untuk membaca, karena
selama ini masih banyak para guru yang tidak suka membaca yang ada hanya
memerintahkan siswa untuk membaca. Tindakan semacam itu bukanlah
tindakan yang baik. Karena bagaimanapun seorang guru adalah panutan bagi
siswanya. Budaya membaca dan menulis memang harus ditanamkan sedini
mungkin, tidak terkecuali oleh guru. Seorang guru harus bisa memberi
motivasi kepada siswa untuk gemar membaca dan menulis. Pastinya bukan
sekedar seruan belaka dan tanpa contoh nyata.
Sebagai umat Islam berbicara literasi ternyata juga ada kaitanya dengan
5
bacaan, sehingga al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan, dengan
kewajiban membaca bagi hamba-hamba Nya.
Dan ini dikuatkan dengan perintah Allah swt dalam surat al-Alaq
ayat1-5:
Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)
Merujuk bunyi ayat ke satu iqra (bacalah) yaitu seruan untuk membaca
kepada Nabi yang berarti menjadi seruan bagi umatnya, diikuti ayat ke 4 yang
mengajar manusia dengan perantara qalam (pena, tulisan) hal tersebut
sangatlah jelas bahwa Islam menyeru umatnya agar selalu membaca dan
menulis. Begitulah Islam memaknai kegiatan membaca dan menulis sebagai
media yang urgen bagi manusia.
Dari intisari ayat di atas juga memberi insipirasi dan motivasi, namun
tradisi baca-tulis belum banyak dipraktikan orang-orang dizaman baginda Nabi
Muhammad, baginda sendiri juga tidak pernah mempelajari ilmu baca tulis,
meskipun beberapa keluarganya dan sahabat dapat menulis, sampai akhirnya
wahyu pertama turun dan nabi memerintahkan beberapa sahabat untuk menulis
6
Adapun lembaga pendidikan sekolah menengah pertama yang ada di
Salatiga salah satunya yaitu SMPN 06 Salatiga, sekolah tersebut telah
melaksanakan gerakan literasi seperti sekolah lain pada umumnya, penulis juga
mengetahui bahwa sekolah tersebut memiliki perpustakaan yang pernah masuk
nominasi tingkat provinsi periode 2015-2016, informasi tersebut penulis
dapatkan saat mengikuti sebuah seminar mengenai gerakan literasi yang berada
di perpustakaan daerah Salatiga pada tanggal 28 oktober 2016 pukul 08:00-
12:00 yang diikuti oleh seluruh pustakawan dari tingkat SD/MI-SMA/MAN
sekota Salatiga. Dari situlah penulis merasa tertarik untuk megkaji dan
mengetahui bagaimana pelaksanaan gerakan literasi yang ada di sekolah
tersebut. Bertitik tolak dari uraian diatas kiranya penulis perlu untuk
melakukan penelitian mengenai ’’Implementasi Gerakan Literasi Sekolah
di SMPN 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi gerakan literasi Sekolah di SMPN 06 Salatiga
tahun ajaran 2016/2017?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Implementasi gerakan
7
3. Apakah solusi yang dilakukan oleh pihak guru dan sekolah dalam
mengatasi hambatan implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga
tahun ajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Sebagai Konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06
Salatiga tahun ajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
Implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga tahun ajaran
2016/2017.
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh pihak guru dan sekolah
dalam mengatasi hambatan Implementasi gerakan literasi Sekolah di
SMPN 06 Salatiga tahun ajaran 2016/2017.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu:
1. Secara Teoretis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran memperkaya wawasan konsep serta praktek gerakan literasi yang
8
2. Secara Praktis
a. Sekolah: Dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau acuan
mengenai proses gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga atau lingkup yang
lebih luas.
b. Siswa: Memberikan motivasi bagi siswa sekolah menengah pertama
untuk gemar membaca guna menambah wawasan baik akademik
maupun non akademik.
c. Guru: Dapat mengetahui solusi yang dilakukan guru pada proses
melaksanakan gerakan literasi di sekolah menengah pertama SMPN 06
Salatiga.
E. Penegasan Istilah
Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam
memahami judul yang penulis bahas, dan memberikan pengertian dalam ruang
lingkup penelitian, adapun penegasan istilah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Implementasi
Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan,
tindakan, dan sikap individu serta interaksi proses antara mereka yang
menciptakan program dan mereka yang melaksanakanya (Abdul majid,
2014: 70).
Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau
9
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman,
2002: 70).
b. Gerakan literasi sekolah
Gerakan literasi sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan
kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya
berupa pembiasaan membaca peserta didik. Kegiatan ini dilakukan dengan
kegiatan 15 menit membaca (guru bacakan buku dan warga sekolah
membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah).
Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke
tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan
kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan
ketrampilan reseptif maupun produktif (Kemendikbud, 2016: 7-8).
c. Faktor pendukung
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata faktor yaitu hal
(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya
sesuatu, sedangkan arti dukung, pendukung yaitu 1) orang yang
mendukung, 2) penyokong, pembantu, penunjang.
d. Faktor penghambat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian faktor yaitu hal
(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya
sesuatu, sedangakan pengertian hambatan (2002: 385) adalah halangan atau
rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap
10
akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan
tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan
pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia
selalu mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri
manusia itu sendiri ataupun dari luar manusia.
e. Solusi
Pengertian solusi adalah jalan keluar atau jawaban dari suatu
masalah dan solusi juga diartikan jalan yang digunakan untuk memecahkan
menyelesaikan masalah tanpa adanya tekanan objektivitas dalam
menentukan pemecahan masalah dimana orang yang mencari solusi tidak
memaksakan pendapat pribadinya dan berpedoman pada kaidah atau aturan
yang ada (Munif Chatib: 2011).
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Untuk memperoleh pemahaman yang subtansi dan komprehensif
tentang permasalahan yang dikaji, penelitian ini menerapkan pendekatan
kualitatif. Badgan Taylor (1975: 5) mendefinisikan: Metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy J.
Moleong, 2002: 3). Data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan
11
Pada bagian ini peneliti mengumpulkan data yang telah didapat di
lapangan yaitu dari guru, siswa, dan kepala sekolah SMPN 06 Salatiga dan
ditelaah satu demi satu dengan menggunakan metode ilmiah sehingga
memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
2. Kehadiran Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,
maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh
data yang valid dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi pelajar,
yaitu belajar dari orang dari orang yang diwawancara yang menjadi sumber
data di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga.
3. Sumber Data
Menurut Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis
datanta dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto
dan statistik (Moleong, 2011: 157).
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokan
menjadi dua yaitu:
a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan
12
Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data utama yaitu: guru, pegawai perpus, siswa SMPN 06
dan kepala sekolah.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang dimaksudkan untuk
melengkapi data primer dari kegiatan peneliti. Data sekunder berasal dari
dokumen-dokumen berupa catatan. Moleong juga menjelaskan tentang
sumber data penting lainya adalah berbagai sumber tertulis seperti buku
disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen, arsip-arsip,
evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain foto data statistik juga
termasuk data tambahan (Moleong, 2011: 113).
4. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam rangka untuk memperoleh data serta membantu
mempermudah jalan penelitian, penulis menggunakan metode
pengumpulan data. Pengumpulan data penelitian dilakukandengan metode
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
a. Metode Observasi
Observasi adalah pencatatan secara sistematik terencana
fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1995: 227).
Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang proses berjalanya literasi di SMPN 06 Salatiga. Observasi
13
yang diteliti dengan cara mengadakan pengamatan, pencatatan dan
mendengarkan secara cermat.
Hal-hal yang diobservasikan adalah implementasi gerakan
literasi, selain itu juga meliputi letak geografis dan fasilitas. Kegiatan
observasi dilaksanakan dengan cara formal ataupun informal untuk
mengamati berbagai keadaan sebagai peristiwa atau fenomena dan
kegiatan yang terjadi. Observasi juga dimaksudkan untuk mengetahui
adanya faktor yang mendukung dan menghambat implemetasi gerakan
literasi di SMPN 06 Salatiga. Sehingga diperoleh data yang konkret
tentang implemetasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga.
b. Metode Wawancara
Pengertian wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2011: 186).
Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang
dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(Arikunto, 2006: 64). Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas
terpimpin, akan memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam
memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data yang lebih
14
Dengan metode ini penulis mendapatkan informasi ataupun data
tentang implementasi gerakan literasi, faktor yang mendukung, faktor
yang menghambat serta solusi implementasi gerakan literasi di SMPN 06
Salatiga.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan
sebagainya (Arikunto, 2006: 67).
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara
mengambil gambar ataupun data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga. Metode
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang sekolah
menengah pertama secara historis, letak geografis, struktur organisasi
dan daftar nama siswa SMPN 06 Salatiga.
5. Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memisahkannya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Moleong, 2011: 248).
Dari rumusan tersebut dapat ditarik garis bawah atau dapat
15
yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan, arsip Sekolah Menengah
Pertama Negeri 06 Salatiga.
6. Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti
menggunakan triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2011:
330).
Patton (1987: 331) menjelaskan teknik triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif, diantaranya: (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
(Moleong, 2011: 330-331).
Trianggulasi dalam penelitian ini yaitu berupa hasil yang diperoleh
16
siswa dan kepala sekolah dengan apa yang telah penulis lihat melalui
prakteknya. Dari langkah tersebut dapat kita ketahui bersama derajat
keabsahan datanya. Melalui berbagai perspektif ataupun pandangan
diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran dalam melakukan
penelitian.
Karena itu, trianggulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi
yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenaranya.
Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa hasil
wawancara, teks atau naskah/trasnskip film dan sejenisnya, trianggulasi
tidak perlu dilakukan. Namun demikian trianggulasi aspek lain tetap
dilakukan.
7. Tahap Penelitian
a. Kegiatan yang meliputi, izin observasi dari IAIN Salatiga kepada Kepala
Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga.
b. Kegiatan lapangan yaitu penulis melakukan penelitian secara langsung
di lokasi penelitian dengan mewawancarai responden dan melihat secara
seksama lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.
c. Verifikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai
deskriptif penemuan dalam penelitian dan menyusun laporan akhir.
G. Sistematika Penulisan
17
Bagian awal ini, meliputi: sampul, gambar berlogo, judul (sama dengan
sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi
dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Untuk mempermudah pembahasan skripsi, maka dalam menyusun skripsi
ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut:
BAB I :PENDAHULUAN dalam bab ini berisi tentang beberapa
hal yaitu: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II :KAJIAN PUSTAKA dalam bab ini dikemukakan kajian
pustaka yaitu gerakan literasi.
BAB III :LAPORAN HASIL PENELITIAN meliputi gambaran
umum SMPN 06 Salatiga, dan implmentasi gerakan literasi.
BAB IV PEMBAHASAN dalam bab ini penulis membahas tentang
implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga tahun
ajaran 2016/2017.
BAB V PENUTUP dalam bab ini penulis menyajikan tentang
kesimpulan, saran-saran dan penutup.
18
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Literasi
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah
(GSL) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan atau berbicara. Adapun Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Kemendikbud, 2016: 2).
Dari sini pulalah kemudian dikenal istilah pendidikan sepanjang hayat
(long-lifeeduction). Proses pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan
melalui lingkungan salahsatunya lingkungan sekolah yang di dalamnya terapat
perpustakaan di sekolah dan taman baca masyarakat (TBM) yang merupakan
sarana sekaligus pusat informasi bagi masyarakat atas perkembangan ilmu
pengetahuan baik dalam wadah buku maupun bacaan lainya. Proses
pembelajaran sepanjang hayat ini berjalan jika setiap orang mempunyai budaya
baca dan budaya menulis atau yang akrab dikenal literasi (Muhsin, 2015: iii).
Adapun tujuan gerakan literasi ada dua yaitu:
19
Menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan
Literasi Sekolah (GSL) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2. Tujuan khusus:
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Panduan GLS di SMP ini berisi penjelasan pelaksanaan kegiatan
literasi di SMP yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan,
pengembangan, dan pembelajaran yang berisi ruang lingkup meliputi:
a. Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana
literasi).
b. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua
warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi SMP dan,
c. Lingkungan akademik adanya program literasi yang nyata dan bisa
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah (Kemendikbud, 2016: 12-13).
B. Tahap-Tahap Gerakan Literasi Sekolah
20
a. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca
(Permendikbud No. 23 Tahun 2015) yang disebut dengan tahap pembiasaan.
b. Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku
pengayaan, yang disebut tahap pengembangan.
c. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan
buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran, yang di
sebut tahap pembelajaran.
Kegiatan pada ketiga tahap GLS di SMP antara lain sebagai beikut:
a. Pembiasaan: 15 menit membaca, jurnal membaca harian, penataan sarana
literasi, menciptakan lingkungan kaya teks, memilih buku bacaan.
b. Pengembangan: 15 menit membaca, jam membaca mandiri untuk kegiatan
kurikuler/ko-kurikuler (bila memungkinkan), menanggapi bacaan secara
lisan dan tulisan, penilaian non-akademik, pemanfaatan berbagai graphic
organizers untuk portofolio membaca, pengembangan lingkungan fisik,
sosial dan afektif.
c. Pembelajaran: 15 menit membaca Pemanfaatan berbagai strategi literasi
dalam pembelajaran lintas disiplin, Pemanfaatan berbagai organizers untuk
pemahaman dan produksi berbagai jenis teks, Penilaian akademik,
Pengembangan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik.
21
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), 1996: membaca
diartikan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (lisan maupun
dalam hati).
a. Membaca dalam hati (tahap pembiasaan)
Tabel.I
Tahap Membaca Kegiatan
Sebelum membaca 1) Meminta peserta didik untuk memilih
buku yang ingin dibaca dari sudut baca
kelas.
2) Memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk memilih buku sesuai dengan
minat dan kesenangannya.
3) Memberikan penjelasan bahwa peserta
didik akan membaca buku tersebut sampai
selesai dalam kurun waktu tertentu,
bergantung ketebalan buku.
4) Peserta didik boleh memilih buku lain
bila isi buku dianggap kurang menarik atau
22
5) Peserta didik boleh memilih tempat yang
disukainya untuk membaca.
Saat Membaca Peserta didik dan guru bersama-sama
membaca buku masing-masing dengan
tenang selama 15 menit.
Setelah Membaca 1) Peserta didik mencatat judul dan
pengarang buku, serta jumlah halaman yang
dibaca di jurnal membaca harian
2) Guru mengingatkan peserta didik untuk
melanjutkan
membaca buku yang sama di pertemuan
berikutnya.
3) Peserta didik mengembalikan buku ke
rak Sudut Baca Kelas.
4) Guru melanjutkan kembali pelajaran di
hari itu.
5) Untuk memberikan motivasi kepada
peserta didik tentang membaca sebagai
kegiatan yang menyenangkan, secara
berkala guru dapat bercerita singkat tentang
23
menyampaikan mengapa suka dengan buku
itu.
6) Sebagai bentuk apresiasi kepada peserta
didik, sesekali guru dapat bertanya kepada
mereka tentang buku yang dibaca.
Berikut adalah contoh jurnal membaca harian untuk tahap pembiasaan:
Tabel.II
Hari/Tanggal Judul/Pengarang Halaman Hari keberapa
Senin
4/2/2017
Laskar
Pelangi/Andrea
Hirata
1-5 10
Selasa
5/2/2017
Laskar
Pelangi/Andrea
Hirata
6-13 11
... ... ... ...
24
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan guru pada saat
melaksanakan kegiatan membacakan nyaring dalam tahap pembiasaan.
Tabel.III
Tahap Membaca Kegiatan
Sebelum membaca
bermanfaat dan menarik untuk
dibacakan karena kandungan nilai
moral, sastra, keindahan, relevansi
dengan kondisi anak, dll.
2) Apabila buku yang akan dibaca cukup
tebal, guru dapat mengalokasikan
beberapa pertemuan untuk
membacakan buku tersebut sampai
selesai. Alternatif lain, guru dapat
memilih bagian dari sebuah buku
untuk dibacakan.
3) Guru sudah membaca buku yang akan
dibacakan sebelumnya agar dapat
mengidentifikasi proses dan strategi
yang akan digunakan dalam
25
menandai bagian yang perlu diberi
penekanan dan ilustrasi, tempat jeda
untuk bertanya, dll.
4) Guru membuka percakapan tentang
bahan bacaan yang akan dibaca
dengan menyebut kanpenulis dan
judul buku (serta ilustrator, bila ada).
5) Guru menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan cerita yang akan
dibaca melalui tanyajawab singkat
tentang pengarang, menerka isibuku
dengan memperhatikan sampul dan
judul
Saat Membaca 1) Guru membaca teks dengan pengucapan
dan intonasi yang jelas, dan tidak
terlalu cepat.
2) Guru mengajukan pertanyaan di antara
kalimatuntuk menggugah tanggapan
peserta didik.
Setelah membaca Guru melakukan kegiatan bincang buku
26
tentang tanggapan mereka terhadap buku
yang baru selesai dibaca
(Kemendikbud, 2016: 8-11)
2. Menulis
Menulis adalah kegiatan mengekspresikan pikiran kedalam media
kertas yang nantinya pikiran itu akan di baca oleh orang lain. Pengertian
menulis berikutnya adalah memindahkan “tacit knowledge” menjadi
“explicit knowledge” dimana diharapkan terjadi perpindahan pengetahuan
dari pemilik “tacit knowledge” kepada orang lain melalui “explicit
knowledge” melalui “tacit knowledge”tersebut.
Kegiatan menulis, tanpa disadari ternyata menjadi criteria kemajuan
sebuah bangsa. Banyak kemajuan bangsa yang telah punah dan tidak
dikenali hingga saat ini, karena tidak ada literatur yang ditemukan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri tidak lepas dari kegiatan
menulis. Maka kegiatan penghimpunan ide dengan menulis akan
melahirkan karya yang akan terus dihimpun, dibaca, diaplikasikan serta
dikoreksi oleh penerusnya.
Dalam konsep Islam, sebagai mana tersebut dalam surah
Al-Alaq, bukan hanya menggerakan budaya membaca (Iqra’ ayat 1) tetapi jauh
dari ayat 4 Islam memaknai kegiatan tulis menulis adalah sebagai media
yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Pada QS al-Alaq “yang
27
sangat jelas, bahwa keberadaan islam memiliki risalah mengajak agar
manusia membaca dan menulis. Ayat ini juga mengajarkan kegiatan
menulis sebagai sarana proses transformasi ilmu dan pengetahuan.
Dalam sebuah penelitian, yang dilakukan oleh seorang psikolog, Dr.
Pennebaker, menemukan berbagai manfaat menulis antara lain: Pertama
menulis menjernih kanpikiran. Disaat seseorang mengalami problematika,
kemudian menuliskan semua masalahnya, ternyata berdampak positif untuk
menjernihkan pikiran. Tentu hal ini membuat menulis menjadi terapi.
Kedua, menulis dapat mengatasi trauma. Dengan menulis trauma yang
pernah dialami seorang ternyata akan memudahkan trauma untuk diatasi.
Ketiga, menulis akan membantu dan mendapatkan dan mengingat
informasi, belajar dengan menulis akan membuat daya ingat jauh lebih
tajam. Menulis juga dapat membuat syaraf otak lebih aktif, sehingga
seorang bias lebih mengingat pelajaran yang dipelajari (Muhsin, 2015:
129-131).
Dalam kegiatan literasi sekolah, kegiatan menanggapi buku yang
telah dibaca (tahap pengembangan) memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya tentang buku
yang dibaca. Kegiatan ini juga dapat mengungkapkan apakah peserta didik:
1) Menyukai buku yang dia baca
2) Mampu menangkap tema dan pokok pikiran dalam buku itu
3) Memahami elemen-elemen cerita atau
28
Sebelum guru melakukan kegiatan ini guru perlu sering memberikan
contoh bagaimana meringkas, menceritakan kembali, dan menanggapi isi
buku. Pemberian contoh ini dapat dilakukan selama kegiatan membaca
dalam hati dan membacakan nyaring di tahap pembiasaan dan
pengembangan. Dengan demikian, pada saat tahap pengembangan, peserta
didik sudah mengetahui cara meringkas, menceritakan kembali, dan
menanggapi isibuku secara lisan maupun tulisan. Berikut pedoman singkat
yang dapat digunakan guru dalam membimbing peserta didik untuk
meringkas dan menceritakan kembali buku secara lisan.
Berikut pedoman singkat yang dapat digunakan guru dalam
membimbing peserta didik untuk meringkas dan menceritakan kembali
buku secara lisan:
Tabel.IV
Teks fiksi: latar (setting), tokoh, masalah/konflik, 1-2 peristiwa,
resolusi, akhir cerita
Teks faktual: topik, hal-hal baru yang diperoleh peserta
didik dari buku
Pertanyaan:
• Apa masalah yang
dihadapi
tokoh dalam cerita ini?
• Bagaimana ciri-ciri tokoh utama?
konflik, klimaks atau akhir cerita?
Pertanyaan:
• Hal apa yang paling
menarik
29
(Bimbing dengan menggunakan daftar isi)
Jurnal tanggapan terhadap buku berisi catatan pikiran dan perasaan
peserta didik tentang buku yang dibaca dan proses pembacaannya. Kegiatan
ini memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi idenya lebih dalam
daripada memberikan tanggapan atau menceritakan kembali isi buku secara
lisan. Dalam menuliskan tanggapan, peserta didik:
1) melakukan refleksi, mencari keterkaitan antara teks dengan dirinya, atau
menuliskan reaksinya terhadap teks,
2) menuliskan dan mengingat kata-kata baru yang dia temukan dalam
buku, dan
3) mencatat ide-ide tentang buku atau pengarang yang ingin dibaca lebih
lanjut.
Berikut adalah contoh format jurnal yang dapat di isi oleh peserta
30
Judul: Tanggal:
Pengarang:
Apa yang kamu sukai dari cerita/buku ini? Apa yang tidak kamu sukai?
Hal baru apa dari buku ini yang belum pernah kamu ketahui
sebelumnya?
Dalam tahap pembelajaran, semua kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan tindak lanjut di tahap pengembangan dapat diteruskan sebagai
bagian pembelajaran dan dinilai secara akademik. Kelas atau sekolah dapat
menentukan ketercapaian kegiatan literasi pada tahap pembelajaran dengan
menggunakan indikator pencapaian.
Berikut adalah contoh indikator pencapaian pada tahap pembelajaran:
Tabel.V
No. Indikator Belum Sudah
1. Kegiatan membaca pada tempatnya (selain 15
menit sebelum pembelajaran) sudah
31
sekolah (tampak dilakukan oleh semua warga
sekolah).
2. Kegiatan lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain
dengan tagihan non-akademik atau akademik.
3. Ada pengembangan berbagai strategi
membaca.
4. Kegiatan membaca buku nonpelajaran yang
terkait dengan buku pelajaran dilakukan oleh
peserta didik dan guru (ada tagihan akademik
untuk peserta didik).
5. Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan
maupun tulisan (tagihan akademik).
6. Peserta didik memiliki portofolio yang berisi
kumpulan jurnal tanggapan membaca minimal
12 (dua belas) buku nonpelajaran.
7. Melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata pelajaran
32
secara optimal, misalnya tabel TIP
(Tahu-Ingin-Pelajari), tabel Perbandingan, Tangga
Proses/ kronologis.
8. Guru menjadi model dalam kegiatan membaca
buku nonpelajaran dengan ikut membaca
buku-buku pilihan (nonpelajaran) yang dibaca oleh
siswa.
9. Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai
penilaian akademik.
10. Peserta didik menggunakan lingkungan fisik,
sosial, afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang
kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk
memperkaya pengetahuan dalam mata
pelajaran.
11. Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil
membaca buku bacaan dan buku pelajaran
(hasil tagihan akademik) dipajang di kelas dan
atau koridor sekolah.
33
didik dalam kegiatan berliterasi (berdasarkan
tagihan akademik)
13. Ada poster-poster kampanye membaca untuk
memperluas pemahaman dan tekat warga
sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
14 Ada bahan kaya teks terkait dengan mata
pelajaran yang terpampang di tiap kelas.
15. Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan
berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi
secara kreatif secara verbal, tulisan, visual, atau
digital) dalam perayaan hari-hari tertentu yang
bertemakan literasi.
16. Perpustakaan sekolah menyediakan beragam
buku bacaan (buku-buku nonpelajaran: fiksi
dan nonfiksi) yang diperlukan peserta didik
untuk memperluas pengetahuannya dalam
pelajaran tertentu.
17. Tim Literasi Sekolah bertugas melakukan
34
program literasi sekolah.
18. Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal
untuk pengembangan program literasi sekolah
dan pengembangan
Jika semua indikator sudah terpenuhi, sekolah atau kelas dapat
mempertahankan serta terus-menerus melakukan kreasi dan inovasi. Selain itu,
sekolah dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainya (Kemendikbud,
35 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMPN 06 Salatiga
1. Sejarah
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 6 Salatiga, adalah SMP
Negeri tertua ke-6 di Kota Salatiga, berdiri pada tahun 1982 tepatnya bulan
Agustus 1982. Sebelum berdirinya bangunan SMP Negeri 6 Salatiga
menginduk pada SMP-N 3 Salatiga dengan kepala sekolah dijabat oleh
Bapak Suahrdi, BA. Pada saat itu akses menuju ke SMP-N 6 Salatiga sangat
sulit. Akan tetapi, SMP Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan
perkembangan sosial dan budaya masyarakat kota Salatiga baik kuantitas
maupun kualitas outputnya.
Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar masing-masing Kelas I :
3 rombongan belajar, Kelas II : 3 rombongan belajar, dan Kelas III : 3
rombongan belajar, jadi jumlah seluruhnya 9 rombongan belajar. Kemudian
tahun 1996 jumlah kelas mulai bertambah 1 rombongan belajar, dan tahun
1998 hingga sekarang menjadi 24 rombongan belajar. Dilihat prestasi
akademis maupun non akademis hampir setiap tahun masuk nominasi pada
tingkat Propinsi Jawa Tengah.
Awal tahun Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan
36
Nasional (SSN), sudah pasti menjadi prestasi, tuntutan, dan tantangan bagi
kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu sendiri, baik di tingkat Kabupaten,
Provinsi bahkan tingkat Nasional.
Adapun sejarah pimpinan SMPN 06 Salatiga sampai dengan
sekarang yaitu:
a. Tahun 1982 - 1982 dipimpin oleh Bapak Suhardi, BA.
b. Tahun 1982 - 1991 dipimpin oleh Bapak Wardojo, S. Pd.
c. Tahun 1991 - 1993 dipimpin oleh Bapak Tugiman
d. Tahun 1993 - 2000 dipimpin oleh Ibu Pudyastuti, BA.
e. Tahun 2000 - 2004 dipimpin oleh Bapak Koesno
f. Tahun 2004 - 2006 dipimpin oleh Bapak Bambang Subiyakto, S. Pd.
g. Tahun 2006 - 2012 dipimpin oleh Bapak Sugiharto, S. Pd., M. Pd.
h. Tahun 2012 - 2016 dipimpin oleh Ibu Endang Dwi Wahyuni, M.Pd.
i. Tanggal 18 Januari 2016 dipimpin oleh Ibu Mudjiati, M.Pd. hingga
sekarang
2. Visi, Misi, Tujuan SMPN 06 Salatiga
a. Visi :
Unggul Dalam Mutu, berpijak pada Iman dan Taqwa yang Berwawasan
Lingkungan.
b. Misi:
1) Meningkatkan kedisiplinan belajar dan mengajar secara
berkesinambungan.
37
3) Mewujudkan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
4) Merealisasikan penghayatan, pengamalan keimanan dan
ketaqwaan melalui kegiatan ibadah di sekolah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
5) Mewujudkan sekolah adiwiyata.
c. Tujuan:
1) Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah.
2) Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional.
3) Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.
4) Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
bidang komunikasi, Sains dan Matematika.
5) Unggul dalam lomba Olahraga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra,
dan Pramuka.
6) Unggul dalam kebersihan dan penghijauan sekolah.
3. Daftar Guru
WIWIK INDRIYATI, S.Pd
SITI ROCHMATIN, S.Ag
38
DEWI RIA RETNANI AS, S.Pd.Fis
Drs. SUBANDRIYO
TH. Retno widayatsih, S.Pd
Indri Sugiyanto, M. Pd
Budi Widyaningsih, S.Pd
39
Dra. UMI HANIK, M. PdI.
ALPHA MARIANI, S.Pd
Musirin. S.Pd
Sarwo Sukono, S.Si, M.Pd
ERNA YULIANI, S.Pd
19670724 200501 2 009
40
OBRIN SYAHRIAL HW,
S.PsiMARYATUL KIPTIYAH,
ELFIANA DEWI PRATIWI, S.Pd
AGUSTINA DYAH W.U,
S.ThMUHAMAD NURUL HUDA, S.Pd
YOSEPH WIDYAWAN E.T, S.Ag
INGGRIT PRASILIA DURI, S.Pd
DARMAYANI, S.Pd
TRI ELLIAWATI, S.Pd
FARID SETYATMODJO, S. Pd.
41 PANCA PUNJUNGSARI, S. Pd.
Parwati, S.Pd
EDIYANTO, S.Pd
SHELLY KURNIANINGRUM, S.Pd.
ANNIFRIDA, S.Pd
DEVITA RAHMAWATI S.Pd
AHMAD NUR MUHIB H, S.Pd.I
Kesiswaan
Benadahara BOS
Kepala Ur Kesiswaan
Walikelas 7D
Walikelas 7H
Walikelas 7a
Walikelas 9c
42
Walikelas 8b
Walikelas 9 D
43
4. SaranadanPrasarana
Keterangan
1. Kls X O
2. Kls X L
3. Kls X BSN
4. Kls X TKJ
5. Kls X MM
6. Kls XI O
7. Kls XI L
8. Kls XI BSN
9. Kls XI TKJ
10. Kls XI MM
11. Kls XII O
12. Kls XII L
13. Kls XII BSN
14. Kls XII TKJ
15. Kls XII MM 16.
Lab Komp 1
17. Perpustakan/ Warnet
42 B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah
Implementasi gerakan literasi yang ada di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 06 Salatiga yaitu mengacu penuh pada buku pedoman yang
diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud). Buku
yang berjudul gerakan literasi sekolah yang ada disekolah tersebut didapat
melalui fasilitas internet dengan cara mendownload sendiri, sebab kemendikbud
tidak mendistribusikan buku panduan literasi yang diterbitkanya secara
langsung kesekolah-sekolah. Adapun buku tersebut berisi mengenai
tahapan-tahapan gerakan literasi yang secara keseluruhan dibagi menjadi tiga tahapan-tahapan,
yaitu pertama tahap pembiasaan, kedua tahap pengembangan dan yang ketiga
tahap pembelajaran. Pada masing-masing tahapan tersebut terdapat penjelasan
mengenai indikator pencapaian yang harus dicapai secara bersama oleh warga
sekolah apabila sekolah tersebut mengharapka kegiatan literasi yang telah
dilaksanakan selama ini dapat dikatakan dengan baik.
Adapun dalam pelaksanaan kegiatan gerakan literasi SMPN 06 Salatiga,
sekolah ini memiliki srtuktur penanggung jawabyang diketuai oleh kepala
perpustakaan yaitu ibu Budi Widyaningsih yang bertugas megawasi serta
mejadikan motor atau penggerak utama jalanya kegiatan literasi SMPN 06
Salatiga. Perpustakaan sekolah menjadi media pendukung utama sebab di dalam
perpustakaan terdapat berbagai sumber ilmu serta informasi yang bisa dengan
mudah didapat oleh warga sekolah yaitu dengan membaca koleksi buku-buku
43
penting terlaksananya gerakan literasi yang baik dan menjadikan warga sekolah
menjadi pribadi yang literat. Berikut adalah tahapan proses impelentasi gerakan
literasi yang ada di sekolah SMPN 06 Salatiga:
a. Persiapan gerakan literasi sekolah
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran
gerakan literasi, adapun persiapan tersebut yaitu:
“Gerakan literasi di mulai pada pukul 07:00 WIB, lima belas menit
sampai dengan pukul 07:15 WIB setelah bel tanda masuk berbunyi anak memasuki ruang kelas,apabila sudah terdengar pengumuman atau informasi melalui sepaker di tiap-tiap kelas untuk memulai gerakan literasi maka siswa mengambil atau mempersiapkan buku yang telah dibawanya untuk dibaca. Tidak ada batasan jumlah halaman yang harus di capai oleh anak dalam proses gerakan literasi ini mas, yang terpenting anak mau membaca saja. Setelah selesai membaca maka buku disimpan kembali atau diletakan di pojok perpustakaan kelas yang telah tersedia lalu kemudian untuk bisa di
rolling gantian ditukar acak dengan teman satu kelas untuk dibaca pada saat gerakan literasi di mulai. Kemudian baru saya lanjutkan
pelajaran seperti biasa ” (BW).
Dari ungkapan di atas guru dan siswa bersama-sama mempersipkan
dan mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan literasi sekolah selama 15
menit sesuai dengan peraturan yang ada.
b. Jumlah hari gerakan literasi sekolah
Dalam sebuah kegiatan sudah pasti terdapat waktu dan hari yang
telah di tetapkan atau disepakati bersama dalam pelaksanaanya, begitu juga
dengan kegiatan literasi sekolah yang ada di SMPN 06 Salatiga berikut
jumlah hari yang telah di tentukan bersama yaitu:
“Gerakan literasi sekolah itu di mulai membaca di hari senin sampai
44
kegiatan literasi ringkasanya berbentuk sebuah produk Bisa berupa puisi, bisa berupa mereka mungkin membuat selogan gitu, kata kata bijak dari apa yang ,mereka baca, bisa juga map maping/main maping ya jadi gambar itu juga bisa, karikatur, sesuka hati mereka saja sesuka
mereka sendiri begitu” (LQ).
Ungkapan di atas mengenai jumlah hari dalam kegiatan litersi sesuai
dengan pernyataan dua orang siswa sebagai berikut:
Pernyataan siswa yang pertama yaitu:
“Kegiatan literasinya mulai senin sampe kamis kak, kalo hari senin
sampai rabu membaca lalu hari kamisnya menulis sama meringkas
kalo aku sukanya menggambar terus hari jum’at sampe sabtu tidakada literasi, terus hari jum’atnya dikumpulkan hasilnya” (LDP).
Pernyataa siswa yang kedua yaitu:
“Hari literasi itu 4 hari yaitu hari senin sampai kamis, senin sampai
rabu membaca khusus hari kamis itu membuat karangan di buku
literasi sendiri” (SDA).
c. Jenis buku yang di gunakan dalam kegiatan literasi sekolah
Buku adalah sarana pendukung utama dalam kegiatan literasi sekolah
dalam kegiatan membaca tidak lepas dari buku, jenis buku juga menjadi hal
penting untuk diketahui. Adapun jenis buku yang sering dibaca yaitu:
“Biasanya itu novel dongeng sama itu lo mas buku bacaan yang
berhubungan dengan pertanian peternakan bagaimana cara berternak ikan lele gitu lho mas. Paling ga seputar itu, kalo novel jarang karena terlalu tebal tadi, siswa kan males. Kalo suka baca, ya novel itu yang
di baca” (DVT).
Ungkapan di atas sedikit berbeda mengenai jenis buku yang di baca
oleh anak adapun ungkapan guru tersebut yaitu:
“Kalo saya perhatikan, kelas yang saya amati kebetulan saya hanya
dihari, dijam pertama itu saya dihari senin selasa dan rabu mereka
45
d. Produk apa saja yang di hasilkan dari kegiatan literasi sekolah
Produk adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dilakukan baik secara
individu maupun secara kolektif atau bersama, pada kegiatan gerakan literasi
sekolah terdapat produk yang telah dicapai yaitu:
“Hasilnya anak-anak itu merangkum bacaan selama tiga hari pada hari terahir itu merangkum itu bebas bisa di buat dalam bentuk puisi rangkuman itu, jadi untuk mengekspresi anak itu apa itu, terserah nulisnya itu bebas mau dalam bentuk puisi atau apa saja gitu boleh
mas” (MNH).
Pernyataan di atas juga di perkuat oleh pendapat salah seorang siswa
mengenai hasil produk yang didapat dari kegiatan literasi sekolah yaitu
sebagai berikut:
“Puisi, pantun, resensi, gambar Hasilnya kadang buat lomba, hasil
literasi di kumpulkan kepada wali kelas trus nanti dinilai dan yang
terbaik di pajang di mading” (SDA).
e. Kegiatan sejenis gerakan literasi sekolah
Selain kegiatan limabelas menit membaca sebelum pelajaran di mulai
ada beberapa kegiatan lain yang masih berkaitan dengan literasi, adapun
kegiatan sejenis literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu sebagai berikut:
“Kalo setahu saya kegiatan sejenis literasi yang ada disekolah ini, biasanya mereka ya berkunjung keperpustakaan pada jam-jam istirahat. Itu mas kelihatanya yang diterapkan, ya mereka ya kalo jam kunjung belum diwajibkan itu anak2. kemaren ada ini kok juga lomba dalam rangka mendukung literasi seperti membuat main maping itu mereka, dari bacaan bacaan yang ada diperpustakaan itu mereka membuat main maping bacaan yang di tentukan dari sekolah disediakan jadi di integrasikan di kemarin mid semester jeda semester kemaren itu full untuk literasi. Acara ini baru baru ini sudah 2 kali
kelihatanya yang ada hubunganya dengan ini 2 kali 2015 dan 2016”
(LQ).
46
Keberhasilan ataupun kelancaran sebuah kegiatan sudah pasti tak
lepas dari adanya dukungan berbagai faktor, diantaranya yaitu media saran
dan prasaran yang memadai dengan adanya media, sarana dan prasarana
tersebut, maka kegiatan dapat berjalan dengan baik. Adapun media, sarana
dan prasarana yang mendukung kegiatan literasi yang ada di SMPN 06
Salatiga seperti yang telah di ungkapkan oleh salah satu guru yaitu sebagai
berikut:
“Medianya ya buku, ada yang bawa sendiri ada yang pinjam perpus
ada kan ada juga pojok kelas itu, di setiap kelas kan ada perpustakaan kelas kan ada. Tapi kebanyakan bawa sendiri. Itu kan bebas jadi anak bawa sendiri boleh ambil dari kelas juga boleh, pinjam perpus boleh, speaker di tiap-tiap kelas yang disedikan untuk menginformasikan dimulainya gerakan literasi, lalu ada pojokan perputakaan di tiap-tiap
kelas itu media yang cukup mendukung menurut saya mas” (MNH).
g. Cara siswa mendapatkan buku bacaan dalam kegiatan literasi sekolah
Dalam kegiatan literasi, buku menjadi media utama yang harus siswa
punya dan bawa, akan tetapi melihat berbagai status ekonomi sosial setiap
siswa berbeda, perihal tersebut menjadi hal yang penting untuk mengetahui
bagaimana cara siswa mendapatkan buku, berikut adalah ungkapan diantara
guru yang menjelaskan bagaimana cara siswa mendapatkan buku untuk di
bawa dan dibaca ketika kegiatan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga:
“Saya belum menanyakan secara detail, tapi setau saya ya mungkin
mereka bisa saja pinjam ya atau punya sendiri gitu, tapi kalo punya sendiri mungkin juga tergantung tingkat ekonomi dan kemauan siswa dan dukungan orang tua untuk membeli buku atau memiliki buku sendiri ya mas, kurang begitu tau saya, atau mungkin mereka juga saling bertukar satu anak punya buku ini terus dituka tukar, kemungkinan seperti itu saya tidak tahu secara pasti mendapatkanya
47
Pernyataan yang sedikit berbeda dari salah satu guru berikutnya yaitu
sebgai berikut:
“Dari perpustakaan bisa, kemudian kalo ga ada yang bawa itu buku
pelajaran yang di baca, ya dari pada ga baca buku nanti ganggu
temenya, jadi gapapa baca buku pelajaran”(DVT).
h. Hukuman atau sanksi pada kegiatan literasi sekolah
Hukuman atau sanksi diberikan guna untuk menegakan sebuah
peraturan atau kesepakatan yang telah dibuat secara bersama. Dengan adanya
hukuman maka diharapkan menjadikan orang yang melanggar tidak
mengulangi perbuatanya. Begitu juga dengan kegiatan literasi yang ada di
sekolah SMPN 06 Salatiga, dalam pelaksanaanya menerapkan hukuman
sesuai dengan pernyataan seoarang guru sebagai berikut:
“Kalo saya iya ada sangsinya, tiap guru beda beda. Biasanya kalo ada
yang melanggar saya suruh mereka membuat ringkasan sebuah buku yang mereka baca dirumah karena kan disekolah waktu kegiatan literasi tidak membawa. Sangsinya ya berupa hukuman yang
berhubungan dengan literasi kalo saya” (LQ).
Pernyataan di atas sedikit berbeda dengan ungkapan salah satu guru
yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu sebagai berikut:
“Semua ikut mas, karena kan wajib mas dan ditunggu guru, jadi mesti
anak-anak baca kalo tidak bawa biasa pinjam perpus kelas atau perpus sekolah. Jadi selama ini belum ada yang melanggar, yang saya tau. Saya belum pernah menjumpai anak yang tidak membaca pada saat
proses literasi” (MNH).
Pernyataan nara sumber pertama mengenai hukuman atau sangsi
senada dengan ungkapan salah satu siswa yaitu sebagai berikut:
“Hukumanya disuruh berdiri di depan kelas, kadang suruh nyanyi
48
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah
Keberhasilan dalam proses kegiatan literasi sekolah yang ada di
SMPN 06 Salatiga tidak lepas dari beberapa faktor pendukung ataupun
kendala yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor seperti yang di
uraikan di atas terdiri dari:
a. faktor pendukung
faktor pendukung dalam kegitan gerakan literasi sekolah yang ada
di SMPN 06 Salatiga, seperti yang dijelaskan pada hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebgai berikut:
“Ya yang jelas sarana dari sekolah, sumbangan buku dari orang tua
kalo pas kenaikan orang tua diminta sukarela dimintai sumbangan buku, terus ada gerakan seluruh warga sekolah menyumbangkan buku untuk perpus dari siswa (koin perpus) setiap hari senin disetiap kelas terus disetor ke perpus. Namanya peduli perpus buat warga sekolah, karena kan kita ikut lomba, lomba perpustakaan se profinsi, guru istilahnya dimintai sumbangan berupa buku selain buku pelajaran, termasuk juga alumni lewat facebook tapi berupa buku, untuk guru dulu bu retno tapi untuk alumni langsung ke perpus istilahnya yang mengelola perpustakaan, untuk mencapai 6000 judul buku. Itu salah satunya yang mendukung lomba itu mas, lomba perpus tingkat
propinsi” (MNH).
Beberapa faktor pendukung lain juga di ungkapkan dari beberapa guru
SMPN 06 Salatiga lain yang berbeda, adapun pernyataan pertama yaitu
sebagai berikut:
“Dari siswanya sendiri, dari lingkungan yang tenang (lingkungan
sekolah yang tidak berisik) kalo dari kelas kan faktor pendukungnya
49
Berikut adalah pernyataan kedua dari penjelasan mengenai beberapa
faktor pendukung gerkan literasi sekolah menengah pertama 06 Salatiga yaitu
sebagai berikut:
“Kalo saya faktornya ya ketersediaan buku ya dan ketersediaan siswa untuk membaca itu bahwa mereka sudah seharusnya merasa membutuhkan bahwa membaca itu perlu. Faktornya ya ada motivasi tinggi untuk membaca dan mereka juga harus membawa gitu. Cara memotivasi saya, kebetulan dikelas saya kebanyakan siswanya mayoritas islam ya, jadi saya memotivasi dengan memberi tahu bahwa
(Iqra’) membaca itu wajib, menuntut ilmu itu wajib ya dengan cara
membaca, saya biasanya begitu ya memberi motivasi saja, Kalo saya begitu, kalo ga membaca jadi males kalo males jadi bodoh
begitu”(LQ).
b. Faktor penghambat
Faktor penghambat gerakan literasi sekolah yang ada di SMPN 06
Salatiga antara lain yaitu:
“Acara sekolah yang bersifat dadakan, itu menghambat literasi
misalnya ada kunjungan sekolah adiwiyata itu litersi di tiadakan, sejauh ini kecilsekali hambatanya 90 kegiatan literasi sekolah yang
ada di SMPN 06 Salatiga ini terlaksana”(MNH).
Adapun pernyataan kedua mengenai hambatan proses gerakan
literasi di SMPN 06 juga dijelaskan sebagai berikut:
“Yang menghambat ya ada hubunganya dengan faktor pendukungnya
tadi motivasi, berarti kalo motivasi kurang mereka tidak merasa memerlukan membaca ya itu yang harus, faktor menghambatnya itu dari dalam diri mereka sendiri dari siswanya sendiri dari pelaku siswanya sendiri, siswa maupun guru ya mas kan bisa saja” (LQ).
3. Solusi Gerakan Literasi Sekolah
Untuk mengatasi hambatan dalam proses kegiatan literasi sekolah
yang ada di SMPN 06 Salatiga, maka perlu dicari sebuah solusi agar kegiatan