• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017. - Test Repository"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

DI SMPN 06 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016-2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

M. AZKA ARIFIAN

111-12-232

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar

kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka, Barangsiapa

bertaqwa kepada Allah maka Allah jadikan urusanya menjadi mudah, Barangsiapa

bertaqwa kepada Allah akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan pahala

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk ayahanda (Triyono) dan

ibundaku (Eni Hidayati) tercinta yang tiada pernah berhenti memberiku

semangat, do’a, nasihat dan kasih sayang yang tak pernah tergantikan.

Terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku dalam belajar. Semoga

diri ini bisa menjadi seorang yang berguna bagi keluarga, nusa, bangsa dan

agama.Ya Allah berikanlah balasan setimpal Syurga firdaus_Mu untuk

kedua orang tuaku, Amin.

2. Kepada kedua adikku (Farhan Navis dan Umada Habibatil Mutia), yang aku

sayangi, Raihlah cita-cita kalian setinggi mungkin, mas Pian harap kalian

bisa menggapai hal yang sama dan bahkan lebih baik dari ini. Semoga mas

Pian ini bisa menjadi teladan yang baik buat kalian.

3. Segenap keluargaku, terimakasih atas semua do’a, dukungan, nasihat yang

diberikan kepadaku. Semoga diri ini bisa menjadi pribadi yang lebih baik

dan dewasa. Membanggakan kelurga, dan bermanfaat ilmunya.

4. Teruntuk teman-teman seperjuangan PAI G dan PAI Angkatan 2012, sukses

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,

syukur dan terimakasih senantiasa penulis haturkan kepada Allah swt yang telah

memberi nikmat sehat, iman, islam dan memberi kesempatan serta ridha-NYA

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyajikan hasilnya dalam

bentuk skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

di SMPN 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017” ini disusun dalam rangka

menyelesaikan studi strata 1 dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN Salatiga.

Bantuan dan dukungan baik materil maupun immateriil dari berbagai pihak

telah memberikan kontribusi positif dalam penyusunan skripsi ini. Dan atas

kontribusi tersebut penulis menyampaikan terimakasih dan do’a semoga Allah swt

berkenan membalas kebaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI).

4. Bapak Imam Mas Arum, M. pd selaku dosen pembimbing yang dengan

ikhlas mencurahkan fikiran waktu dan tenaganya dalam upaya

(9)

ix

5. Ibu Maryatin, M. Pd. Selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih

atas waktu yang telah diberikan selama 5 tahun ini, telah membimbing

dengan sabar dan ikhlas.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Mudjiati selaku kepala sekolah di SMPN 06 Salatiga yang telah

banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

8. Siswa-siswi SMPN 06 Salatiga yang telah menyambut dengan hangat

dan senyum manis atas kehadiran penulis dan kerja sama selama

penelitian.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan penulis sadar bahwa skripsi ini

masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran, kritik yang membangun dan koreksi

semua pihak penulis terima dengan tangan terbuka.

Wasslamu’alaikum Wr.Wb

Salatiga, September 2017

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Arifian, Muhammad Azka, 2017. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum M. Pd.

Kata Kunci : Gerakan Literasi, Sekolah

Konteks gerakan literasi sekolah yaitu mencakup memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui upaya menyeluruh agar menjadikan warga sekolah menjadi pembelajaran literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui bagaimanakah implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga? 2) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja pendukung dan penghambat implementasi implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga? 3) solusi seperti apakah yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga?.

Penelitian ini adalah jenis penilian kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Pihak yang di wawancarai antara lain: guru SMPN 06 Salatiga, kepala sekolah SMPN 06 Salatiga, siswa-siswi SMPN 06 Salatiga. Analisis data dimulai saat penulis mengumpulkan data, dengan cara pengorganisasian, pemecahan, sintesis, menentukan pola, memilah data yang penting dan tidak dengan mengacu pada kontribusi pada upaya menjawab fokus penelitian gerakan literasi sekolah.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penengasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 17

(12)

xii

B. Tahap-Tahap Gerakan Literasi Sekolah ... 20

C. Jenis Kegiatan Literasi ... 21

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPN 06 Salatiga 1. Sejarah dan Profil SMPN 06 Salatiga ... 34

2. Visi, Misi, Tujuan SMPN 06 Salatiga ... 35

3. Daftar Guru ... 36

4. Sarana dan Prasarana... 40

B. Hasil Penelitian 1. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah ... 42

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah ... 48

I3 Solusi Gerakan Literasi Sekolah ... 50

BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah SMPN 06 Salatiga ... 51

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah 1. Faktor Pendukung ... 59

2. Faktor Penghambat ... 60

C. Solusi Gerakan Literasi Sekolah ... 61

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

C. Penutup ... 65

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Membaca dalam hati (Tahap pembiasaan) ... 21

Tabel II Contoh jurnal membaca ... 23

Tabel III Membaca nyaring ... 24

Tabel IV Pedoman Meringkas dan membaca buku ... 28

Tabel V Indikator pencapaian tahap pembelajaran ...30

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. DOKUMENTASI

2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

3. SURAT KETERANGAN RISET

4. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

5. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

6. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Buku adalah jendela dunia, berbagai pengetahuan dapat diketahui dan

dipelajari. Buku juga sebuah nutrisi bagi jiwa yang sehat, ibarat sebuah

makanan yang selalu mensuplai energi bagi raga. Begitu penting peran buku

dalam kehidupan manusia, namun ironinya pada era global ini banyak para

siswa yang masih enggan membaca buku. Membaca menjadi pekerjaan yang

sangat berat bagi siswa, dan buku pun dipandang sebelah mata karena kalah

menarik dibanding game online dan permainan modern lainnya. Tidak

mengherankan jika menurut hasil kajian Program for International student

assessment (PISA) pada tahun 2009 Indonesia menempati urutan ke 57 dari

65 negara di dunia dalam kemampuan membaca. Sebuah hasil yang perlu

menjadi renungan bersama (Muhsin&Mursyid, 2015: 17).

Inilah fenomena yang terjadi di era digital ini, keberadaan buku bukan

menjadi sesuatu hal yang menarik lagi keberadaannya telah tergeserkan dan

terlupakan oleh game online, gadget, dan permainan modern lainnya. Melihat

hal tersebut maka bukan hanya merenung saja akan tetapi perlu adanya

tindakan yang nyata dari berbagai pihak untuk menjadikan buku sebagai

(16)

2

Meskipun di era modern ini sudah ada e-book yaitu sebuah aplikasi

yang menawarkan berbagai macam bahkan ribuan judul buku yang bisa dengan

mudah didownload oleh pembaca, akan tetapi perlu kita ketahui bahwa

aplikasi tersebut masih memiliki berbagai kekurangan salah satunya di lihat

dari segi efisiensi yaitu para pengguna e-book harus melalui jaringan internet

untuk mendapatkanya. Hal tersebut berbeda dengan buku yang memiliki nilai

efesiensi lebih banyak yaitu buku bisa dibawa kemana-mana dan untuk

membacanya tidak perlu menggunakan laptop ataupun gadget serta tidak harus

terhubung ke jaringan internet. Itulah beberapa gambaran dan tantangan

menumbuhkan minat baca dalam era budaya digital saat ini.

Minat baca pada setiap individu dapat dibangun sendiri melalui

kebiasaanya, karena membaca bukanlah bawaan dari lahir, kebiasaan membaca

di bangun melalui proses dari kemampuan membaca kemudian menjadi

kebiasaan membaca. Membaca merupakan proses kegiatan yang dilakukan

serta digunakan/dimanfaatkan oleh seseorang yang membaca untuk

memperoleh pesan yang disampaikan melalui media bahasa tulis. Dalam

membaca sangatlah dibutuhkan niat demi memperoleh hasil pengetahuan,

wawasan serta keilmuan, kebiasaan membaca juga diperoleh dari pengalaman

sehari-hari, diciptakan dari kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh

keluarga, dan juga sekolah. Sekolah merupakan tempat yang strategis untuk

memupuk kebiasaan membaca bagi peserta didiknya (Bonifacia, Emi dkk,

(17)

3

Berlangsungnya proses pembelajaran siswa yaitu berada di sekolah,

dilingkungan inilah tugas seorang guru untuk menumbuh kembangkan minat

baca siswa. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 5 menjelaskan bahwa pendidikan

diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

berhitung bagi segenap warga masyarakat. Untuk mengembangkan sekolah

sebagai organisasi pembelajaran, kementerian pendidikan dan kebudayaan

mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS). GLS adalah upaya

menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang

tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai ekosistem pendidikan.

GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (nawacita)

yang terkait dengan tugas dan fungsi kemendikbud khususnya nawacita nomor

lima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat indonesia,

enam yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional sehingga bangsa indonesia bisa maju dan bangkit bersama

bangsa-bangsa lainya, delapan yaitu melakukan revolusi karakter bangsa dan

sembilan memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial indonesia.

Empat butir nawacita tersebut erat kaitanya dengan komponen literasi sebagai

modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan

berdaya saing, berkarakter serta nasionalis. Untuk dapat mengembangkan

nawacita, diperlukan pengembangan strategi pelaksanaan di sekolah yang

berdampak menyeluruh dan sistematik. Dalam hal ini, pertama sekolah

(18)

4

sebagai individu pembelajar, kedua perlu memiliki struktur kepemimpinan

yang juga terkait dengan lembaga lain di atasnya, serta sumber daya yang

meliputi sumber daya manusia, keuangan, serta sarana dan ketiga memberikan

layanan pendidikan dalam bentuk pembelajaran di dalam kelas dan berbagai

kegiatan lain di luar kelas yang menunjang pembelajaran dan tujuan

pendidikan (Kemendikbud, 2016: 2-3).

Dengan memperhatikan karakteristik sekolah sebagai sebuah

organisasi akan mempermudah pelaksana program untuk mengidentifikasi

sasaran agar perlakuan atau solusi dapat diberikan secara menyeluruh. Namun

pada kenyataanya meskipun secara teori GLS sudah menjabarkan secara detail

bagaimana langkah yang harus dilakukan, akan tetapi dalam pelaksanaanya hal

tersebut tidak mudah dilakukan karena adanya beberapa faktor penghambat

yang menjadi sebuah kendala. Adapun salah satu kendala itu berasal dari guru,

Penting bagi guru memberi contoh nyata kepada siswa untuk membaca, karena

selama ini masih banyak para guru yang tidak suka membaca yang ada hanya

memerintahkan siswa untuk membaca. Tindakan semacam itu bukanlah

tindakan yang baik. Karena bagaimanapun seorang guru adalah panutan bagi

siswanya. Budaya membaca dan menulis memang harus ditanamkan sedini

mungkin, tidak terkecuali oleh guru. Seorang guru harus bisa memberi

motivasi kepada siswa untuk gemar membaca dan menulis. Pastinya bukan

sekedar seruan belaka dan tanpa contoh nyata.

Sebagai umat Islam berbicara literasi ternyata juga ada kaitanya dengan

(19)

5

bacaan, sehingga al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan, dengan

kewajiban membaca bagi hamba-hamba Nya.

Dan ini dikuatkan dengan perintah Allah swt dalam surat al-Alaq

ayat1-5:

Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)

Merujuk bunyi ayat ke satu iqra (bacalah) yaitu seruan untuk membaca

kepada Nabi yang berarti menjadi seruan bagi umatnya, diikuti ayat ke 4 yang

mengajar manusia dengan perantara qalam (pena, tulisan) hal tersebut

sangatlah jelas bahwa Islam menyeru umatnya agar selalu membaca dan

menulis. Begitulah Islam memaknai kegiatan membaca dan menulis sebagai

media yang urgen bagi manusia.

Dari intisari ayat di atas juga memberi insipirasi dan motivasi, namun

tradisi baca-tulis belum banyak dipraktikan orang-orang dizaman baginda Nabi

Muhammad, baginda sendiri juga tidak pernah mempelajari ilmu baca tulis,

meskipun beberapa keluarganya dan sahabat dapat menulis, sampai akhirnya

wahyu pertama turun dan nabi memerintahkan beberapa sahabat untuk menulis

(20)

6

Adapun lembaga pendidikan sekolah menengah pertama yang ada di

Salatiga salah satunya yaitu SMPN 06 Salatiga, sekolah tersebut telah

melaksanakan gerakan literasi seperti sekolah lain pada umumnya, penulis juga

mengetahui bahwa sekolah tersebut memiliki perpustakaan yang pernah masuk

nominasi tingkat provinsi periode 2015-2016, informasi tersebut penulis

dapatkan saat mengikuti sebuah seminar mengenai gerakan literasi yang berada

di perpustakaan daerah Salatiga pada tanggal 28 oktober 2016 pukul 08:00-

12:00 yang diikuti oleh seluruh pustakawan dari tingkat SD/MI-SMA/MAN

sekota Salatiga. Dari situlah penulis merasa tertarik untuk megkaji dan

mengetahui bagaimana pelaksanaan gerakan literasi yang ada di sekolah

tersebut. Bertitik tolak dari uraian diatas kiranya penulis perlu untuk

melakukan penelitian mengenai ’’Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

di SMPN 06 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi gerakan literasi Sekolah di SMPN 06 Salatiga

tahun ajaran 2016/2017?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Implementasi gerakan

(21)

7

3. Apakah solusi yang dilakukan oleh pihak guru dan sekolah dalam

mengatasi hambatan implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga

tahun ajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai Konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06

Salatiga tahun ajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat

Implementasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga tahun ajaran

2016/2017.

3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh pihak guru dan sekolah

dalam mengatasi hambatan Implementasi gerakan literasi Sekolah di

SMPN 06 Salatiga tahun ajaran 2016/2017.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu:

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran memperkaya wawasan konsep serta praktek gerakan literasi yang

(22)

8

2. Secara Praktis

a. Sekolah: Dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau acuan

mengenai proses gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga atau lingkup yang

lebih luas.

b. Siswa: Memberikan motivasi bagi siswa sekolah menengah pertama

untuk gemar membaca guna menambah wawasan baik akademik

maupun non akademik.

c. Guru: Dapat mengetahui solusi yang dilakukan guru pada proses

melaksanakan gerakan literasi di sekolah menengah pertama SMPN 06

Salatiga.

E. Penegasan Istilah

Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam

memahami judul yang penulis bahas, dan memberikan pengertian dalam ruang

lingkup penelitian, adapun penegasan istilah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Implementasi

Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan,

tindakan, dan sikap individu serta interaksi proses antara mereka yang

menciptakan program dan mereka yang melaksanakanya (Abdul majid,

2014: 70).

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau

(23)

9

suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman,

2002: 70).

b. Gerakan literasi sekolah

Gerakan literasi sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan

kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya

berupa pembiasaan membaca peserta didik. Kegiatan ini dilakukan dengan

kegiatan 15 menit membaca (guru bacakan buku dan warga sekolah

membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah).

Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke

tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan

kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan

ketrampilan reseptif maupun produktif (Kemendikbud, 2016: 7-8).

c. Faktor pendukung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata faktor yaitu hal

(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya

sesuatu, sedangkan arti dukung, pendukung yaitu 1) orang yang

mendukung, 2) penyokong, pembantu, penunjang.

d. Faktor penghambat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian faktor yaitu hal

(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya

sesuatu, sedangakan pengertian hambatan (2002: 385) adalah halangan atau

rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap

(24)

10

akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan

tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan

pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia

selalu mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri

manusia itu sendiri ataupun dari luar manusia.

e. Solusi

Pengertian solusi adalah jalan keluar atau jawaban dari suatu

masalah dan solusi juga diartikan jalan yang digunakan untuk memecahkan

menyelesaikan masalah tanpa adanya tekanan objektivitas dalam

menentukan pemecahan masalah dimana orang yang mencari solusi tidak

memaksakan pendapat pribadinya dan berpedoman pada kaidah atau aturan

yang ada (Munif Chatib: 2011).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh pemahaman yang subtansi dan komprehensif

tentang permasalahan yang dikaji, penelitian ini menerapkan pendekatan

kualitatif. Badgan Taylor (1975: 5) mendefinisikan: Metode kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy J.

Moleong, 2002: 3). Data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan

(25)

11

Pada bagian ini peneliti mengumpulkan data yang telah didapat di

lapangan yaitu dari guru, siswa, dan kepala sekolah SMPN 06 Salatiga dan

ditelaah satu demi satu dengan menggunakan metode ilmiah sehingga

memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

2. Kehadiran Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,

maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh

data yang valid dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi pelajar,

yaitu belajar dari orang dari orang yang diwawancara yang menjadi sumber

data di Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga.

3. Sumber Data

Menurut Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis

datanta dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto

dan statistik (Moleong, 2011: 157).

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokan

menjadi dua yaitu:

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan

(26)

12

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan

disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data utama yaitu: guru, pegawai perpus, siswa SMPN 06

dan kepala sekolah.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang dimaksudkan untuk

melengkapi data primer dari kegiatan peneliti. Data sekunder berasal dari

dokumen-dokumen berupa catatan. Moleong juga menjelaskan tentang

sumber data penting lainya adalah berbagai sumber tertulis seperti buku

disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen, arsip-arsip,

evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain foto data statistik juga

termasuk data tambahan (Moleong, 2011: 113).

4. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk memperoleh data serta membantu

mempermudah jalan penelitian, penulis menggunakan metode

pengumpulan data. Pengumpulan data penelitian dilakukandengan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi adalah pencatatan secara sistematik terencana

fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1995: 227).

Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

tentang proses berjalanya literasi di SMPN 06 Salatiga. Observasi

(27)

13

yang diteliti dengan cara mengadakan pengamatan, pencatatan dan

mendengarkan secara cermat.

Hal-hal yang diobservasikan adalah implementasi gerakan

literasi, selain itu juga meliputi letak geografis dan fasilitas. Kegiatan

observasi dilaksanakan dengan cara formal ataupun informal untuk

mengamati berbagai keadaan sebagai peristiwa atau fenomena dan

kegiatan yang terjadi. Observasi juga dimaksudkan untuk mengetahui

adanya faktor yang mendukung dan menghambat implemetasi gerakan

literasi di SMPN 06 Salatiga. Sehingga diperoleh data yang konkret

tentang implemetasi gerakan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga.

b. Metode Wawancara

Pengertian wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

2011: 186).

Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang

dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Arikunto, 2006: 64). Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas

terpimpin, akan memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam

memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data yang lebih

(28)

14

Dengan metode ini penulis mendapatkan informasi ataupun data

tentang implementasi gerakan literasi, faktor yang mendukung, faktor

yang menghambat serta solusi implementasi gerakan literasi di SMPN 06

Salatiga.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan

sebagainya (Arikunto, 2006: 67).

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara

mengambil gambar ataupun data mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga. Metode

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang sekolah

menengah pertama secara historis, letak geografis, struktur organisasi

dan daftar nama siswa SMPN 06 Salatiga.

5. Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memisahkannya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

(Moleong, 2011: 248).

Dari rumusan tersebut dapat ditarik garis bawah atau dapat

(29)

15

yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan, arsip Sekolah Menengah

Pertama Negeri 06 Salatiga.

6. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti

menggunakan triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2011:

330).

Patton (1987: 331) menjelaskan teknik triangulasi dengan sumber

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif, diantaranya: (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang

dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara

pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Moleong, 2011: 330-331).

Trianggulasi dalam penelitian ini yaitu berupa hasil yang diperoleh

(30)

16

siswa dan kepala sekolah dengan apa yang telah penulis lihat melalui

prakteknya. Dari langkah tersebut dapat kita ketahui bersama derajat

keabsahan datanya. Melalui berbagai perspektif ataupun pandangan

diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran dalam melakukan

penelitian.

Karena itu, trianggulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi

yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenaranya.

Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa hasil

wawancara, teks atau naskah/trasnskip film dan sejenisnya, trianggulasi

tidak perlu dilakukan. Namun demikian trianggulasi aspek lain tetap

dilakukan.

7. Tahap Penelitian

a. Kegiatan yang meliputi, izin observasi dari IAIN Salatiga kepada Kepala

Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Salatiga.

b. Kegiatan lapangan yaitu penulis melakukan penelitian secara langsung

di lokasi penelitian dengan mewawancarai responden dan melihat secara

seksama lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

c. Verifikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai

deskriptif penemuan dalam penelitian dan menyusun laporan akhir.

G. Sistematika Penulisan

(31)

17

Bagian awal ini, meliputi: sampul, gambar berlogo, judul (sama dengan

sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan

keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi

dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Untuk mempermudah pembahasan skripsi, maka dalam menyusun skripsi

ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut:

BAB I :PENDAHULUAN dalam bab ini berisi tentang beberapa

hal yaitu: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II :KAJIAN PUSTAKA dalam bab ini dikemukakan kajian

pustaka yaitu gerakan literasi.

BAB III :LAPORAN HASIL PENELITIAN meliputi gambaran

umum SMPN 06 Salatiga, dan implmentasi gerakan literasi.

BAB IV PEMBAHASAN dalam bab ini penulis membahas tentang

implementasi gerakan literasi di SMPN 06 Salatiga tahun

ajaran 2016/2017.

BAB V PENUTUP dalam bab ini penulis menyajikan tentang

kesimpulan, saran-saran dan penutup.

(32)

18

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Literasi

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah

(GSL) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu

secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,

menyimak, menulis, dan atau berbicara. Adapun Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk

menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat

sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Kemendikbud, 2016: 2).

Dari sini pulalah kemudian dikenal istilah pendidikan sepanjang hayat

(long-lifeeduction). Proses pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan

melalui lingkungan salahsatunya lingkungan sekolah yang di dalamnya terapat

perpustakaan di sekolah dan taman baca masyarakat (TBM) yang merupakan

sarana sekaligus pusat informasi bagi masyarakat atas perkembangan ilmu

pengetahuan baik dalam wadah buku maupun bacaan lainya. Proses

pembelajaran sepanjang hayat ini berjalan jika setiap orang mempunyai budaya

baca dan budaya menulis atau yang akrab dikenal literasi (Muhsin, 2015: iii).

Adapun tujuan gerakan literasi ada dua yaitu:

(33)

19

Menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui

pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan

Literasi Sekolah (GSL) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2. Tujuan khusus:

a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.

b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan

ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam

buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Panduan GLS di SMP ini berisi penjelasan pelaksanaan kegiatan

literasi di SMP yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan,

pengembangan, dan pembelajaran yang berisi ruang lingkup meliputi:

a. Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana

literasi).

b. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua

warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi SMP dan,

c. Lingkungan akademik adanya program literasi yang nyata dan bisa

dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah (Kemendikbud, 2016: 12-13).

B. Tahap-Tahap Gerakan Literasi Sekolah

(34)

20

a. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca

(Permendikbud No. 23 Tahun 2015) yang disebut dengan tahap pembiasaan.

b. Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku

pengayaan, yang disebut tahap pengembangan.

c. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan

buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran, yang di

sebut tahap pembelajaran.

Kegiatan pada ketiga tahap GLS di SMP antara lain sebagai beikut:

a. Pembiasaan: 15 menit membaca, jurnal membaca harian, penataan sarana

literasi, menciptakan lingkungan kaya teks, memilih buku bacaan.

b. Pengembangan: 15 menit membaca, jam membaca mandiri untuk kegiatan

kurikuler/ko-kurikuler (bila memungkinkan), menanggapi bacaan secara

lisan dan tulisan, penilaian non-akademik, pemanfaatan berbagai graphic

organizers untuk portofolio membaca, pengembangan lingkungan fisik,

sosial dan afektif.

c. Pembelajaran: 15 menit membaca Pemanfaatan berbagai strategi literasi

dalam pembelajaran lintas disiplin, Pemanfaatan berbagai organizers untuk

pemahaman dan produksi berbagai jenis teks, Penilaian akademik,

Pengembangan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik.

(35)

21

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), 1996: membaca

diartikan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (lisan maupun

dalam hati).

a. Membaca dalam hati (tahap pembiasaan)

Tabel.I

Tahap Membaca Kegiatan

Sebelum membaca 1) Meminta peserta didik untuk memilih

buku yang ingin dibaca dari sudut baca

kelas.

2) Memberikan kebebasan kepada peserta

didik untuk memilih buku sesuai dengan

minat dan kesenangannya.

3) Memberikan penjelasan bahwa peserta

didik akan membaca buku tersebut sampai

selesai dalam kurun waktu tertentu,

bergantung ketebalan buku.

4) Peserta didik boleh memilih buku lain

bila isi buku dianggap kurang menarik atau

(36)

22

5) Peserta didik boleh memilih tempat yang

disukainya untuk membaca.

Saat Membaca Peserta didik dan guru bersama-sama

membaca buku masing-masing dengan

tenang selama 15 menit.

Setelah Membaca 1) Peserta didik mencatat judul dan

pengarang buku, serta jumlah halaman yang

dibaca di jurnal membaca harian

2) Guru mengingatkan peserta didik untuk

melanjutkan

membaca buku yang sama di pertemuan

berikutnya.

3) Peserta didik mengembalikan buku ke

rak Sudut Baca Kelas.

4) Guru melanjutkan kembali pelajaran di

hari itu.

5) Untuk memberikan motivasi kepada

peserta didik tentang membaca sebagai

kegiatan yang menyenangkan, secara

berkala guru dapat bercerita singkat tentang

(37)

23

menyampaikan mengapa suka dengan buku

itu.

6) Sebagai bentuk apresiasi kepada peserta

didik, sesekali guru dapat bertanya kepada

mereka tentang buku yang dibaca.

Berikut adalah contoh jurnal membaca harian untuk tahap pembiasaan:

Tabel.II

Hari/Tanggal Judul/Pengarang Halaman Hari keberapa

Senin

4/2/2017

Laskar

Pelangi/Andrea

Hirata

1-5 10

Selasa

5/2/2017

Laskar

Pelangi/Andrea

Hirata

6-13 11

... ... ... ...

(38)

24

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan guru pada saat

melaksanakan kegiatan membacakan nyaring dalam tahap pembiasaan.

Tabel.III

Tahap Membaca Kegiatan

Sebelum membaca

bermanfaat dan menarik untuk

dibacakan karena kandungan nilai

moral, sastra, keindahan, relevansi

dengan kondisi anak, dll.

2) Apabila buku yang akan dibaca cukup

tebal, guru dapat mengalokasikan

beberapa pertemuan untuk

membacakan buku tersebut sampai

selesai. Alternatif lain, guru dapat

memilih bagian dari sebuah buku

untuk dibacakan.

3) Guru sudah membaca buku yang akan

dibacakan sebelumnya agar dapat

mengidentifikasi proses dan strategi

yang akan digunakan dalam

(39)

25

menandai bagian yang perlu diberi

penekanan dan ilustrasi, tempat jeda

untuk bertanya, dll.

4) Guru membuka percakapan tentang

bahan bacaan yang akan dibaca

dengan menyebut kanpenulis dan

judul buku (serta ilustrator, bila ada).

5) Guru menanyakan hal-hal yang

berhubungan dengan cerita yang akan

dibaca melalui tanyajawab singkat

tentang pengarang, menerka isibuku

dengan memperhatikan sampul dan

judul

Saat Membaca 1) Guru membaca teks dengan pengucapan

dan intonasi yang jelas, dan tidak

terlalu cepat.

2) Guru mengajukan pertanyaan di antara

kalimatuntuk menggugah tanggapan

peserta didik.

Setelah membaca Guru melakukan kegiatan bincang buku

(40)

26

tentang tanggapan mereka terhadap buku

yang baru selesai dibaca

(Kemendikbud, 2016: 8-11)

2. Menulis

Menulis adalah kegiatan mengekspresikan pikiran kedalam media

kertas yang nantinya pikiran itu akan di baca oleh orang lain. Pengertian

menulis berikutnya adalah memindahkan “tacit knowledge” menjadi

“explicit knowledge” dimana diharapkan terjadi perpindahan pengetahuan

dari pemilik “tacit knowledge” kepada orang lain melalui “explicit

knowledge” melalui “tacit knowledge”tersebut.

Kegiatan menulis, tanpa disadari ternyata menjadi criteria kemajuan

sebuah bangsa. Banyak kemajuan bangsa yang telah punah dan tidak

dikenali hingga saat ini, karena tidak ada literatur yang ditemukan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri tidak lepas dari kegiatan

menulis. Maka kegiatan penghimpunan ide dengan menulis akan

melahirkan karya yang akan terus dihimpun, dibaca, diaplikasikan serta

dikoreksi oleh penerusnya.

Dalam konsep Islam, sebagai mana tersebut dalam surah

Al-Alaq, bukan hanya menggerakan budaya membaca (Iqra’ ayat 1) tetapi jauh

dari ayat 4 Islam memaknai kegiatan tulis menulis adalah sebagai media

yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Pada QS al-Alaq “yang

(41)

27

sangat jelas, bahwa keberadaan islam memiliki risalah mengajak agar

manusia membaca dan menulis. Ayat ini juga mengajarkan kegiatan

menulis sebagai sarana proses transformasi ilmu dan pengetahuan.

Dalam sebuah penelitian, yang dilakukan oleh seorang psikolog, Dr.

Pennebaker, menemukan berbagai manfaat menulis antara lain: Pertama

menulis menjernih kanpikiran. Disaat seseorang mengalami problematika,

kemudian menuliskan semua masalahnya, ternyata berdampak positif untuk

menjernihkan pikiran. Tentu hal ini membuat menulis menjadi terapi.

Kedua, menulis dapat mengatasi trauma. Dengan menulis trauma yang

pernah dialami seorang ternyata akan memudahkan trauma untuk diatasi.

Ketiga, menulis akan membantu dan mendapatkan dan mengingat

informasi, belajar dengan menulis akan membuat daya ingat jauh lebih

tajam. Menulis juga dapat membuat syaraf otak lebih aktif, sehingga

seorang bias lebih mengingat pelajaran yang dipelajari (Muhsin, 2015:

129-131).

Dalam kegiatan literasi sekolah, kegiatan menanggapi buku yang

telah dibaca (tahap pengembangan) memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya tentang buku

yang dibaca. Kegiatan ini juga dapat mengungkapkan apakah peserta didik:

1) Menyukai buku yang dia baca

2) Mampu menangkap tema dan pokok pikiran dalam buku itu

3) Memahami elemen-elemen cerita atau

(42)

28

Sebelum guru melakukan kegiatan ini guru perlu sering memberikan

contoh bagaimana meringkas, menceritakan kembali, dan menanggapi isi

buku. Pemberian contoh ini dapat dilakukan selama kegiatan membaca

dalam hati dan membacakan nyaring di tahap pembiasaan dan

pengembangan. Dengan demikian, pada saat tahap pengembangan, peserta

didik sudah mengetahui cara meringkas, menceritakan kembali, dan

menanggapi isibuku secara lisan maupun tulisan. Berikut pedoman singkat

yang dapat digunakan guru dalam membimbing peserta didik untuk

meringkas dan menceritakan kembali buku secara lisan.

Berikut pedoman singkat yang dapat digunakan guru dalam

membimbing peserta didik untuk meringkas dan menceritakan kembali

buku secara lisan:

Tabel.IV

Teks fiksi: latar (setting), tokoh, masalah/konflik, 1-2 peristiwa,

resolusi, akhir cerita

Teks faktual: topik, hal-hal baru yang diperoleh peserta

didik dari buku

Pertanyaan:

• Apa masalah yang

dihadapi

tokoh dalam cerita ini?

• Bagaimana ciri-ciri tokoh utama?

konflik, klimaks atau akhir cerita?

Pertanyaan:

• Hal apa yang paling

menarik

(43)

29

(Bimbing dengan menggunakan daftar isi)

Jurnal tanggapan terhadap buku berisi catatan pikiran dan perasaan

peserta didik tentang buku yang dibaca dan proses pembacaannya. Kegiatan

ini memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi idenya lebih dalam

daripada memberikan tanggapan atau menceritakan kembali isi buku secara

lisan. Dalam menuliskan tanggapan, peserta didik:

1) melakukan refleksi, mencari keterkaitan antara teks dengan dirinya, atau

menuliskan reaksinya terhadap teks,

2) menuliskan dan mengingat kata-kata baru yang dia temukan dalam

buku, dan

3) mencatat ide-ide tentang buku atau pengarang yang ingin dibaca lebih

lanjut.

Berikut adalah contoh format jurnal yang dapat di isi oleh peserta

(44)

30

Judul: Tanggal:

Pengarang:

Apa yang kamu sukai dari cerita/buku ini? Apa yang tidak kamu sukai?

Hal baru apa dari buku ini yang belum pernah kamu ketahui

sebelumnya?

Dalam tahap pembelajaran, semua kegiatan yang dilakukan dalam

kegiatan tindak lanjut di tahap pengembangan dapat diteruskan sebagai

bagian pembelajaran dan dinilai secara akademik. Kelas atau sekolah dapat

menentukan ketercapaian kegiatan literasi pada tahap pembelajaran dengan

menggunakan indikator pencapaian.

Berikut adalah contoh indikator pencapaian pada tahap pembelajaran:

Tabel.V

No. Indikator Belum Sudah

1. Kegiatan membaca pada tempatnya (selain 15

menit sebelum pembelajaran) sudah

(45)

31

sekolah (tampak dilakukan oleh semua warga

sekolah).

2. Kegiatan lima belas menit membaca setiap hari

sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain

dengan tagihan non-akademik atau akademik.

3. Ada pengembangan berbagai strategi

membaca.

4. Kegiatan membaca buku nonpelajaran yang

terkait dengan buku pelajaran dilakukan oleh

peserta didik dan guru (ada tagihan akademik

untuk peserta didik).

5. Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan

maupun tulisan (tagihan akademik).

6. Peserta didik memiliki portofolio yang berisi

kumpulan jurnal tanggapan membaca minimal

12 (dua belas) buku nonpelajaran.

7. Melaksanakan berbagai strategi untuk

memahami teks dalam semua mata pelajaran

(46)

32

secara optimal, misalnya tabel TIP

(Tahu-Ingin-Pelajari), tabel Perbandingan, Tangga

Proses/ kronologis.

8. Guru menjadi model dalam kegiatan membaca

buku nonpelajaran dengan ikut membaca

buku-buku pilihan (nonpelajaran) yang dibaca oleh

siswa.

9. Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai

penilaian akademik.

10. Peserta didik menggunakan lingkungan fisik,

sosial, afektif, dan akademik disertai beragam

bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang

kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk

memperkaya pengetahuan dalam mata

pelajaran.

11. Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil

membaca buku bacaan dan buku pelajaran

(hasil tagihan akademik) dipajang di kelas dan

atau koridor sekolah.

(47)

33

didik dalam kegiatan berliterasi (berdasarkan

tagihan akademik)

13. Ada poster-poster kampanye membaca untuk

memperluas pemahaman dan tekat warga

sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang

hayat.

14 Ada bahan kaya teks terkait dengan mata

pelajaran yang terpampang di tiap kelas.

15. Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan

berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi

secara kreatif secara verbal, tulisan, visual, atau

digital) dalam perayaan hari-hari tertentu yang

bertemakan literasi.

16. Perpustakaan sekolah menyediakan beragam

buku bacaan (buku-buku nonpelajaran: fiksi

dan nonfiksi) yang diperlukan peserta didik

untuk memperluas pengetahuannya dalam

pelajaran tertentu.

17. Tim Literasi Sekolah bertugas melakukan

(48)

34

program literasi sekolah.

18. Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal

untuk pengembangan program literasi sekolah

dan pengembangan

Jika semua indikator sudah terpenuhi, sekolah atau kelas dapat

mempertahankan serta terus-menerus melakukan kreasi dan inovasi. Selain itu,

sekolah dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainya (Kemendikbud,

(49)

35 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMPN 06 Salatiga

1. Sejarah

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 6 Salatiga, adalah SMP

Negeri tertua ke-6 di Kota Salatiga, berdiri pada tahun 1982 tepatnya bulan

Agustus 1982. Sebelum berdirinya bangunan SMP Negeri 6 Salatiga

menginduk pada SMP-N 3 Salatiga dengan kepala sekolah dijabat oleh

Bapak Suahrdi, BA. Pada saat itu akses menuju ke SMP-N 6 Salatiga sangat

sulit. Akan tetapi, SMP Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan

perkembangan sosial dan budaya masyarakat kota Salatiga baik kuantitas

maupun kualitas outputnya.

Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar masing-masing Kelas I :

3 rombongan belajar, Kelas II : 3 rombongan belajar, dan Kelas III : 3

rombongan belajar, jadi jumlah seluruhnya 9 rombongan belajar. Kemudian

tahun 1996 jumlah kelas mulai bertambah 1 rombongan belajar, dan tahun

1998 hingga sekarang menjadi 24 rombongan belajar. Dilihat prestasi

akademis maupun non akademis hampir setiap tahun masuk nominasi pada

tingkat Propinsi Jawa Tengah.

Awal tahun Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan

(50)

36

Nasional (SSN), sudah pasti menjadi prestasi, tuntutan, dan tantangan bagi

kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu sendiri, baik di tingkat Kabupaten,

Provinsi bahkan tingkat Nasional.

Adapun sejarah pimpinan SMPN 06 Salatiga sampai dengan

sekarang yaitu:

a. Tahun 1982 - 1982 dipimpin oleh Bapak Suhardi, BA.

b. Tahun 1982 - 1991 dipimpin oleh Bapak Wardojo, S. Pd.

c. Tahun 1991 - 1993 dipimpin oleh Bapak Tugiman

d. Tahun 1993 - 2000 dipimpin oleh Ibu Pudyastuti, BA.

e. Tahun 2000 - 2004 dipimpin oleh Bapak Koesno

f. Tahun 2004 - 2006 dipimpin oleh Bapak Bambang Subiyakto, S. Pd.

g. Tahun 2006 - 2012 dipimpin oleh Bapak Sugiharto, S. Pd., M. Pd.

h. Tahun 2012 - 2016 dipimpin oleh Ibu Endang Dwi Wahyuni, M.Pd.

i. Tanggal 18 Januari 2016 dipimpin oleh Ibu Mudjiati, M.Pd. hingga

sekarang

2. Visi, Misi, Tujuan SMPN 06 Salatiga

a. Visi :

Unggul Dalam Mutu, berpijak pada Iman dan Taqwa yang Berwawasan

Lingkungan.

b. Misi:

1) Meningkatkan kedisiplinan belajar dan mengajar secara

berkesinambungan.

(51)

37

3) Mewujudkan lingkungan pembelajaran yang kondusif.

4) Merealisasikan penghayatan, pengamalan keimanan dan

ketaqwaan melalui kegiatan ibadah di sekolah sesuai dengan agama

dan kepercayaan masing-masing.

5) Mewujudkan sekolah adiwiyata.

c. Tujuan:

1) Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah.

2) Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional.

3) Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.

4) Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama

bidang komunikasi, Sains dan Matematika.

5) Unggul dalam lomba Olahraga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra,

dan Pramuka.

6) Unggul dalam kebersihan dan penghijauan sekolah.

3. Daftar Guru

WIWIK INDRIYATI, S.Pd

SITI ROCHMATIN, S.Ag

(52)

38

DEWI RIA RETNANI AS, S.Pd.Fis

Drs. SUBANDRIYO

TH. Retno widayatsih, S.Pd

Indri Sugiyanto, M. Pd

Budi Widyaningsih, S.Pd

(53)

39

Dra. UMI HANIK, M. PdI.

ALPHA MARIANI, S.Pd

Musirin. S.Pd

Sarwo Sukono, S.Si, M.Pd

ERNA YULIANI, S.Pd

19670724 200501 2 009

(54)

40

OBRIN SYAHRIAL HW,

S.PsiMARYATUL KIPTIYAH,

ELFIANA DEWI PRATIWI, S.Pd

AGUSTINA DYAH W.U,

S.ThMUHAMAD NURUL HUDA, S.Pd

YOSEPH WIDYAWAN E.T, S.Ag

INGGRIT PRASILIA DURI, S.Pd

DARMAYANI, S.Pd

TRI ELLIAWATI, S.Pd

FARID SETYATMODJO, S. Pd.

(55)

41 PANCA PUNJUNGSARI, S. Pd.

Parwati, S.Pd

EDIYANTO, S.Pd

SHELLY KURNIANINGRUM, S.Pd.

ANNIFRIDA, S.Pd

DEVITA RAHMAWATI S.Pd

AHMAD NUR MUHIB H, S.Pd.I

Kesiswaan

Benadahara BOS

Kepala Ur Kesiswaan

Walikelas 7D

Walikelas 7H

Walikelas 7a

Walikelas 9c

(56)

42

Walikelas 8b

Walikelas 9 D

(57)

43

4. SaranadanPrasarana

Keterangan

1. Kls X O

2. Kls X L

3. Kls X BSN

4. Kls X TKJ

5. Kls X MM

6. Kls XI O

7. Kls XI L

8. Kls XI BSN

9. Kls XI TKJ

10. Kls XI MM

11. Kls XII O

12. Kls XII L

13. Kls XII BSN

14. Kls XII TKJ

15. Kls XII MM 16.

Lab Komp 1

17. Perpustakan/ Warnet

(58)
(59)

42 B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Implementasi gerakan literasi yang ada di Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) 06 Salatiga yaitu mengacu penuh pada buku pedoman yang

diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud). Buku

yang berjudul gerakan literasi sekolah yang ada disekolah tersebut didapat

melalui fasilitas internet dengan cara mendownload sendiri, sebab kemendikbud

tidak mendistribusikan buku panduan literasi yang diterbitkanya secara

langsung kesekolah-sekolah. Adapun buku tersebut berisi mengenai

tahapan-tahapan gerakan literasi yang secara keseluruhan dibagi menjadi tiga tahapan-tahapan,

yaitu pertama tahap pembiasaan, kedua tahap pengembangan dan yang ketiga

tahap pembelajaran. Pada masing-masing tahapan tersebut terdapat penjelasan

mengenai indikator pencapaian yang harus dicapai secara bersama oleh warga

sekolah apabila sekolah tersebut mengharapka kegiatan literasi yang telah

dilaksanakan selama ini dapat dikatakan dengan baik.

Adapun dalam pelaksanaan kegiatan gerakan literasi SMPN 06 Salatiga,

sekolah ini memiliki srtuktur penanggung jawabyang diketuai oleh kepala

perpustakaan yaitu ibu Budi Widyaningsih yang bertugas megawasi serta

mejadikan motor atau penggerak utama jalanya kegiatan literasi SMPN 06

Salatiga. Perpustakaan sekolah menjadi media pendukung utama sebab di dalam

perpustakaan terdapat berbagai sumber ilmu serta informasi yang bisa dengan

mudah didapat oleh warga sekolah yaitu dengan membaca koleksi buku-buku

(60)

43

penting terlaksananya gerakan literasi yang baik dan menjadikan warga sekolah

menjadi pribadi yang literat. Berikut adalah tahapan proses impelentasi gerakan

literasi yang ada di sekolah SMPN 06 Salatiga:

a. Persiapan gerakan literasi sekolah

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran

gerakan literasi, adapun persiapan tersebut yaitu:

“Gerakan literasi di mulai pada pukul 07:00 WIB, lima belas menit

sampai dengan pukul 07:15 WIB setelah bel tanda masuk berbunyi anak memasuki ruang kelas,apabila sudah terdengar pengumuman atau informasi melalui sepaker di tiap-tiap kelas untuk memulai gerakan literasi maka siswa mengambil atau mempersiapkan buku yang telah dibawanya untuk dibaca. Tidak ada batasan jumlah halaman yang harus di capai oleh anak dalam proses gerakan literasi ini mas, yang terpenting anak mau membaca saja. Setelah selesai membaca maka buku disimpan kembali atau diletakan di pojok perpustakaan kelas yang telah tersedia lalu kemudian untuk bisa di

rolling gantian ditukar acak dengan teman satu kelas untuk dibaca pada saat gerakan literasi di mulai. Kemudian baru saya lanjutkan

pelajaran seperti biasa ” (BW).

Dari ungkapan di atas guru dan siswa bersama-sama mempersipkan

dan mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan literasi sekolah selama 15

menit sesuai dengan peraturan yang ada.

b. Jumlah hari gerakan literasi sekolah

Dalam sebuah kegiatan sudah pasti terdapat waktu dan hari yang

telah di tetapkan atau disepakati bersama dalam pelaksanaanya, begitu juga

dengan kegiatan literasi sekolah yang ada di SMPN 06 Salatiga berikut

jumlah hari yang telah di tentukan bersama yaitu:

“Gerakan literasi sekolah itu di mulai membaca di hari senin sampai

(61)

44

kegiatan literasi ringkasanya berbentuk sebuah produk Bisa berupa puisi, bisa berupa mereka mungkin membuat selogan gitu, kata kata bijak dari apa yang ,mereka baca, bisa juga map maping/main maping ya jadi gambar itu juga bisa, karikatur, sesuka hati mereka saja sesuka

mereka sendiri begitu” (LQ).

Ungkapan di atas mengenai jumlah hari dalam kegiatan litersi sesuai

dengan pernyataan dua orang siswa sebagai berikut:

Pernyataan siswa yang pertama yaitu:

“Kegiatan literasinya mulai senin sampe kamis kak, kalo hari senin

sampai rabu membaca lalu hari kamisnya menulis sama meringkas

kalo aku sukanya menggambar terus hari jum’at sampe sabtu tidakada literasi, terus hari jum’atnya dikumpulkan hasilnya” (LDP).

Pernyataa siswa yang kedua yaitu:

“Hari literasi itu 4 hari yaitu hari senin sampai kamis, senin sampai

rabu membaca khusus hari kamis itu membuat karangan di buku

literasi sendiri” (SDA).

c. Jenis buku yang di gunakan dalam kegiatan literasi sekolah

Buku adalah sarana pendukung utama dalam kegiatan literasi sekolah

dalam kegiatan membaca tidak lepas dari buku, jenis buku juga menjadi hal

penting untuk diketahui. Adapun jenis buku yang sering dibaca yaitu:

“Biasanya itu novel dongeng sama itu lo mas buku bacaan yang

berhubungan dengan pertanian peternakan bagaimana cara berternak ikan lele gitu lho mas. Paling ga seputar itu, kalo novel jarang karena terlalu tebal tadi, siswa kan males. Kalo suka baca, ya novel itu yang

di baca” (DVT).

Ungkapan di atas sedikit berbeda mengenai jenis buku yang di baca

oleh anak adapun ungkapan guru tersebut yaitu:

“Kalo saya perhatikan, kelas yang saya amati kebetulan saya hanya

dihari, dijam pertama itu saya dihari senin selasa dan rabu mereka

(62)

45

d. Produk apa saja yang di hasilkan dari kegiatan literasi sekolah

Produk adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dilakukan baik secara

individu maupun secara kolektif atau bersama, pada kegiatan gerakan literasi

sekolah terdapat produk yang telah dicapai yaitu:

“Hasilnya anak-anak itu merangkum bacaan selama tiga hari pada hari terahir itu merangkum itu bebas bisa di buat dalam bentuk puisi rangkuman itu, jadi untuk mengekspresi anak itu apa itu, terserah nulisnya itu bebas mau dalam bentuk puisi atau apa saja gitu boleh

mas” (MNH).

Pernyataan di atas juga di perkuat oleh pendapat salah seorang siswa

mengenai hasil produk yang didapat dari kegiatan literasi sekolah yaitu

sebagai berikut:

“Puisi, pantun, resensi, gambar Hasilnya kadang buat lomba, hasil

literasi di kumpulkan kepada wali kelas trus nanti dinilai dan yang

terbaik di pajang di mading” (SDA).

e. Kegiatan sejenis gerakan literasi sekolah

Selain kegiatan limabelas menit membaca sebelum pelajaran di mulai

ada beberapa kegiatan lain yang masih berkaitan dengan literasi, adapun

kegiatan sejenis literasi yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu sebagai berikut:

“Kalo setahu saya kegiatan sejenis literasi yang ada disekolah ini, biasanya mereka ya berkunjung keperpustakaan pada jam-jam istirahat. Itu mas kelihatanya yang diterapkan, ya mereka ya kalo jam kunjung belum diwajibkan itu anak2. kemaren ada ini kok juga lomba dalam rangka mendukung literasi seperti membuat main maping itu mereka, dari bacaan bacaan yang ada diperpustakaan itu mereka membuat main maping bacaan yang di tentukan dari sekolah disediakan jadi di integrasikan di kemarin mid semester jeda semester kemaren itu full untuk literasi. Acara ini baru baru ini sudah 2 kali

kelihatanya yang ada hubunganya dengan ini 2 kali 2015 dan 2016”

(LQ).

(63)

46

Keberhasilan ataupun kelancaran sebuah kegiatan sudah pasti tak

lepas dari adanya dukungan berbagai faktor, diantaranya yaitu media saran

dan prasaran yang memadai dengan adanya media, sarana dan prasarana

tersebut, maka kegiatan dapat berjalan dengan baik. Adapun media, sarana

dan prasarana yang mendukung kegiatan literasi yang ada di SMPN 06

Salatiga seperti yang telah di ungkapkan oleh salah satu guru yaitu sebagai

berikut:

“Medianya ya buku, ada yang bawa sendiri ada yang pinjam perpus

ada kan ada juga pojok kelas itu, di setiap kelas kan ada perpustakaan kelas kan ada. Tapi kebanyakan bawa sendiri. Itu kan bebas jadi anak bawa sendiri boleh ambil dari kelas juga boleh, pinjam perpus boleh, speaker di tiap-tiap kelas yang disedikan untuk menginformasikan dimulainya gerakan literasi, lalu ada pojokan perputakaan di tiap-tiap

kelas itu media yang cukup mendukung menurut saya mas” (MNH).

g. Cara siswa mendapatkan buku bacaan dalam kegiatan literasi sekolah

Dalam kegiatan literasi, buku menjadi media utama yang harus siswa

punya dan bawa, akan tetapi melihat berbagai status ekonomi sosial setiap

siswa berbeda, perihal tersebut menjadi hal yang penting untuk mengetahui

bagaimana cara siswa mendapatkan buku, berikut adalah ungkapan diantara

guru yang menjelaskan bagaimana cara siswa mendapatkan buku untuk di

bawa dan dibaca ketika kegiatan literasi sekolah di SMPN 06 Salatiga:

“Saya belum menanyakan secara detail, tapi setau saya ya mungkin

mereka bisa saja pinjam ya atau punya sendiri gitu, tapi kalo punya sendiri mungkin juga tergantung tingkat ekonomi dan kemauan siswa dan dukungan orang tua untuk membeli buku atau memiliki buku sendiri ya mas, kurang begitu tau saya, atau mungkin mereka juga saling bertukar satu anak punya buku ini terus dituka tukar, kemungkinan seperti itu saya tidak tahu secara pasti mendapatkanya

(64)

47

Pernyataan yang sedikit berbeda dari salah satu guru berikutnya yaitu

sebgai berikut:

“Dari perpustakaan bisa, kemudian kalo ga ada yang bawa itu buku

pelajaran yang di baca, ya dari pada ga baca buku nanti ganggu

temenya, jadi gapapa baca buku pelajaran”(DVT).

h. Hukuman atau sanksi pada kegiatan literasi sekolah

Hukuman atau sanksi diberikan guna untuk menegakan sebuah

peraturan atau kesepakatan yang telah dibuat secara bersama. Dengan adanya

hukuman maka diharapkan menjadikan orang yang melanggar tidak

mengulangi perbuatanya. Begitu juga dengan kegiatan literasi yang ada di

sekolah SMPN 06 Salatiga, dalam pelaksanaanya menerapkan hukuman

sesuai dengan pernyataan seoarang guru sebagai berikut:

“Kalo saya iya ada sangsinya, tiap guru beda beda. Biasanya kalo ada

yang melanggar saya suruh mereka membuat ringkasan sebuah buku yang mereka baca dirumah karena kan disekolah waktu kegiatan literasi tidak membawa. Sangsinya ya berupa hukuman yang

berhubungan dengan literasi kalo saya” (LQ).

Pernyataan di atas sedikit berbeda dengan ungkapan salah satu guru

yang ada di SMPN 06 Salatiga yaitu sebagai berikut:

“Semua ikut mas, karena kan wajib mas dan ditunggu guru, jadi mesti

anak-anak baca kalo tidak bawa biasa pinjam perpus kelas atau perpus sekolah. Jadi selama ini belum ada yang melanggar, yang saya tau. Saya belum pernah menjumpai anak yang tidak membaca pada saat

proses literasi” (MNH).

Pernyataan nara sumber pertama mengenai hukuman atau sangsi

senada dengan ungkapan salah satu siswa yaitu sebagai berikut:

“Hukumanya disuruh berdiri di depan kelas, kadang suruh nyanyi

(65)

48

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Literasi Sekolah

Keberhasilan dalam proses kegiatan literasi sekolah yang ada di

SMPN 06 Salatiga tidak lepas dari beberapa faktor pendukung ataupun

kendala yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor seperti yang di

uraikan di atas terdiri dari:

a. faktor pendukung

faktor pendukung dalam kegitan gerakan literasi sekolah yang ada

di SMPN 06 Salatiga, seperti yang dijelaskan pada hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti adalah sebgai berikut:

“Ya yang jelas sarana dari sekolah, sumbangan buku dari orang tua

kalo pas kenaikan orang tua diminta sukarela dimintai sumbangan buku, terus ada gerakan seluruh warga sekolah menyumbangkan buku untuk perpus dari siswa (koin perpus) setiap hari senin disetiap kelas terus disetor ke perpus. Namanya peduli perpus buat warga sekolah, karena kan kita ikut lomba, lomba perpustakaan se profinsi, guru istilahnya dimintai sumbangan berupa buku selain buku pelajaran, termasuk juga alumni lewat facebook tapi berupa buku, untuk guru dulu bu retno tapi untuk alumni langsung ke perpus istilahnya yang mengelola perpustakaan, untuk mencapai 6000 judul buku. Itu salah satunya yang mendukung lomba itu mas, lomba perpus tingkat

propinsi” (MNH).

Beberapa faktor pendukung lain juga di ungkapkan dari beberapa guru

SMPN 06 Salatiga lain yang berbeda, adapun pernyataan pertama yaitu

sebagai berikut:

“Dari siswanya sendiri, dari lingkungan yang tenang (lingkungan

sekolah yang tidak berisik) kalo dari kelas kan faktor pendukungnya

(66)

49

Berikut adalah pernyataan kedua dari penjelasan mengenai beberapa

faktor pendukung gerkan literasi sekolah menengah pertama 06 Salatiga yaitu

sebagai berikut:

“Kalo saya faktornya ya ketersediaan buku ya dan ketersediaan siswa untuk membaca itu bahwa mereka sudah seharusnya merasa membutuhkan bahwa membaca itu perlu. Faktornya ya ada motivasi tinggi untuk membaca dan mereka juga harus membawa gitu. Cara memotivasi saya, kebetulan dikelas saya kebanyakan siswanya mayoritas islam ya, jadi saya memotivasi dengan memberi tahu bahwa

(Iqra’) membaca itu wajib, menuntut ilmu itu wajib ya dengan cara

membaca, saya biasanya begitu ya memberi motivasi saja, Kalo saya begitu, kalo ga membaca jadi males kalo males jadi bodoh

begitu”(LQ).

b. Faktor penghambat

Faktor penghambat gerakan literasi sekolah yang ada di SMPN 06

Salatiga antara lain yaitu:

“Acara sekolah yang bersifat dadakan, itu menghambat literasi

misalnya ada kunjungan sekolah adiwiyata itu litersi di tiadakan, sejauh ini kecilsekali hambatanya 90 kegiatan literasi sekolah yang

ada di SMPN 06 Salatiga ini terlaksana”(MNH).

Adapun pernyataan kedua mengenai hambatan proses gerakan

literasi di SMPN 06 juga dijelaskan sebagai berikut:

“Yang menghambat ya ada hubunganya dengan faktor pendukungnya

tadi motivasi, berarti kalo motivasi kurang mereka tidak merasa memerlukan membaca ya itu yang harus, faktor menghambatnya itu dari dalam diri mereka sendiri dari siswanya sendiri dari pelaku siswanya sendiri, siswa maupun guru ya mas kan bisa saja” (LQ).

3. Solusi Gerakan Literasi Sekolah

Untuk mengatasi hambatan dalam proses kegiatan literasi sekolah

yang ada di SMPN 06 Salatiga, maka perlu dicari sebuah solusi agar kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

CHiCOOH) dalam gelas piala 400 mL lalu dipindahkan kedalam labu takar I L dan diencerkan sampai tanda batas dengan larutan pengekstrak.. Larutan

Pada selang waktu 5 menit pipa kapiler tersebut diambil dan konsentrasi asam oksalat yang tersisa dianalisa dengan cara titrasi menggunakan NaOH yang telah distandarisasi untuk

Dapat kita lihat komik atau buku ilustrasi yang bertema edukasi pengetahuan umum rata-rata dikemas dengan gambar yang kaku dan tidak full color dan isi ceritanya itu-itu saja

Media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan disampaikan dituangkan

Sebelum praktikan masuk ke kelas untuk melakukan proses pembelajaran, hari sebelumnya praktikan berkonsultasi terlebih dahulu dengan guru pembimbing mengenai materi

Yang menjadi pembeda dari penelitian ini adalah pada pada artikel jurnal tersebut membahas kekerasan struktural yang terjadi pada anak-anak Rohingya yang ada di Wisma

Hasil analisis sikap dengan menggunakan Ideal Point Model didapatkan bahwa Bali merupakan destinasi wisata dengan interpretasi sikap wisatawan yang Sangat Baik dan

ketidakberhasilan dalam proses pembangunan. Dalam rangka realisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Unit Pelayanan Terpadu