commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PENGEMBANGAN KAWASAN
OBSERVATORIUM BOSCHA di BANDUNG
dengan KONSEP ARSITEKTUR METAFORA
T U G A S A K H I R
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU ( S1 )
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
MELVINA PRAMADYA PUSPAHATI
I0207064
DOSEN PEMBIMBING :
Ir. Samsudi,MT
Sri Yuliani,ST,M.APP.Sc
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENGEMBANGAN KAWASAN OBSERVATORIUM BOSCHA di BANDUNG
Dengan Konsep Arsitektur Metafora
Disusun Oleh :
MELVINA PRAMADYA PUSPAHATI
NIM. I 0207064
Menyetujui,
Surakarta, Januari 2012
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik (FT)-UNS
KUSNO ADI SAMBOWO,ST,MSC, PH.D NIP.19691026 199503 1002
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
Pembimbing I
IR. SAMSUDI,MT NIP. 19550606 198702 1 001
Pembimbing II
SRI YULIANI, ST, M.APP.SC NIP. 19710706 199512 2 001
Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik (FT)-UNS
KAHAR SUNOKO,ST,MT NIP. 19690320199503 1 002
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik (FT)-UNS
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
PENGEMBANGAN KAWASAN OBSERVATORIUM BOSCHA di BANDUNG
dengan KONSEP ARSITEKTUR METAFORA sebagai salah satu persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret.
Diharapkan dengan tersusunya buku Konsep perencanaan dan perancangan
Tugas akhir ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi mahasiswa
arsitektur.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penyusun
berharap semoga laporan ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua. Amien.
Salam arsitektur
Surakarta, Januari 2012
commit to user
Ucapan Terimakasih
Keberadaanku tidak hanya karna ada ku, terimkasih untuk
Allah SWT
untuksegalanya dan atas kehendakmu di hadirkan mereka
Ir.Aksianto
si papah,Rr.Sri
Haryati
si mamah.Pak Aries
sebagai Pembimbing akademik Selma di UNS,Pak
Samsudi
danibu Sri Yuliani
atas bimbingnnya menyelesaikan tugas akhir saya,Pak Titis
danBu Avi
atas kedatangannya untuk menguji tugas akhir saya,dosen
dosen arsitektur UNS
atas kesediannya membagikan ilmunya sedari semester 1hingga tugas akhir ini,
Cito
danTia
Tim landscape saya,Wina
yang nemenin nyarikostum pendadaran dan segelas air putih di siang itu sunggu tak terlupakan,
Tia
untuk pinjaman kostum dan dandannya
Reni
juga untuk dandanan dan hasil foto fotonya. Tim maket saya
papah, ikbal, sintia,
dantia
makasih ya maket musim saljunya.
Ginda
untuk renderan nya.yesi
atas info infonya,melisa
teman colekan sayadi studio 124. Seluruh
teman teman arsitektur UNS, teman teman studio
124
,temen temen KFA
, Cewe cewe (tia, anind
untuk makan malam nya,
sintia, meity, cito, wina
danreni
) dan teman hidup sayaMuhammad Iqbal T
untuk kehadiran kalian dalam kehidupan saya.
Semangat berArsitektur
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi - xi DAFTAR GAMBAR ... xii - xvii DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR SKEMA ... xix – xx DAFTAR DIAGRAM ... xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Judul ... 1
B. Pengertian Judul ... 1
C. Latar Belakang ... 2 -12 D. Permasalahan ... 12
E. Tujuan ... 12
F. Persoalan ... 12
G. Sasaran ... 13
H. Batasan Perencanaan ... 13
I. Metode Perencanaan Dan Perancangan ... 13
J. Sistematika Pembahasan ... 14-15 K. Alur Pikir Perancanaan dan perancangan ... 16
commit to user
TINJAUAN KABUPATEN BANDUNG
A. Lokasi ... 17-18
B. Kondisi Tapak Lokasi ... 18
1. Topografi Kabupaten Bandung ... 18-19 2. Geografi Kabupaten Bandung ... 19-20 C. Observatorium Boscha ... 21
1. Kondisi Eksisting Observatorium Bocha... 21
2. Potensi Observatorium Boscha ... 22
3. Fasilitas Observatorium Boscha ... 22-25 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Astronomi ... 26
1. Pengertian astronomi ... 26
2. Alam semesta dan benda benda langit ... 26-27 3. Planet Planet pada tata surya ... 27-29 B. Tinjaun Observatorium ... 30
1. Pengertian observatorium ... 30
2. Kegiatan observatorium ... 30
3. Mekanisme operasional observatorium ... 31
4. Standard Lokasi Observatorium ... 31
C. Tinjauan Planetarium ... 32
1. Pengertian planetarium ... 32
2. Statistik Planetarium ... 32
3. Kegiatan di planetarium ... 32
4. Komponen utama planetarium ... 33-35 5. Mekanisme operasional planetarium ... 35-36 D. Tinjauan Museum ... 36
1. Pengertian Museum ... 36
2. Peraturan Undang Undang perencanaan museum ... 37
3. Fungsi Museum ... 37
commit to user
7. Model ruang pamer museum ... 41-43
8. Teknis perletakan objek pameran ... 43-44
9. Teknik pameran museum ... 44
E. Tinjauan Rekreasi ... 45
1. Definisi Rekreasi ... 45-46 2. Ciri-ciri Rekreasi ... 46
3. Jenis-jenis rekreasi ... 46-47 4. Spesifikasi tempat rekreasi ... 48
5. Klasifikasi sarana rekreasi ... 48-49 F. Tinjauan Arsitektur Metafora ... 50
1. Pengertian Arsitektur Metafora ... 50-51 2. Penerapan prisnsip arsitektur metafora ... 51-52 3. Kategori Metafora dalam Arsitektur ... 52-54 4. Kegunaan penerapan Arsitektur Metafora... 55-57 G. Tinjauan Pengolahan Tapak Berkontur ... 58
1. Dinding Penahan Tanah ... 58-59 2. Perencanaan Jalan ... 59-60 H. Preseden . ... 60-63 BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN OBSERVATORIUM BOSSCHA A. Fungsi, Visi, dan Misi ... 64
1. Visi ... 64
2. Misi ... 64
3. Fungsi ... 65
B. Status Kelembagaan ... 65
C. Struktur Organisasi ... 65
D. Pengguna ... 66
E. Kegiatan pengembangan observatorium Boscha ... 67-69 F. Strategi Rancang Bangun ... 70
G. Kesimpulan ... 71
commit to user
ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN
OBSERVATORIUM BOSSCHA di BANDUNG dengan KONSEP METAFORA
A. Analisa Perencanaan ... 72
1. Rencana pengembangan ... 72
2. Kegiatan yang direncanakan ... 72-75
B. Analisa Programatik ... 75
1. Jumlah pengguna ... 75-76
2. Analisa Kegiatan dan kebutuhan ruang ... 77-79
3. Pola kegiatan ... 79-81
4. Hubungan Ruang ... 81-85
5. Besaran ruang ... 86-92
C. Analisis Lokasi ... 93-94
D. Analisis Site ... 94-96
E. Analisis Pencapaian ... 97-99
F. Analisis Lingkungan ... 99
1. Analisis matahari ... 99-100
2. Analisis angin ... 100-101
3. Analisis Cuaca dan curah hujan ... 101-102
4. Analisa Polusi Cahaya ... 102-103
5. Analisis Vegetasi ... 103-106
6. Analisis Kontur ... 107-108
7. Analisis Zoning ... 108-110
G. Analisa Penerapan Arsitektur Metafora ... 110-111
H. Analisis Bentuk ... 111-112
I. Analisis Interior ... 113-114
J. Analisis Eksterior ... 114-115
K. Analisis Sistem Struktur ... 115-117
L. Analisis Utilitas ... 117
1. Analisis Pencahayaan ... 117-119
2. Analisis Penghawaan ... 120-122
3. Analisis Akustik ... 122-124
4. Analisis Sanitasi ... 124-125
5. Analisis Mekanikal elektrikal ... 125-126
commit to user
7. Analisa Keselamatan dan Keamanan Materi Koleksi ... 127-129
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN
OBSERVATORIUM BOSSCHA di BANDUNG dengan KONSEP METAFORA
A. Konsep Perencanaan ... 130
1. Pemahaman judul ... 130
2. Fungsi, Visi, dan Misi ... 130-131 3. Struktur Organisasi ... 131
4. Kegiatan yang direncanakan ... 132-133 B. Konsep programatik ... 134
1. Pelaku ... 134
2. Jumlah pengguna ... 134
3. Macam kegiatan, kebutuhan dan besaran ruang ... 134-136 C. Konsep Site Terpilih ... 137-138 D. Konsep zoning tapak ... 139-140 E. Konsep Gubahan Masa Dengan Konsep Arsitektur Metafora ... 140
F. Konsep Interior ... 141-143 G. Konsep Eksterior ... 143-144 H. Konsep Struktur ... 145-146 I. Konsep Utilitas ... 146
1. Konsep Pencahayaan ... 146
2. Konsep Penghawaan ... 147
3. Konsep Akustik ... 148
4. Konsep Sanitasi ... 149
5. Konsep Mekanikal elektrikal ... 150
6. Konsep system penyelamatan kebakaran dan bencana ... 150
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1. Peredaran Planet ... 2
Gambar.2.Tata Surya ... 3
Gambar.3. Ilustrasi Penneropongan Bintang ... 5
Gambar.4. Kegiatan Peneropongan m m ... 6
Gambar.5.Rekreasi Astronomi ... 7
Gambar.6. Ruang Observatorium ... 8
Gambar.7. Peta Bandung ... 8
Gambar.8. Foto Udara Observatorium Boscha ... 10
Gambar.9. Observatorium Boscha ... 11
Gambar.10. Peta Wilayah Bandung ... 17
Gambar.11.Kondisi Topografi Kabupaten Bandung ... 18
Gambar.12.Observatorium Boscha ... 20
Gambar.13. Foto Udara Observatorium Boscha ... 21
Gambar.14.Refraktor Ganda Zeizz ... 22
Gambar.15.Teleskop Schmidt Bima Sakti ... 22
Gambar.16.Refraktor Bamberg ... 23
Gambar.17.Telesko Cassegrain Goto ... 23
Gambar.18.Refraktor Unitron ... 23
Gambar.19.Refraktor Gao – Itb ... 23
Gambar.20.Ruang Ceramah ... 24
Gambar.21.Ruang Ceramah ... 24
Gambar.22.Museum ... 24
Gambar.23. Tata Surya ... 26
Gambar.24.Peta Rasi Bintang ... 29
Gambar 25.Peneropongan Bintang ... 30
Gambar.26. Mekanisme Observatorium ... 31
Gambar.27.Planetarium ... 32
Gambar.28.Planetarium Jakarta ... 33
Gambar.29.Projector Planetarium Carl Zeiss Di Planetarium Stuttgart ... 33
Gambar.30.Panel Simulasi Control ... 34
commit to user
Gambar.32.Perletakan Soud System... 35
Gambar.33.Planetarium ... 36
Gambar.34.Museum Beteng ... 41
Gambar.35.Horniman Museum Interior ... 41
Gambar.36.Athens Museum ... 41
Gambar.37.Model Room To Room ... 41
Gambar.38.The Arkel Museum ... 42
Gambar.39.Metropolitan Museum Petrie Court ... 42
Gambar.40.Museum Bank Mandiri, Indonesia ... 42
Gambar.41.Anjungan Taman Mini ... 42
Gambar.42.Penataan Objek Pameran ... 43
Gambar.43.Jarak Pandang Mata Manusia Terhadap Objek ... 43
Gambar.44.Jarak Pandang Mata Manusia Terhadap Objek ... 43
Gambar.45.Peragaan Di Museum Astronomi ... 45
Gambar.46.Contoh Arsitektur Metafora Intangibel... 53
Gambar.47.Contoh Asritektur Metafora Tangibel ... 53
Gambar.48.Contoh Metafora Kombinasi ... 54
Gambar.49.Contoh Metafora Kombinasi ... 56
Gambar.50.Contoh Metafora Kombinasi ... 57
Gambar.51.Sistem Dinding Di Tapak Berkontur ... 55
Gambar.52. System Dinding Penahan Tanah ... 56
Gambar.53. Konstruksi Jalan ... 60
Gambar.54. Selokan Air Hijan ... 60
Gambar.55. Peter Harrison Planetarium, Greenwich ... 60
Gambar.56. Konsep Peter Harrison Planetarium, Greenwich ... 61
Gamber.57.Planetarium Bibliotheca ... 61
Gambar.58.Ruang Diorama ... 62
Gambar.59.Planetarium De Montreal ... 63
Gambar.60.Kegiatan Pengamatan Benda Langit ... 67
Gambar.61.Ruang Penelitian ... 68
Gambar.62.Ruang Seminar/Diskusi ... 68
Gambar.63.Ruang Teater Bintang ... 68
Gambar.64.Simulator Rocket ... 69
commit to user
Gambar.66.Rencana Tinggi Bangunan ... 70
Gambar.67.Hall Dan Loket Planetarium Jakarta ... 73
Gambar.68.Pengematan Astronomi ... 73
Gambar.69.Ruang Pengolahan Data (Penelitian) ... 73
Gambar.70.Ruang Seminar/Diskusi ... 73
Gambar.71.Peneropongan Bintang ... 74
Gambar.72.Ruang Planetarium ... 74
Gambar.73.Simulator Gravitasi ... 74
Gambar.74.Peragaan Benda Benda ... 74
Gambar.75.Simulator ... 74
Gambar.76.Peneropongan Bintang ... 87
Gambar.77.Ticket Box ... 87
Gambar.78.Teater Bintang ... 88
Gambar.79.Proyektor ... 88
Gambar.80.Museum 2d ... 89
Gambar.81.Museum 3d ... 89
Gambar.82.Simulator Rocket ... 90
Gambar.83.Simulator Gravitasi ... 90
Gambar.84.Peta Udara Observatorium Boscha Bandung ... 93
Gambar.85.Foto Udara Araea Observatorium Boscha ... 94
Gambar.86.Analisis Penentuan Site ... 95
Gambar.87.Batas Site ... 96
Gambar.88.Batas Site ... 96
Gambar.89..Batas Site ... 96
Gambar.90.Site Terpilih ... 96
Gambar.91.Analisis Pencapian ... 97
Gambar.92.Analisis Sirkulasi ... 98
Gambar.93.Analisis Matahari ... 99
Gambar.94.Zoing Analisis Matahari ... 100
Gambar.95.Analisis Angin ... 101
Gambar.96.Zoning Analisis Angin ... 101
Gambar.97.Curah Hujan Lembang ... 102
Gambar.98.Zoning Analisis Cuaca Dan Curah Hujan ... 102
commit to user
Gambar.100.Zoning Analisis Polusi Cahaya ... 103
Gambar.101.Analisis Vegetasi ... 104
Gambar.102.Zoning Analisis Vegetasi ... 106
Gambar.103.Kondisi Kontur ... 107
Gambar.104. Potongan Kontur ... 107
Gambar.105.Potongan Kontur ... 107
Gambar.106.Analisis Kontur ... 108
Gambar.107.Zoning Analisis Kontur ... 108
Gambar.108.Hasil Analisis Zoning ... 110
Gambar.109.Ide Metafora ... 111
Gambar.110.Ide Metfora ... 112
Gambar.111.Potongan Suasana Planetarium ... 113
Gambar.112.Rencana Sirkulasi Museum ... 114
Gambar.113.Ide Metafora Area Interior ... 114
Gambar.114.Rencana Sirkulasi Dan Layout Perpustakaan ... 114
Gambar.115.Galaksi Bima Sakti ... 115
Gambar.116.Pondasi Tiang Pancang ... 116
Gambar.117.Tanggul ... 117
Gambar.118.Accent Lighting ... 118
Gambar.119.Natural Lighting ... 118
Gambar.120.Accent Lighting ... 118
Gambar.121.Natural Lighting ... 119
Gambar.122.Accent Lighting ... 119
Gambar.123.Cut Off Lamp ... 119
Gambar.124.Ac Split ... 120
Gambar.125.Ac Central ... 120
Gambar.126.Box Fan ... 121
Gambar.127.Forced Air ... 121
Gambar.128.Radiant System ... 121
Gambar.129.Skema Penghangat Ruang ... 121
Gambar.130.Rencana Akustik Ruang Planetarium ... 123
Gambar.131. Panel Diffuser ... 124
Gambar.132.Sistem Kerja Keamanan Cctv ... 128
commit to user
Gambar.134.Hall Dan Loket Planetarium Jakarta ... 132
Gambar.135.Pengematan Astronomi ... 132
Gambar.136.Ruang Penelitian ... 132
Gambar.137.Ruang Seminar/Diskusi ... 132
Gambar.138.Peneropongan Bintang ... 132
Gambar.139.Ruang Planetarium ... 133
Gambar.140.Simulator Gravitasi ... 133
Gambar.140.Simulator Gravitasi ... 133
Gambar.141.Peragaan Benda Benda ... 133
Gambar.142.Simulator ... 133
Gambar.143.Batas Site ... 137
Gambar.144.Batas Site ... 137
Gambar.145.Batas Site ... 137
Gambar.146.Site Terpilih ... 137
Gambar.147.Konsep Pencapaian ... 138
Gambar.148.Konsep Sirkulasi ... 138
Gambar.149.Kondisi Kontur ... 139
Gambar.150.Zoning Tapak ... 139
Gambar.151.Potongan Kontur ... 139
Gambar.152.Galaksi Bima Sakti ... 140
Gambar.153.Transformasi Gubahan Masa Bangunan ... 140
Gambar.154.Potongan Suasana Planetarium ... 141
Gambar.155.Rencana Sirkulasi Museum ... 141
Gambar.156.Rencana Sirkulasi Museum ... 142
Gambar.157.Rencana Instalasi Museum ... 142
Gambar.158.Suasana Instalasii Museum ... 142
Gambar.159.Suasana Instalasii Museum ... 143
Gambar160.Rencana Sirkulasi Dan Layout Perpustakaan ... 143
Gambar.161.Rencana Bangunan Penerima ... 144
Gambar.162.Rencana Bangunan Rekreasi ... 144
Gambar.163.Sketsa Gubahan Masa Dan Sirkulasi Kawasan ... 144
Gambar.164. Pondasi Tiang Pancang ... 145
Gambar.165. Pondasi Tiang Pancang ... 145
commit to user
Gambar.167.Cut Off Lamp ... 146
Gambar.168.Skema Penghangat Ruang ... 147
Gambar.170.Rencana Akustik Ruang Planetarium ... 148
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel.1. Prestasi Indonesia dalam olimpiade astronomi ... 5
Tabel.2. Komunitas astronomi di Indonesia ... 6
Tabel.3. Pengunjung PlanetariumTIM, Jakarta ... 7
Tabel.4. Fasilitas observatorium Boscha ... 22 -24 Tabel.5. Planet plant tatat surya .. ... 27
Table.6. Model ruang pamer museum menurut Coleman ... 41
Table.7. Model ruang pamer museum menurut Robillard ... 41
Tabel.8. Rencana kegiatan ... ... 69
Tabel.9. Pengunjung Planetarium TIM Jakarta ... 72
Tabel.10. Kapasitas yang ditampung ... 72
Tabel.11. Kegiatan dan kebutuhan Ruang ... 73
Tabel.12. Kebutuhan Ruang observatorium ... 83
Tabel.13. Kebutuhan Ruang Penerima ... 83
Tabel.14. Kebutuhan Ruang Penelitian ... 83
Tabel.15. Kebutuhan Ruang Rekreasi ... 84
Tabel.16. Kebutuhan Ruang Museum ... 85
Tabel.17. kebutuhan Ruang Simulator ... 85-86 Tabel.18. Kebutuhan Ruang Pengelola ... 87
Tabel.19. Kebutuhan Ruang Service ... 88
Tabel.20. Alternatif Sirkulasi ... ... 95
Tabel.21. Jenis Vegetasi ... ... 95
Tabel.22. Jenis pencahayaan ... 118
Table.23. Indicator kenyamanan termal manusia ... 120
Table.24. Jenis Pendingin ... 120
Table.25. Jenis Penghangat ... 121
Tabel.26 Rencana kegiatan ... 132
Tabel.27. Kapasitas Pengguna ... 134
commit to user
DAFTAR SKEMA
Skema.1. Alur Pikir Perencanaan dan Perancangan ... 16
Skema.2. Struktur Organisasi Pengembangan Observatorium Boscha ... 65
Skema.3. Pola kegiatan penerima ... 75
Skema.4. Pola kegiatan penelitian ... 79
Skema.5. Pola kegiatan teater bintang (planetarium) ... 80
Skema.6. Pola kegiatan simulator ... 80
Skema.7. Pola kegiatan museum/galeri ... 80
Skema.8. Pola kegiatan kelompok ilmuah astronomi ... 80
Skema.9. Pola kegiatan pengelola ... 81
Skema.10. Hubungan kegiatan pengembangan observatorium Boscha ... 82
Skema.11. Hubungan Ruang Kegiatan Penerima ... 83
Skema.12. Hubungan Ruang Kegiatan Penelitian ... 83
Skema.13. Hubungan Ruang Kegiatan Rekreasi ... 83
Skema.14. Hubungan Ruang Kegiatan Museum ... 84
Skema.15. Hubungan Ruang Kegiatan 3D Hologram ... 84
Skema.16. Hubungan Ruang Kegiatan Simulator Bulan ... 84
Skema.17. Hubungan Ruang Kegiatan Simulator gravitasi ... 84
Skema.18. Hubungan Ruang Kegiatan Penerima ... 85
Skema.19. Hubungan Ruang Kegiatan Pengelola ... 85
Skema.20. AC central ... 122
Skema.21. Sistem Air Bersih ... 124
Skema.22. Sistem Air Bersih ... 125
Skema.23. Sistem Air Kotor ... 125
Skema.24. Sistem Air Hujan ... 125
Skema.25. Distribusi Listrik ... 126
Skema.26. Sistem Kerja Rangkaian Keamanan Terpadu Museum ... 129
Skema.27. Struktur Organisasi Pengembangan Observatorium Boscha ... 131
Skema.28. AC central ... 147
Skema.29. Sistem Air Bersih ... 149
Skema.30. Sistem Air Bersih ... 149
commit to user
Skema.32. Sistem Air Hujan ... 149
Skema.33. Distribusi Listrik ... 150
commit to user
DAFTAR DIAGRAM
commit to user
ABSTRAKSI
Pengembangan kawasan observatorium boscha di bandung dengn konsep arsitektur
metafora adalah sebuah ide pengembangn kawasan di bidang astronomi dengan menerapkan
konsep arsitektur metafora sebagai pendekatan ungkapan desain. Metafora merupakan bagian
dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan
perbandingan. Arsitektur itu seperti sebuah keambiguan keadaan multi persepsi. Bangunan
sebagai korban dari hal itu, menerjemahkan makna menjadi wujud.
Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode
sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural sehingga memungkinkan untuk melihat suatu karya
Arsitektural dari sudut pandang yang lain, mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi
pengamat., Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal
yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya, dapat menghasilkan
Arsitektur yang lebih ekspresif. Ungkapan bentuk, perumapaan sesuatu akan sesuatu adalah
beberapa maksud dari penerapan arsitektur metafora. Arsitektur metafora sebagai konsep
perencanaan dan perancangn di rasa tepat karena benda atau hal hal yang berhubungan dengan
astronomi begitu menarik untuk diterjemakan dalam arsitektur metafora.
Kawasan pengembangan di bidang astronomi yang diarahkan pengembangnnya dalam
bidang rekreasi dirasa mempunyai peran untuk menciptakan sebuah karya arsitektur yang lebih
ekspresif untuk menggugah namun membirikan peran edukatif dari desainnya.
“Di dukung latar belakang Peran ilmu astronomi, Kelembagaan wadah kegiatan ilmu astronomi, Kondisi peminat astronomi di Indonesia, Prestasi Indonesia di bidang astronomi,
Kondisi wadah Kegaiatan Ilmu Astronomi di Indonesia, Potensi kota Bandung, Kebutuhan
wadah kegiatan ilmu astronomi dan Citra observatorium Boscha Bandung menyimpulkan
sebuah judul perencanaan Pengembangan Kawasan Observatorium Boscha Di Bandung dengan
Konsep Arsitektur Metafora yang mewadahi kegiatan Observatorium (penelitian, pengamatan)
dan rekreasi (teater bintang, peragaan benda benda luar angkasa, dan simulator astronomi) di
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
Membahas mengenai pengertian judul, latar belakang judul, permasalahan
perencanaan perancangan serta tujuan perencanaan perancangan, batasan dan
sasaran perancanaan dan perancangan juga metode perancanaan perancangan dan
sistematika pembahasan guna mendukung proses menyusun konsep perencanaan
dan perancangan.
A. Judul
Pengembangan Kawasan Observatorium Boscha di Bandung dengan
Konsep Arsitektur Metafora
B. Pengertian Judul
Pengembangan adalah kegiatan untuk meningkatkan fungsi, manfaat,
dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau
menghasilkan teknologi baru.1
Kawasan adalah sebuah area dengan fungsi yang kompleks atau
bermacam macam.2
Observatorium adalah tempat melakukan penelitian di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi3
Boscha adalah nama tempat dilakukan pengamatan dan penelitian
astronomi di Indonesia4
Bandung adalah ibukota Jawa Barat
Konsep Asitektur Metafora adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan
tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya.
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 2 Kamus besar bahasa Indonesia 2001
commit to user
2
Jadi, Pengembangan Kawasan Observatorium Boscha di Bandungdengan
Konsep Arsitektur Metafora adalah perencanaan dan perancangan untuk
meningkatkan fungsi pada Observatorium Boscha di Bandung yang di
sesuaikan kondisi Observatorium Boscha dengan menerapkan konsep
arsitektur metafora sebagi ungkapan perencanaan dan perancangannya.
C. Latar Belakang
Berdasarkan planetarium dan observatorium sebagai main idea
perencanaan. Fenomena yang akan di bahas berikut ini sebagai latar belakang
main idea, dimana kebutuhan wadah dari kegiatan planetarium dan observatorium
yang mewadahi kegiatan yang berhubungn dengan ilmu astronomi.
Peran ilmu astronomi
Gambar.1. Peredaran planet Sumber.astronomy.com
Astronomi adalah ilmu tentang matahari, bulan, bintang, dan planet-planet
lainnya (kamus besar bahasa Indonesia). Astronomi berasal dari bahasa yunani,
astron yang artinya bintang dan nomos yang artinya hukum. Astronomi adalah
studi ilmiah benda langit (seperti bintang, planet, komet dan galaksi) serta
fenomena yang muncul di luar atmosfer bumi (seperti radiasi latar belakang
kosmik). Astronomi membahas evolusi, fisika, kimia, meteorologi dan pergerakan
benda langit, serta pembentukan dan perkembangan alam semesta. 5
Astronomi sebagai bagian dari sains merupakan ilmu yang paling awal
dalam peradaban manusia, yang sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum jaman
5
commit to user
3
Babilonia. Pada masa itu sudah tertarik untuk mengetahui gejala-gejala alam
dengan mengamati perubahan yang terjadi di langit kemudian banyak melahirkan
mitos-mitos dan muncul ilmu astronomi, mempelajari tentang pergerakan
benda-benda langit seperti matahari, bulan, plane-planet dan bintang-bintang, yang
dipercaya mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kehidupan seseorang.
Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia
juga sejak lama menaruh perhatian pada langit. Keterbatasan pengetahuan
membuat kebanyakan pengematan dilakukan untuk keperluan astrologi. Pada
tingkatan praktis, pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran.
Dalam masyarakat Jawa misalnya dikenal pranatamangsa (ketentuan musim),
yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya
berhubungan dengan tata letak bintang di langit.
Astronomi tidak hanya mengamati fenomena angkasa. Astronomi adalah
sains dunia yang bersangkutan dengan bermacam badan angkasa dan struktur
dunia skala luas umum. Agar astronomi di Indonesia tetap berkembang nantinya,
asronomi harus tetap berpusat pada perubahan dinamis dan siap sedia terhadap
semua tantangan.6
Gambar.2.Tata Surya Sumber. Wikipedia.com
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang
yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan
orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet).
commit to user
4
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk
asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan
piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak
sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Peraturan Undang Undang wadah kegiatan ilmu astronomi
Melihat kondisi kebutuhan dari wadah kegiatan ilmu pengetahuan secara
umum dan ilmu pengetahuan astronomi secara khusus, Indonesia dalam peraturan
undang undang pemerintahan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah
ditetapkan dalam peraturan perundangan dan keebijakan mentri riset dan
teknologi.
Kebijakan Menteri riset dan teknologi republik indonesia keputusan
menteri riset dan teknologi republik indonesia nomor 193/m/kp/iv/2010 tentang
kebijakan strategis pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan teknologi tahun
2010-2014 di bahas bahwa pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan
teknologi dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan pembangunan
jangka panjang dan menengah nasional, prioritas nasional Kabinet Indonesia
Bersatu II serta berdasarkan arah, prioritas dan kerangka kebijakan pemerintah di
bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang disusun dalam suatu kebijakan strategis pembangunan nasional ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Keputusan MPRS no. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dengan tugas pokok sebagai berikut :
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
2. Mencari kebenaran ilmiah dimana kebebasan ilmiah, kebebasan
penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
3. Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
(sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).
Keberadaan secara khusus di bidang ilmu antriksa pemerintah Indonesia
commit to user
5
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik
Indonesia yang bertanggung-jawab di bidang riset dan teknologi.
Dalam perencanaan kelembagaannya dapat diketahui bahwa ilmu
astronomi sudah diperhatikan penetapan dan perundanga undangannya dalam
pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prestasi Indonesia bidang astronomi
Gambar.3. ilustrasi penneropongan bintang Sumber: flicker.com
Astronomi di Indonesia juga dihargai akan reputasinya yang baik di antara
komunitas internasional. Indonesia pernah mendapatkan kepercayaan mengadakan “The 9th Asian Pasific Regional Meeting of the IAU” pada tahun 2005 diBali. Eveneven lain seperti “The International Olympiad on Astronomy and Astrophysics” yang juga diadakan di Bandung tahun 2008. Astronomi cukup diminati di Indonesia, terbukti dari beberapa kali Indonesia meraih medali di
ajang bertajuk International Astronomy Olympiad (IAO), yang merupakan
prestasi Indonesia sejak mengikuti olimpiade astronomi tahun 2003.
Tabel.1. Prestasi Indonesia dalam olimpiade astronomi Sumber: www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/olimpiade/1.htm
Event Negara Tahun Emas Perak Perunggu
IAO VIII Sweden 2003 0 2 1
IAO IX Ukraine 2004 1 1 4
IAO X China 2005 0 2 2
IAO XI India 2006 0 3 2
IAO XII Ukraine 2007 1 0 3
IOAA Thailand 2007 1 2 1
IAO XIII Italy 2008 0 2 1
IOAA II Indonesia 2008 4 4 1
IOAA IV Indonesia 2010 0 3 2
Keterangan,
IAO : International Astronomy Olympiad
commit to user
6
Kondisi peminat astronomi di Indonesia
Gambar.4. kegiatan peneropongan Sumber: flicker.com
Kegiatan mengamati langit bagi masyarakat mempunyai perhatian khusus
terlihat dari adanya wadah mengamati langit atau luar angkasa. Dari 1748
planetarium di seluruh dunia, yang terbesar terdapat di Moskow (Rusia) dengan
garis tengah 25 meter, sedangkan yang terbanyak terdapat di Amerika Serikat
yaitu 982 planetarium.
Di Indonesia juga terdapat klub-klub astronomi yang mengindikasikan
besarnya minat masyarakat Indonesia terhadap ilmu astronomi. Klub-klub tersebut
antara lain:
Tabel.2.komunitas astronomi di Indonesia Sumber: Komunitas Langit Selatan
Nama komunitas Alamat
Astronomy Gd. PBNU, Lt. 4 Jl. Kramat Raya No.
164 Jakarta
Astronomy clubs perum. Munggur 2 no.2B- Sidoarum
Yogyakarta
Indo Sky Gazer Jakarta
Irian Astronomy Club Iiriansyahputra
Langit Selatan Setia Budi, bandung
Raveea AC Bogor
SCASTRON (Seventeen Club of Amateur Astronomy)
Jl.Sunu No.11 Makassar
CASA | Club Astronomi Santri Assalaam Surakarta, Jawa tengah
Surabaya Astronomi Club Surabaya
commit to user
7
Keberadaan planetarium Jakarta sebagai wadah kegiatan simulasi alam
semesta memberikan peran bagi perkembangan ilmu pengetahuan astronomi.
Tabel.3. Pengunjung PlanetariumTIM, Jakarta Sumber : Planetaruim TIM, Jakarta
No. Tahun Jumlah
1 1974 - 1978 419.000
2 1979 - 1983 785.240
3 1984 - 1988 1.013.318
4 1993 – 1994 1.147.690
5 1994 – 1996 689.018
6 1999 - 2003 767.260
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa untuk menciptakan suatu sarana
pendidikan di luar sekolah di bidang astronomi yang di padukan dengan unsure
hiburan dan rekreasi dengan tujuan untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang astronomi kepada masyarakat segala usia (khususnya para
pelajar, mahasiswa, dan mereka yang memiliki minat di bidang astronomi) secara
mudah, menarik dan menghibur melalui berbagai peragaan interaktif dan
visualisasi. hal itu di sebabkan ilmu astronomi merupakan salah satu bidang ilmu
yang menarik untuk di pelajari. Namun sampai saat ini planetarium hanya berada
di Jakarta. Melihat kondisi komunitas komunitas astronomi yang cukup banyak
juga diperlukan wadah pengembangan minat mereka.
Kebutuhan wadah kegiatan ilmu astronomi
commit to user
8
Mengamati alam semesta sudah tidak hanya dilakukan oleh peneliti di
bidang astronomi melihat ketertarikan dan minat masyrakat pada dunia astronomi
seperti kegiatan mengamati, menonton pertunjukan simulasi alam semesta,
melihat peragaan benda benda langit dan lain sebagiannya sudah menjadi salah
satu pilihan rekreasi masyarakat Indonesia.
Penggambaran yang menarik dalam sebuah pusat peragaan astronomi dan
planetarium akan sangat membantu masyarakat untuk mengenal dan tertarik akan
ilmu astronomi. Sebagai sarana pengetahuan yang bersifat rekreatif di bidang ilmu
astronmi di harapkan dapat memenuhi kebutuhan dan minat masyarakat tersebut.
Penyedian informasi dan pengembangan fasilitas fasilitas semacam ini sangat
penting untuk meningkatkan minat masyarakat dan menambah pengetahuan
masyarakat di bidang ilmu pengetahuan astronomi.
Gambar.6. Ruang Observatorium Sumber: www-2.ne
Kondisi Kota Bandung
commit to user
9
Dari sisi Geografi, Bandung terletak diantara 1070 36' Bujur Timur dan
600 55' Lintang Selatan. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga
bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis
kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada
ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di
sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah
selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas
permukaan laut.
Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan
sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah
hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan. Curah hujan yang rendah menandakan
lapisan awan dilangit tidak terlalu tebal sehingga mendukung kegiatan
peneropongan.
Kepadatan penduduk Bandung 144,2/km² dengn luas wilayah 16.767 km2.
Sejak dibukanya Jalan Tol Padaleunyi, kota Bandung telah menjadi tujuan utama
dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal
dari Jakarta sekitarnya.
Bandung sebagai pusat astronomi di Indonesia belum memiliki
planetarium. Padahal semua informasi mengenai ilmu astronomi dari luar
Indonesia masuk melalui kota Bandung terdapat UPT Observatorium Bosscha.
Selain potensial dari segi informasi dan tenaga pendukung, sebuah planetarium di
Bandung, tepatnya di lembang mempunyai potensi yang kuat untuk berkembang.
Fungsi kota Bandung sebagai kota pelajar, pusat kebudayaan dan tujuan
rekreasi utama Jawa Barat menunjukan planetarium dan pusat peragaan
Astronomi di Lembang, Bandung memiliki potensi untuk menjadi sarana
informasi sekaligus rekreasi bagi segala lapisan masyarakat.
Bandung sesuai dengan kebijaksanaan perwilayahan pembangunan
termuat dalam pola dasar pembangunan daerah kabupaten tingkat II Bandung
tahun 1998/1999, kota Lembang berperan sebagai sub pusat pelayanan dari kota
Bandung untuk wilayah kabupaten Bandung bagian utara meliputi kecamatan
commit to user
10
Kondisi Kawasan Observatorium Boscha Bandung
Gambar.8. Foto Udara Observatorium Boscha Sumber: bosscha.itb.ac.id
Observatorium Bosscha merupakan sebuah laboratorium astronomi yang
menjadi perintis perkembangan astronomi dan ilmu pengetahuan antariksa di
Indonesia. Kontinuitas kerja dan tanggung jawab untuk mengembangkan
astronomi antar generasi di Indonesia merupakan tugas penting yang dilaksanakan
Observatorium Bosscha hingga saat ini. Keberadaan Observatorium ini membuka
jembatan untuk beinteraksi dengan dunia ilmiah internasional melalui tukar
menukar ilmu pengetahuan.
Observatorium Bosscha memiliki peran penting dalam beberapa hal.
Pertama, dari segi ilmu pengetahuan, berperan sebagai salah satu observatorium
yang mengumpulkan data perihal benda-benda langit di belahan bumi selatan.
Kedua, kedudukannya di Lembang direncanakan secara matang, terkait dengan
bentang alam yang mendukung dan keberadaan Institut Teknologi Bandung di
Kota Bandung, yang merupakan insitusi pendidikan tinggi sebagai pengelola
observatorium. Ketiga, observatorium Bosscha memiliki makna sejarah yang
commit to user
11
Gambar.9. observatorium boscha Sumber. bosscha.itb.ac.id
Dalam tahap pengembangan selanjutnya, observatorium Bosscha akan
dijadikan sebagai Space Science Center (SSC). Pengembangan SSC diharapkan
mampu mendorong pemanfaatan observatorium secara lebih optimal dan
mendukung penumbuhan minat terhadap ilmu pengetahuan di kalangan
masyarakat luas 7
Peningkatan polusi udara oleh emisi kendaraan bermotor dan pembakaran
sampah, polusi cahaya oleh kegiatan permukiman (lampu penerangan rumah),
polusi cahaya oleh lampu kendaraan dan billboard komersial, dan polusi getaran
oleh lalu lintas kendaraan merupakan beberapa ancaman terhadap fungsi
observatorium.
konsep metafora
Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Arsitektur itu seperti
sebuah keambiguan keadaan multi persepsi. Bangunan sebagai korban dari hal itu,
menerjemahkan makna menjadi wujud.
Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara
atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural sehingga memungkinkan
untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain,
mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat., Mempengaruhi
pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak
7
commit to user
12
dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya, dapat
menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif. Ungkapan bentuk, perumapaan
sesuatu akan sesuatu adalah beberapa maksud dari penerapan arsitektur metafora.
Kawasan pengembangan di bidang astronomi yang diarahkan
pengembangnnya dalam bidang rekreasi dirasa mempunyai peran untuk
menciptakan sebuah karya arsitektur yang lebih ekspresif untuk menggugah
namun membirikan peran edukatif dari desainnya.
“Di dukung latar belakang Peran ilmu astronomi, Kelembagaan wadah kegiatan ilmu astronomi, Kondisi peminat astronomi di Indonesia, Prestasi
Indonesia di bidang astronomi, Kondisi wadah Kegaiatan Ilmu Astronomi di
Indonesia, Potensi kota Bandung, Kebutuhan wadah kegiatan ilmu astronomi dan
Citra observatorium Boscha Bandung menyimpulkan sebuah judul perencanaan
Pengembangan Kawasan Observatorium Boscha Di Bandung dengan
Konsep Arsitektur Metafora yang mewadahi kegiatan Observatorium
(penelitian, pengamatan) dan rekreasi (teater bintang, peragaan benda benda luar
angkasa, dan simulator astronomi) di bidang astronomi pada observatorium
Boscha di Bandung.“
D. PERMASALAHAN
Didukung latarbelakang yang telah dibahas dapat ditarik suatu
permasalahan bagaimana merumuskan konsep konsep perencanaan dan
perancangan observatorium Boscha yang berfungsi sebagai observasi dan rekreasi
pendidikan di bidang astronomi dengn konsep arsitektur metafora.
E. TUJUAN
Konsep perencanaan dan perancangan Observatorium Boscha yang
berfungsi sebagai observasi dan rekreasi pendidikan di bidang astronomi.
F. PERSOALAN
Merencanakan pengembangan observatorium boscha sesuai analisi lokasi
commit to user
13
Mewadahi kegiatan yang belum tertampung pada observatorium Boscha
dengan melihat penujang kegiatan ilmu astronomi.
Menampung sarana rekreasi masyrakat yang tertarik pada bidang
astronomi dengan mengkaji dari kapasitas preseden bangunan yang sudah
ada.
Mnggunakan elemen astronomi untuk mencapai suasana ruang yang
mendukung proses pengujung mengenal astronomi
Penerapan sistem struktur dan kosntruksi bangunan yang dapat menujang
fungsi dengn melihat perkembangan struktur dan kosntruksi bangunan
pada masa kini.
Penerapan elemen elemen alam semesta pada kawasan dengn teteap
menyelaraskan dengn kondisi lingkungan.
Penataan tata masa
Pendekatan arsitektur metafora sebagai pendekatan mengkaji bentuk,
suasana, masa, warna, dan elemen estetika arsitektur lainnya di dasari
metavora alam semesta melihat kedekatannya dengan fungsi bangunan.
G. SASARAN
Konsep perencanaan dan perancangan pengmbangan observatorium
Boscha
Konsep pemilihan kegiatan, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang
Konsep penataan masa
Konsep struktur dan utilitas
Konsep bentuk dan estetika
Konsep penerapan arsitektur metafora
H. BATASAN PERENCANAAN
Perencanan akan menyinggung hal hal yang berkaitan dengan
pengembangan kawasan observatorium Boscha dengan penerapan konsep
commit to user
14
I. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Teknik Pengumpulan data
Tahapan pengumpulan data yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan melalui:
- Tinjauan literatur
Literatur yang di tinjau berupa data data presiden perencanaan
pengembangan kawasan observatorium Boscha, teori teori
pendukung perencanaan pengembangan kawasan Observatorium
Boscha (tori ruang pengembangan kawasan, teori audio visual,
teori sirkulasi, dll), ketetapan peraturan perencanaan
pengembangan observatorium Boscha.
- Observasi
Observasi ke objek pengembangan kawasan observatorium Boscha
sebagai presiden perencanaan dan perancangan.
Analisis perencanaan dan perancangan
Dilakukan pemilihan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan
perencanaan dan perancangan pengembangan kawasan observatorium
Boscha, lalu di lakukan analisis dugaan masalah masalah yang timbul.
Transformasi desain
Hasi dari analisis perencanaan dan perancangan di tranformasikan berupa
transformasi desain yang meliputi penzoningan kawasan, penzoningan
ruang, enterence, pola sirkulasi kawasan, pola sirkulasi masa bangunan,
perletakan masa, penentuan bentuk dan masa, gubahan masa dll yang
berkaitan dengan perancangan desain pengembangan kawasan
observatorium Boscha.
J. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Tahap I
Pembahasan pengertian judul; latar belakang; permasalahan dan
persoalan; tujuan dan sasaran; metode perencanaan dan perancangan;
commit to user
15
Tahap II
Tinjauan observatorium serta teori –teori yang mendukung
perencanaannya. Serta melakukan study banding dengan bangunan
yang berhubungan dengan ilmu astronomi sudah ada.
Tahap III
Tinjauan Umum Kota Bandung sebagai lokasi perencanaan. Tinjauan
observatorium Boscha beserta pemaparan eksisting kondisi dan
pengembangan yang akan direncanakan.
Tahap IV
Analisa pendekatan konsep perancangan, pembahasan mengenai :
a. Pendekatan fungsi bangunan, pengelompokan kegiatan, pendekatan
pelaku kegiatan, penentuan kebutuhan ruang, pendekatan besaran
ruang, pendekatan pola kegiatan, pendekatan sistem struktur,
pendekatan sirkulasi bangunan,
b. Analisa Site, pendekatan pemilihan site, pendekatan pemilihan
tapak, pendekatan tata ruang luar, pendekatan pencapaian,
pendekatan orientasi, pendekatan landscape dan tata lingkungan.
Tahap V
konsep perncanaan dan perancangan meliputi konsep fungsi bangunan,
konsep kegiatan, konsep tapak, konsep lokasi dan tapak terpilih, sistem
struktur, konsep main enterence, konsep view dan orientasi, konsep
commit to user
16
K. Alur Pikir Perancanaan dan perancangan
Skema1.Alur Pikir perencanaan dan perancangan
JUDUL
Pengembangan kawasan
observatorium Boscha di Bandung dengan pendekatan Arsitektur Metafora
LATAR BELAKANG
Peraturan Undang Undang wadah kegiatan ilmu astronomi
Kondisi peminat astronomi di Indonesia yang belum terwadahi kegiatannya dengan kompleks di Bosscha
Kebutuhan wadah kegiatan ilmu astronomi Kondis kota Bandung
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana merumuskan konsep konsep perencanaan dan perancangan observatorium Boscha yang berfungsi sebagai observasi dan rekreasi pendidikan di bidang astronomi.
EKSPLORASI DATA Teori arsitektur metafora
ANALISA
Analisa kegiatan
Analisa kebutuhan dan besaran ruang
Analisa pendekatan site
Analisa persyaratan ruang
Analisa sistem struktur dan uutilitas
Analisa bentuk dan estetika bangunan
KONSEP DESAIN
TRANSFORMASI DESAIN
DESAIN TUJUAN
commit to user
17
BAB II
TINJAUAN KABUPATEN BANDUNG
kondisi kabupaten Bandung dengan keberadaan Institut Teknologi
Bandung yang mewadahi ilmu astronomi secara akademik, mempunyai
observatorium pertama di langit timur yaitu observatorium Bosscha dan Bandung
sebagia ibukota Jawa Barat dirasa memiliki potensi yang kuat untuk dilakukan
pengembangan pada fasilitas di bidang ilmu astronomi, berikut ini tinjaun
Kabupaten Bandung untuk melihat kondisi dan potensi dari kabupaten Bandung
juga keberadaan observatorium Boscha.
A. Lokasi
Gambar.10.Peta wilayah Bandung Sumber : bandung.go.id
Dari sisi Geografi, Bandung terletak diantara 1070 36' Bujur Timur dan
600 55' Lintang Selatan. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga
bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis
kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada
ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di
sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah
selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas
commit to user
18 Batas wilayah kota bandung
Barat Kabupaten Bandung Barat
Utara Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan
Kabupaten Sumedang
Timur Kabupaten Garut
Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur
B. Kondisi Tapak Lokasi
1. Topografi Kabupaten Bandung
Gambar.11.kondisi topografi Kabupaten Bandung Sumber: Data DEM-SRTM CGIAR-CSI
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung adalah pegunungan. Di
antara puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung
Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) di
perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. (kedua-duanya kini termasuk
dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat). Sedangkan di selatan terdapat
Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung
Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), kedua-duanya di
commit to user
19
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai
Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang
pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan
sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah
alluvial hasil letusangunung Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian
utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan
dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta
timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan
tanah liat.
Lembang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat,
Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Lembang berada pada ketinggian
antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas permukaan laut. Titik
tertingginya ada di puncak Gunung Tangkuban Parahu. Sebagai daerah
yang terletak di pegunungan, suhu rata-rata berkisar antara 17°-27 °C.
Penduduk Lembang sebagian besar bermata pencarian sebagai petani,
pedagang, pekerja sektor informal (buruh, pengemudi, dan
sebagainya).Curah hujan rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan
rata-rata 21.3 hari per bulan.
Kepadatan penduduk Bandung 144,2/km² dengn luas wilayah
16.767 km2. Sejak dibukanya Jalan Tol Padaleunyi, kota Bandung telah
menjadi tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari
masyarakat yang berasal dari Jakarta sekitarnya.
2. Geografi Kabupaten Bandung
Secara fisik, bentang alam wilayah Bandung dan sekitarnya yang
termasuk ke dalam Cekungan Bandung, merupakan cekungan berbentuk
lonjong (elips) memanjang berarah timur tenggara – barat barat laut.
Cekungan Bandung ini dimulai dari daerah Nagreg di sebelah timur
sampai ke Padalarang di sebelah ba-rat dengan jarak horizontal lebih
commit to user
20
sekitar 40 km. Cekungan Bandung sendiri dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yakni bagian timur, tengah, dan barat .
Cekungan Bandung bagian timur dimulai dari dataran Nagreg sampai
dengan Cicalengka.
Bagian tengah membentang dari Cicalengka hingga Cimahi –
kompleks perbukitan Gunung Lagadar.
Cekungan bagian barat terletak di antara Cimahi – Batujajar hingga
Cililin dan Waduk Saguling.
C. Kawasan Observatorium Boscha
Gambar.12.Observatorium boscha Sumber. bosscha.itb.ac.id
Observatorium Bosscha adalah observatorium penelitian yang berada di
Lembang, Kabupaten Bandung.Observatorium Bosscha merupakan pelopor
pengadaan observatorium di langit timur dunia. Bangunan teropong ini dirancang
oleh arsitek Bandung ternama, yaitu K. C. P. Wolf Schoemacher di bangun
dengan pada masa perkembangan arsitektur modern, penggunaan atap kubah
dikarenakan alas an fungsi bangunan yang membutuhkan atap tidak bersudut dan
dapat di buka. Pada saat peneropongan atap bangunan dapat di buka. Luas
keseluruhan wilayah observatorium Boscha 15 Ha. Namun hanya 10% dilakukan
commit to user
21
1. Kondisi Eksisting Observatorium Bocha
Gambar.13. Foto Udara observatorium Boscha Sumber: Boscha arsip
Observatorium Bosscha terletak di desa lembang, bandung, Jawa
barat. Tepatnya pada 6°49′28.02” LS dan 107°36′55.86” BT, 1300 m di
atas permukaan air laut data menurut pada google eart, tempat yang bagus
untuk mengamati benda-benda langit dengan ketinggiannya.
Saat ini, kondisi di sekitar Observatorium Bosscha dianggap tidak
layak untuk mengadakan pengamatan. Hal ini diakibatkan oleh
perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung
Utara yang tumbuh laju pesat sehingga banyak daerah atau kawasan yang
dahulunya rimbun ataupun berupa hutan-hutan kecil dan area pepohonan
tertutup menjadi area pemukiman, vila ataupun daerah pertanian yang
bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya banyak intensitas cahaya dari
kawasan pemukiman yang menyebabkan terganggunya penelitian atau
kegiatan peneropongan yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya
lingkungan yang minimal. Sementara itu, kurang tegasnya dinas-dinas
terkait seperti pertanahan, agraria dan pemukiman dikatakan cukup
memberikan andil dalam hal ini. Dengan demikian observatorium yang
pernah dikatakan sebagai observatorium satu-satunya di kawasan
commit to user
22
2. Potensi Observatorium Boscha
Dilihat dari kondisi geografisnya lokasi observatorium Bosscha
pada ketinggian 1300m diatas permukaan laut dan di dataran tinggi
merupakaan lokasi pengamatan bintang yang baik dapat melihat langit
selatan, utara, barat dan timur. Menunjang pengembangan yang
direncanakan dan di rancang Bandnung sebagai salah satu kota besar di
Indonesia memiliki minat rekreasi masyarakat yang cukup tinggi.
Keberadaan intitusi pendidikan di Bandnung (itb) yang memiliki jurusan
ilmu astronomi mendukung kinerja oprasional observatorium Bosscha.
3. Fasilitas Observatorium Boscha
Fasiltas di Observatorium Bosscha terdiri dari:
Tabel.4.Fasilitas observatorium Boscha Sumber: boscha.itb.ac.id
Gambar Keterangan
Gambar.14.Refraktor Ganda Zeizz Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Refraktor Ganda Zeizz
Teleskop ini biasa digunakan untuk mengamati bintang ganda visual, mengukur fotometri gerhana bintang,
mengamati citra kawah bulan,
mengamati planet, mengamati oposisi planet Mars, Saturnus, Jupiter, dan untuk mengamati citra detail komet terang serta benda langit lainnya.
Gambar.15.Teleskop Schmidt Bima Sakti Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Teleskop Schmidt Bima Sakti
commit to user
23 Gambar.16.Refraktor Bamberg
Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Refraktor Bamberg
Teropong ini berada pada sebuah gedung beratap setengah silinder dengan atap geser yang dapat bergerak maju-mundur untuk membuka atau menutup. Karena konstruksi bangunan, jangkauan teleskop ini hanya terbatas untuk pengamatan benda langit dengan jarak zenit 60 derajat
Gambar.17.Telesko Cassegrain GOTO Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Teropong ini berjenis reflektor Cassegrain dengan diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m.
Gambar.18.Refraktor Unitron Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini
diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan
Gambar.19.Refraktor GAO - ITB Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Reflektor GAO-ITB merupakan
teleskop generasi baru di
Observatorium Bosscha yang
commit to user
24 Gambar.20.Ruang Ceramah
Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Observatorium Bosscha juga
dilengkapi dengan sebuah
perpustakaan yang cukup lengkap dan up-to-date. Koleksi prosedings IAU, katalog bintang, almanak, serta buku-buku teks tersedia untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
Gambar.21.Ruang Ceramah Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Ruang Ceramah disediakan terutama untuk ceramah kunjungan publik. Kapasitas ruangan ini adalah 90 orang dan dilengkapi dengan sarana audio-visual/multimedia. Ruangan ini juga
digunakan untuk keperluan
kuliah/rapat dan pelatihan-pelatihan.
Gambar.22.Museum Sumber : Bosscha Observatory.itb.ac.id
Ruang museum di Wisma Kerkhoven ditujukan untuk menyimpan benda-benda tua yang penting tersebut, mulai
dari peralatan, dokumen, serta
teropong.
Jaringan Komputer Jaringan komputer dan sambungan ke
internet disediakan sejak akhir tahun 1990-an. Saat ini, backbone jaringan di Observatorium Bosscha telah menggunakan serat optik, namun
sambungan ke ITB masih
menggunakan wireless radio link.
Ruang Kuliah Ruang kuliah disediakan dan menyatu
commit to user
25
Fasilitas fasilitas yang tersedia di Observatorium Bosscha bisa di lihat
masih mencakup hal penelitian astronomi, belum adanya wadah kegiatan yang
mewadahi kebutuhan ruang kegiatan astronomi yang kompleks dari proses
pendidikan, pengamatan, simulasi alam semesta dan lain sebagainya di
commit to user
26
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan fasilitas ilmu astronomi pada observatorium Bosscha yang
telah di bahas tinjaun lokasi nya pada bab sebelumnya membutuhkan tinjaun
pustaka guna sebagai pertimbangan perencanaan dan perancangan pengembangan
observatorium Bosscha di Bandung. Berikut ini tinjaun pustaka yang berkaitan
dengn pengembangn observatorium Bosscha di Bandung.
A. TINJAUAN ASTRONOMI
1. Pengertian astronomi
Astronomi adalah ilmu tentang matahari, bulan, bintang, dan
planet-planet lainnya (kamus besar bahasa Indonesia). Astronomi berasal dari
bahasa yunani, astron yang artinya bintang dan nomos yang artinya
hukum. Astronomi adalah studi ilmiah benda langit (seperti bintang,
planet, komet dan galaksi) serta fenomena yang muncul di luar atmosfer
bumi (seperti radiasi latar belakang kosmik). Astronomi membahas
evolusi, fisika, kimia, meteorologi dan pergerakan benda langit, serta
pembentukan dan perkembangan alam semesta.
2. Alam semesta dan benda benda langit
Gambar.23. Tata surya Sumber : flicker.com
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah
commit to user
27
gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang
sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai,
173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit
(meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam,
sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah
Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di
daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang
terluar.
Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya
ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta
km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta
km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak
pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai
planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh
dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di
sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto
(5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan),
Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100
juta km).
3. Planet Planet pada tata surya.
Tabel.5.Planet plant tatat surya Sumber: fantastic.com
Merkurius adalah planet dalam Tata Surya yang paling
dekat dengan matahari dan planet terkecil di dalam tata
surya. Diameter Merkurius 40% lebih kecil daripada Bumi
(4879,4 km). Merkurius mengorbiti matahari sekali setiap 88
hari.
Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari. Atmosfer
Venus mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3%
nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin terdapat
commit to user
28 planet-planet lain.
Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan
magnet yang disebut (magnetosfer). Lapisan udara ini
menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer.
Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer,
Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.
Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Planet
ini memiliki 2 buah satelit, yaitu Phobos dan Deimos. Planet
ini mengorbit selama 687 hari dalam mengelilingi matahari.
Kala rotasinya 25,62 jam. Permukaan Mars terdiri dari basalt
Jarak rata-rata antara Jupiter dan Matahari adalah 778,3 juta
km. Jupiter adalah planet terbesar dan terberat dengan
diameter 14.980 km. Periode rotasi planet ini adalah 9,8 jam,
sedangkan periode revolusi adalah 11,86 tahun.
Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Saturnu
berrotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14
menit. Ada beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini.
Uranus memiliki jarak dengan Matahari sebesar 2875 juta
km. Uranus memiliki diameter mencapai 51.118 km. Periode
rotasi planet ini adalah 17,25 jam, sedangkan periode evolusi
adalah 84 tahun.
Neptunus memiliki jarak rata-rata dengan Matahari sebesar
4.450 juta km. Neptunus memiliki diameter mencapai 49.530
km dan memiliki massa 17,2 massa Bumi. Periode rotasi
planet ini adaah 16,1 jam., sedangkan periode revolusi
adalah 164,8 tahun.
Pluto (nama resmi: 134340) adalah sebuah planet kerdil
(dwarf planet) dalam Tata Surya. Suhu permukaan Pluto
berkisar -233oCelsius sampai dengan-223o Celsius, sehingga
commit to user
29
Gambar.24.Peta rasi bintang Sumber : flicker.com
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret
utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan
mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya. Yupiter dan Saturnus, dua
komponen terbesar yang mengedari matahari, mencakup kira-kira 90 persen
massa selebihnya.
Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit matahari terletak pada
bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak
sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper
biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi
matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara
commit to user
30 B. TINJAUN OBSERVATORIUM
1. Pengertian observatorium
Observatorium adalah sebuah lokasi dengan perlengkapan yang
diletakkan secara permanen untuk melihat langit dan peristiwa yang
berhubungan dengan angkasa. Observatorium modern biasanya berisi
satu atau lebih teleskop yang terpasang secara permanen yang berada
dalam gedung dengan kubah yang berputar atau yang dapat dilepaskan.
2. Kegiatan observatorium
Peneropongan benda luar angkasa
Gambar 25.Peneropongan bintang Sumber : bosscha.itb.ac.id
Penggunaan peneropong bintang dapat di gunakan peneliti
professional maupun pengunjung secara aktif melakaukan peneropongan
alam semesta. Kegiatan peneropongan bintang untuk pengunjung di
bimbing peneliti professional dalam pengoprasian alat dan hanya
teropong bintang tertentu yang disesuakin. Kegiatan peneropongan
termasuk kegiatan rekreasi aktif bagi pengunjung.
Pengamatan dan penelitian pakar astronomy dalam mendeteksi gejala
alam
Kegiatan pengolahan data dari proses peneropongan, pengolahan data
berupa pembandingan dari literature yang sudah ada maupun diskusi para
ilmuan di bidang astronomi dalam menentukan/mendefinisikan gejala
commit to user
31
3. Mekanisme operasional observatorium
Observatorium menggunakan atap yang dapat di buka dan di putar
ke segala arah utuk melakukan peneropongan benda langit. Teleskop di
dalam observatorium mempunyai system yang dapat digerakan ke segala
arah langit beberapa kondisi lantai observatorium pun dapat di naik
turunkan untuk mempermudah pengoprasionalan teleskop nya.
Teleskop memiliki system operasional yang berbeda beda tergantung
jenisnya, tidak semua kegiatan peneropongan membutuhkan
Observatorium. Teleskop besar untuk penelitian seperti Teleskop Refraktor
Ganda Zeiss, Teleskop Schmidt Bima Sakti dll yang menggunakan ruang
observatorium dalam pengoprasionalnnya.
Gambar.26. mekanisme observatorium Sumber : visualdictionaryonline.com
4. Standard Lokasi Observatorium
Perletakan Observatorium harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Curah hujan rendah
Lokasi pada dataran tinggi yang datar
Tidak rawan gempa
commit to user
32 C. TINJAUAN PLANETARIUM
1. Pengertian planetarium
Planetarium adalah gedung teater untuk memperagakan simulasi
susunan bintang dan benda-benda langit. Atap gedung biasanya
berbentuk kubah setengah lingkaran. Di dalam ruang pertunjukan terdapat
sumber gambar berupa proyektor planetarium yang umumnya diletakkan
di tengah ruangan. Proyektor dapat memperagakan pergerakan
benda-benda langit sesuai dengan waktu dan lokasi.
2. Statistik Planetarium
Gedung planetarium umumnya dikelola oleh lembaga pendidikan
atau museum. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 3.300 planetarium
(data 4 Maret 2008) dengan total lebih dari 110 juta penonton. Walaupun
demikian, jumlah planetarium di dunia jauh lebih banyak bila planetarium
mini milik sekolah ikut dihitung.
Planetarium dapat dibagi dalam beberapa macam, diantaranya:
1. Planetarium portable dengn kubah yang dapat digelembungkan
2. Planetarium berbasiskan sekolah/kurikulum
3. Planetarium publik dengn ukuran medium (diameter kubah 30 – 50
kaki)
4. Planetarium publik dengan ukuraan besar (diameter kubah lebih dari
50 kaki)
3. Kegiatan di planetarium