• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of HUBUNGAN LAMANYA HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI RSU KABUPATEN TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of HUBUNGAN LAMANYA HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI RSU KABUPATEN TANGERANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

26

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 Lastri Mei Winarni*Ridwan**

* Progam Studi S1 Keperawatan, STIKes Yatsi Email : meidilastri@gmail.com

Abstrak

Kata Kunci : lamanya hemodialisa dan kualitas hidpu pasien gagal ginjal kronis.

Abstract

Hemodialysis duration of the results of research conducted 53 respondents obtained frequency distribution of new hemodialysis as many 15 people (28,3%), duration of medium hemodialysis as many 10 people (18,9%) and duration of long group hemodialysis as many 28 people (52,8%). Quality of life patients with chronic renal failure of the results conducted 53 respondents obtained frequency distribution quite quality of life as many 31 people (58,5%), good quality of life as many 22 people (41,5%) and none of respondents have less quality of life. Purpose of research for to know duration of hemodialysis with the quality of life patients with chronic renal failure. Research Methods used in this research is descriptive correlation with cross sectional. Research sites in RSU Kabupaten Tangerang. The sampling technique is simple random sampling with a total sample 53 respondents. Result showed by chi-square test p-value 0,694 obtained where value > α (0,05), it is Ho accepted, which means there is no relationship between duration of hemodilysis with the quality of life pattients with chronic renal failure in RSU Kabupaten Tangerang 2016. Conclusions from the study there is no relationship duration of hemodilysis with the quality of life pattients with chronic renal failure..

Keyword : Duration of hemodyalisis and quality of lfe pattients with chronic renal failure

HUBUNGAN LAMANYA HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI RSU KABUPATEN TANGERANG

Lamanya hemodialisa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 53 responden didapatkan distribusi frekuensi lamanya hemodialisa baru sebanyak 15 orang (28,3%), lamanya hemodialisa sedang sebanyak 10 orang (18,9%), dan kelompok lamanya hemodialisa lama sebanyak 28 orang (52,8%). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis dari hasil penelitian terhadap 53 responden didapatkan distribusi frekuensi kualitas hidup cukup sebanyak 31 orang (58,5%), kualitas hidup baik sebanyak 22 orang (41,5%) dan tidak ada satupun responden memiliki kualitas hidup kurang Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan secara cross sectional. Lokasi penelitian di RSU Kabupaten Tangerang. Tehnik pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling berjumlah 53 responden. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji chi-square didapat p-value 0,694

dimana nilai tersebut > α (0,05), hal ini menunjukkan Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara lamanya

(2)

27

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

PENDAHULUAN

Gagal ginjal kronis telah menjadi masalah kesehatan utama di dunia dengan pravalensi yang terus meningkat. Penyakit ginjal mencakup berbagai penyakit dan gangguan yang mempengaruhi ginjal. Sebagian besar, penyakit ginjal menyerang unit penyaringan ginjal, nefron dan merusak kemampuan untuk menghilangkan limbah dan kelebihan cairan. Gangguan tersebut akan menimbulkan kerusakan secara progresif dan menahun pada berbagai perangkat fungsional di dalam ginjal, sehingga secara sistem, ginjal tidak lagi menjalankan fungsinya dengan sebagaimana mestinya dalam hal penyaringan darah, pengaturan pembuangan limbah tubuh, penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh, maupun dalam memproduksi berbagai hormon tertentu1.

Penyakit gagal ginjal kronis di Amerika Serikat yang tediri dari 11% populasi atau 19,2 juta orang mengidap gagal ginjal kronis (Black & Hawks, 2014: 308). Gagal ginjal kronis juga menjadi masalah utama di negara-negara berkembang seperti Asia Tenggara. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk per tahun.

Berdasarkan data yang ada di bagian rekam medis di RSU Kabupaten Tangerang, tercatat 299 klien selama Januari-April 2015 yang menderita gagal ginjal kronis. Jadi, setiap bulannya rata-rata sekitar 75 klien dengan gagal ginjal kronik yang di rawat di RSU Kabupaten Tangerang (Laporan Tahunan Rekam Medis Pasien Hemodialisa di Instalasi Rawat Inap).

Pengobatan bagi penderita gagal ginjal kronis, umumnya dilakukan dengan pemberian terapi hemodialisis (HD) yang lebih dikenal dengan cuci darah sebagai pengganti tugas ginjal yang telah rusak agar tetap mampu mempertahankan fungsi tubuh sehari-hari. Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun

1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di rumah sakit rujukan.3

Gagal ginjal kronis dan terapinya secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien dan anggota keluarga. Ada banyak stressor dan perubahan hidup. Banyak perawatan yang diperlukan bagi pasien yang menjalani dialisis beserta keluarganya berkaitan dengan aspek psikososial dialisis. Pasien yang menerima perawatan dialisis sering merasakan perasaan yang bertentangan. Mereka menyadari bahwa terapi hemodialisis mengikat hidup mereka. Masalah psikosial yang umum terjadi mencakup perubahan bentuk tubuh, ketergantungan pada mesin dialisis, dan ketidakpastian akan masa depan. Perasaan pribadi pasien akan kelemahan dan hadirnya arteriovenous fistula (AVF) serta peralatan dialsis adalah pengingat tetap akan penyakit, hubungan dengan kerabat dan teman, pekerjaan, serta peran komunitas dan tanggung jawab sering berubah. Kebutuhan pasien akan kemandirian terus diancam oleh ketergantungan terhadap peralatan dialisis dan penyedia perawatan. Kualitas hidup pasien dengan end-stage renal disease (ESRD) secara positif dipengaruhi oleh transplantasi, terapi eritropoietin, dukungan sosial, dan pandangan positif terhadap kehidupan, serta kemampuan fungsional termasuk bekerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari4.

(3)

28

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 kemampuan pasien untuk beraktivitas/bekerja

juga terganggu dan terbatasi.

Berdasarkan permasalahan terkait dengan terapi hemodialisa denga kualitas hidup, maka penting dilakukan penelitian ini, guna mengetahui hubungan lamanya hemodialisa dengan kulitas hidup pasien gagal ginjal kronis.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel satu dengan variabel yang lainnya. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui hubungan lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien dengan gagal ginjal kronis di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Kabupaten Tangerang. Waktu pengambilan data telah dilaksanakan pada Bulan Mei 2016.

Populasi dan sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti5. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pasien gagal ginjal kronis yang sedang melakukan terapi hemodialisis di ruang Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang yang berjumlah 111 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa di RSU Kabupaten Tangerang. Sampel yang harus diambil adalah 53 orang. Tekhnik pengambilan sampel yaitu menggunakan tekhnik random sampling, Pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi.

Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas instrumen menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan tingkat kemaknaan 5%, sehingga didapatkan angka r tabel=0,444. Hasil uji validitas diperoleh r hitung 0,512

sampai dengan 0,793, didapatkan 23 pertanyaan tentang kualitas

hidup yang valid dan 11 pertanyaan yang tidak valid. Namun, peneliti tidak membuang pertanyaan yang tidak valid tersebut, sehingga peneliti melakukan uji validitas dengan 10 responden terhadap 11 pertanyaan yang tidak valid tersebut. Didapatkan df=10-2= 8, jadi besar df 0,6327. Dimana diperoleh r hitung 0,673 sampai dengan 0,785, jadi item petanyaan yang valid sebanyak 8 pertanyaan dan yang tidak valid sebanyak 3 pertanyaan. Dalam hal tersebut, peneliti membuang 3 pertanyaan yang tidak valid tersebut, sehingga total pertanyaan yang valid tentang instrumen kualitas hidup sebanyak 31 item pertanyaan. Hasil uji reliabilitas instrument tentang kualitas hidup menghasilkan nilai cronbach alpha sebesar 0,927 dan 0,921..

HASIL PENELITIAN Analisa Univariat

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Hemodialisa RSU

KabupatenTangerang Tahun 2016

(n-53)

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 53 responden sebagian besar rata-rata pada umur 51-65 tahun sebanyak 30 orang (56,7%).

No Umur Jumlah (n) Persentase

(%)

1 2 3 4

20-35 36-50 51-65 >65

Total

7 12 30 4

53

13,2 22,6 56,7 7,5

(4)

29

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang

Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang

Tahun 2016 (n=53)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 53 responden sebagian besar adalah berpendidikan SMA sebanyak 21 orang (39,5%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (3,8%).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang

Tahun 2016 (n=53)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 53 responden mayoritas jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 29 orang (54,7%), dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (45,3%).

Tabel 5.4

Distribusi Frequensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Ruang Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang

Tahun 2016 (n=53)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Hemodialisa di

Ruang Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang

Tahun 2016 (n=53)

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 53 responden sebagian besar pasien dalam kategori lama menjalani HD yaitu sebanyak 28 orang (52,8%).

No Pendidikan Jumlah

(5)

30

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Respondn Berdasarkan Kualitas Hidup di Ruang Hemodialisa RSU Kabupaten

Tangerang Tahun 2016

(n=53)

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 53 responden kualitas hidup pasien sebagian besar memiliki kualitas hidup cukup yaitu sebanyak 31 orang (58,5%),dan tidak ada satupun responden memiliki kualitas hidup kurang.

Tabel 5.7

Hasil crosstabulation hubungan lamanya hemodialisa dengan

kualitas hidup (n=53)

Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan analisa bivariat antara hubungan lamanya hemodalisa dengan kualitas hidup hasil crosstabulation dari 53 responden yaitu lamanya hemodialisa baru dengan kualitas hidup cukup sebanyak 8 orang (53,3%) dan kualitas hidup baik sebanyak 7 orang (46,7%), untuk lamanya hemodialisa sedang dengan kualitas hidup cukup sebanyak 7 orang (70,0%) dan kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (30,0%), sedangkan lamanya hemodialisa lama dengan kualitas hidup cukup sebanyak 16 orang (57,1%) dan kualitas hidup baik sebanyak 12 orang (42,9%).

Berdasarkan uji statistik chi-square dan didapat P-Value sebesar 0,694 dimana nilai

tersebut > α (0,05), maka Ho : diterima , yang

berarti tidak ada hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di RSU Kabupaten Tangerang.

Dilihat dari distribusi frekuensi umur, sebagian besar responden dalam penelitian ini berada pada rentang umur 51-65 tahun yaitu sebanyak 40 orang (56,6%). Hasil penelitian oleh Dewi (2015), sebagian besar responden penelitiannya berada pada rentang umur 41-60 tahun sebanyak 32 orang (53,3%), kelompok umur 20-40 tahun sebanyak 17 orang (28,3%), dan kelompok umur lebih dari 60 tahun sebanyak 11 orang (18,3%) sedangkan hasil penelitian lain menunjukkan responden yang berumur tua lebih banyak yaitu 51 orang (53,7%) dibandingkan umur yang lebih muda yaitu 44 orang (46,3%) dengan umur rata-rata pasien yang menjalani HD akibat GGK berusia 44,82 tahun6. Hal ini selaras dengan hasil penelitian, jika dilihat dari usia pada umumnya dengan meningkatnya umur, maka kualitas hidup akan menurun. Usia juga erat hubungannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup. Sesuai dengan teori, sesudah usia 40 tahun akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif hingga usia 70 tahun, kurang lebih dari 50% dari normalnya7.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 53 responden mayoritas jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 29 orang (54,7%), dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (45,3%). Hasil penelitian yang tidak sama dilakukan oleh Nurchayati (2011), dimana jumlah responden yang menjalani HD di RS Yogyakarta sebanyak 62,5% berjenis kelamin laki-laki. Hal yang tidak sama juga dilakukan oleh penelitian lain bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani HD di RS. Dr. M. Djamil Padang sebagian besar adalah laki-laki (67,6%) dibandingkan dengan perempuan (32,4%). Responden lebih banyak yang laki-laki

(6)

31

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup

responden laki-laki yang suka merokok dan minum kopi, responden laki-laki umumnya diawali oleh penyakit hipertensi dan beberapa juga oleh stroke, dimana penyakit tersebut dapat disebabkan oleh merokok dan konsumsi kafein8. Hal ini tidak sesuai yang dilakukan hasil penelitian ini, dimana pada hasil penelitian sebagian responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (54,7%). Pada dasarnya dijelaskan di beberapa literature bahwa pasien gagal ginjal kronis tidak dipengaruhi antara laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama untuk menderita gagal ginjal kronis9.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 53 responden dengan pendidikan SD sebanyak 16 orang (30,2%), SMP 11 orang (20,8%), SMA 21 orang (39,6%), PT sebanyak 3 orang (5,7%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (3,8%). Hasil penelitian yang sama juga dilakukan penelitian lain dimana sebagian besar responden berpendidikan tinggi terdiri dari SMA & PT (73,5%), sedang berpendidikan rendah terdiri dari SD & SMP (26,5%)10. Dalam tinjauan teori tidak dijelaskan keterkaitan antara pendidikan dengan kejadian penyakit ginjal maupun pasien yang telah menjalani terapi hemodialisis. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan yang akan dan harus dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang kesadaran untuk mencari pengobatan dan perawatan akan masalah kesehatan yang dialaminya juga akan semakin tinggi11.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 53 responden dengan pekerjaan IRT sebanyak 15 orang (28,3%), Swasta/Buruh 11 orang (20,8%), Wiraswasta 6 orang (11,3%), PNS 3 orang (5,7%),Pensiunan 5 orang (9,4%), dan yang tidak bekerja sebanyak 13 orang ( 24,5%). Hasil penelitian ini dikarenakan sebagian besar sampel responden yang

berjenis perempuan sehingga sebagaian besar responden bekerja sebagai IRT (28,3%). Pada umumnya responden yang tidak beraktivitas/bekerja, pekerjaan/kegiatan yang dilakukannya sehari-hari hanya duduk-duduk, nonton, tidur, makan dan tidak ada lagi aktivitas yang lain disebabkan oleh tenaga mereka sudah tidak kuat lagi dan responden merasa cepat lelah12. Pasien yang menjalani HD seringkali merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya, biasanya pasien akan mengalami masalah keuangan dan kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan13.

Hasil penelitian menjukkan bahwa dari 53 responden dengan lamanya hemodialisa baru sebanyak 15 orang (28,3%), lamanya hemodialisa sedang sebanyak 10 orang (18,9%), dan kelompok lamanya hemodialisa lama sebanyak 28 orang (52,8%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain dengan hasil penelitian lamanya hemodialisa yang kelompok baru sebanyak 11 responden atau (18,3%), lamanya hemodialisa yang kelompok sedang sebanyak 8 responden atau (13,3%) dan lamanya hemodialisa kelompok lama sebanyak 41 responden atau (68,3%)13. Hasil penelitian yang serupa dilakukan oleh penelitian lain bahwa responden telah menjalni hemodialisis rata-rata 29, 37 bulan14. Jangka waktu terlama responden menjalani HD adalah 168 bulan, sedangkan yang terpendek adalah 4 bulan. Hemodialisa terapi pengganti ginjal yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal. Seseorang yang telah divonis menderita gagal ginjal kronis harus menjalani terapi pengganti ginjal seumur hidup dan salah satu pilihannya adalah hemodialisa15.

(7)

32

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 responden memiliki kualitas hidup sedang

sebanyak 45 responden atau (75,0%) dan responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 15 responden atau ( 25,0%)16. Hasil penelitian lain didapatkan sebagian besar responden memiliki kualitas hidup kurang yaitu 26 orang (86,7%), sedangkan responden yan memiliki kualitas hidup baik lebih sedikit yaitu 3 orang (13,3%)17, penelitian lain menunjukkan didapatkan hasil jumlah responden yang hidupnya kurang berkualitas sebanyak 45 orang (47,4%) dan yang berkualitas baik sebanyak 50 orang (52,6%)18. Ini membuktikan bahwa hemodialisa merupakan terapi untuk memaksimalkan kualitas hidup pasien. Ketika 90 % atau lebih fungsi ginjal bermasalah, maka hanya transplantasi dan hemodialisis yang dianjurkan untuk memperpanjang dan memaksimalkan kualitas hidup pasien atau Health Realeted Quality of Life19.

Hasil penelitian menunjukkan analisa bivariat antara hubungan lamanya hemodalisa dengan kualitas hidup hasil crosstabulation dari 53 responden yaitu lamanya hemodialisa baru dengan kualitas hidup cukup sebanyak 8 orang (53,3%) dan kualitas hidup baik sebanyak 7 orang (46,7%), untuk lamanya hemodialisa sedang dengan kualitas hidup cukup sebanyak 7 orang (70,0%) dan kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (30,0%), sedangkan lamanya hemodialisa lama dengan kualitas hidup cukup sebanyak 16 orang (57,1%) dan kualitas hidup baik sebanyak 12 orang (42,9%). Berdasarkan uji statistik chi-square dan didapat P-Value sebesar 0,694 dimana

nilai tersebut > α (0,05), maka Ho : diterima ,

yang berarti tidak ada hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di RSU Kabupaten Tangerang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain dengan nilai p value = 0,371 yang mengatakan bahwa dimana tidak ada hubungan yang bemakna antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup responden20. Kualitas hidup seseorang tidak

dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya, karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subyektif21. Namun, penelitian lain menemukan sebaliknya bahwa semakin lama penderita gagal ginjal kronis menjalani terapi hemodialisis maka, penderita gagal ginjal kronis semakin dapat beraptasi dengan segala aktifitas rutin yang dijalaninya sehingga hal tersebut akan mendukung kualitas penderita gagal ginjal tersebut22.

Semakin lama pasien menjalani terapi hemodialisis, kepatuhannya terhadap terapi hemodialisis semakin berkurang dan mulai beralih ke pengobatan alternatif, sehingga terapi ginjal tidak efisien. Lamanya HD bisa mengakibatkan responden bosan dan sebaliknya kualitas hidup semakin menurun, hal ini dikarenakan adanya beberapa kondisi komorbiditas yang dialami responden dan beberapa penyakit penyerta lainnya23.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menunjukkan Tidak ada hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di RSU Kabupaten Tangerang dengan nilai p value 0,694. Maka daripada itu Peneliti menganjurkan pasien untuk melaksanakan terapi hemodialisis secara teratur serta menawarkan dialisis di rumah dan motivasi kepada pasien sehingga kualitas hidup psien diharapkan semakin baik.

Referensi

1. Anees, 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Tentang Hemodialisa dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hemodialisa. Diakses dari http://ilhamrohmat.com/2010/01proposal. html pada tanggal 28 Februari 2016 2. Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014,

Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Buku 3 Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Pentasada Media Edukasi

(8)

33

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 dalam

http://www.renalandurologynews.com diakses tanggal 28 Februari 2016

4. Desita, 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP HAM Medan. Tesis

5. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2 Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika

6. Ferrans, C.E & Powers, M. Description of the quality of life index (QLI), 25

Februari 2016.

http://www.uic.edu/orgs/qli.

7. Dewi, S.P, 2015. Hubungan Lamanya Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi

8. Hastono, S.P.2007. Analisa Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Indonesia

9. Jones, J & Fix, B. 2009. Seri Panduan Klinis: Perawatan Kritis. Penerbit Erlangga

10. Notoatmodjo, S. 2012. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

11. Nurchayati, Sofiana. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Depok: FIK UI. Tesis 12. Prodjosudjadi, W. & Suharjdono, A. (2009). End-stage renal disease in Indonesia, Division of Nephrology and Hypertension, Departement of Internal Medicine, University of Indonesia. Vol.16, p. S133-36.

13. Sahabat ginjal, 2009. Delapan faktor resiko mendeteksi penyakit ginjal kronik.

Diakses dari

http://www.sahabatginjal.com/display.art

icles.aspx/artid pada tanggal 28 Februari 2016

14. Sapri, Akhmad, 2008. Asuhan Gagal Ginjal Kronik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Mengurangi Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Skripsi 15. Smeltzer, S.C, & Bare, B.G, 2002.

Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC: Jakarta

16. Suciadi, L.P. 2010. Anda Bertanya, Dokter Menjawab: Kesehatan Ginjal Dan Saluran Kemih. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

17. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang & Alwi Idrus. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

18. Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D. Bandung: ALFABETA

19. Suryarinilsih, Y. 2010. Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di RS Dr. M. Djamil Padang. Tesis

20. Suwitra, Ketut, 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1, Edisi IV, Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 596-599

21. Syamsir, A & Hadibroto, I. 2007. Vita Health: Gagal Ginjal. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Gambar

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden
Tabel 5.6 Berdasarkan uji statistik chi-square dan

Referensi

Dokumen terkait

‘I know what you were doing,’ said Anji, thin-lipped, knowing that only one person could have introduced that concept to the Crooked World, and pretty sure she knew with whom he

Tujuan umum: memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).. Pembahasan:

Sebagai contoh pembangunan yang lebih sederhana dengan sistem unit blok modul inl dapat diterapkan pada pembangunan ruang kabin akomodasi bangunan atas kapal.. Hal

'empat tidur terbuka adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memasang perlengkapan tempat tidur tanpa sprei penutup. 'indakan ini dilakukan ika ada pasien baru dan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah terciptanya peta perubahan tata guna lahan yang terdapat pada Sub DAS Karang Mumus, diperoleh hasil pendugaan Nilai Koefisien

Dalam formulasi sediaan tablet, selain bahan aktif juga dibutuhkan eksipien/bahan tambahan, karena zat aktif tidak memiliki semua sifat yang baik untuk langsung dibuat tablet. Bahan

( IC ) yang diukur menggunakan metode Islamic Banking Value Added Intellectual Coefficient (iB_VAIC TM ) terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Equity

If you create an information model and an schema with differently structured element names—such as abbreviations, spelled-out terms, or elements that use underscores, dashes,