• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara 2013"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

PROVINSI MALUKU UTARA 2013

(4)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

PROVINSI MALUKU UTARA 2013

No. Katalog BPS

: 1164.82

Jumlah Halaman

: vii + 44 halaman

Naskah

: Seksi Analisis Statistik Lintas Sektoral

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit

: Seksi Analisis Statistik Lintas Sektoral

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

(sumber : rimanews.com)

Diterbitkan Oleh

: Seksi Analisis Statistik Lintas Sektoral

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Dicetak Oleh

: BPS Provinsi Maluku Utara

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas perkenannya Publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013” dapat diselesaikan.

Publikasi ini merupakan bagian dari upaya BPS Provinsi Maluku Utara dalam rangka melihat secara garis besar tentang masalah kesejahteraan penduduk Provinsi Maluku Utara dengan merepresentasikan ke dalam suatu besaran Indeks Pembangunan Manusia.

Dalam publikasi ini disajikan informasi mengenai gambaran sosial ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 dan komponen penghitungan Indeks Pembangunan Manusia antara lain berupa angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup, kemampuan daya beli masyarakat dan indikator lainnya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya publikasi ini. Kritik dan saran guna perbaikan penerbitan publikasi selanjutnya sangat kami harapkan.

Ternate, November 2014 Kepala

(6)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . iii

DAFTAR ISI. . . iv

DAFTAR TABEL . . . v

DAFTAR GAMBAR . . . vi

KONSEP DAN PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA. . . .2

1.1. Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia . . . 3

1.2. Gambaran Secara Umum Capaian IPM di Indonesia . . . 7

1.3. Tujuan dan Sistematika Penulisan . . . 8

PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI MALUKU UTARA . . . .10

2.1. Sekilas Provinsi Maluku Utara . . . 10

2.2. Status Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara. . . 13

2.3. Menempatkan Pertanian dalam Pembangunan Manusia . . . 17

PENDIDIKAN DAN LITERASI . . . .19

3.1. Taraf Pendidikan dan Literasi . . . 20

3.2. Akses dan Pemerataan Pendidikan . . . 23

KESEHATAN . . . .26

KEHIDUPAN YANG LAYAK . . . .33

5.1. Perekonomian . . . 35

5.2. Ketenagakerjaan . . . 37

5.3. Kemiskinan . . . 37

KESIMPULAN DAN SARAN . . . .39

6.1. Kesimpulan . . . 39

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbandingan Tingkat Pembangunan Manusia

Provinsi Maluku Utara dan Indonesia, 2013 . . . 11 Tabel Lampiran 1. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di

Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Tahun) . . . 42 Tabel Lampiran 2. Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di

Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Persen) . . . 42 Tabel Lampiran 3. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di

Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Tahun) . . . 43 Tabel Lampiran 4. Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 (Ribu Rupiah) . . . 43 Tabel Lampiran 5. Nilai Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 . . . 44 Tabel Lampiran 6. Reduksi Shortfall Kabupaten/Kota di

Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 – 2013 . . . 44

(8)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 vi

DAFTAR GAMBAR

KONSEP DAN PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA

GAMBAR 1.1. Perkembangan Nilai IPM Indonesia Periode 2004-2013 . . . 7

PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI MALUKU UTARA

GAMBAR 2.1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan di

Kawasan Sulampua Tahun 2013 . . . 12 GAMBAR 2.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara dan

Indonesia Tahun 2001-2013 . . . 12 GAMBAR 2.3. Perkembangan IPM Provinsi Maluku Utara dan Indonesia

Tahun 2004-2013 . . . 13 GAMBAR 2.4. Perkembangan Reduksi Shortfall Provinsi Maluku Utara

dan Indonesia Tahun 2005-2013 . . . 13 GAMBAR 2.5. IPM di Kawasan Sulampua Tahun 2013 . . . 14 GAMBAR 2.6. Indeks Komponen IPM Provinsi Maluku Utara Tahun 2013. . . 14 GAMBAR 2.7. Indeks Komponen IPM Provinsi Maluku Utara

Tahun 2012-2013 . . . 15 GAMBAR 2.8. Indeks Komponen IPM Indonesia dan Provinsi Maluku Utara

Tahun 2013 . . . 15 GAMBAR 2.9. Distribusi PDRB Provinsi Maluku Utara Tahun 2013. . . 16 GAMBAR 2.10. Penduduk 15+ Bekerja di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 . . . 16

PENDIDIKAN DAN LITERASI

GAMBAR 3.1. Perkembangan Angka Melek Huruf Indonesia dan

Provinsi Maluku Utara, 2004-2013 . . . 20 GAMBAR 3.2. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Indonesia dan Provinsi

Maluku Utara, 2004-2013 . . . 20 GAMBAR 3.3. Angka Melek Huruf di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 21 GAMBAR 3.4. Rata-Rata Lama Sekolah di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 21 GAMBAR 3.5. Persentase penduduk 10+ menurut Ijazah Tertinggi yang

Dimiliki Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 . . . 22 GAMBAR 3.6. Partisipasi Sekolah di Provinsi Maluku Utara

menurut Kelompok Usia, Tahun 2013 . . . 22

KESEHATAN

GAMBAR 4.1. Angka Harapan Hidup Indonesia dan Provinsi Maluku Utara Tahun 2004-2013 . . . 28 GAMBAR 4.2. Angka Harapan Hidup di Maluku Utara menurut

(9)

GAMBAR 4.3. Persentase Penolong Persalinan Terakhir di

Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 . . . 29 GAMBAR 4.4. Persentase Penduduk yang memiliki Keluhan Kesehatan

di Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013 . . . 29 GAMBAR 4.5. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Maluku Utara

Tahun 2013 . . . 30 GAMBAR 4.6. Banyaknya Tenaga Kesehatan di Provinsi Maluku Utara

Tahun 2013 . . . 30 GAMBAR 4.7. Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Buang Air Besar

di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 31

KEHIDUPAN YANG LAYAK

GAMBAR 5.1. Perkembangan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan di

Provinsi Maluku Utara Tahun 2004-2013 . . . 33 GAMBAR 5.2. Pengeluaran Perkapita Disesuaikan di Maluku Utara Tahun 2013 . 34 GAMBAR 5.3. PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Maluku Utara

Tahun 2013 (ribu rupiah) . . . 34 GAMBAR 5.4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota

di Maluku Utara Tahun 2013 (miliar rupiah) . . . 35 GAMBAR 5.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara

Tahun 2001-2013 . . . 35 GAMBAR 5.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota

di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 36 GAMBAR 5.7. Distribusi Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 . . . 36 GAMBAR 5.8. Penduduk 15+ Bekerja di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 . . . . 37 GAMBAR 5.9. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota

di Maluku Utara Tahun 2013 . . . 37

KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

1

KONSEP DAN PENGUKURAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

(11)

BA

B

Paradigma pembangunan manusia bertitik tolak dari pemahaman bahwa proses pembangunan harus dapat memperluas pilihan. Seorang individu atau suatu keluarga lazimnya mempunyai banyak keinginan, baik yang muluk-muluk maupun yang sangat mendasar. Beberapa yang sangat mendasar adalah sebagai berikut. Mereka berharap keluarganya dapat hidup sehat dan berumur panjang. Tinggal di lingkungan yang sehat, terbebas dari berbagai wabah, serta memperoleh akses pada sanitasi dan air bersih. Individu tersebut menginginkan keluarganya memperoleh pendidikan dan pelatihan yang baik. Mereka berharap mempunyai akses pada sumber daya ekonomi serta dapat memanfaatkan pengetahuan, ketrampilan, serta kesehatannya untuk bekerja agar dapat hidup dengan layak. Individu tersebut berharap pula mampu membawakan diri dengan baik dalam pergaulan masyarakat. Mereka juga berharap dapat hidup dalam suasana yang bebas dan mempunyai hak untuk menyuarakan kepentingannya. Proses pembangunan harus dapat merealisasikan harapan-harapan tersebut. Fokus pada manusia inilah yang melandasi konsep pembangunan manusia.

Menurut konsep ini pembangunan harus seimbang, yaitu antara membangun kemampuan dengan memanfaatkan kemampuan. Proses pembangunan setidaknya harus menciptakan lingkungan untuk manusia, baik sebagai individu, keluarga, maupun masyarakat, mengembangkan kemampuannya secara optimal dan mempunyai cukup kesempatan (memanfaatkan kemampuannya) untuk dapat hidup yang produktif dan kreatif sesuai kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain, pembangunan manusia tidak melulu peduli dengan pembentukan kemampuan manusia seperti kesehatan yang lebih baik serta pengetahuan dan ketrampilan. Tetapi proses pembangunan manusia juga peduli dengan pemanfaatan kemampuan tersebut, baik untuk bekerja, berlibur, serta kegiatan sosial politik lainnya. Dua sisi pembangunan tersebut harus berkembang secara seimbang. Ketimpangan akan berakibat pemborosan potensi manusia.

Konsep pembangunan seperti diuraikan diatas nampaknya sederhana. Namun sebagai akibat dari penyederhanaan yang berlebihan terhadap tujuan pembangunan, konsep yang cukup komprehensif tersebut menjadi terlupakan. Misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi tujuan pembangunan disederhanakan menjadi pertumbuhan ekonomi/ peningkatan pendapatan per kapita saja.

Seringkali dinyatakan bahwa pendapatan dapat mewakili (proxy) dengan baik pilihan-pilihan lainnya. Tetapi sesungguhnya pernyataan tersebut di atas hanya sebagian saja dari kebenaran. Pendapatan memang dapat dipergunakan untuk memperluas

1

KONSEP DAN PENGUKURAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

(12)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 3

juga dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan tujuan pembangunan manusia.

Konsep pembangunan manusia seperti diuraikan tersebut di atas berbeda dari konsep/ paradigma pembangunan yang berkembang selama setengah abad terakhir. Beberapa yang terpenting diantaranya adalah: pembangunan ekonomi, kesejahteraan manusia, kebutuhan dasar manusia, dan pembangunan sumber daya manusia. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut.

Dalam paradigma pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi memang penting. Tetapi bukti empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pembangunan manusia. Pendekatan kesejahteraan manusia melihat manusia hanya sebagai pihak yang berhak memperoleh manfaat pembangunan, bukan sebagai peserta aktif pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan diri pada sejumlah barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat yang kurang beruntung, dan bukannya pilihan-pilihan yang lebih luas bagi masyarakat. Konsep pembangunan sumber daya manusia berfokus pada meningkatkan kemampuan atau memberdayakan manusia, bukan pemanfaatan kemampuan tersebut. Sementara itu pendekatan pembangunan manusia mencakup keseluruhan aspek tersebut di atas. Dengan demikian konsep ini mampu mencakup lebih baik berbagai segi dan kompleksitas kehidupan manusia.

1.1. Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia

Seperti halnya dengan pendekatan pembangunan ekonomi, konsep pembangunan manusia ini juga terukur. Berdasarkan perspektif pembangunan seperti telah diuraikan di atas, pembangunan manusia tidak diukur dari pendapatan semata, tetapi dari indeks komposit yang disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Idealnya indeks tersebut mencakup sebanyak mungkin variabel sehingga benar-benar dapat mencerminkan berbagai segi kehidupan manusia yang sangat banyak dan kompleks. Tetapi ketersediaan data statistik membatasi hal itu. Keterbatasan tersebut di sisi lain membawa manfaat, yaitu kita tidak kehilangan fokus atas hakekat pembangunan manusia.

Pada tahap awal penyusunan indeks, pilihan diberikan pada tiga unsur penting/pilar utama/dimensi kehidupan manusia: usia harapan hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Indikator-indikator sebagai unsur-unsur pembentuk indeks tersebut harus dipilih dengan cermat agar dapat menangkap dengan baik berbagai dimensi dari pilihan-pilihan manusia.

Pertama, usia harapan hidup. Pilar ini diwakili oleh indikator usia harapan hidup pada waktu lahir. Pertimbangannya adalah usia yang panjang pada diri individu adalah tujuan tersendiri. Usia harapan hidup yang tinggi juga mencerminkan tingkat kesehatan dan gizi yang baik.

Kedua, pendidikan/ pengetahuan. Pilar ini diwakili oleh dua indikator, yaitu indikator melek huruf bagi orang dewasa dan indikator rata-rata lama bersekolah. Kemampuan

(13)

melek huruf ini dianggap sebagai langkah pertama atau jendela menuju ke dunia pengetahuan. Sedangkan rata-rata lama bersekolah merupakan indikator yang menunjukkan pentingnya pengetahuan dan keterampilan tingkat yang lebih tinggi. Ketiga, standar hidup. Informasi tentang akses terhadap sumber daya sangat langka. Oleh karena itu pilar ini diwakili oleh indikator/data yang tersedia yaitu pendapatan per kapita. Namun agar dapat diperbandingkan antar negara, angka tersebut (tingkat pendapatan per kapita) perlu disesuaikan daya belinya melalui konsep yang disebut dengan “purchasing power parity” (PPP). Penyesuaian perlu pula dilakukan untuk mencerminkan adanya “diminishing return of the income utility”.

Dimensi kehidupan lain di luar tiga pilar tersebut di atas tetap penting, tetapi untuk sementara tidak diukur, misalnya terkait dengan demokrasi, lingkungan, keadilan dan sebagainya. Dimensi lain tersebut belum memiliki data dan informasi yang memadai sehingga saat ini belum masuk dalam penghitungan IPM. Indeks pembangunan masa lalu mempunyai satu indikator dengan satuan ukuran tunggal, misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi, pendapatan per kapita diukur dengan satuan rupiah. Sementara itu indeks pembangunan manusia ini adalah indeks komposit/ gabungan yang masing-masing unsurnya mempunyai satuan ukuran yang berbeda. Usia harapan hidup diukur dengan tahun, melek huruf (literacy) diukur dengan persentase penduduk dewasa yang mampu membaca dan menulis, rata-rata lama bersekolah diukur dengan tahun, dan pendapatan per kapita diukur dengan rupiah (yang sudah disesuaikan). Untuk itu satuan ukuran bersama harus diciptakan, yaitu indeks dengan nilai antara 0 dan 1. Adapun proses penyusunannya adalah sebagai berikut. Pertama, IPM menentukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Misalnya untuk usia harapan hidup ditetapkan antara 25 s/d 85 tahun. Kemudian, dengan skala antara 0 s/d 1, diukur indeks capaian usia harapan hidup suatu negara/wilayah. Proses yang sama berlaku untuk indikator-indikator lainnya. Selanjutnya indeks komposit dihitung berdasarkan rata-rata indeks masing-masing pilar tersebut. (Lihat Kotak 1.1)

Sebagai angka rata-rata, seluruh indikator pembangunan manusia tersebut di atas kehilangan informasi yaitu distribusinya, baik dalam kaitannya dengan kelompok pendapatan, jender, ataupun wilayah. Ketimpangan, jika ada, tidak akan muncul dalam angka rata-rata. Oleh karena itu indeks yang terpisah perlu pula disusun.

Indikator-indikator seperti diuraikan tersebut di atas selalu disempurnakan, baik dengan menambah/ mengurangi/ atau mengganti indikator, maupun penyempurnaan metodologinya. Beberapa penyempurnaan yang terpenting sejak pertama disusun pada tahun 1990 adalah sebagai berikut.

Pertama, pendidikan. Awalnya diukur dari persentase penduduk dewasa yang mampu baca tulis. Indikator tersebut kemudian diperluas dengan indikator rata-rata lama bersekolah. Bobot masing-masing adalah dua pertiga untuk melek huruf dan sepertiga untuk rata-rata lama bersekolah. Hal ini merupakan pengakuan akan pentingnya

(14)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 5

KOTAK 1.1.

Pengukuran Pembangunan Manusia

Dimensi Umur Panjang dan Sehat

Angka tertinggi, sebagai batas atas untuk perhitungan indeks, adalah sebesar 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Perbedaan kinerja antara wilayah dengan usia harapan hidup terendah dengan tertinggi adalah 60 tahun. Pada tahun 2013, Provinsi Maluku Utara memiliki angka harapan hidup sebesar 66,97 tahun. Selisih antara usia harapan hidup Provinsi Maluku Utara dengan angka minimum tersebut di atas adalah 41,97 tahun. Angka 41,97 tahun tersebut dapat diumpamakan dengan “perjalanan yang sudah dilalui dari suatu jalan sepanjang 60 tahun”. Hal ini berarti Provinsi Maluku Utara telah berhasil mencapai sekitar dua per tiga perjalanan. Kinerja tersebut yang kemudian dihitung indeksnya menjadi 69,94.

Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan diukur dengan dua indikator yakni rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang telah dilalui oleh seseorang dalam menjalani pendidikan formal. Sementara angka melek huruf adalah persentase penduduk 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Kedua indikator tersebut digabung setelah masing-masing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga.

Batas maksimum untuk angka melek huruf dipakai 100 yang menggambarkan kondisi seluruh anggota masyarakat (100 %) mampu membaca dan menulis, dan nilai nol (0) yang mencerminkan sebaliknya. Pada tahun 2013, Provinsi Maluku Utara memiliki angka melek huruf 97,45. Hal ini berarti angka indeks melek huruf adalah sebesar 97,45.

Batas maksimum rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan minimum adalah 0 tahun. Pada tahun 2013, rata- rata lama sekolah di Provinsi Maluku Utara adalah 8,72 tahun. Hal ini berarti angka indeks rata-rata lama sekolah adalah sebesar 58,15. Dengan menggunakan bobot sepertiga untuk rata-rata lama sekolah dan dua per tiga untuk angka melek huruf maka diperoleh indeks pendidikan Provinsi Maluku Utara tahun 2013 sebesar 84,35.

(15)

Dimensi Standar Kehidupan

Standar kehidupan menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional, United Nations Development Programme (UNDP) memilih Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GRDP per capita) sebagai indikator standar hidup layak.

Untuk keperluan penghitungan IPM provinsi atau kabupaten/ kota, data dasar PDRB per kapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena indikator ini bukanlah merupakan ukuran yang peka untuk mengukur pergerakan daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan indikator konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama. Sumber data yang digunakan diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor dan Modul. Badan Pusat Statistik (BPS) menghitungnya dengan menggunakan formula Atkinson.

Penghitungan indeks daya beli (pengeluaran konsumsi per kapita disesuaikan) menggunakan batas maksimum sebesar Rp 732.720,- dan sejak tahun 2002, penghitungan PPP untuk batas minimum sebesar Rp 360.000,- dan nilai riilnya sebesar Rp 300.000,- mengikuti kondisi paska krisis ekonomi. Provinsi Maluku Utara memiliki pengeluaran riil perkapita sebesar Rp 609.261,-. Hal ini berarti angka indeks daya beli Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar 57,60.

Indeks Pembangunan Manusia

lndeks Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang unsur-unsurnya terdiri dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli. Angka IPM dihitung dengan menggunakan rata-rata sederhana dengan rumus:

IPM = 1/3 [X(1)+X(2)+X(3)]

dimana

X(1) = Indeks Kesehatan

X(2) = Indeks Pendidikan

X(3) = Indeks Daya Beli

Angka indeks kesehatan di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 69,94, angka indeks pendidikan 84,35 dan indeks daya beli adalah 57,60. Dengan demikian angka IPM di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 adalah 70,63.

(16)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 7

Kedua, standar kehidupan. Indikator ini diukur dari pendapatan per kapita dengan satuan dolar yang sudah disesuaikan daya belinya. Penyesuaian utamanya terkait dengan konsep “diminishing return of the income utility”. Pertanyaan yang muncul adalah pada tingkat pendapatan berapa manfaat tambahan pendapatan tersebut mulai turun. Pada awalnya batas tersebut ditetapkan pada garis kemiskinan negara-negara maju (sesudah disesuaikan dengan daya belinya). Kemudian batas tersebut diganti dengan rata-rata pendapatan per kapita negara maju, juga disesuaikan dengan daya belinya.

Ketiga, menyangkut perubahan metodologi yang berlaku untuk seluruh pilar/dimensi pembangunan manusia, yaitu batas atas dan batas bawah yang dipergunakan untuk menyusun indeks. Pada awalnya batas atas ditetapkan pada tingkat negara dengan capaian tertinggi dan batas bawah pada tingkat negara dengan capaian terendah. Pendekatan ini bermasalah karena IPM suatu negara dapat berubah bukan disebabkan capaian pilar-pilar yang berubah tetapi semata karena perubahan pada nilai batas atas dan batas bawah negara lain. Untuk mengatasi permasalahan ini batas atas dan bawah ditetapkan dalam perspektif kurun waktu yang panjang, misalnya 30 tahun yang lampau sampai 30 tahun ke depan. Melalui ukuran IPM ini, masyarakat dapat memonitor perkembangannya, dan pemerintah dapat diminta pertanggungjawaban atas kinerjanya.

1.2. Gambaran Secara Umum Capaian IPM di Indonesia

Usaha Pemerintah Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya, khususnya setelah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 tercermin dalam

GAMBAR 1.1.

Perkembangan Nilai IPM Indonesia Periode 2004-2013

Sumber : BPS

68,70

73,81

66 69 72 75 78

66 69 72 75 78

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Indonesia

(17)

tingkat capaian IPM Indonesia yang selalu meningkat setiap tahunnya setelah krisis tersebut.

Program Pemerintah Indonesia dalam melakukan pembangunan manusia tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Pendek (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang memfokuskan pada pengentasan kemiskinan, baik pencegahan maupun pengurangan jumlah kemiskinan. Program-program yang telah dijalankan diantaranya adalah program dalam rangka pengurangan/perlambatan jumlah penduduk miskin seperti program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras untuk rakyat miskin (Raskin), dan program dalam rangka pencegahan penduduk miskin dengan penguatan ekonomi penduduk dan peningkatan kualitas penduduk seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dan Wajib Belajar 9 tahun. Pada tahun 2004, IPM Indonesia sebesar 68,70 dan terus meningkat sampai dengan tahun 2013 menjadi sebesar 73,81.

1.3 Tujuan dan Sistematika Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara 2013 adalah untuk menilai (assess) kemajuan pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara, melihat tantangan-tantangan yang dihadapinya, serta arah kebijakan yang perlu diambil untuk meningkatkan kinerja pembangunannya. Penulisan pubikasi ini akan dibagi menjadi 6 (enam) bab. Setelah bab pertama yang berisi Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia, Bab II akan membahas tentang Pembangunan Manusia saat ini di Provinsi Maluku Utara. Bab II tersebut merupakan pengantar untuk pembahasan yang lebih mendalam pada masing-masing dimensi pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara. Bab III, IV, dan V, akan membahas Pendidikan, Kesehatan, dan Tingkat Hidup yang Layak di Provinsi Maluku Utara. Terakhir pada Bab VI, berisi Kesimpulan dan Saran. Publikasi ini dilengkapi pula dengan lampiran-lampiran yang terkait dengan data komponen IPM Provinsi/ Kabupaten/Kota.

(18)

2

PEMBANGUNAN MANUSIA

PROVINSI MALUKU UTARA

(19)

BA

B

Bab ini membahas status pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara dan menyajikan secara ringkas capaian-capaian pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, serta standar hidup yang layak. indikator capaian pembangunan manusia, sebagaimana diukur menggunakan IPM, akan dibahas dalam konteks komparatif secara wilayah (regional) dengan harapan dapat memberikan perbandingan capaian pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara dengan provinsi lainnya di Indonesia.

2.1 Sekilas Provinsi Maluku Utara

Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia Timur setelah mekar dari Provinsi Maluku pada tahun 1999. Provinsi yang biasa disingkat sebagai “Malut” ini merupakan provinsi kepulauan, terdiri dari pulau-pulau dengan yang terbesar adalah Pulau Halmahera. Letaknya berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan diapit oleh dua pulau besar, yaitu Papua dan Sulawesi, dan terletak antara 3° LU dan 3° LS dan antara 124° dan 129° BT.

Luas wilayah Maluku Utara sebesar 145.801,10 km2 dimana 45.069,66 km2 merupakan

daratan. Wilayah Maluku Utara memiliki perbedaan waktu 2 jam lebih cepat dari Jakarta karena berada pada wilayah Waktu Indonesia Timur (WIT). Maluku Utara memiliki 5 gunung api yang masih aktif, yaitu Gunung Dukono di Halmahera Utara, Ibu dan Gamkonora di Halmahera Barat, Gamalama di Ternate dan Makian di Halmahera Selatan. Gunung Sibela merupakan gunung tertinggi di Maluku Utara, dengan ketinggian 2.110 m di atas permukaan laut yang terletak di Halmahera Selatan. Terdapat sekitar 12 danau di wilayah Maluku Utara, salah satu yang terkenal adalah Danau Tolire yang terletak di Ternate dengan kedalaman sekitar 50 m. Sebanyak 50 sungai mengaliri wilayah Maluku Utara.

Keadaan iklim di Provinsi Maluku Utara cukup baik untuk sektor pertanian karena memiliki curah hujan yang cukup baik. Pada semester I (Januari-Juni) baik untuk penanaman tanaman basah seperti padi sawah dan sayuran dikarenakan curah hujan yang cukup banyak. Sedangkan semester selanjutnya, sebagian dapat digunakan untuk menanam tanaman kering seperti jagung, ubi kayu dan ubi jalar dikarenakan intensitas curah hujan yang berkurang.

Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara mencakup 8 kabupaten dan 2 kota, yakni Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Kepulauan Sula, Halmahera

2

PEMBANGUNAN MANUSIA

PROVINSI MALUKU UTARA

(20)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 11

Ternate dan Kota Tidore Kepulauan. Halmahera Selatan merupakan kabupaten yang memiliki kecamatan terbanyak (30 kecamatan), sedangkan Pulau Morotai memiliki kecamatan paling sedikit (5 kecamatan).

Pemerintahan Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 dipimpin oleh Gubernur KH. Abdul Ghani Kasuba, Lc dengan Wakil Gubernur M. Natsir Thaib, sedangkan DPRD Provinsi Maluku Utara diketuai oleh H. Syaiful Bahri Ruray, SH, M.Si. Komposisi keanggotaan DPRD Provinsi Maluku Utara didominasi oleh Partai Golkar sebagai partai pemenang pada pemilu 2009, yaitu sebanyak 10 orang, diikuti oleh Partai Demokrat dan PDI Perjuangan masing-masing sebanyak 5 orang, PKS, PAN dan PBB masing-masing sebanyak 4 orang, dan partai lainnya dengan anggota sebanyak 2 dan 1 orang.

Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit bila dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Jumlah penduduk sebesar 1.114.897 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 34,84 jiwa/km2 pada tahun 2013 dan laju pertumbuhan

penduduk yang relatif tinggi, yakni rata-rata 2,24 persen sepanjang periode 2000-2013. Kabupaten Halmahera Timur memiliki kepadatan penduduk terendah yakni sebesar 12,25 jiwa/km2 sementara Kota Ternate memiliki kepadatan penduduk tertinggi yakni

1.819,98 jiwa/km2.

Pendidikan rata-rata penduduk secara umum pada tahun 2013 cukup baik jika dibandingkan dengan capaian provinsi lainnya di Indonesia dan masih menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Data menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di Provinsi Maluku Utara sebesar 8,72 tahun. Capaian ini mengindikasikan bahwa secara rata-rata program Wajib Belajar 9 tahun belum tercapai di provinsi ini, penduduk Provinsi Maluku Utara baru mencapai pendidikan sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 2 saja. Apabila dibandingkan dengan capaian Indonesia secara umum, nilai indikator ini sudah mencapai nilai sebesar 8,14 tahun sehingga dapat dikatakan bahwa capaian indikator rata-rata melek huruf Provinsi Maluku Utara sudah cukup baik meski belum mencapai target program Wajib Belajar

9 tahun.

Dilihat dari pendidikan penduduk berusia 10 tahun ke atas pada tahun 2013, terlihat bahwa persentase pendidikan penduduk 10 tahun ke atas terbesar adalah Sekolah Dasar (SD) sebesar 29,38 persen, tidak memiliki ijazah sebesar 22,68 persen, dan Sekolah Menengah

Tabel 2.1.

Perbandingan Tingkat Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara dan Indonesia, 2013

Sumber : BPS

Komponen Maluku Utara Indonesia (1) (2) (3)

Harapan Hidup (tahun) 66,97 70,07 Angka Melek Huruf (%) 97,45 94,14 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 8,72 8,14 Pengeluaran Riil Perkapita (Rp.000) 609,26 643,36

IPM 70,63 73,81

(21)

(SM) sebesar 20,83 persen.

Capaian indikator angka melek huruf di Provinsi Maluku Utara relatif cukup baik, yaitu mencapai 97,45 persen. Meskipun sudah tergolong cukup baik, sebagai salah satu provinsi muda, Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara sebaiknya tetap berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan penduduk Provinsi Maluku Utara agar dapat lebih bersaing dengan provinsi lainnya di Indonesia.

Di bidang ekonomi, Provinsi Maluku Utara masih perlu mengejar ketertinggalan dari provinsi lainnya di Indonesia. PDRB Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 atas dasar harga yang berlaku dan atas dasar harga konstan adalah sebesar 7,73 triliun rupiah dan 3,66 triliun rupiah. Apabila angka tersebut dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) maka dapat terlihat bahwa produktivitas ekonomi Provinsi Maluku Utara masih tertinggal dibandingkan dengan provinsi lainnya, atau merupakan yang terendah kedua setelah Provinsi Gorontalo. Sebagai provinsi muda, Provinsi Maluku Utara perlu mengoptimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan produktivitas ekonomi yang diukur melalui PDRB, seperti potensi pada subsektor perikanan dan perkebunan.

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai rata-rata pertumbuhan ekonomi seluruh provinsi, sudah mengalami kemajuan. Pada tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara melambat dibandingkan tahun 2012 namun masih berada di atas laju pertumbuhan Indonesia. Fenomena yang

GAMBAR 2.2.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2001-2013

GAMBAR 2.1.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Kawasan Sulampua Tahun 2013

(22)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 13

Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 adalah melambatnya produktivitas sektor pertanian.

Struktur perekonomian Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian menyumbang lebih dari sepertiga dari perekonomian, yaitu sebesar 33,77 persen kepada total PDRB. Sumbangan sektor-sektor lainnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,92 persen, sektor industri pengolahan sebesar 12,46 persen dan sektor lainnya kurang dari 10 persen.

2.2 Status Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara

Status pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara menunjukkan peningkatan setiap tahunnya meskipun dengan capaian yang masih rendah. Perkembangan IPM Provinsi Maluku Utara sejak tahun 2004 sampai dengan 2013 masih berada di bawah IPM Indonesia, hal ini menunjukkan

bahwa pembangunan manusia di provinsi ini masih

tertinggal dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia secara rata-rata. Dilihat dari peringkatnya, peringkat IPM Provinsi Maluku Utara pada tahun 2004 berada pada peringkat ke 26 tetapi sampai dengan

tahun 2013 menurun sampai ke peringkat 30. Penurunan peringkat ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara masih lambat sehingga tertinggal dibandingkan provinsi lainnya. Pada tahun 2004, IPM Provinsi Maluku Utara dan Indonesia memiliki jarak sebesar 2,34 poin dan semakin melebar sampai dengan tahun 2013 menjadi sebesar 3,18 poin. Reduksi shortfall IPM

GAMBAR 2.3.

Perkembangan IPM Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2004-2013

Sumber : BPS

GAMBAR 2.4.

Perkembangan Reduksi Shortfall Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2005-2013

Sumber : BPS

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Indonesia Maluku Utara

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(23)

Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012-2013 sebesar 2,16 lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang sebesar 1,97. Dengan nilai reduksi shortfall yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perkembangan capaian pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sudah lebih baik daripada beberapa tahun sebelumnya lebih rendah dibandingkan Indonesia.

IPM Provinsi Maluku Utara menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2004 nilai IPM Provinsi Maluku Utara sebesar 66,35 dan pada tahun 2013 menjadi sebesar 70,63 atau meningkat hanya 4 poin dalam kurun waktu 9 tahun. Kenaikan IPM ini menarik untuk dicermati, mengingat saat memekarkan diri dari Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara terdiri dari kabupaten yang seluruhnya merupakan daerah perdesaan dengan akses transportasi yang sangat terbatas sehingga banyak desa yang dapat dikategorikan terisolir.

Melihat pada pertumbuhan IPM yang positif (meningkat) setiap tahunnya, pemekaran provinsi ini nampaknya berhasil dalam pengelolaan pembangunan khususnya yang berorientasi pada pembangunan manusia lebih baik. Meskipun perkembangan IPM Provinsi Maluku Utara selalu positif, namun status pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara saat ini masih berada pada tingkat yang relatif rendah dibandingkan capaian provinsi lainnya di Indonesia. IPM yang dihitung berdasarkan data tahun 2013, mencapai angka 70,63 atau masih berada di bawah rata-rata Indonesia yang mencapai angka 73,81.

Dalam peringkat secara nasional, Pada tahun 2013 Provinsi Maluku Utara menduduki

GAMBAR 2.5.

IPM di Kawasan Sulampua Tahun 2013

Sumber : BPS

GAMBAR 2.6.

Indeks Komponen IPM Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

60,00 70,00 80,00

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli

(24)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 15

kawasan Sulampua berada di peringkat 8 dari 10 provinsi, berada di atas Provinsi Papua Barat dan Papua, setingkat di bawah Provinsi Sulawesi Barat. Apabila Provinsi Maluku Utara mampu mempertahankan nilai reduksi shortfall yang tinggi maka pada beberapa tahun ke depan akan dapat mengejar ketertinggalan pembangunan manusia dari provinsi lainnya. Dilihat dari komponen pembentuk IPM Provinsi Maluku Utara, terlihat bahwa peningkatan nilai indeks pada tahun 2013 terjadi pada seluruh komponen. Nilai komponen yang tertinggi adalah Indeks Pendidikan dengan nilai indeks sebesar 84,35, Indeks Kesehatan berada pada posisi kedua dengan nilai indeks 69,94 dan Indeks Daya Beli berada pada posisi terakhir dengan nilai indeks sebesar 57,60. Nilai indeks ini menunjukkan bahwa capaian pembangunan manusia di bidang pendidikan relatif lebih baik dibandingkan bidang kesehatan dan ekonomi.

Melihat capaian pembangunan manusia di tahun 2013 antara Provinsi Maluku Utara dengan Indonesia sebagai rata-rata provinsiterlihat bahwa capaian pembangunan manusia Provinsi Maluku Utara masih lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. Capaian yang lebih rendah ini terjadi pada dua komponen pembentuk IPM, yaitu Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli sedangkan capaian Indeks Pendidikan Provinsi Maluku Utara lebih baik dibandingkan Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena pada saat pemekaran provinsi ini, seluruh wilayahnya merupakan perdesaan dengan akses transportasi yang sulit sehingga banyak desa yang tergolong terisolir. Dengan menjaga nilai reduksi shortfall tetap tinggi dengan berfokus pada area Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli maka akan membantu Provinsi Maluku Utara untuk mengejar ketertinggalan capaian pembangunan manusia

GAMBAR 2.7.

Indeks Komponen IPM Provinsi Maluku Utara Tahun 2012-2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 2.8.

Indeks Komponen IPM Indonesia dan Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli 2012 2013

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli Indonesia

Maluku Utara

(25)

dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia.

Pembangunan manusia sudah selayaknya seimbang dalam membangun kemampuan pendidikan, kualitas kesehatan, dan daya beli. Oleh karena itu, strategi yang dapat diambil oleh Pemerintah Daerah adalah dengan menjaga capaian di bidang pendidikan yang sudah cukup baik dan berfokus pada meningkatkan area kesehatan dan daya beli karena memiliki nilai indeks yang masih rendah melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Komponen IPM terendah di Provinsi Maluku Utara adalah Indeks Daya Beli yang memiliki nilai indeks 57,60. Melihat kepada struktur perekonomian Provinsi Maluku Utara didominasi oleh sektor pertanian yang menyumbang lebih dari sepertiga kue perekonomian, yaitu sebesar 33,77 persen, disusul oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 26,92 persen dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 12,46 persen. Dilihat dari struktur ketenagakerjaan di provinsi ini terlihat bahwa lapangan pekerjaan utama yang digeluti oleh setengah penduduk Provinsi Maluku Utara adalah sektor pertanian. Oleh karena itu dari kedua indikator ini dapat disimpulkan bahwa peran sektor pertanian begitu penting dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk Provinsi Maluku Utara, sehingga dengan strategi pengambilan kebijakan yang berpihak pada sektor pertanian akan mampu meningkatkan kesejahteraan sebagian besar penduduk di Provinsi Maluku Utara. Melalui keberpihakan kebijakan terhadap sektor

GAMBAR 2.9.

Distribusi PDRB Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 2.10.

Penduduk 15+ Bekerja di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

(26)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 17

melalui komponen Indeks Daya Beli.

2.3 Menempatkan Pertanian dalam Pembangunan Manusia

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 2013, sektor ini menyumbang sekitar 33,77 persen pada kue perekonomian daerah (PDRB) dan memberikan kesempatan kerja kepada 47,83 persen angkatan kerja di Provinsi Maluku Utara. Dilihat dari kedua data ini dapat diketahui bahwa peranan sektor pertanian sangat penting bagi perekonomian Provinsi Maluku Utara sehingga layak didukung dengan kebijakan Pemerintah Daerah yang berpihak terhadap sektor pertanian.

Sektor pertanian mempunyai andil besar untuk mengangkat kesejahteraan setengah penduduk Provinsi Maluku Utara. Produksi komoditas pertanian seperti tanaman pangan padi, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, dan kacang tanah di Provinsi Maluku Utara perlu lebih ditingkatkan lagi. Gambaran yang hampir sama juga ditemui hampir di semua komoditas di sub sektor perkebunan rakyat dan perikanan. Potensi Provinsi Maluku Utara di subsektor perikanan perlu digali untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Peningkatan produksi dan pemasaran sektor pertanian adalah kunci untuk meningkatkan pembangunan sektor pertanian dan akan bermuara kepada pembangunan manusia di Provinsi Maluku Utara.

(27)

3

PENDIDIKAN DAN LITERASI

(28)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 19

BA

B

Pendidikan dan literasi memainkan peran instrumental dalam pembangunan manusia. Indikator-indikator sederhana yang meliputi tingkat pendidikan rata-rata penduduk dan tingkat literasi (melek huruf) merupakan determinan penting IPM. Meski sekilas nampak sederhana, capaian indikator sederhana tersebut berimplikasi dalam hal kesiapan dan kapasitas manusia untuk berperan tidak hanya menjadi obyek pembangunan tetapi juga sekaligus menjadi subyek dan ultimate beneficiary pembangunan itu sendiri.

Berbagai permasalahan yang melingkupi pendidikan di Provinsi Maluku Utara saat ini adalah perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan. Desakan untuk menjawab tantangan permasalahan ini menjadi makin dirasakan setelah Indonesia mengikatkan diri melalui komitmen untuk mencapai sasaran Pembangunan Milenium (MDGs), yaitu angka partisipasi untuk pendidikan dasar (usia 7-15 tahun atau lama bersekolah 9 tahun) harus mencapai 100 persen pada tahun 2015 tanpa membedakan wilayah, status sosial ekonomi dan jenis kelamin.

Pada bab ini akan dibahas status pembangunan pendidikan di Provinsi Maluku Utara berdasarkan data, indikator, dan analisisnya, khususnya dalam konteks kontribusinya terhadap capaian pembangunan manusia sebagaimana diukur dengan IPM. Namun, analisis akan disajikan lebih dari sekedar menjelaskan perannya dalam mempengaruhi IPM, tetapi dalam konteks pembangunan secara umum. Indikator yang digunakan merupakan alat ukur yang menunjukkan status pembangunan pendidikan, yaitu angka partisipasi sekolah1, rata-rata lama bersekolah2, angka melek huruf3, dan lainnya

sampai dengan sarana dan tenaga pendidikan. Telaah yang lebih luas ini diharapkan dapat memberi manfaat lebih jauh, khususnya dalam kaitan kepentingan perencanaan pembangunan di bidang pendidikan dan sumber daya manusia pada umumnya.

1 Dihitung berdasarkan populasi anak usia sekolah di satu wilayah dengan jumlah siswa yang terdaftar di sekolah formal. 2 Capaian secara rata-rata dalam tahun tingkat pendidikan yang diselesaikan.

3 Angka melek huruf di Indonesia dihitung berdasar usia penduduk di atas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis.

3

PENDIDIKAN DAN LITERASI

(29)

3.1 Taraf Pendidikan dan Literasi

Taraf pendidikan penduduk diukur dengan berbagai pendekatan. Cara yang cukup sederhana adalah dengan mengukur melek huruf dan rata-rata lama tahun bersekolah penduduk. Cara yang lebih rinci adalah dengan melakukan disagregasi dan pengelompokan penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang diselesaikannya. Angka Melek Huruf memberikan gambaran umum kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis. Angka rata-rata lama tahun bersekolah (mean years of schooling) memberikan gambaran umum secara agregat tingkat pendidikan yang diselesaikan dan tingkat keterampilan penduduk secara umum.

P e r k e m b a n g a n indikator pendidikan di Provinsi Maluku Utara sejak mekar dari Provinsi Maluku terlihat cukup menggembirakan. Indikator Angka Melek Huruf meningkat dari 95,16 persen pada tahun 2004 menjadi 97,45 persen pada tahun 2013. Capaian indikator angka melek huruf di Maluku Utara sudah lebih baik dibandingkan Indonesia sebagai rata-rata provinsi. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat literasi/melek huruf di Maluku Utara sudah baik atau hampir seluruh penduduk Provinsi Maluku Utara sudah bisa membaca dan menulis. Kondisi yang baik ini juga dapat terlihat pada indikator Rata-Rata Lama Sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas. Angka rata-rata melek huruf menunjukkan seberapa tinggi capaian pendidikan penduduk secara rata-rata. Angka indikator melek huruf pada tahun 2004 tercatat sebesar 8,50 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,72 tahun. Angka ini menunjukkan

GAMBAR 3.2.

Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Indonesia dan Provinsi Maluku Utara, 2004-2013

GAMBAR 3.1.

Perkembangan Angka Melek Huruf Indonesia dan Provinsi Maluku Utara, 2004-2013

Sumber : BPS

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Indonesia Maluku Utara

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(30)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 21

penduduk Provinsi Maluku Utara secara rata-rata tidak mengalami banyak perubahan dalam rentang waktu 9 tahun terakhir yaitu hanya mencapai tingkat pendidikan SMP kelas 2, atau dengan kata lain program Wajib Belajar (WAJAR) 9 tahun belum tercapai di Provinsi Maluku Utara. Peningkatan tingkat pendidikan penduduk ini sudah selayaknya perlu ditingkatkan dengan menambahkan program-program pendidikan seperti beasiswa pendidikan dan bantuan untuk siswa dengan keluarga tidak mampu agar bisa terus bersekolah sampai dengan jenjang pendidikan yang tinggi.

Melihat pada perbandingan indikator pendidikan antar kabupaten/kota di Maluku Utara dapat diketahui bahwa secara umum, kemampuan untuk bisa membaca dan menulis di semua kabupaten/kota di Maluku Utara sudah cukup baik (lebih dari 90 persen). Persentase penduduk dengan tingkat melek huruf tertinggi pada tahun 2013 adalah Kota Ternate dengan nilai 99,56 persen dan tertinggi kedua adalah Kabupaten Halmahera

Utara dengan nilai 97,91 persen. Sedangkan posisi terendah adalah Kabupaten Pulau Taliabu yang memiliki nilai 94,55 persen dan Kabupaten Pulau Morotai berada di peringkat kedua terbawah dengan nilai 95,45 persen.

Dilihat dari indikator rata-rata lama sekolah yang mencerminkan rata-rata tingkat pendidikan yang dicapai penduduk di suatu wilayah dan menunjukkan pentingnya pendidikan penduduk untuk

sampai ke jenjang yang tinggi agar pembangunan bisa didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Rata-rata lama sekolah di Maluku Utara pada tahun 2013 tertinggi berada di Kota Ternate dengan nilai 11,24 tahun dan Kota Tidore Kepulauan dengan nilai 9,06 tahun. Sedangkan posisi terendah adalah Kabupaten Pulau Morotai dengan nilai 7,41 tahun dan Kabupaten Pulau

GAMBAR 3.4.

Rata-Rata Lama Sekolah di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 3.3.

Angka Melek Huruf di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

(31)

Taliabu dengan nilai 7,66 tahun, yang mencerminkan bahwa

secara rata-rata penduduk di Kabupaten Pulau Morotai hanya menamatkan jenjang pendidikan SMP kelas pertama. Angka ini menunjukkan bahwa Kabupaten Pulau Morotai masih tertinggal dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara dalam hal jenjang pendidikan yang diselesaikan oleh penduduknya. Pengelompokan penduduk menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Maluku Utara tahun 2013 menunjukkan gambaran yang kurang begitu menggembirakan, adalah

ditunjukkan dengan masih tingginya persentase penduduk tidak memiliki ijazah sekolah dasar (tidak/belum bersekolah) yang mencapai 22,68 persen, sementara mereka yang berpendidikan SD sederajat sebesar 29,38 persen, SMP sederajat sebesar 17,95 persen, SMA sederajat sebesar 22,85 persen, dan pendidikan di atas D1 hanya sebesar 7,14 persen saja. Dari data ini menunjukkan bahwa di Provinsi Maluku Utara masih kekurangan SDM yang berkualitas dengan pendidikan tinggi di dalam angkatan kerjanya. Melihat pada kondisi SDM saat ini, nampaknya apabila Pemerintah Provinsi Maluku Utara berfokus dan mengunggulkan sektor pertanian dalam tema pembangunan daerahnya cukup tepat karena di sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dari segala jenjang pendidikan. Namun demikian, untuk lebih mendukung perkembangan sektor pertanian ke arah yang lebih maju dan modern, pelatihan dan penyuluhan akan sangat diperlukan sejalan dengan meningkatnya tantangan yang muncul seiring kemajuan sektor pertanian, seperti modernisasi pertanian dan agribisnis.

GAMBAR 3.6.

Partisipasi Sekolah di Provinsi Maluku Utara menurut Kelompok Usia, Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 3.5.

Persentase penduduk 10+ menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

0

(32)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 23

3.2 Akses dan Pemerataan Pendidikan

Taraf pendidikan yang cukup baik memiliki akar langsung pada akses dan pemerataan pendidikan. Perbandingan dengan Indonesia sebagai rata-rata provinsi, menunjukkan bahwa akses dan pemerataan pendidikan di Provinsi Maluku Utara juga cukup baik. Gambaran taraf pendidikan rata-rata di Provinsi Maluku Utara tercerminkan dengan sangat baik pada gambaran umum pendidikan pada saat ini. Data tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 98,02 persen penduduk usia sekolah dasar, 7-12 tahun, di Provinsi Maluku Utara sedang menempuh pendidikan. Angka Partisipasi Sekolah (APS)ini menggambarkan persentase usia SD yang sedang belajar di SD dan sederajat. Angka partisipasi penduduk usia sekolah dasar ini sudah cukup baik karena hampir seluruh penduduk usia sekolah dasar di Provinsi Maluku Utara sedang bersekolah. Capaian ini perlu ditingkatkan karena angka partisipasi ini masih lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia yang sebesar 98,42 persen.

APS penduduk kelompok usia jenjang pendidikan di atasnya, yakni kelompok usia 13-15 tahun, usia sekolah SMP dan sederajatnya, di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 mencapai 93,40 persen. Angka partisipasi ini sudah lebih baik dibandingkan APS Indonesia yang sebesar 90,81 persen. Meskipun sudah lebih baik, namun APS 13-15 tahun ini masih lebih rendah dibandingkan APS 7-12 tahun sehingga Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara perlu untuk mendorong penduduk untuk melanjutkan sekolahnya dari SD sampai ke jenjang SMP melalui kebijakan pendidikan seperti beasiswa atau bantuan untuk siswa tidak mampu.

APS penduduk kelompok usia jenjang SMA dan sederajatnya, yakni kelompok usia 16-18 tahun, di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 baru mencapai 69,04 persen. Kondisi ini hampir sama dengan APS 13-15 tahun yang juga meskipun sudah lebih baik dari APS 16-18 tahun Indonesia yang sebesar 63,84 persen, namun capaiannya masih rendah. Pemerintah Daerah perlu untuk mengejar ketertinggalan ini agar dapat meningkatkan kualitas SDM untuk mengisi ketenagakerjaan di Provinsi Maluku Utara. Persentase penduduk kelompok usia jenjang Diploma, Perguruan Tinggi dan sederajatnya, yakni kelompok usia 19-24 tahun, hanya sebesar 26,42 persen. Penduduk di kelompok usia pendidikan ini merupakan calon tenaga kerja yang terdidik dan terampil. Pada kelompok usia ini, APS penduduk Provinsi Maluku Utara juga sudah lebih baik dari APS 19-24 tahun Indonesia yang sebesar 20,14 persen, namun capaiannya masih rendah.

Merujuk pada angka-angka yang dipaparkan di atas, perhatian serius perlu diberikan dalam mendorong penduduk untuk bersekolah sampai di jenjang menengah dan lanjut, khususnya di jenjang SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Tingkat partisipasi sekolah yang mulai menurun signifikan di jenjang SMP sederajat, lebih lanjut menjadi lebih curam di jenjang SMA sederajat dan di jenjang Perguruan Tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh keberadaan fasilitas pendidikan tingkat menengah dan lanjut di kabupaten yang biasanya hanya sampai tingkat kecamatan sehingga mengakibatkan akses ke fasilitas pendidikan sangat tergantung kepada keberadaan dan lokasinya terhadap lokasi keberadaan penduduk. Peningkatan akses transportasi dari dan menuju

(33)

ke fasilitas pendidikan akan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan ini disamping membangun fasilitas pendidikan baru yang lebih dekat terhadap jangkauan penduduk.

Dorongan Pemerintah Provinsi Maluku Utara terhadap penduduknya agar mau menempuh pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi dapat diberikan melalui kebijakan sekolah gratis, beasiswa, dan bantuan siswa kurang mampu hingga mencapai jenjang pendidikan menengah dan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Peningkatan pendidikan SDM Provinsi Maluku Utara ini adalah merupakan suatu bentuk penanaman modal dari Pemerintah Provinsi Maluku Utara yang akan dirasakan manfaatnya di masa yang akan datang.

(34)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 25

4

KESEHATAN

(35)

BA

B

Kesehatan merupakan faktor penting pembangunan manusia dan menjadi dasar bagi pembangunan bidang lainnya. Manusia yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan people centered development. Mengingat peran sangat penting kesehatan dalam pembangunan manusia serta dalam upaya mewujudkan people centered development, maka investasi sumber daya manusia melalui kesehatan harus dilakukan dengan pendekatan siklus hidup (lifecycle approach), yang dimulai sejak sebelum bayi itu lahir sampai dengan tumbuh menjadi calon generasi yang sehat.

Status kesehatan memberikan suatu kemampuan kepada seseorang untuk menjadi lebih produktif, dan dengan demikian mempunyai daya saing dalam pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak. Kesehatan yang rendah tidak akan memberikan sumbangan terhadap produktivitas dan daya saing sebagai pekerja. Jika peningkatan kualitas penduduk diabaikan, besar kemungkinan penduduk yang produktif menjadi tidak produktif, bahkan menjadi beban. Bahkan beban ini semakin besar, jika yang benar-benar produktif hanya sebagian kecil dari kelompok usia produktif. Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut, maka akan berdampak pada kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.

Indonesia telah menyusun Visi Indonesia 2030, yaitu akses pendidikan dan kesehatan yang merata untuk mewujudkan kualitas SDM yang produktif dan berdaya saing global. Di bidang kesehatan, Visinya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang sadar untuk hidup sehat; serta Akses yang merata baik dari sisi pelayanan dasar maupun pembiayaan kesehatan. Misi yang diemban: 1) Membentuk masyarakat Indonesia yang sadar untuk hidup sehat-secara fisik dan mental, 2) Pemerataan akses kesehatan, meliputi ketersediaan infrastruktur, sistem pembiayaan dan pelayanan.

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi tujuan pembangunan milenium yang dicanangkan oleh PBB. Pada aspek pembangunan kesehatan target yang dituju sangat spesifik dan terukur, yaitu mengurangi Angka Kematian Anak (mengurangi hingga dua-per-tiga tingkat kematian anak dibawah usia 5 tahun), meningkatkan kesehatan ibu (menurunkan 3/4-nya Angka Kematian lbu di Indonesia), serta mengurangi hingga setengahnya proporsi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.

Berbagai indikator kinerja pembangunan kesehatan secara umum menunjukkan status kesehatan Indonesia membaik, yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan

4

KESEHATAN

(36)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 27

Namun demikian, masih tersisa berbagai permasalahan dan tantangan. Berbagai indikator utamanya indikator terkait upaya mencapai berbagai target MDGs merupakan hal kritis yang memerlukan perhatian.

Dalam konteks Provinsi Maluku Utara, kompleksitas permasalahan kesehatan yang dihadapi hampir sama dengan yang dihadapi penduduk provinsi lainnya. Angka harapan hidup di Provinsi Maluku Utara masih lebih rendah jika dibandingkan dengan angka Indonesia sebagai rata-rata. Penolong proses kelahiran oleh tenaga kesehatan masih rendah. Penduduk yang memiliki keluhan kesehatan masih relatif tinggi. Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan sebagai akibat dari keterbatasan fasilitas kesehatan, sumber daya manusia tenaga kesehatan baik dalam kuantitas maupun kualitas terutama untuk dokter, bidan desa dan perawat.

Selain itu akses terhadap pelayanan kesehatan (modern) juga masih tergolong rendah, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu, dan atau yang tinggal di daerah tertinggal/terpencil/sulit dijangkau. Akses yang mereka perlukan tidak hanya dari segi keterjangkauan ke lokasi fasilitas kesehatan, tetapi juga dari segi dana dan pelayanan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan menyangkut budaya/perilaku untuk hidup sehat, pemeliharaan kesehatan lingkungan juga masih kurang. Penanganan masalah kesehatan tidak dapat dilakukan secara sekaligus, terkait dengan segala keterbatasan yang ada baik menyangkut pendanaan dan sumberdaya yang tersedia. Dengan kondisi seperti itu, maka prioritas program dan kegiatan perlu dilakukan. Penanganan masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun fasilitas kesehatan, namun perlu diiringi dengan kualitas pelayanan kesehatan yang baik dan menjaga kesehatan lingkungan. Kualitas kesehatan yang baik tidak hanya ditunjang oleh ketersediaan pendanaan yang memadai, namun juga oleh ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan yang berkualitas. Tidak sedikit fasilitas kesehatan dibangun, tapi tidak tersedia pelayanan kesehatan karena tidak ada tenaga kesehatan. Selain itu, kualitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari pengelolaan pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, dalam hal pemberian pelayanan di rumah sakit umum, perlu dikelola dengan baik sehingga tidak perlu memakan waktu menunggu yang terlalu lama.

Mengingat kesehatan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas manusia, merupakan suatu keharusan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang masih terus melingkupinya. Bab ini membahas aspek kesehatan terkait dengan permasalahan dan isu strategis di Provinsi Maluku Utara, khususnya dalam konteks kontribusi kesehatan terhadap capaian pembangunan manusia. Meskipun IPM untuk kesehatan hanya diukur dari Angka Harapan Hidup, karena indikator kesehatan lain lebih sulit untuk diperoleh datanya, namun perlu membahas indikator status kesehatan lainnya dalam rangka meningkatkan Angka Harapan Hidup. Indikator yang akan dibahas berdasarkan data yang tersedia antara lain morbiditas1, penolong proses kelahiran,

1 Morbiditas didefinisikan sebagai adanya keluhan kesehatan yang mengganggu aktifitas sehari-hari. Susenas menanyakan 2 pertanyaan yaitu (i) adanya keluhan atau gangguan kesehatan, dan (ii) apakah keluhan tersebut mengganggu aktifitas sehari-hari.

(37)

fasilitas sanitasi, sampai dengan fasilitas dan tenaga kesehatan.

Status kesehatan penduduk diukur dengan berbagai cara, baik langsung maupun tidak langsung. Umumnya indikator untuk mencerminkan status kesehatan diperoleh secara tidak langsung menggunakan estimasi tertentu, mengingat data kematian sulit diperoleh. Indikator yang sering digunakan untuk mencerminkan status kesehatan adalah mortalitas, status gizi dan morbiditas. Sampai saat ini data untuk mengukur status kesehatan tersebut sulit diperoleh, karena

sifat kejadian insidentil dan tersebar di masyarakat, sistem registrasi belum berjalan dengan baik, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelaporan setiap kejadian tersebut juga masih rendah.

Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mencerminkan status kesehatan dalam pencapaian IPM adalah Angka Harapan Hidup. Angka ini mencerminkan rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang sejak lahir. Angka Harapan Hidup tinggi akan dicapai jika penduduk mempunyai derajat kesehatan yang baik.

Berdasarkan data indikator Angka Harapan Hidup Provinsi Maluku Utara, dari tahun 2004 sampai dengan 2013 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka Harapan Hidup tahun 2004 sebesar 63,30 tahun dan meningkat menjadi 66,97 tahun pada tahun 2013. Peningkatan indikator ini menunjukkan bahwa setiap tahun derajat kesehatan penduduk Provinsi Maluku Utara meningkat.

Selain perkembangan indikator Angka Harapan Hidup, juga perlu dilihat capaian di tingkat kabupaten/kota di Maluku Utara. Nilai indikator Angka Harapan Hidup

GAMBAR 4.1.

Angka Harapan Hidup Indonesia dan Provinsi Maluku Utara Tahun 2004-2013

Sumber : BPS

GAMBAR 4.2.

Angka Harapan Hidup di Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

66,97

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(38)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 29

Kabupaten Pulau Taliabu dengan nilai 64,74 tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa status kesehatan penduduk di Kota Ternate memberikan sumbangan yang cukup tinggi dalam pencapaian IPM kota tersebut. Status Kota Ternate sebagai

daerah perkotaan dan fasilitas serta akses terhadap pelayanan kesehatan umumnya lebih baik memberikan derajat kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara.

Indikator angka harapan hidup berhubungan erat dengan indikator Angka Kematian Bayi. Tinggi rendahnya nilai indikator Angka Kematian Bayi dipengaruhi oleh indikator lainnya, yaitu status kesehatan reproduksi yang meliputi persalinan oleh

tenaga kesehatan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2013, di Provinsi Maluku Utara menunjukkan bahwa penolong persalinan terbesar adalah oleh bidan yang mencapai 44,26 persen. Namun persentase persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin masih cukup tinggi, yaitu sebesar 40,85 persen. Sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dokter hanya sebesar 2,08 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari segi penolong persalinan, akses penduduk kepada tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, kualitas tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan lagi untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan tenaga kesehatan dalam menolong persalinannya.

Status kesehatan penduduk Provinsi Maluku Utara dilihat dari persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan terdapat sebesar 15,34 persen. Dilihat di tingkat kabupaten/kota, terlihat bahwa Kabupaten Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan merupakan wilayah dengan persentase penduduk yang memiliki

GAMBAR 4.3.

Persentase Penolong Persalinan Terakhir di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 4.4.

Persentase Penduduk yang memiliki Keluhan Kesehatan di Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

0

Bidan Dukun Bersalin Dokter Famili/ Keluarga

(39)

keluhan kesehatan tertinggi, yaitu sebesar 21, 96 persen dan 21,30 persen. Sedangkan wilayah dengan penduduk yang memiliki keluhan kesehatan terkecil adalah Kota Tidore Kepulauan yang hanya 10,16 persen.

Dilihat dari jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Provinsi Maluku Utara, saat ini sudah terdapat sebanyak 20 rumah sakit, 1 rumah sakit bersalin, 3 klinik/balai kesehatan, 119 puskesmas, dan 1.433 posyandu. Dengan jumlah ini maka pelayanan kesehatan di Provinsi Maluku Utara dapat berjalan dengan baik,

selain perlunya ditambah alat kesehatan yang modern dan memadai.

Sedangkan dilihat dari jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013, baru tersedia sebanyak 333 dokter. Sedangkan jumlah bidan terdapat sebanyak 1.389 orang. Jumlah tenaga kesehatan lainnya seperti perawat sebanyak 1.849 orang, farmasi 280 orang, ahli gizi 255 orang dan kesehatan masyarakat 133 orang. Jumlah tenaga kesehatan ini masih perlu penambahan khususnya dokter dan bidan, karena akan melayani penduduk di 112 kecamatan dan 1.104 desa di Provinsi Maluku Utara. Melihat pada kedua data yaitu fasilitas dan tenaga kesehatan di Provinsi Maluku Utara ini, maka strategi yang dapat diambil adalah dengan menambah jumlah tenaga kesehatan (khususnya dokter dan bidan) dan alat kesehatan modern di Provinsi Maluku Utara. Dengan meningkatkan jumlah bidan akan meningkatkan persentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan sehingga akan menurunkan angka kematian bayi. Secara garis besar, dengan strategi ini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih

GAMBAR 4.5.

Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 4.6.

Banyaknya Tenaga Kesehatan di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

0 500 1.000 1.500

0 500 1.000 1.500

Rumah Sakit

0 500 1000 1500 2000

0 500 1000 1500 2000

(40)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 31

Kondisi kesehatan penduduk Provinsi Maluku Utara

berhubungan erat dengan kondisi sanitasi di lingkungan perumahan tempat tinggal mereka. Berdasarkan data yang dihimpun BPS pada tahun 2013, tercatat bahwa masih ada sebesar 17,34 persen penduduk yang belum memiliki fasilitas tempat buang air besar. Hal ini perlu mendapatkan perhatian oleh Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara karena sangat pentingnya sarana ini untuk menjaga kebersihan lingkungan serta meningkatkan kualitas kesehatan penduduk.

GAMBAR 4.7.

Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Buang Air Besar di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

0 20 40 60

0 20 40 60

Bersama Umum Tidak ada Sendiri

(41)

5

KEHIDUPAN YANG LAYAK

(42)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 33

BA

B

Pembangunan manusia adalah proses untuk memperluas pilihan. Salah satu pilihan tersebut adalah untuk dapat hidup dengan layak dan hidup yang sesuai dengan pilihannya. Dalam bidang pekerjaan misalnya, seseorang ingin mempunyai kemampuan untuk memilih bekerja di lingkungan pemerintahan atau swasta; untuk tempat tinggal bisa memilih di dalam kota yang lebih dekat dengan kantor atau di pinggir kota yang lebih nyaman; untuk transportasi mampu memilih dengan mobil sendiri, atau angkutan umum, dan pilihan berbagai segi kehidupan lainnya. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa hakekat dari kesejahteraan manusia itu terletak pada kemampuan juga kebebasan dalam memilih.

Dalam paradigma pembangunan ini, pendapatan adalah alat untuk menguasai sumber daya agar dapat hidup dengan layak. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk mendukung standar hidup yang layak. Sumber daya atau barang dan jasa itu adalah sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan individu dari segi pendidikan, ketrampilan, kesehatan, kemampuan dalam pergaulan di masyarakat, dan lain sebagainya. Dalam konteks inilah, pendapatan sebagai pendekatan dari tingkat hidup yang layak, dipilih sebagai salah satu indikator pembangunan manusia.

Tetapi seringkali data indikator pendapatan ini sangat sulit didapatkan karena seringkali under estimate sehingga diperlukan sebuah indikator lainnya yang

dapat mendekati indikator pendapatan ini. Di dalam penghitungan IPM, digunakan

indikator Pengeluaran Perkapita Disesuaikan (Purchasing Power Parity) untuk mendekati indikator pendapatan.

Berdasarkan data indikator Pengeluaran Perkapita Disesuaikan di Provinsi Maluku Utara terlihat bahwa perkembangan indikator ini sejak tahun 2004 sampai dengan 2013 terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan

5

KEHIDUPAN YANG LAYAK

GAMBAR 5.1.

Perkembangan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan di Provinsi Maluku Utara Tahun 2004-2013

Sumber : BPS

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Maluku Utara Indonesia

(43)

ini mencerminkan bahwa tingkat pendapatan penduduk Provinsi Maluku Utara terus meningkat setiap tahunnya. Meskipun terus mengalami peningkatan, namun capaian

indikator pengeluaran perkapita disesuaikan Provinsi Maluku Utara pada

tahun 2013 yang sebesar 609,26 ribu rupiah masih tertinggal cukup jauh dari angka Indonesia yang sebesar 643,36 ribu rupiah. Selain melihat pada perkembangan indikator Pengeluaran Perkapita Disesuaikan, perlu juga dilihat

bagaimana capaian indikator ini pada di tingkat kabupaten/kota di Maluku Utara. Pada tahun 2013, nilai indikator ini tertinggi terdapat di Kota Ternate sebesar 646,53 ribu rupiah dan Tidore Kepulauan yang tercatat sebesar 617,58 ribu rupiah sedangkan yang terendah berada di Kabupaten Pulau Taliabu sebesar 570,58 ribu rupiah dan Pulau Morotai sebesar 587,29 ribu rupiah. Melihat pada data ini maka terlihat bahwa tingkat pendapatan/daya beli penduduk Kabupaten Pulau Taliabu dan Pulau Morotai perlu perbaikan agar bisa meningkatkan daya beli dan meningkatkan kesejahteraan.

Dilihat dari indikator PDRB Perkapita Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 tercatat sebesar 6,93 juta rupiah. Di tingkat kabupaten/kota, tercatat bahwa Nilai PDRB Perkapita tertinggi terdapat di Kabupaten Halmahera Tengah yang tercatat sebesar 13,19 juta rupiah sedangkan terendah berada di Kabupaten Halmahera Barat sebesar 4,47 juta rupiah.

Pembangunan manusia memerlukan pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan

GAMBAR 5.2.

Pengeluaran Perkapita Disesuaikan di Maluku Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

GAMBAR 5.3.

PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Maluku Utara Tahun 2013 (ribu rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

520 540 560 580 600 620 640 660

520 540 560 580 600 620 640 660

Pulau Taliabu

4000 6000 8000 10000 12000 14000

4000 6000 8000 10000 12000 14000

Gambar

Gambaran Secara Umum Capaian IPM di Indonesiahttp://malut.bps.go.id
triliun rupiah dan 3,66 triliun GAMBAR 2.1.rupiah. Apabila angka tersebut PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Kawasan Sulampua
Status pembangunan manusia GAMBAR 2.3.Perkembangan IPM Provinsi Maluku Utara di
GAMBAR 2.5.Provinsi Maluku Utara pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain pameran yang menampilkan aneka produk hasil hutan bukan kayu oleh berbagai kelompok tani hutan, PeSoNa tahun ini juga menghadirkan hidangan yang diolah

• To prevent an avoidable event, detect an event earlier, and respond an event rapidly, do rapid risk assessment and disseminate it to relative agencies on

[r]

masyarakat setempat, anggota paguyuban seni tari prajuritan. Sedangkan sumber lainnya dapat diperoleh dengan cara. memanfaatkan sumber pustaka. Sumber pustaka dalam

Kementerian Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan setelah

Yang selanjutnya hasil- hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan pemantauan dapat dibuatkan rekomendasi- rekomendasi yang berguna bagi pengambil keputusan dalam mengelola

Mail server Adalah Perangkat lunak program yang mendistribusikan file atau informasi sebagai respons atas permintaan yang dikirim via email, juga digunakan

[r]