• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Kegunaan Pendekatan dan Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Kegunaan Pendekatan dan Ruang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGERTIAN, KEGUNAAN, PENDEKATAN, DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Oleh:

HENDRA KURNIAWAN

a. Pengertian Pendidikan dan Filsafat Pendidikam Islam

Filsafat merupakan pandangan hidup yang erat hubungannya

dengan nilai- nilai sesuatu yang dianggap benar. Jika filsafat dijadikan

pandangan hidup oleh sesuatu masyarakat, maka mereka berusaha untuk

mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Jelaslah bahwa

filsafat sebagai pandangan hidup suatu bangsa berfungsi sebagai tolok

ukur bagi nilai-nilai tentang kebenaran yang harus dicapai. Adapun untuk

mewujudkan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan berbagai cara salah

satunya lewat pendidikan.1

Menurut UU No.20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

masyarakat, bangsa dan negara.2 Pada dasarnya pendidikan memerlukan

landasan yang berasal dari filsafat atau hal-hal yang berhubungan dengan

filsafat. Sebagai landasan karena filsafat melahirkan

pemikiran-pemikiran yang teoritis tentang pendidikan dan dikatakan hubungan

karena berbagai pemikiran tentang pendidikan memerlukan bantuan

penyelesaiaannya dari filsafat. Jadi filsafat pendidikan merupakan ilmu

pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan

dalam usaha pemikiran dan pemecahan tentang pendidikan. Peranan

filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan ini sudah terbukti

merupakan kontribusi utama bagi pembinaan pendidikan.

1

Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h.1 2

(2)

2

Kalau mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti akan

memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan

menyeluruh universal tentang pendidikan yang tidak hanya

dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam saja, melainkan

menuntut kepada kita semua untuk mempelajari ilmu-ilmu lain secara

relevan. Melakukan pemikiran pada hakikatnya adalah usaha

menggerakkan semua potensi psikologi manusia seperti pikiran,

kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indera

tentang gejala kehidupan terutama manusia dan alam semesta

sebagai ciptaan. Keseluruhan proses pemikiran tersebut didasari dengan

pengalaman yang mendalam serta luas tentang problema kehidupan dan

kenyataan dalam jagat raya dan dalam dirinya sendiri.

Filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah sebagai hasil dari

buah kajian yang bercirikan Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir

mengenai pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam tentang hakikat

kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta

dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai

nilai-nilai ajaran Islam.3

b. Objek, Sumber dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Objek

Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek yang

dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi

luas sekali.

“Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin

diketahui manusia.4 Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal

yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk

mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada menurut akal

3

Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, h. xi. 4

(3)

3

pikirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan

sedalam-dalamnya.

Objek filsafat ada dua yaitu Objek Materia dan Objek Forma, tentang

objek materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains. Sains

memiliki objek materia yang empiris; filsafat menyelidiki objek itu juga,

tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak.5

Sumber

Al-Qur’an sebagai sumber filsafat termasuk di dalamnya

filsafat pendidikan Islam berusaha mengkaji pangkal segala hal sampai ke

akar-akarnya. Begitu juga mengkaji yang hubungannya manusia dengan

manusia lain, manusia dengan alam dan manusia dan penciptanya. Jika

pendidikan beusaha memelihara individu dan pertumbuhannya pada diri

manusia, maka al-Qur’an beusaha mendidik makhluk seluruhnya termasuk

manusia. Ia juga menekankan adanya tujuan pendidikan khususnya dalam

melatih jiwa dan tingkah laku. Filsafat al- Qur’an bersifat mendidik yang

menyeluruh dan terpadu. Al-Qur’an memandang manusia dan jagat raya

sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Islam tidak menerima

filsafat sosial yang memisahkan agama dan negara atau membagi

masyarakat menjadi beberapa tingkat. Falsafah al-Qur’an memadukan diri

manusia, akal emosi, dan tindakan tidak terpisahkan satu sama lain antara

individu dan alam serta penciptanya.

Tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan

tujuan ajaran Islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yakni

al-Qur’an dan al- Hadits. Kedua sumber itu kemudian timbul pemikiran-pemikiran tentang persoalan keIslaman dalam berbagai aspek,

termasuk filsafat pendidikan. Dengan demikian hasil pemikran para ulama

seperti qiyas dan ijma’ sebagai sumber pokoktadi yakni al-Qur’an dan al-Hadits. Ajaran yang termuat dalam wahyu merupakan dasar dari

pemikiran filsafat pendidikan Islam yang berisi teori umum tentang

5

(4)

4

pendidikan Islam, dibina atas dasar konsep ajaran Islam terutama dalam

al-Qur’an dan Hadits. Kedua sumber itu dijadikan pijakan dasar pemikiran

bukan alasan yang rasional.

Ruang Lingkup

Pembahasan tantang ruang lingkup filsafat pendidikan Islam

sebenarnya merupakan pengkajian dari aspek ontologis filsafat pendidikan

Islam. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang akan

dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang

(objek formal). Perbedaan suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu lainnya

terletak pada sudut pandang (objek formal) yang digunakannya. Objek

material filsafat pendidikan Islam sama dengan filsafat pendidikan pada

umumnya, yaitu segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu yang ada ini

mencakup “ada yang tampak” dan “ada yang tidak tampak”. Ada yang

tampak adalah dunia empiris, dan ada yang tidak tampak adalah alam

metafisis. Adapun objek formal filsafat pe ndidikan Islam adalah

sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan objektif tentang pendidikan

Islam untuk dapat diketahui hakikatnya.

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan

Islam adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, ya itu

mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam

yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat,

filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan

ketiga cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah

hal-hal yang merupakan faktor atau komponen dalam proses pelaksanaan

pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan

pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode,

dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan.6

a. Ontologi

6

(5)

5

Onto logi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos.

Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi

ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud

hakikat yang ada.7

Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini

meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis).

Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of

God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah

mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari

human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti

bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah

transformasi pendidikan. Sehingga yang menjadi dasar kajian atau

dalam istilah lain sebagai objek kajian (ontologi) filsafat

pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah

mengenai pencipta (khaliq), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan

antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta

(rasul).

b. Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti

pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi Epistemologi

adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara

memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan,

yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara

memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber

pengetahuan.

Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang

filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara,

teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata

cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan

7

(6)

6

adalah de ngan metode non- ilmiah, metode ilmiah, dan metode

problem solving.

Pengetahuan yang diperoleh dengan metode non-

ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara

penemuan secara kebetulan; untung- untungan (trial and error);

akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan

pengalaman biasa.

c. Aksiologi

Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan

ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia berikut

manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan kata lain, apa yang

dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu

dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.

Kemudian Muzayyin Arifin memberikan definisi aksiologi

sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai

tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai

keindahan (estetika).8 Jika aksiologi ini dinilai dari sisi ilmuwan,

maka aksiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang nilai - nilai

yang dipegang ilmuwan dalam memilih dan menentukan

prioritas bidang penelitian ilmu pengetahuan serta penerapan dan

pemanfaatannya.9

8

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Ja karta : Bu mi Aks ara, 2010), hlm. 8

9

(7)

7

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James,

(Bandung, PT. Remaja Rosda Jarya, 1990)

Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya, Bina Ilmu,

1991)

Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993.

Ilyas Supena, Desain Ilmu -ilmu Keislaman: dalam Pemi k iran Hermeneutik Fazlur Rahman, (Se ma rang: Walis ongo Press , 2008)

Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

Mohammad, Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan

Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Ja karta : Bu mi Aks ara, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kemudian hari atau sewaktu-wakhr diEmukan/terbuKi bahwa pemyataan tidak mampu temyata tidak benar dan tidak sesuai dengan kondisi factral saya, maka

Di samping ketiga fungsi di atas, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial

Tahap ketiga dilakukan identifikasi menggunakan proses jaringan syaraf tiruan sesuai prosedur yang diberikan pada lampiran B yang meliputi proses pembelajaran yang terdiri

[r]

selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan pedoman skripsi baik materi maupun non materi yang jelas, terarah dan yang selalu memberikan motivasi, masukan, dan saran

BY: NURA SUCIATI

Menara atau minaret bukan merupakan bangunan yang khas Islam karena ternyata menara telah ada pada masa arsitektur Sumeria dan Assyiria yang berkembang di Mesopotamia, yaitu

5 Tatang Herman, Jurnal Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama.. 6 Eni Kartika,