• Tidak ada hasil yang ditemukan

karya tulis ilmiah BAB 1 PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "karya tulis ilmiah BAB 1 PENDAHULUAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

karya tulis ilmiah

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an adalah sumber dari segala sumber ajaran Islam. Kitab suci menempati posisi sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmi-ilmu ke Islaman , tetapi juga merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad lebih sejarah pergerakan umat ini.

Al-Qur`an ibarat lautan yang amat luas, dalam dan tidak bertepi, penuh dengan keajaiban dan keunikan tidak akan pernah sirna dan lekang di telan masa dan waktu. Maka untuk

mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan al-Qur`an diperlukan tafsir. Penafsiran terhadap al-Qur`an mempunyai peranan yang sangat besar dan penting bagi kemajuan dan perkembangan umat Islam. Oleh karena itu sangat besar perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna-makna yang terkandung dalam kitab suci ini.

Sehingga lahirlah bermacam-macam tafsir dengan corak dan metode penafsiran yang beraneka ragam pula, dan dalam penafsiran itu nampak dengan jelas sebagai suatu cermin perkembangan penafsiran al-Qur`an serta corak pemikiran para penafsirnya sendiri.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an diantaranya adalah metode Tafsir Al-Aqli Al-Ijtihadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tafsir bil al-ra’yi (tafsir berdasarkan pikiran). Tafsir ini juga disebut tafsir bi al-‘aqli, tafsir bi al-dirayah (tafsir berdasarkan pengetahuan) atau tafsir bi al-ma’qul. Tafsir bi al-ra’yi sering

dipergunakan oleh para mufassir untuk melegitimasi mazhabnya sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an dan menafsirkan ayat-ayat al-al-Qur’an sesuai dengan mazhabnya.

Metode tafsir yang lain yaitu tafsir Al-Isyari atau tafsir berdasarkan indikasi. Dalam hal ini akan akan kami ketengahkan definisi tafsir AL-Isyari, syarat-syartanya, contoh-contohnya, beberapa perdebatan ulma’ tentang tafsir tersebut. Begitujuga Analisis Mengenai Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Al-Isyari..

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengungkapkan berapa besar hubungan ke 3 paktor tersebut terhadaf alqur’an. Maka dalam penulisan karya tulis ini penulis mengambil judul “Berapa Besar hubungan Tafsir Isyari, The Hermeneutics, Hadis Dengan Alqur’an’’

B. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, penulis dapat mengidentifikasikan masalah ini sebagai berikut:

1. Terjadi silang pendapat di antara ulama. Sebagian kalangan ada yang tidak membenarkan untuk mengamalkan hadis dhaif Bahkan ada yang mengatakan bahwa Hadits tersebut bukan dari Nabi Muhammad SAW

2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui hubungan antara the hermeneutic dan alqur’an

3. Masih minimnya orang yang tahu bahwa pembahasan,arti dan hubungan tafsir isyari,hadis dan the hermeneutic dan alqur’an,

(2)

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang telah diidentifikasikan, penulis membatasi pembahasan masalah ini pada poin ketiga, yaitu: “Masih minimnya orang yang tahu bahwa pembahasan,arti dan hubungan tafsir isyari,hadis dan the hermeneutic dan alqur’an”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Apa fungsi, dan arti dari ? -Alqur’an

-Tafsir isyari -Hadits

-The hermeneutic

2. Bagaimana hubungan keempat pembahasan tersebut?

3. Bagaimana kelebihan/ perbedaan dari alqur’an , hadits, dan tafsir isyari

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mendeskripsikan tentang: 1. Mengetahui apa alqur’an dalam pandangan penafsiran the hermeneutics, 2. Mengetahui bagaimana bentuk dan hubungan ke 4 poin tersebut

3. Mengetahui kelebihan, posisi dan hubungan ke 4 poin tersebut

F. Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan karya tulis ini adalah: 1. Sebagai bahan penulisan untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Alqur’an

(3)

Secara Syari’at (Terminologi)

Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.

Al Qur’an merupakan mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang paling tinggi, paling besar dan paling ampuh untuk mensklukksn orang-orang yang ingkar terhadap kenabian beliau.

Sekalipun Nabi Muhammad memiliki banyak mu’jizat, akan tetapi beliau tidak menggunakan mu’jizat-mu’jizat yang lain sebagai tantangan terhadap orang-orang yang mengingkari kenabian beliau. Oleh karena itu kemu’jizatan Al Qur’an merupakan bukti kenabian

Muhammad SAW, semenjak turunnya Al Qur’an sampai Hari Kiamat nanti. Sebab mu’jizat Al Qur’an adalah mu’jizat yang dapat diindera dan dibuktikan oleh seluruh manusia di setiap masa sampai Hari Kiamat. Hal ini memang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :

“Setiap nabi pasti diberi sesuatu (mu’jizat) yang serupa dengannya, manusia akan

meyakininya, tetapi yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku. Maka aku berharap menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya”. (HR Bukhari)

Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan beransur-ansur.” (al-Insaan:23)

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)

Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr:9)

Oleh kerana itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka tipudayanya.

Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkatan, pengaruhnya dan keuniversalannya serta menunjukkan bahawa ia adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.

Allah ta’ala berfirman, “Dan sesunguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung.” (al-Hijr:87)

Dan firman-Nya, “Qaaf, Demi al-Quran yang sangat mulia.” (Qaaf:1)

Dan firman-Nya, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shaad:29)

Dan firman-Nya, “Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (al-An’am:155)

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (al-Waqi’ah:77)

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan ) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang menjajakan amal saleh bahawa bagi mereka ada pahala yang benar.” (al-Isra’:9)

(4)

(al-Hasyr:21)

Dan firman-Nya, “Dan apabila diturunkan suatu surah maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini.? ‘ Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah

imannya sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surah ini bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (at-Taubah:124-125)

Dan firman-Nya, “Dan al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an (kepadanya)…” (al-An’am:19)

Dan firman-Nya, “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan al-Qur’an dengan jihad yang benar.” (al-Furqan:52)

Dan firman-Nya, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl:89)

Dan firman-Nya, “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, iaitu kitab-kitab (yang diturunkan

sebelumnya) dan batu ujian* terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan…” (al-Maa’idah:48)

Al-Qur’an al-Karim merupakan sumber syari’at Islam yang kerananya Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam diutus kepada seluruh umat manusia. Allah ta’ala berfirman, Dan firman-Nya, “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).” (al-Furqaan:1)

b. Fungsi alqur’an

Al-Qur`an adalah sumber dari segala sumber ajaran Islam. Kitab suci menempati posisi sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmi-ilmu ke Islaman , tetapi juga merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad lebih sejarah pergerakan umat ini.

Al-Qur`an ibarat lautan yang amat luas, dalam dan tidak bertepi, penuh dengan keajaiban dan keunikan tidak akan pernah sirna dan lekang di telan masa dan waktu. Maka untuk

mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan al-Qur`an diperlukan tafsir. Penafsiran terhadap al-Qur`an mempunyai peranan yang sangat besar dan penting bagi kemajuan dan perkembangan umat Islam

2. Tafsir isyari

a. Pengertian tafsir isyari

Secara leksikal, kata tafsīr (Bahasa Arab) merupakan bentuk masdar dari fassara (fi’il mādhī), yang akar katanya terdiri dari fa’, sin, dan ra’. Pada dasarnya, kata yang tersusun dari akar kata semacam itu memiliki makna menerangkan sesuatu atau menjelaskannya.8 Sedangkan bentuk masdar-nya berarti keterangan atau penjelasan.9

Adapun kata isyārī (B. Arab), jika ditinjau dari bentuknya merupakan verbal noun (masdar) yang kemudian mendapat tambahan ya’ al-nisbah di akhir kata. Secara leksikal kata tersebut berasal dari asyara – yasyiru – isyāratan, yang bermakna al-dalīl (tanda, indikasi, dan

(5)

Berdasarkan telaah makna-makna lafaz di atas, maka sederetan makna tersebut berimplikasi pada pengertian lafaz isyārī yang memiliki kecenderungan upaya untuk untuk menunjukkan sesuatu yang tersembunyi agar bisa diketahui secara jelas, atau lebih menonjolkan makna yang tersirat daripada makna tersurat. Kata tersebut bisa dijumpai dalam al-Qur’an hanya sekali,11 yaitu dalam Surah Maryam ayat 29.

ِبَص ِدْهَمْلا يِف َناَآ ْنَم ُمّلَكُن َفْيَآ اوُلاَق ِهْيَلِإ ْتَراَشَأَفاي

Artinya: “maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"

Telaah kebahasaan sebagaimana di atas juga mengindikasikan adanya pemahaman tentang sesuatu yang menunjukkan untuk memperoleh kejelasan, yakni dari asalnya tidak tahu bisa menjadi tahu, dari yang tidak tampak menjadi tampak, dari yang tersembunyi atau samar bisa menjadi terlihat, dari yang abstrak menjadi konkret, dan dari yang terpendam menjadi di luar (berada pada permukaan). Dengan demikian, secara etimologi, tafsir Isyāri memiliki makna tafsir yang mengungkapkan makna atau maksud yang terpendam atau tersembunyi dalam lafaz atau ayat al-Qur’an dengan kedalaman berpikir bahkan dengan zauq (perasaan hati) yang extravagansa.

Secara terminologi, tafsir Isyāri, menurut al-Shābūnī, adalah takwil al-Qur’an yang berbeda dengan lahirnya lafaz atau ayat, karena untuk isyarah-isyarah yang sangat rahasia, yang hanya diketahui oleh sebagian ulū al-‘ilm atau ‘ārifīn (orang yang makrifat kepada Allah) dari orang yang telah diterangi mata hatinya oleh Allah, sehingga mereka mampu

menemukan rahasia-rahasia yang tersembunyi dibalik ayat-ayat al-Qur’an. Atau bahkan bagian makna-makna yang detail itu tertuang dalam hati mereka lantaran ilham ilahi, yang mana hal itu memungkinkan mereka untuk mempertemukan makna tersebut dengan makna lahirnya. 12

Menurut sebagian ulama, ilmu sebagaimana dimaksudkan di atas bukanlah seperti “ ‘ilm al-kasbī” yang bisa didapat dengan cara membaca, mengingat dan menghafal, akan tetapi hal itu lebih merupakan “ilmu laduni”, yakni ilmu pemberian yang boleh dikata sebagai pancaran dari ketajaman takwa, istiqomah dan kebajikan.13 Menurut al-Zahabī, tafsir isyārī adalah hasil riyādhah rūhiyah seorang sufi sehingga bisa menyingkap rahasia-rahasia dan i’tibar dalam wujud isyarat yang suci yang muncul dengan sendirinya di dalam hatinya sebagai ungkapan dari terkuaknya rahasia ayat-ayat karena makrifat kepada Allah

b. Fungsi tafsir isyari

Tafsir Isyari disamping mengarahkan sasaran penafsirannya pada pengungkapan makna ayat-ayat al Quran yang tersirat juga berusaha menelusuri daya cakup makna Al Quran, yang tersusun dari maknanya yang tersurat.

3. Hadits

a. Pengertian hadits

adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.

Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.

b. Fungsi hadits

ada tiga fungsi sunnah atau hadis dalam ajaranIslam.

(6)

mengetahui bahwa salat zhuhur itu empat rakaat. Ternyata tidak ada keterangan dalam al-Qur’an mengenai salat zhuhur empat raka’at, thawaf tujuh kali dan seterusnya. Syarat ibadah kita diterima oleh Allah SWT ada dua, yang tercantum dalam dua kalimah syahadah. Yang pertama harus ada keikhlasan karena Allah sebagaimana dituangkan dalam syahadat tauhid, yakni "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah".Yang kedua, syaratnya adalah harus mengikuti tuntunan Rasulullah yang dituangkan dalam syahadat rasul, yakni "Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Oleh karena itu, tidak mungkin seorang muslim meninggalkan hadis.

2. Kedua, hadis adalah sebagai pendukung terhadap ketetapan dalam al-Qur’an.

Sebagai contoh al-Qur’an secara tegas mengharamkan riba. Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Lalu datanglah hadis-hadis yang juga mengharamkan riba.

3. Ketiga, hadis sebagai sumber hukum Islam. Hadis adalah sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Banyak hadis menjelaskan sesuatu yang tidak disebut dalam al-Qur’an. Salah satunya adalah tentang dihalalkannya memakan daging binatang yang disebut dlabb. Dulu banyak yang menerjemahkan dlabb dengan biawak, padahal ternyata jauh berbeda dengan biawak karena di Indonesia tidak ada. Penetapan halalnya binatang

dlabb ini adalah berdasarkan hadis Nabi Saw. Jadi, kedudukan dan fungsi hadis adalah sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Sedangkan fungsinya adalah sebagai penjelas dan penguat hukum yang ditetapkan dalam

al-Qur’an, juga sebagai sumber hukum yang berdiri sendiri yang tidak dijelaskan dalam alqur’an.

4. The hermeneutic

a. Pengertian The hermeneutic

Secara sederhana, hermeneutika diartikan sebagai seni dan ilmu untuk menafsirkan teks-teks yang punya otoritas, khususnya teks suci.Dalam definisi yang lebih jelas, hermeneutika diartikan sebagai sekumpulan kaidah atau pola yang harus diikuti oleh seorang mufassir dalam memahami teks keagamaan.Namun, dalam perjalanan sejarahnya, hermeneutika ternyata tidak hanya digunakan untuk memahami teks suci melainkan meluas untuk semua bentuk teks, baik sastra, karya seni maupun tradisi masyarakat.

Selanjutnya, sebagai sebuah metodologi penafsiran, hermeneutika bukan hanya sebuah bentuk yang tunggal melainkan terdiri atas berbagai model dan varian. Paling tidak ada tiga bentuk atau model hermeneutika yang dapat kita lihat. Pertama, hermeneutika objektif yang dikembangkan tokoh-tokoh klasik, khususnya Friedrick Schleiermacher (1768-1834), Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan Emilio Betti (1890-1968).

Menurut model pertama ini, penafsiran berarti memahami teks sebagaimana yang dipahami pengarangnya, sebab apa yang disebut teks, menurut Schleiermacher, adalah ungkapan jiwa pengarangnya, sehingga seperti juga disebutkan dalam hukum Betti, apa yang disebut makna atau tafsiran atasnya tidak didasarkan atas kesimpulan kita melainkan diturunkan dan bersifat intruktif.Untuk mencapai tingkat seperti itu, menurut Schleiermacher, ada dua cara yang dapat ditempuh; lewat bahasanya yang mengungkapkan hal-hal baru, atau lewat karakteristik bahasanya yang ditransfer kepada kita. Ketentuan ini didasarkan atas konsepnya tentang teks. Menurut Schleiermacher, setiap teks mempunyai dua sisi: (1) sisi linguistik yang menunjuk pada bahasa yang memungkinkan proses memahami menjadi mungkin, (2) sisi psikologis yang menunjuk pada isi pikiran si pengarang yang termanifestasikan padastyle bahasa yang digunakan. Dua sisi ini menerminkan pengalaman pengarang yang pembaca kemudian mengkonstruksinya dalam upaya memahami pikiran pengarang dan pengalamannya.

(7)

dalam upaya memahami teks. b. fungsi Hermeneutika dan Tafsir.

` Berdasarkan definisi diatas, apa yang dimaksud hermeneutika sesungguhnya tidak berbeda dengantafsîr dalam tradisi Islam. Menurut Dzahabi, tafsir adalah seni atau ilmu untuk menangkap dan menjelaskan maksud-maksud Tuhan --dalam al- Qur`an-- sesuai dengan tingkat kemampuan manusia (bi qadr al- thâqah al-basyariyah)

Dalam tradisi keilmuan Islam, tafsir ini kemudian berkembang menjadi dua aliran: tafsîr bi al-ma’tsûr dan tafsîr bi al-ra’y. Tafsîr bi al-ma’tsûr adalah interpretasi al- Qur`an yang didasarkan atas penjelasan al-Qur`an dalam sebagian ayat-ayatnya, berdasarkan atas penjelasan Rasul, para shahabat atau orang-orang yang mempunyai otoritas untuk

menjelaskan maksud Tuhan, sementara tafsîr bi al-ra’y adalah interpretasi yang didasarkan atas ijtihad.Dalam perbandingan diantara keduanya, model tafsir bi al- ma`tsûr sesuai dengan model hermeneutika objektif. Sebagaimana hermeneutika objektif yang berusaha memahami maksud pengarang dan masuk dalam tradisinya, tafsir bi al- ma`tsûr juga berusaha

menangkap maksud Tuhan dalam al- Qur`an dengan cara masuk pada kondisi realitas

historisnya saat turunnya ayat. Dalam pandangan tafsir bi al-ma`tsûr, yang paling mengetahui maksud Tuhan adalah Rasul, para shabat dan mereka yang sezaman. Kita tidak akan dapat menangkap maksud al-Qur`an tanpa bantuan mereka dan memahami realitas historis yang melingkupinya. Karena itu, metode tafsirbi al-ma’tsûr senantiasa mengikatkan dan

menyandarkan diri pada tradisi masa Rasul, shahabat dan yang berkaitan dengan periode awal turunnya al-Qur`an. Sementara itu, tafsir bi al-ra’y sesuai dengan model hermeneutika subjektif. Sebagaimana konsep hermeneutika subjektif, tafsir bi al-ra’y tidak memulai penafsirannya berdasarkan realitas-realitas historis atau analisa-analisa linguistik melainkan memulai dari prapemahaman si penafsir sendiri kemudian berusaha mencari legitimasinya atau kesesuaiannya dalam teks tersebut.

Pernyataan ini dapat dilihat pada interpretasi yang dilakukan Ibn Arabi tentang ayatDia membiarkan kedua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu (QS. al-Rahman, 19). Ibn Arabi yang sufistik memulai tafsirannya berdasarkan prinsip-prinsip ajarannya kemudian mencari dukungannya dalam teks. Karena itu, menurutnya, yang dimaksud dua lautan dalam ayat diatas adalah lautan substansi raga yang asin dan pahit dan lautan ruh yang murni, yang tawar dan segar yang keduanya saling bertemu dalam wujud manusia.Yang lain dapat dilihat pada al-Farabi, filosof yang terkenal dengan konsepnya tentang intelek aktif (al-`aql al-fa`âl). Baginya, kataal-malaikah bukan berarti makhluk supra-natural dan supra-rasional Tuhan dengan tugas-tgas khusus sebagaimana yang biasanya dipahami melainkan pengetahuan orisinil yang berdiri sendiri atau intelek aktif yang mengetahui persoalan yang Maha Tinggi. Ia adalah ruh suci, absolut dan dapat mengetahui dirinya sendiri.

Meski demikian jauh dan meski tafsir bi al-ra’y (sama juga hermeneutika subjektif) idasarkan atas ijtihad, tetapi ia masih lebih banyak berkutat dalam lingkaran wacana, belum pada aksi. Gadamer sendiri menyebut hermeneutika lebih hanya merupakan permainan bahasa, karena segala yang biasa dipahami adalah bahasa (being that can be understood is language)

Kenyataan tersebut, menurut Hasan Hanafi, dikarenakan tradisi pemikiran Islam masih lebih bersifat teosentris daripada antroposentris, lebih banyak bicara tentang Tuhan daripada manusia sendiri.

Hermeneutika pembebasan mengisi kekurangan-kekurangan tersebut. Bagi hermeneutika pembebasan, interpretasi bukan sekedar masalah memproduksi atau mereproduksi makna melainkan lebih dari itu adalah bagaimana makna yang dihasilkan tersebut dapat merubah kehidupan. Sebaik apapun konsep dan hasil interpretasi tetapi jika tidak mampu

membangkitkan semangat hidup masyarakat dan merubah mereka berarti nol besar. Bohong.

(8)

a. sekalipun al-Qur'an dan as-Sunnah / al-Hadits sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain ialah :

b. Al-Qur'an nilai kebenarannya adalah qath'I ( absolut ), sedangkan al-Hadits adalah zhanni ( kecuali hadits mutawatir ).

c. Seluruh ayat al-Qur'an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak semua hadits mesti kita jadikan sebagai pedoman hidup. Sebab disamping ada sunnah yang tasyri' ada juga sunnah yang ghairu tasyri �. Disamping ada hadits yang shahih adapula hadits yang dha,if dan seterusnya.Al-Qur'an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya sedangkan hadits tidak. . d. Apabila Al-Qur'an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak harus demikian apabila masalah-masalah tersebut diungkapkan oleh hadits...

B. Kerangka Konseptual Tingkatan

Dari kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan pembagian dan fungsi yang harus dilakukan karena kita sebagai ummat islam harus melaksanakan amal ma’ruf nahi mungkar

BAB III

(9)

A. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai hubungan antara fenomena yang diteliti dan hasilnya tidak dinyatakan dalam bentuk angka.

Metode deskriptif kualitatif digunakan karena dapat membantu tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk menjelaskan tentang bagaimana mengetahui fungsi dan arti pokok pembahasan yang telah di uraikan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data karya tulis ini yaitu melalui studi pustaka (Library Research) dan juga termasuk data-data dari internet. Penulis mengkaji sejumlah referensi berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, data di internet, dan karya tulis lainnya yang relevan dengan judul karya tulis ini. Studi pustaka bermaksud untuk

menemukan teori yang dapat mendukung keabsahan penulisan.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku dan karya tulis lainnya yang merupakan hasil pemikiran orang lain. Data-data tersebut masih berhubungan dengan pendidikan Islam.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini, digunakan sistematika sebagai berikut: a. Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini penulis memaparkan gambaran umum/penertian tentang alqur’an, hadist, tafsir isyari dan the hermeneutics secara umum dan hal-hal yang melatar belakangi penulisan karya tulis ini.

b. Kajian Pustaka

Merupakan dasar untuk menganalisis permasalahan yang diperoleh dari beberapa referensi. c. Metodologi Penulisan

Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini sehingga dapat tersusun secara sistematis.

d. Pembahasan

Bab pembahasan ini merupakan inti dari penulisan, di mana dasar teori diperoleh , dianalisis, dan dikaitkan antara satu dengan yang lainnya.

e. Penutup

(10)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Proses Turunnya alqur’an

Turunnya Qur’an merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah manusia. Quran diturunkan pertama kali pada malam lailatul qadar. Bagaimanakah proses turunnya Alquran secaran detail ? Turunnya Alquran dibagi dalam dua tahap, yaitu turunnya secara sekaligus dan turunnya secara berangsurangsur.

Dan ada beberapa perturunan alqur’an - Turunnya Alquran secara sekaligus

- Turunnya Alquran secara berangsur‐angsur. 1. Turunnya Alquran secara sekaligus.

Alquran diturunkan pertama kali ke Baitul Izzah ‘secara sekaligus agar para malaikat menghormati kebesarannya. Inilah maksud 3 Firman Allah berikut :

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan‐penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil.”(QS Al‐ Baqarah;185)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”(QS AL‐ Qadr;1)

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.”(QS Ad‐Dukhan;3) Ketiga ayat di atas itu tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam lailatul qadar dalam bulan Ramadan. Tetapi lahir (zahir) ayat‐ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah, di mana Qur’an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Karena itulah para Ulama berpendapat bahwa Alquran turun dalam dua tahap,

pertama; secara sekaligus kedua ; secara berangsur‐angsur selama 23 tahun. Seperti kata Ibnu Abbas berikut, tentang ini beliau mengucapkan perkataan serupa dalam tiga kesempatan berbeda, katanya :

“Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun.” Pada kesempatan lain beliau juga berkata ; “Qur’an itu dipisahkan dari az‐Zikr, lalu diletakkan di Baitul ‘Izza di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi s.a.w.”

(11)

2. Turunnya Alquran secara berangsur‐angsur.

“dan Sesungguhnya Al Quran ini benar‐benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar‐Ruh Al‐Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang‐orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS Asy‐Syu’ara’;192‐195)

“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang‐orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang‐orang yang berserah diri (kepada Allah).” ” (QS An‐Nahl;102)

“kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al‐Jasiyah) “dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika kamu orang‐orang yang benar.”(QS Al‐ Baqarah;23)

“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab‐kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang‐orang yang beriman.”(QS Al‐Baqarah;97)

Ayat‐ayat di atas menyatakan bahwa al‐Qur’anul Karim adalah kalam Allah dengan lafalnya yang berbahasa Arab; dan bahwa Jibril telah menurunkannya ke dalam hati Rasulullah s.a.w.; dan bahwa turunnya ini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia. Tetapi yang dimaksudkan adalah turunnya Qur’an secara bertahap. Ungkapan (untuk arti menurunkan) dalam ayat‐ayat di atas menggunakan kata tanzil bukannya inzal. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan berangsur‐angsur. Ulama bahasa membedakan antara inzal dengan tanzil. Tanzil berarti turun secara berangsur‐angsur sedang inzal hanya menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum.

Qur’an turun secara berangsur‐angsur selama dua puluh tiga tahun: tiga belas tahun di Mekah menurut pendapat yang kuat, dan sepuluh tahun di Medinah. Penjelasan tentang turunnya secara berangsur itu terdapat dalam firman Allah:

“dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur‐angsur agar kamu membacakannya perlahan‐lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS Al‐ Isra;106)

Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum dapat diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.

Gambar . kitab suci alqur’an

(sumber: http://www. /images?hl=id&source=hp&biwkitab+suci+alqur%27an)

(12)

penyusun mencari dan mengumpulkan data tentang objek-objek penelitian kemudian disusun dan dijelaskan secara sistematis, obyektif, serta dianalisis secara eksplanatoris, yaitu suatu analasis yang berfungsi memberikan penjelasan yang lebih mendalam dari sekedar

mendeskripsikan sebuah makna teks. Dengan tujuan mengetahui konsep Tantawi Jauhari tentang teori ilmiah yang terkandung dalam al-Qur'an khususnya tentang proses turunnya hujan, dan mengetahui konsistensi argumentasi yang dibangun oleh Tanttaw i Jauhari dalam melakukan klaim penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern, sehingga konsistensi berpikir tersebut dapat dijadikan bekal pengalaman bagi peneliti tafsir agar dapat menilai sebuah penafsiran dengan argumen yang lebih sistematis, ilmiah, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa proses turunnya hujan berlangsung melalui lima fase. Kelima fase tersebut sebenarnya telah ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur'an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

diambil dari QS. al-Nur(24): 43 yang penjelasannya sebagai berikut; Fase ke-1. Allah mengarak awan. Fase ke-2. Kemudian mengumpulkan antara bagianbagiannya, fase ke-3. Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, fase ke-4. Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan yang ke-5. Allah menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gununggunung, maka ditampakkan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dari kelima fase di atas sebenarnya dapat dikerucutkan kembali menjadi tiga tahap, sebagaimana para ilmuwan membagi tahapan ini di dalam penemuannya yaitu, Pertama, bahan baku hujan naik ke udara (fase ke-1 dan 2), kedua, lalu awan terbentuk (fase ke-3), dan Akhirnya ketiga, curahan hujan terlihat (fase ke-4 dan 5). Dari sini maka jelaslah sudah bahwa terlihat antara penemuan manusia dengan petunjuk dari Allah SWT. manusia telah berhasil membuktikan ayat-ayat Allah tentang turunnya hujan ini cocok satu sama lain, dalam artian penafsiran seorang ahli tafsir sama dengan cendikiawan Barat, berkaitan dengan ayat-ayat Allah sebagai pembuktian atas kebesaran-Nya. Berdasar kenyataan di atas, Tantawi Jauhari memadukan dua logos Tuhan, yakni al-Qur'an dan fenomena alam, karena ia termasuk salah seorang mufassir yang berupaya mensinergiskan ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori ilmiah modern.

B. Berapa besar hubungan / posisi Tafsir Isyari, The Hermeneutics, Hadis Dan Alqur’an 1. Posisi dan hubungan hadits terhadap alqur’an

Mengetahui posisi Hadist dari Alquran sangat penting. Karena dengan mengetahui posisi itu kita akan tidak kesulitan mengaplikasikan berbagai hal yang kita hadapi dalam hidup ini. Karena Agama sebagai panduan hidup seorang muslim dalam menjalani kehidupan itu. Tidak banyak yang tahu tentang posisi sumber hukum dalam Islam, kecuali orang-orang yang kapabel mempelajari masalah itu. Sedangkan kebanyakan orang adalah awam, sehingga mereka tidak banyak tahu hal tu. Apalagi menggunakannya. Para ulama sebenarnya berbeda pendapat dalam masalah sumber hukum dalam Islam. Masing-masing madzhab berbeda dengan madzhab yang lain. Namun kalau kita mau sebutkan semua, sumber hukum dalam Islam itu adalah:

1. Al Quran

2. Al Hadist atau Assunnah 3. Al Ijma’

(13)

Namun ada hal yang disepakati sebagai sumber hukum dalam Islam, yaitu Al Quran dan Assunnah.

Bagaimanakah posisi Assunnah atau Al Hadist dari Alquran? Posisi hadits terhadap Al Qur’an adalah sebagai berikut:

• 1. Sebagai penjelasan dari Al Qur’an

• 2. Sebagai pengikat dari umumnya Al Qur’an • 3. Sebagai pengkhusus dari mutlaknya Al Qur’an • 4. Sebagai penguat dari Al Qur’an

• 5. Memberikan hukum atas hal-hal yang tidak dijelaskan oleh Al Qur’an Hubungannya memang sangatlah kuat Yakni :

memperkuat posisi hukum yang ada dalam Al-Qur’an, misalnya hadits Rasulullah Saw : "Sesungguhnya Allah menguburkan kedloliman pada orang dlolim. Ketika ia mengadzabnya, maka Ia tidak melepaskannya". Hadits ini bersesuaian dengan firman Allah Q.S. Hud : 102 : "Dan begitulah adzab Tuhanmu apabila dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dlolim …"

Menjelaskan hal-hal yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an. Pada point ini ada beberapa macam : Penjelasan pada hal-hal yang global dalam Al-Qur’an, seperti penjelasan tata cara sholat, waktu-waktu sholat, syarat-syarat sahnya, dan sebagainya. Dimana dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara terperinci

2. Posisi dan hubungan tafsir isyari terhadap alqur’an

Sebagaimana kita ketahui bahwa ulumul qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an al-Karim, dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan Al-Qur’an dan urut-urutannya, pengetahuan tentang ayat Makkiyah dan Madaniah, dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an.

Sebelum membahas mengenai hubungan antara Ulumul Qur’an dengan tafsir, maka kita harus lebih dahulu mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan tafsir.

Kata tafsir, diambil dari kata tafsirah, yaitu : perkakas yang dipergunakan tabib untuk mengetahui penyakit orang sakit. Hal ini dapat dimaksudkan bahwa tafsir adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kandungan yang tersimpan dalam Al-Qur’an.

Menurut bahasa, tafsir berarti “menerangkan dan menyatakan”. Sedangkan menurut istilah, artinya adalah menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, baik menerangkan artinya, maksud yang terkandung di dalamnya atau pun mengenai kandungan isinya, baik dengan ketentuan yang jelas atau dengan isyarat.

As Zarkasyy dalam Al-Burhan berpendapat bahwa tafsir adalah menerangkan makna-makna Al-Qur’an dan mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.

Sementara itu, Kata Al-Jurjany bahwa tafsir, pada asalnya ialah : “membuka dan

melahirkan”. Pada istilah syara’ yaitu : menjelaskan makna ayat, urusannya, kisah dan sebab yang karenanya diturunkan ayat, dengan lafadh yang menunjuk kepadanya secara terang. Untuk menjelaskan dan menafsirkan tentang ayat-ayat dalam Al-Qur’an, seseorang harus mempunyai pengetahuan yang mantap tentang ulumul Qur’an. Dengan demikian, maka antara Ulumul Qur’an dan tafsir mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Ulumul Qur’an amat menentukan bagi seseorang yang ingin menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Bagi seorang mufassir, maka ulumul Qur’an secara mutlak merupakan yang harus lebih dahulu dikuasainya, sebelum ia mulai memberikan tafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.

(14)

dalam hati dari limpahan pengetahuan gaib yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari.posisi tafsir isyari ini cukup berkaitan dengan akal pikiran manusia yang

menafsirkan.

3. Posisi dan hubungan the hermeneutics terhadap alqur’an

Bahyanya hermeneutics dalam penapsiran alqur’. Penafsiran Hermeneutika ini adalah suatu "alat" untuk me-liberalkan pemikiran yang berasal dari tradisi penafsiran Injil/Bible. Maka tidak heran ketika ada yang berfaham Islam Liberal, bisa menghalalkan nikah beda agama, mengatakan jilbab tidak wajib, khamr halal, Al Qur'an adalah kitab puisi dan sebagainya. Salah satu contoh hasil dari penafsiran Hermeneutika yang paling kontroversial adalah peristiwa sholat Jum'at berjamaah yang di pimpin oleh seorang wanita yang bernama Dr. Aminah Wadud, profesor studi Islam di Departemen Filsafat dan Studi Agama Universitas Virginia Commonwealth. Sholat Jum'at itu pun dilakukan disebuah Gereja Katedral Saint John The Divine di kawasan Manhattan, New York, Amerika Serikat.

Hermeneutika memang tidak mengenal status seseorang dan bahkan bisa diaplikasikan oleh seorang profesor sekalipun. Seorang yang awam pun sangat mudah terkena imbas dari penafsiran ini. Ketika kita mendengar ada seseorang yang mengatakan jilbab itu tidak wajib, khamr bisa jadi halal di negara dingin, Al Qur'an adalah kitab puisi atau produk budaya, nikah beda agama itu halal, maka sebenarnya dia telah terkena efek dari Hermeneutika ini walaupun orang tersebut tidak mengerti apa itu Hermeneutika dan bagaimana efek buruknya.

Kajian tentang Hermeneutika ini penting kita telaah lebih lanjut untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh Hermeneutika ini telah merasuk di lingkungan sekitar kita dan juga untuk membentengi aqidah kita

Dalam perbandingan diantara keduanya, model tafsir isyari sesuai dengan model hermeneutika objektif. Sebagaimana hermeneutika objektif yang berusaha memahami maksud pengarang dan masuk dalam tradisinya, tafsir isyari juga berusaha menangkap maksud Tuhan dalam al-Qur`an dengan cara masuk pada pikiran, kondisi realitas historisnya saat turunnya ayat. Dalam pandangan tafsir isyari, yang paling mengetahui maksud Tuhan adalah Rasul, para shabat dan mereka yang sezaman. Kita tidak akan dapat menangkap maksud al-Qur`an tanpa bantuan mereka dan memahami realitas historis yang

melingkupinya. Karena itu, metode tafsir isyari senantiasa mengikatkan dan menyandarkan diri pada tradisi masa Rasul, shahabat dan yang berkaitan dengan periode awal turunnya al-Qur`an dengan hubungan pikiran manusia.

Sementara itu, tafsir isyari sesuai dengan model hermeneutika subjektif. Sebagaimana konsep hermeneutika subjektif, tafsir isyari tidak memulai penafsirannya berdasarkan realitas-realitas historis atau analisa-analisa linguistik melainkan memulai dari prapemahaman si penafsir sendiri kemudian berusaha mencari legitimasinya atau kesesuaiannya dalam teks tersebut. Pernyataan ini dapat dilihat pada interpretasi yang dilakukan Ibn Arabi tentang ayat Dia membiarkan kedua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu (QS. al-Rahman, 19). Ibn Arabi Yang lain dapat dilihat pada al-Farabi, filosof yang terkenal dengan konsepnya tentang intelek aktif (al-`aql al-fa`âl). Baginya, kata al-malaikah bukan berarti makhluk supra-natural dan supra-rasional Tuhan dengan tugas-tgas khusus sebagaimana yang biasanya dipahami melainkan pengetahuan orisinil yang berdiri sendiri atau intelek aktif yang

mengetahui persoalan yang Maha Tinggi. Ia adalah ruh suci, absolut dan dapat mengetahui dirinya sendiri.

(15)

segala yang biasa dipahami adalah bahasa (being that can be understood is language). Kenyataan tersebut, menurut Hasan Hanafi, dikarenakan tradisi pemikiran Islam masih lebih bersifat teosentris daripada antroposentris, lebih banyak bicara tentang Tuhan daripada manusia sendiri. Hermeneutika pembebasan mengisi kekurangan-kekurangan tersebut. Bagi hermeneutika pembebasan, interpretasi bukan sekedar masalah memproduksi atau

mereproduksi makna melainkan lebih dari itu adalah bagaimana makna yang dihasilkan tersebut dapat merubah kehidupan. Sebaik apapun konsep dan hasil interpretasi tetapi jika tidak mampu membangkitkan semangat hidup masyarakat dan merubah mereka berarti nol besar. Bohong

C. Hubungan alqur’an dengan ilmu pengetahuan modern

1. AL QUR'AN DAN ASTRONOMI

Banyak fakta, seperti penciptaan alam semesta dari ketiadaan, mengembangnya alam semesta, serta garis-garis edar planet di jagat raya, yang hanya mampu diketahui melalui astronomi modern, telah diberitakan dalam Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu.

2. AL QUR'AN DAN PLANET BUMI

Banyak fakta ilmiah, dari lapisan-lapisan atmosfir hingga fungsi geologis gunung, dari proses pembentukan hujan hingga struktur dunia bawah laut, dijelaskan dalam ayat-ayat Al Qur'an 3. INFORMASI MENGENAI PERISTIWA MASA DEPAN DALAM AL QUR'AN

Allah mengisahkan dalam Al Qur'an tentang sejumlah peristiwa penting yang akan terjadi di masa depan, dan berbagai peristiwa ini terjadi persis sebagaimana kisah tersebut.

4. AL QUR'AN DAN FISIKA

Tahukah Anda bahwa unsur besi pada awalnya terbentuk di bintang-bintang di luar angkasa, bahwa materi diciptakan berpasang-pasangan, dan bahwa waktu adalah suatu konsep yang relatif? Al Qur'an telah mengisyaratkan tentang semua fakta ilmiah in

5. AL QUR'AN DAN BIOLOGI

Al Qur'an memaparkan perkembangan embrio manusia dalam rahim ibu melalui penjelasan yang benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi moder

6. PENGETAHUAN AL QUR'AN

Untuk meningkatkan pengetahuan Anda tentang Al Qur'an, Anda dapat mengunjungi, "Pengetahuan Al Qur'an" dan "Indeks Al Qur'an". Pada bagian ini, ayat-ayat Al Qur'an dikelompokkan menurut pokok bahasannya

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia. Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:

2. Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu

B. Saran

(16)

walaupun dalam artikel ini belum begitu lengkap karna masih terbatasnya ilmu si penulis maka disini kita sama sama mebaca dan mencari tahu hubungan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

---Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.2009)

---www.keajaibanalquran.com

www.masbied.com/2009/10/30/hubungan-dan-urgensi-ulumur-quran-dengan-tafsir-al-quran/

---al hadits

---pustaka umum poisisi alqur’an. 1992 beserta leretan. Zainul anwar. pencerahanhati.com/surah.php?surah_id=1llg2001

www.harunyahya.com

www.secretbeyondmatter.com

www.islamdenouncesantisemitism.com www.islamdenouncesterrorism.com www.evolutiondocumentary.com www.evolutiondeceit.com www.srf-tr.org

ufiknt.wordpress.com/.../hermeneutika-dan-liberalisme-islam ournal.uii.ac.id/index.php/JHI/article/view/247/242

-rud1.abatasa.com/post/.../hubungan-hadits-dengan-al-qurrsquo;an www.saifalink.co.cc/2010/10/05/hubungan-hadits-dan-al-quran www.masbied.com/search/hubungan-tafsir-dengan-quran/page/2

www.masbied.com/.../hubungan-dan-urgensi-ulumur-quran-dengan-tafsir-al-qura www.quranexplorer.com/quran/

Gadamer, Truth and Method, (New York, The Seabury Press, 1975), 450; Josef Bleicher, Contemporary Hermeneutics,116.

Hasan Hanafi, Min al-Aqîdah ilâ al-Tsaurah, I, (Kairo, Maktabah Matbuli, 1991), 59

LAMPIRAN

Biodata Penulis

(17)

Tempat/Tgl. Lahir : Pasaman, 17 Mei 1990 Jurusan : Teknik Otomotif

NIM/BP : 15178/2009

Alamat Rumah : Jl. Srigunting No. 27a, ATB Padang Telp. 081374314680

LEMBARAN PENGESAHAN

BERAPA BESAR HUBUNGAN TAFSIR ISYARI, THE HERMENEUTICS, HADIS DENGAN ALQUR’AN

Diajukan dalam Rangka Mengikuti Lomba Karya Tulis Alqur’an Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Tingkat UNP Tahun 2011

Telah Disetujui Oleh:

Padang, 23 Maret 2011 Ketua Jurusan Penulis

(18)

Muhammad Ikhsan Daulay 15178/2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun karya tulis dengan baik. Karya tulis ini yang berjudul “berapa besar hubungan tafsir isyari,hadis dan the hermeneutic dan alqur’an” disusun dalam rangka mengikuti seleksi pelayaran kebangsaan tingkat Nasional.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Bahrul Amin, S.T, MT selaku Pembantu Dekan III Fakultas Teknik (FT). 2. Para dosen jurusan Teknik Otomotif yang memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.

3. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan dan mendoakan penulis. 4. Para senior dan rekan-rekan yang ada di teknik otomotif yang selalu berjuang bersama saya di bangku kuliah

Untuk semua itu, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga segala pertolongan yang telah diberikan dibalasi oleh Allah SWT. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penerapan pendidikan kebencanaan Indonesia.

Padang, 23 Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii

(19)

E. Tujuan Penulisan 3 F. Kegunaan Penulisan 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 4

B. Kerangka Konseptual 15

BAB III. METODOLOGI PENULISAN A. Metode Penulisan 16

B. Teknik Pengumpulan Data 16 C. Jenis dan Sumber Data 16 D. Sistematika Penulisan 16

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Proses turunnya alqur’an ...18 B. Berapa besar hubungan / posisi Tafsir Isyari, The Hermeneutics,

Hadis Dan Alqur’an...22 C. Hubungan alqur’an dengan ilmu pengetahuan modern...27

BAB V. PENUTUP 2. Simpulan 28 3. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Diposkan 8th June 2011 oleh FAHRU ROSYID Wuluhan 0

Add a comment

Cara Mudah Belajar Aktif, Cepat, Kreatif,

Inovatif, Happy

AKu punya trick jitu untuk belajar yang lebih menyenangkan.Juga banyak

data mengenai data sekolah, bermain hp, aplikasi,game. film. pokok nggak

bosenin, di jamin Gratis

(20)

 Sidebar  Snapshot  Timeslide

Mar 26

twitter

http://www.snpros.com/twitter/Fahru79

Nov 28

1

Nov 28

seting ulang komputer

http://www.4shared.com/get/u4Wq6ajh/Melakukan_Perbaikan_dan_atau_S.html

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI JUDUL

Referensi

Dokumen terkait

tafsir maudu‟i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara sejumlah ayat al- Qur‟an yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama,. kemudian menjelaskan

1. Rawa‟i al Bayan fi Tafsir Ayat al - Ahkam min Al Qur‟an. Kitab ini dalam dua jilid besar, ia adalah kitab terbaik yang pernah dikarang perihal ayat hukum. Keistimewaan dari

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha

Keenam, skripsi yang ditulis oleh Aghis Nikmatul Qomariyah dengan judul Penafsiran Bakri Syahid Terhadap Ayat-ayat al-Qur‟an dan Kewajiban Istri dalam Tafsir al-Huda

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha

Tafsir tahlili atau yang juga disebut dengan tafsir tajzi‟i merupakan suatu metode yang bermaksud menjelaskan dan menguraikan kandungan ayat-ayat Al- Qur‟an dari

dengan ayat ini, penelitian ini akan mengkaji pendekatan takwil yang dilakukan oleh Al-Maraghi terhadap ayat-ayat mutasyabihat berdasarkan penafsiran beliau terhadap ayat-ayat

6 Adapun metode yang digunakan yang digunakan tafsir Ibnu Kas\i>r adalah metode tahlili yaitu metode tafsir yang berusaha untuk menerangkan arti ayat-ayat al-Qur‟an dari berbagai sisi