• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku

Pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan mahluk hidup dan pada dasar nya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun demikian tidak berarti bahwa perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Geller dalam Notoadmojo (2003), perilaku mengacu pada tindakan individu yang dapat diamati oleh orang lain. Robert Kwick mendefinisikan perilaku adalah tindakan-tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari .

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua, antara lain: 1. Perilaku tertutup (covert behavior)

(2)

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2. Pembentukan Perilaku

Notoatmodjo (2003) menyebutkan faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan perilaku, yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungan apabila perilaku tersebut dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.

(3)

2.1.3. Proses Perubahan perilaku

Terbentuknya dan perubahan perilaku manusia terjadi dikarenakan adanya proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui suatu proses yakni proses belajar. Oleh sebab itu, perubahan perilaku dan proses belajar itu sangat erat kaitannya. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar (Notoadmojo, 2003).

Proses pembelajaran yang terjadi pada diri individu terjadi dengan baik apabila proses pembelajaran tersebut menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen. Dengan demikian dikatakan bahwa proses pembelajaran terjadi bila individu tersebut berperilaku, bereaksi dan menanggapi sebagai hasil dari pembelajarannya dengan cara yang berbeda dari individu tersebut berperilaku sebelumnya. (Halimah, 2010).

2.1.4. Faktor Penentu Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

(4)

1. Faktor internal, yaitu karekteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.1.5. Perilaku Aman

Perilaku aman menurut Heinrich dalam Suma’mur (1996) adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. Sedangkan menurut Bird dan Germain, perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Perbedaan perilaku aman dan perilaku Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yaitu perilaku aman hanya berfokus pada keselamatannya saja sedangkan perilaku K3 tidak hanya pada keselamatan tetapi juga kesehatan kerjanya. Dibawah ini adalah jenis-jenis perilaku aman:

1. Menurut Frank E bird dan Germain (1990) dalam teori Loss Caution Model menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku aman meliputi:

(5)

e. Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi. f. Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan. g. Menggunakan peralatan yang seharusnya.

h. Menggunakan peralatan yang sesuai. i. Menggunakan APD dengan benar.

j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku. k. Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempatnya dan

cara mengangkat yang benar.

l. Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan. m. Tidak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja. (Halimah,

2010)

2. Menurut Heinrich dalam Suma’mur (1987), perilaku aman terdiri dari : a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai. b. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya.

c. Menggunakan peralatan yang sesuai. d. Menggunakan peralatan yang benar.

e. Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi.

f. Berhasil memperingatkan karyawan lain yang bekerja tidak aman. g. Menggunakan PPE dengan benar.

h. Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan menempatkannya di tempat yang seharusnya.

(6)

k. Disiplin dalam pekerjaan.

l. Memperbaiki peralatan dalam keadaan mati. (Halimah, 2010)

2.2. Promosi Kesehatan 2.2.1. Pengertian

Badan kesehatan dunia (World Health Organization) menjelaskan, promosi kesehatan di tempat kerja adalah berbagai kebijakan dan aktivitas di tempat kerja yang dirancang untuk membantu pekerja (employee) dan perusahaan (employer) di semua level untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan mereka dengan melibatkan partisipasi pekerja, manajemen dan stakeholder lainnya (Notoadmojo, 2010).

Promosi kesehatan di tempat kerja adalah, upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat (Kholid, 2012).

2.2.2. Tujuan dan Sasaran

Menurut Kholid (2012), tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah : 1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja. 2. Menurunkan angka absensi kerja.

(7)

6. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.

Sasaran dari promosi kesehatan di tempat kerja adalah: 1. Primer : karyawan di tempat kerja

2. Sekunder : pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja. 3. Tertier : pengusaha dan manajer/direktur.

2.2.3. Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Menurut Kholid (2012), mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja dapat melalui delapan langkah yaitu:

1. Menggalangkan dukungan manajemen

Untuk mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja, dukungan dan komitmen dari pengambil keputusan dari semua pihak sangat penting sekali. Ini termasuk bukan saja sebagai sponsor, tetapi komitmen untuk pelaksanaan promosi kesehatan tersebut. Para manajer hendaknya membuat program dan informasi umum tentang pelaksanaan promosi kesehatan yang diedarkan ke seluruh staf untuk didiskusikan. Coordinator program hendaknya memilih fasilitas yang ada untuk pelaksanaan.

2. Melakukan koordinasi

(8)

sektor terkait. Anggota dari kelompok kerja disesuaikan dengan lingkungan yang ada, baik besarnya dan struktur dari tempat kerja tersebut.

3. Penjajakan Kebutuhan

Team hendaknya melakukan need assessment. Hal ini untuk mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan dari need assessment ini adalah adalah mengidentifikasi masalah yang memengaruhi kesehatan dan menjadikannya program. Need assessment merupakan dasar untuk desain program dan hal ini harus focus pada permasalahan atau perhatian dari perusahaan dan pekerja. Hasil secara rinci dari need assessment ini hendaknya dikoordinasikan dengan team dan manajemen perusahaan. 4. Memprioritaskan kebutuhan

Team memprioritaskan masalah berdasarkan keinginan dan kebutuhan masalah-masalah yang memengaruhi kesehatan.

5. Menyusun perencanaan

(9)

6. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya hendaknya diawasi dan diberikan dukungan peralatan yang dibutuhkan, serta partisipasi aktif dari para team dan pengambil keputusan sangat membantu lancarnya pelaksanaan. Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana yang dibuat, walaupun ada kemungkinan perubahan di tengah proses pelaksanaan apabila diperlukan. 7. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan umpan balik (feed back) untuk perbaikan.

8. Revisi dan perbaikan program

(10)

Dibawah ini terlihat ilustrasi dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK).

Siklus perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PKDTK

Menggalang dukungan manajemen pengembangan program PKDTK

Melaksanakan mekanisme koordinasi team

Penjajakan kebutuhan

Revisi dan perbaikaan Menyusun prioritas

Monitor dan evaluasi Menyusun Perencanaan Pelaksanaan

Gambar 2.1. Siklus Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja (Kholid, 2012).

2.2.4. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Prinsip promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dilakukan secara

(11)

sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap dan berkesinambungan. (Kholid, 2012).

a. Komprehensif

Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kea rah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.

b. Partisipasi

Para pekerja di smereka dalam semua tingkatan dalam perusahaan hendaknya terlibat secara aktif mengidentifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di tempat kerja merupakan halyang sangat mendukung bagi para pekerja untuk leih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengubah gaya hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit.

c. Keterlibatan berbagai sektor terkait

(12)

melalui pendekatan yang integrasi sehingga penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.

Untuk itu, meningkatkan kesehatan pekerja dan membangun tempat kerja yang sehat dibutuhkan koordinasi berbagai pengambil keputusan, industri, sektor kesehatan, universitas yang terkait, organisasi pekerja, organisasi pengusaha, organisasi masyarakat, masyarakat dan lain-lain. Para professional dari berbagai disiplin ilmu juga diperlukan.

d. Kelompok organisasi masyarakat

Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua anggota pekerja, kelompok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya diperhitungkan dalam mengembangkan program selanjutunya.

e. Berkesinambungan atau berkelanjutan

(13)

responsive terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

2.2.5. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Menurut George (1998) dalam Helliyanti (2009), Safety promotions atau promosi K3 adalah suatu usaha yang dilakukan untkuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja tentang K3 sehingga dapat melindungi pekerja, property, dan lingkungan. Program K3 menjadi efektif apabila terdapat perubahan sikap dan perilaku pada pekerja.

Manfaat promosi K3 antara lain:

1. Bagi pihak manajemen di tempat kerja a. Peningkatan dukungan terhadap program K3.

b. Citra positif (tempat kerja) yang maju dan peduli keselamatan dan kesehatan).

c. Peningkatan moral staff.

d. Penurunan angka absensi krena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. e. Peningkatan produktivitas.

f. Penurunan biaya kecelakaan dan kesakitan. 2. Bagi pekerja

a. Peningkatan percaya diri b. Penurunan stress

(14)

d. Peningkatan kemampuan mengenali bahaya di tempat kerja dan mencegah penyakit.

e. Peningkatan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sekitar (Tresnaningsih dalam Helliyanti, 2009)

Menurut Notoatmodjo (2003), media promosi adalah alat bantu untuk menyampaikan informasi. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan sangat bervariasi, antara lain :

a. Media Cetak

1. Booklet merupakan suatu media untuk meyampaikanpesan dalam bentuk buku, baik merupa tulisan maupun gambar.

2. Flif chart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan cetak yang berisi pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

3. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas masalah.

(15)

5. Rambu-rambu K3 dapat membantu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat dipakai untuk mengurangi kebiasaan buruk yang banyak ditemukan.

b. Media Papan

1. Poster/billboard

Poster didesain oleh designer dan kemudian dicetak untuk ditempel di papan. Dipasang di lokasi seperti pemasangan wallpaper.

Menurut Suma’mur (1987), poster-poster dipergunakan untuk meniadakan

kebiasaan-kebiasaan buruk, mempertunjukkan keuntungan-keuntungan jika berbuat selamat, atau memberikan keterangan terperinci, nasehat atau pengarahan terhadap masalah-masalah tertentu. dalam keraguan.

Poster dapat dipakai untuk pengarahan sesuatu sikap atau tindakan yang selamat. Misalnya poster tentang tangga dapat mengarahkan tenaga kerja untuk tidak memakai tangga yang cacat. Poster juga dapat dipakai untuk memperlihatkan ketentuan umum, umpamanya pemasngan poster tentang perlunya setiap tenaga kerja mendapat pertolongan pertama yang tepat jika terjadi kecelakaan.

2. Painted bulletin

(16)

Bentuk-bentuk promosi keselamatan dan kesehatan (K3) di tempat kerja antara lain:

a. Rambu-rambu K3

Menurut Goestch dalam penelitian Syaaf (2008), membuat safety promotion

secara visual merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan keselamatan. Sebagai contoh, rambu keselamatan yang tampak secara visual bagi operator mesin dapat mengingatkannya untuk menggunakan pengaman mesin. Rambu diletakkan di dekat mesin tersebut. Jika operator tidak dapat mengaktifkan mesin tanpa membaca rambu-rambu ini, maka operator tersebut akan selalu diingatkan untuk menggunakan cara aman setiap kali mengoperasikan mesin.

Kegunaan rambu-rambu K3 tersebut antara lain:

1. Menarik perhatian terhadap adanya kesehatan dan keselamatan kerja 2. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat 3. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.

4. Mengigatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan perlindungan diri

5. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.

6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan.

Perundangan yang berkaitan dengan rambu-rambu K3 antara lain:

(17)

diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat

yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas

atau ahli keselamatan kerja “

2. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kriteria audit 6.4.4 : “Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan

standar dan pedoman“

Kelompok rambu-rambu dibagi dalam tiga bagian yakni : 1. Perintah, berupa : larangan , kewajiban.

2. Waspada, berupa : bahaya, peringatan, perhatian. 3. Informasi.

Adapun jenis rambu dapat berupa : 1. Rambu dengan simbol

2. Rambu dengan simbol dan tulisan

3. Rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan .

Pedoman umum rambu-rambu K3 berasarkan warna antara lain:

Gambar 2.

(18)

b. Komunikasi

Komunikasi vertikal terjadi secara timbal balik antara penyelia dengan tenaga kerja atau penyelia dengan manajer di atasnya. Komunikasi horizontal adalah komunikasi kesamping antara penyelia atau manajer satuan kerja yang sejajar. Sedang komunikasi silang terjadi secara timbal balik antara manajer pada suatu satuan kerja dengan penyelia pada satuan kerja yang lain. Manfaat komunikasi kesehatan keselamatan kerja baik itu komunikasi secara vertikal maupun horizontal adalah agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit kerja sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan selamat (winarsono, 2013).

Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai meda baik lisan maupun tertulis. Pesan harus mudah diingat oleh penerima. Daya ingat rata-rata melalui berbgai media adalah sebagai berikut:

10% apa yang dibaca, 20% apa yang didengar,

30% apa yang dilihat,

50% apa yang didengar dan dilihat, 70% apa yang dikatakan,

90% apa yang dikatakan dan dikerjakan.

(19)

Instruksi atau pesan harus jelas

Sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman penerima pesan Tidak memerlukan pertimbangan

Ada umpan balik untuk mengetahui tingkat pemahaman Kesesuaian pemikiran, kata dan tindakan pemberi pesan.

Disamping untuk menyampaikan perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan, Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja digunakan untuk mendorong perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja dengan selamat.

c. Bulan K3

Pemerintah telah menunjukkan komitmennya terhadap pentingnya Keselamatan dan kesehatan kerja, terbukti dengan menerbitkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Kep. 268/MEN/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2009. Disebutkan tujuan dan sasaran kampanye K3 pada tahun 2009 adalah:

a. Tujuan

1. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi semua pihak untuk efektifitas pelaksanaan K3.

2. Mendorong terciptanya budaya K3 sebagai kebutuhan individu dan masyarakat.

(20)

b. Sasaran

Terciptanya kesadaran dan perilaku masyarakat yang mencerminkan budaya K3 di setiap tempat kerja dalam mencegah serta menurunkan dan meniadakan terjadinya kecelakaan kerja dalam menjamin stabilitas usaha guna mendukung iklim investasi yang kondusif.

Kampanye K3 secara nasional dimulai sejak tanggal 12 Januari 1984. Dalam pendahuluan Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja tahun 2009 disebutkan bahwa kampanye tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja yang ada dilingkungan tempat kerja (Depnakertrans RI, 2009).

Peringatan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di selenggarakan di setiap masing – masing Perusahaan, selain memasang bendera K3 dan Spanduk yang bertemakan budaya K3, juga dilaksanakan kegiatan lain seperti lomba – lomba yang bertemakan K3.(Isma, 2014)

d. Pengawasan

Pengecekan terhadap tindakan pencegahan keselematan dan kesehatan kerja adalah penting untuk dilakukan, sama pentingnya dengan pengecekan terhadap kemajuan dan hasil kerja. Para supervisor perlu melihat bahwa pertimbangan pemenuhan kewajiban akan keselamatan, kesehatan dan lingkungan mereka adalah merupakan bagian yang penting dari tugas. (Rijanto, 2010)

(21)

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian dalam Halimah, 2010)

Menurut Roughton dalam penelitian Syaaf (2008), beberapa individu yang harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja yaitu:

a. Pengawas (supervisor)

Setiap pengawas yang ditunjuk harus mendapatkan pelatihan terdahulu mengenai bahaya yang mungkin akan ditemui dan juga pengendaliannya. b. Pekerja

Ini merupakan salah satu cara untuk melibatkan pekerja dalam proses keselamatan. Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya dan cara melindungi diridan rekan kerjanya dari bahaya tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan potensi hazard.

c. Safety Professional

Safety Professional harus menyediakan bimbingan dan petunjuk tentang metode inspeksi. Safety Professional dapat diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau permasalahan dalam program pencegahan dan pengendalian bahaya.

e. Pelatihan

(22)

Pelatihan merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan/stimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan kerja atau organisasi (Sofyandi, 2008).

Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).

Pelatihan memberikan manfaat ganda dalam promosi keselamatan. Pertama, pelatihan memastikan pekerja tahu bagaimana cara bekerja dengan aman dan mengapa hal itu penting. Kedua, pelatihan menunjukkan bahwa manajemen memiliki komitmen memiliki komitmen terhadap keselamatan. (Goestsch dalam Syaaf, 2008)

2.2.6. Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

(23)

1. Pemasangan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Pada setiap unit stasiun produksi pengolahan, rambu-rambu K3 yang dipasang berupa peringatan tanda bahaya akan kondisi lingkungan kerja dan risiko penyakit akibat kerja (PAK) dan peringatan pemakaian APD.

2. Komunikasi pesan (informasi K3)

a. Safety talk (pesan-pesan K3). Pesan K3 tersebut setiap tahunnya dilaksanakan pada periode tertentu seperti saat apel pagi setiap bulannya, saat sebelum pengoperasian proses produksi oleh mandor unit, saat rapat bulanan P2K3 yang meninjau aspek K3 pekerja dan lingkungan kerja dengan melibatkan setiap mandor unit dan perwakilan pekerja.

b. Penyebarluasan informasi K3 di setiap unit kerja yang bukan dalam bentuk rambu-rambu K3 dan bagi para tamu yang hendak masuk ke unit PKS juga diberikan informasi K3.

c. Pemberian buku saku K3 berupa PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 yang didistribusikan dan disosialisasikan pada bulan Juli 2013.

3. Kegiatan Perayaan Bulan K3 Nasional

(24)

baliho, spanduk dan poster K3, pengadaan perlombaan pembuatan poster K3 lukis dan cerdas cermat K3.

4. Pengawasan

a. Pengawasan harian oleh mandor unit terhadap perilaku bawahan atau karyawan bagian pengolahan PKS.

b. Patroli rutin peninjauan aspek K3 pekerja dan lingkungan setiap 1 bulan sekali oleh P2K3.

5. Pelatihan

Pelatihan yang dilaksanakan bagi karyawan unit pengolahan meliputi:

a. Pelatihan pelaksanaan instruksi kerja

b. Pemadaman kebakaran (fire fighting)

c. Pelatihan Rescue (tanggap darurat)

d. Pelatihan P3K dilengkapai dengan fasilitasnya.

(25)

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Konsep

Promosi K3

2.4. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan antara Promosi K3 (Rambu-Rambu K3, Komunikasi pesan K3, Kegiatan Bulan K3, Pengawasan, dan Pelatihan) dengan perilaku aman (safe behavior).

Ha : Ada hubungan antara Promosi K3 (Rambu-Rambu K3, Komunikasi pesan K3, Kegiatan Bulan K3, Pengawasan, dan Pelatihan) dengan perilaku aman (safe behavior).

Rambu-rambu K3 Komunikasi pesan K3

Kegiatan Bulan K3 Pengawasan

Pelatihan

Safe behavior

Gambar

Gambar 2.1. Siklus Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja (Kholid,
Gambar 2.
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait