• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. Latar Belakang - Metode Hierarchical K-Means untuk Pengelompokoan Desa Tertinggal di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1.1. Latar Belakang - Metode Hierarchical K-Means untuk Pengelompokoan Desa Tertinggal di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang hal-hal yang menjadi latar belakang pembuatan tugas akhir, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, manfaat, metodologi penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah utama saat ini baik di negara-negara miskin, berkembang, maupun di negara-negara maju adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan awal dari timbulnya masalah-masalah sosial lainnya yang terkait erat dengan kualitas pendidikan, kriminalitas, kelaparan, dan sebagainya yang secara tidak langsung akan mengganggu ketahanan atau stabilitas negara (Arisanti, 2011). Oleh karena itu pemerintah daerah di setiap negara berusaha untuk mengatasi masalah kemiskinan dengan beragam kebijakan-kebijakan, termasuk di Provinsi Sumatera Utara.

Penanganan masalah kemiskinan di Indonesia tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Dalam RPJMN 2010-2014 sasaran utama dalam pembangunan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi salah satunya adalah menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 8-10 persen diakhir tahun 2014.

Beragam kebijakan pemerintah terkait dengan kemiskinan tentunya akan efektif jika kebijakan tepat mengarah pada faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan itu sendiri. Sehingga akan dapat dirumuskan alternatif kebijakan pengentasan kemiskinan yang lebih intensif dan tepat sasaran.

(2)

Kabupaten Kutai Kartanegara. Yang mana penelitian tersebut menyimpulkan bahwa jumlah kelompok yang paling optimal adalah sebanyak 5 (lima) kelompok. Penelitian lain dilakukan oleh Angsoka Dewi, dkk yang menggunakan Algoritma Cluster Ensemble untuk pengelompokan desa perdesaan di Provinsi Riau. Penelitian ini menunjukkan bahwa algoritma pengelompokkan ensembel menghasilkan kelompok dengan kinerja yang lebih baik daripada pengelompokkan full kategorik dan full

kontinu. Nilai rasio dari masing-masing algoritma yang diukur pada jumlah kelompok sama dengan 4 (empat) secara berturut-turut adalah 0,0072; 0,0904; dan 0,2679. Dengan pengelompokkan ensembel, desa perdesaan di Provinsi Riau dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok dan dapat mengidentifikasi 65 desa yang merupakan remote area. Nur’Aidah pada tahun 2014 juga melakukan penelitian

menggunakan Agglomerative Spatial Hierarchical Clustering untuk Pengelompokan Daerah Tertinggal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa berdasarkan hasil perbandingan algoritma Spatial Hierarchical Clustering dapat mengelompokkan wilayah dalam letak geografis yang berdekatan, sementara algoritma Hierarchical Clustering tidak.

Pengklasteran menurut Edi Satriyanto adalah suatu algoritma pengelompokkan berdasarkan ukuran kedekatan (kemiripan). Pengklasteran berbeda dengan group dimana group berarti kelompok yang sama kondisinya sedangkan klaster tidak harus sama akan tetapi pengelompokkannya berdasarkan pada kedekatan dari suatu karakteristik sampel yang ada.

Algoritma K-means merupakan algoritma clustering yang paling sederhana dan umum. Hal ini dikarenakan K-means mempunyai kemampuan mengelompokkan data dalam jumlah yang cukup besar dengan waktu komputasi yang relatif cepat dan efisien. Namun, K-means mempunyai mempunyai kelemahan yang diakibatkan oleh penentuan pusat awal cluster. Hasil cluster yang terbentuk dari algoritma K-means ini sangatlah tergantung pada inisiasi nilai pusat awal cluster yang diberikan. Hal ini menyebabkan hasil clusternya berupa solusi yang sifatnya local optimal. Untuk itu, maka K-means dikolaborasikan oleh algoritma hierarki untuk penentuan pusat awal

cluster (Alfina, dkk., 2012).

(3)

Berbasis Arc View” yang mana pada pada hasil penelitian tersebut perwilayahan di

provinsi Sumatera Selatan dibagi menjadi 7 kluster dan menghasilkan hasil klusterisasi dan analisis yang baik. Penelitian lain dilakukan oleh Tahta Alfina, dkk pada tahun 2012 dengan judul “Analisa Perbandingan Algoritma Hierarchical Clustering, K-means dan Gabungan Keduanya dalam Cluster Data (Studi kasus: Problem Kerja Praktek JurusanTeknik Industri ITS)” yang mana hasil dari penelitian ini menghasilkan pengelompokan data yang lebih baik jika dibandingkan dengan K-Means dalam semua pengujian. Dalam studi kasus Problem Kerja Praktek Jurusan Teknik Industri ITS, dari kombinasi hierarchical clustering dan K-means yang ada, kombinasi single linkage clustering dan K-means menghasilkan pengelompokan data yang terbaik dibandingkan dengan algoritma hierarki yang lainnya. Rendy Handoyo pada tahun 2014 juga melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Algoritma

Clustering Menggunakan Algoritma Single Linkage Dan K - Means Pada Pengelompokan Dokumen” yang mana hasil dari penelitian ini adalah Algoritma

Single Linkage memilliki performansi yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma

K-means. Jumlah cluster memberikan pengaruh terhadap nilai silhouette dan Purity. Dan jumlah dokumen memberikan pengaruh terhadap nilai Silhouette Coefficient. Dan pada tahun 2007 Kohei Arai dan Ali Ridho Barakbah melakukan penelitian dengan judul “Hierarchical K-means: an algorithm for centroids initialization for K-means

yang mana penggunaan algoritma hierarchical k-means menghasilkan waktu komputasi yang lebih singkat dibandingkan dengan algoritma lain yang digunakan seperti Single Linkage, Centroid Linkage, Complete Linkage, Average Linkage, Fuzzy c-means,dan K-means using random init.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul penelitian ini adalah

“ALGORITMA HIERARCHICAL K-MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN DESA

TERTINGGAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA”.

1.2. Rumusan Masalah

(4)

sehingga mempermudah pemerintah memberi kebijakan untuk menanggulangi masalah kemiskinan agar lebih tepat sasaran ?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengelompokkan desa-desa tertinggal yang ada di provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan algoritma hierarchical k-means sehingga dapat membantu pemerintah untuk memberi kebijakan untuk menanggulangi masalah kemiskinan di daerah tersebut.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian adalah :

1. Desa yang dikluster adalah desa-desa yang ada di provinsi Sumatera Utara.

2. Parameter yang digunakan variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 9 variabel bertipe data kontinu dan pemilihan variabel diperoleh dari penelitian Husna (2011) yaitu :

1. Jarak kantor desa terhadap kantor bupati

2. Rasio jumlah sarana pendidikan per 100 penduduk. 3. Rasio jumlah sarana kesehatan per 100 penduduk. 4. Rasio jumlah tenaga kesehatan per 100 penduduk. 5. Jumlah minimarket.

6. Persentase keluarga pertanian. 7. Persentase keluarga pengguna listrik.

8. Persentase keluarga yang tinggal dibantaran sungai 9. Rasio penderita gizi buruk per 1000 penduduk

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan penulis dalam bidang data mining khusunya clustering.

(5)

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi kepustakaan yaitu proses mengumpulkan bahan referensi mengenai hierarchical clustering, k-means, data mining, dan daerah tertinggal dari berbagai buku, jurnal, artikel, dan beberapa sumber referensi lainnya.

2. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap studi literatur untuk mendapatkan pemahaman mengenai algoritma hierarchical clustering dan k-means untuk menyelesaikan masalah pengelompokan desa tertinggal di Provinsi Sumatera Utara.

3. Perancangan

Pada tahap ini dilakukan perancangan arsitektur, pengumpulan data, pelatihan, dan perancangan antarmuka. Proses perancangan dilakukan berdasarkan hasil analisis studi literatur yang telah didapatkan.

4. Implementasi

Pada tahap ini dilakukan pengkodean program menggunakan PHP, javascript, dan MySQL

5. Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengujian aplikasi pengelompokan desa tertinggal yang telah dibuat guna memastikan aplikasi telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

6. Dokumentasi dan Penyusunan Laporan

Pada tahap ini dilakukan dokumentasi hasil analisis dan implementasi algoritma

(6)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari lima bagian utama sebagai berikut: Bab 1: Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2: Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan untuk memahami permasalahan yang dibahas pada penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang penerapan algoritma hierarchical clustering dan k-means untuk pengelompokan desa tertinggal dan data-data pendukungnya.

Bab 3: Analisis dan Perancangan Sistem

Bab ini berisi analisis dan penerapan hierarchical clustering dan k-means untuk pengelompokan desa tertinggal, serta perancangan seperti pemodelan dengan

flowchart.

Bab 4: Implementasi dan Pengujian Sistem

Bab ini berisi pembahasan tentang implementasi dari analisis dan perancangan yang disusun pada Bab 3 dan pengujian apakah hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.

Bab 5: Kesimpulan Dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi pengelompokan data tilang ini menerapkan pengelompokan dengan menggunakan Algoritma K-Means dengan metode clustering, clustering merupakan proses yang

Ucapan terimakasih juga penulis tujukan pada semua dosen, pegawai serta staff pada program studi S1 Teknologi Informasi yang telah membantu dan membimbing penulis

Dengan adanya perencanaan, maka dilakukan suatu perkiraan ( forecasting ) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Dengan perencanaan memberikan kesempatan

Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh stok beras, luas panen padi, produktivitas lahan, jumlah konsumsi beras dan harga beras

a) Data Mining dengan algoritma K-means dapat diterapkan untuk mengelompokkan banyaknya desa/kelurahan menurut keberadaan permukiman di bantaran sungai berdasarkan

Perbandingan Hasil Perhitungan Clustering Algoritma K-Means Perbandingan Perhitungan Microsoft Excel Rapidminer Banyak Iterasi 3 - Jumlah Cluster C1 C2 C3 C4 C1 C2 C3 C4 177

3.2 Proses Data Mining dengan Algoritma K-means Clustering “Dengan ini, maka hasil analisa 3 variabel, yaitu status korban, jenis kekerasan, dan faktor penyebab, diperoleh informasi

56 PERBANDINGAN EVALUASI METODE DAVIES BOULDIN, ELBOW DAN SILHOUETTE PADA MODEL CLUSTERING DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K MEANS Muhammad Sholeh1, Khurotul Aeni2 Program Studi