HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA HIPERTENSI USIA LEBIH DARI 60 TAHUN DI DUSUN
PASINAN KRAJAN DESA SEKARGADUNG KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO
Amar Akbar*, Tri Wibowo Suganda** STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
E-mail : http://www.stikes-ppni.ac.id
ABSTRACT
Elderly patients with hypertension takes the role of the family in helping the elderly, each family member to support each other indicates that the function in the family goes well. A well-functioning family will make the steps used to solve the problem in advance, discuss the problems, these problems communicating with each other, and determine appropriate action so that elderly people with hypertension can have a good quality of life. The purpose of this study was to determine the relationship of family functioning and quality of life of elderly patients with hypertension. The research design used in this study is an analytic correlation with cross sectional approach. The population of elderly aged over 60 years and obtained a sample of 37 respondents using simple random sampling technique independent variables in this study was a family function and dependent variable is the quality of life of the elderly. family function was measured by the Family Function Device (FAD) and the quality of life measured by WHOQOL BREEF.Hasil research shows that a family function and quality of life of elderly hypertensive patients aged over 60 years in the hamlet pasinan Krajan village districts sekargadung Pungging mojokerto district has a value of ρ = 0 , 00 <α 0:05. Analyzed using contingency coefficient test with a significant level of 0.00. Shows that the correlation between the two variables is high enough to sense the better function of the family that owned the higher the quality of life in lansia.Lansia with hypertension require the participation of others such as the role of family members in helping the elderly, each family member to support each other indicates that the function family and healthy family environment is closely related to the quality of life of the elderly.
Keywords: Elderly, Family Function, Quality of Life
1. LATAR BELAKANG
2. Menurut
WHO (1989) dalam Notoatmodjo (2011), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks
kebutuhan tersebut
dihubungkan secara biologis,
sosial, dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Menurut
individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Lansia mengalami penurunan fungsi organ salah satunya yaitu
fungsi pada organ
cardiovascular, penurunan
fungsi tersebut
mengakibatkan lansia mengalami penebalan dan kaku pada katup jantung, elastisitas pembuluh darah
menjadi menurun,
kemampuan memompa darah menurun.
3. Menurut
Badan Pusat Statistik Provinsi Jatim (2014) berbagai penelitian mengenai penyakit penduduk lansia, diantaranya menemukan bahwa umumnya lansia menderita penyakit yang berhubungan dengan ketuaan dan merupakan penyakit kronis diantaranya yaitu hipertensi. Pada lansia hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Smeltzer& Bare, 2005). Lansia yang mengalami hipertensi menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, nyeri dada, serta kesemutan pada kaki dan tangan sehingga mempengaruhi kualitas hidup lansia. Pada kondisi tersebut fungsi pada keluarga sangat dibutuhkan, lansia yang mengalami hipertensi membutuhkan peran dari anggota keluarga agar dapat membantu menyelesaikan masalah yang diderita oleh lansia. Penyebab sebagian besar hipertensi diakibatkan
oleh factor keturunan atau genetic dan factor-faktor lain yang menyebabkan hipertensi yaitu stress, kegemukan (obesitas), pola makan merokok dan olah raga. (Ramadhan, 2010).
4. World Health
Organization (WHO)
penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hipertensi esensial. (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
5. Menurut
Riskesdas (2013) di dalam Kemenkes RI (2014) nampak jenis penyakit yang mendominasi adalah penyakit tidak menular, penyakit kronik dan degenerative, terutama golongan penyakit kardiovaskular. Penderita hipertensi prevalensi menurut kelompok umur 55- 64 tahun (45,9%), 65-74 tahun (57,6), 75 tahun ke atas (63,8%). Penduduk yang tidak menderita penyakit tidak menular hampir 1,5 kali mempunyai kualitas hidup baik (79,0%) dibandingkan dengan penduduk yang menderita penyakit tidak menular (49,4%). Persentase penduduk yang menyatakan kualitas hidup baik pada golongan umur kurang dari 64 tahun sebanyak (72,2%), sedangkan pada golongan umur lebih dari 64 tahun hanya tinggal sepertiganya (24,5%). (Pradono, 2009) Menurut Dinkes Jatim (2013) Laporan Tahunan Rumah Sakit tahun 2012 (per 31 Mei 2013), kasus penyakit terbanyak pasien rawat jalan di rumah sakit umum tipe B yang berjumlah 24 rumah sakit, kasus terbanyak masih
tergolong penyakit
degeneratif yakni Hipertensi (112.583 kasus). Seperti halnya pada rumah sakit tipe B, dua besar penyakit
terbanyak pasien rawat jalan pada rumah sakit tipe C adalah Hipertensi (42.212 kasus). Dan di rumah sakit tipe D, diketahui bahwa Hipertensi (3.301 kasus). Penyakit terbanyak mewabah di kabupaten mojokerto pada tahun 2013 terbesar ke tiga adalah hipertensi sebanyak (13,72%) (Mojoketo, 2012).
6. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dusun Pasinan Krajan Desa Sekar gadung
Kecamatan Pungging
Kabupaten Mojokerto pada tanggal 24 februari 2016 dengan jumlah lansia usia lebih dari 60 tahun yang mengalami hipertensi yaitu 40 orang. Dan berdasarkan hasil wawaancara tentang fungsi keluarga didapatkan
10 responden yang
diantaranya 6 responden
mengatakan tidak
memperhatikan penyakit yang dirasakan karena masalah ekonomi pada keluarganya sedangkan 4 responden memperhatikan penyakitnya, 3 responden mengatakan jarang diantar oleh keluarga untuk berobat sedangkan 7 responden sering diantar keluarganya untuk berobat, 2 responden mengatakan keluarga kurang
memperhatikan menu
makanan sedangkan 8
responden keluarga
memperhatikan menu
mengatakan tidak ada masalah di dalam komunikasi pada keluarga.
7. Dimensi
fungsi Keluarga terdiri dari
pemecahan masalah,
komunikasi, peran,
responsivitas afektif, keterlibatan afektif, control perilaku. Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh factor fisik, psikologis, hubungan social, lingkungan. Keluarga berperan dalam perawatan dan dukungan meliputi penyedian kenyamanan, kehangatan, rasa aman dan dukungan untuk anggota keluarga, sehingga lansia dengan hipertensi yang mengalami masalah fisik dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
8. Lansia dengan hipertensi membutuhkan peran dari orang lain seperti peran dari anggota keluarga dalam membantu lansia, setiap anggota keluarga
saling mendukung
menunjukkan bahwa fungsi keluarga dan lingkungan keluarga yang sehat sangat berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Siklus kehidupan keluarga penting bagi petugas kesehatan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dan ataupun cara penyelesaian masalah kesehatan yang ditemukan pada para anggota keluarga.
9. Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia
Penderita Hipertensi Usia Lebih Dari 60 Tahun Di Dusun Pasinan Krajan Desa Sekargadung Kecamatan
Pungging Kabupaten
Mojokerto 10. 11. METODELOGI
PENELITIAN
12. Berdasarkan tujuan penelitian desain penelitian yang digunakan adalah analitik
13. korelasional..P enelitian korelasional
bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan antar variabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lainnya (Nursalam, 2008).
14. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Cross sectional
adalah penelitian yang
menekankan waktu
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya 1 kali pada satu saat. Jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2008).Dalam penelitian ini adalah melakukan hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Hipertensi Usia Lebih Dari 60 Tahun.
15. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia usia lebih dari 60 tahun sebanyak 40 orang di Dusun Pasinan Krajan Desa Sekargadung Kecamatan
Pungging Kabupaten
ini adalah lansia didusun pasinan krajan dengan jumlah 37 lansia. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling.
16. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi keluarga di ukur dengan kuesioner FAD menggunakan skala likert sebanyak 37 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan positif dan negatif. Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas hidup lansia dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREEF.
17.
18. HASIL PENELITIAN 19. 1) Fungsi Keluarga
20. F memiliki fungsi keluarga baik yaitu sebanyak 21 responden (56,8%).
33.
34. 2) Kualitas Hidup 35.
36. Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa 22 responden (59,5%) kualitas hidup lansia rendah.
37.
38. 3) Tabulasi silang 39. menunjukkan bahwa fungsi keluarga baik dengan kualitas hidup lansia tinggi yaitu sebanyak 14 responden (66,7%), 16 responden (43,2%) memiliki fungsi keluarga kurang dengan kualitas hidup rendah yaitu sebanyak 15 responden (93,8%) . Menurut hasil analisa uji
contingency coefficient yang dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 17.0, diperoleh hasil (ρ = 0,000 < α = 0,05) maka H0 ditolak dan H1
diterima yang artinya ada hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia panderita hipertensi di Dusun Pasinan Krajan Desa Sekargadung Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,000 yang artinya tingkat korelasi cukup tinggi antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi. Sehingga semakin baik fungsi keluarga yang diberikan maka semakin baik pula kualitas hidup pada lansia.
77.
78. PEMBAHASAN
79. Berdasarkan table 3 menunjukkan bahwa fungsi keluarga baik dengan kualitas hidup lansia tinggi yaitu sebanyak 14 responden (66,7%), 16 responden (43,2%) memiliki fungsi keluarga kurang dengan kualitas hidup rendah yaitu sebanyak 15 responden (93,8%) . Menurut hasil analisa uji chi square nominal by nominal contingency coefficient yang
dilakukan dengan
menggunakan SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) versi 17.0, diperoleh hasil (ρ = 0,000 < α = 0,05) maka H0 ditolak dan
H1 diterima yang artinya ada
hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia panderita hipertensi di Dusun Pasinan Krajan Desa Sekargadung Kecamatan
Pungging Kabupaten
Mojokerto. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,000 yang artinya tingkat korelasi cukup tinggi antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi. Sehingga semakin baik fungsi keluarga yang diberikan maka semakin baik pula kualitas hidup pada lansia.
80. Keluarga merupakan , pelayanan serta kenyamanan bagi lansia dan anggota keluarga juga merupakan sumber dukungan dan bantuan paling bermakna dalam membantu anggota keluarga yang lain dalam merubah gaya hidupnya (Friedman, Bowden & Jones, 2003 dalam Yenni 2011). Dukungan keluarga termasuk dalam factor pendukung (Supporting factors) yang dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup seseorang sehingga berdampak pada status kesehatan dan kualitas hidupnya (Green & Kreuter dalam Yenni, 2011). Pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun emosional (Nofitri, 2009).
81. Orang terdekat dan pertama yang mampu merawat lansia adalah keluarga dan keluarga harus memiliki fungsi yang baik.
Lansia hipertensi
keluarga yang baik seperti peran dari anggota keluarga untuk merawat lansia,
memberikan dan
menunjukkan kasih sayang, saling berkomunikasi, membantu menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi pada lansia dan memberikan dukungan agar lansia dapat memaksimalkan kepuasan di dalam hidupnya. Apabila lansia memiliki kepuasan hidup yang baik maka akan timbul suatu perasaan tenang, nyaman dan lansia dapat lebih menikmati masa hidupnya. Hal tersebutlah yang membuat lansia mendapatkan kualitas hidup yang tinggi. Apabila fungsi keluarga pada lansia tersebut kurang maka akan timbul masalah pada mental
(penampilan) serta
psikososial dan memperparah kondisi fisik pada lansia, merasa seperti tidak berharga. Hal ini juga yang dapat membuat kualitas hidup lansia hipertensi menjadi rendah.
82. 83.
84. SIMPULAN
85. Berdasarkan hasil penelitian tentang fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia hipertensi usia lebih dari 30 tahun dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia hipertensi di Dusun Pasinan Krajan Desa Sekargadung
Kecamatan Pungging
Kabupaten Mojokerto dengan menggunakan uji statistik chi
square nominal by nominal contingency coefficient
menggunakan program SPSS didapatkan ρ = 0,000 < nilai α = 0,05. Lansia hipertensi
membutuhkan fungsi
keluarga yang baik seperti peran dari anggota keluarga untuk merawat lansia,
memberikan dan
menunjukkan kasih sayang, saling berkomunikasi, membantu menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi pada lansia dan memberikan dukungan agar lansia dapat memaksimalkan kepuasan di dalam hidupnya. Apabila lansia memiliki kepuasan hidup yang baik maka akan timbul suatu perasaan tenang, nyaman, kehidupannya lebih berharga dan lansia dapat lebih menikmati masa hidupnya. Hal tersebutlah yang membuat lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya
86.
87. SARAN 1. Bagi lansia
88. Di harapkan lansia dapat mengikuti kegiatan di masyarakat, misal posyandu lansia agar selain untuk melakukan cek kesehatan, juga bisa sebagai tempat bertemunya teman sejawat dan berbagi cerita untuk meningkatkan tingkat hubungan interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya 2. Bagi keluarga
meningkatkan tingkat pengetahuan tentang cara merawat lansia sehingga fungsi keluarganya dapat berjalan dengan baik. Jika fungsi keluarga berjalan dengaan baik otomatis kualitas hidup pada lansia menjadi tinggi
3. Bagi tenaga keperawatan
90. tingkat primer hendak meningkatkan pelayanan kesehatannya berdasarkan family oriented medical education pada keluarga-keluarga dengan berorientasi pada fungsi keluarga dan memberiperhatian lebih untuk pelayan kesehatan kepada lansia secara holistic dan komprehensif.
4. Bagi Peneliti
91. Untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan judul penelitian ini, diharapkan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup pada lansia, contohnya pendidikan, status pernikahan dan hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian ini mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengkaji kembali masalah-masalah yang terkait dengan fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia penderita hipertensi, misalnya terkait dengan kuesioner yang terlalu banyak pertanyaan untuk lebih diminimalkan lagi.
92. . 93.
94. DAFTAR PUSTAKA
95. Artinawati. S. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik. Bogor: IN MEDIA
96. Azizah. L. M. 2011.
Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
97. Baradero. M. Dayrit. M. W. Dan Siswadi. Y. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
98. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa timur. (2014). Profil Penduduk Lanjut Usia Jawa Timur. Surabaya : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 99. Degl’ Innocenti A, et. all.
2002.Journal. Cognitive Functionand Health-Related Quality ofLife in Elderly Patients withHypertension– Baseline Datafrom the Study on Cognitionthe Elderly (SCOPE).Francis.
100. Family Process: growing diversity and Complexity
(pp.581-607). New York : The Guilford press.
101. Julianty Pradono,Dwi Hapsari dan Puti Sari. (2009).Kualitas Hidup Pendudijk Indonesia Menurut International
ClassificaTion Of
Functioning, Disability And Health (Ic F) Dan
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya(Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007) 102. Kementerian Kesehatan RI.
(2013). Buletin jendela Data Dan InformasiKesehatan (GambaranKesehatanLanjut Usia Di Indonesia). Jakarta: KementerianKesehatan RI. 103. Kementerian Kesehatan RI.
104. Mojokertokab.(2013).
SitusResmiPemerintahKabupat enMojokerto. Di AksesPada 26februari 2016 dari www.Mojokertokab.go.id/inde x.php?
mn=data_statistik&vi=data_sta tistik&id=8.
105. Nofitri, N. (2009). Gambaran Kualitas Hidup Penduduk Dewasa Pada Lima Wilayah Di Jakarta
106. Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Ediisi 3.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
107. Ogihara T AndRakugi H. 2005.Journal Hypertension In TheElderly.
108. Smeltzer and Bare.(2005).
Buku Ajar
KeperawatanMedikalBedah.
Ed 8. Vol 2. Jakarta: EGC 109. Setiadi.(2008). konsepdan
proses keperawatan keluarga. yogyakarta: graham ilmu 110. Setyawan, A., B., 2007,
Hubunganantarafungsikeluarg adengankepatuhanberobatPasi
en Program
TerapiRumatanMetadon RSU dr. Soetomo Surabaya, TesisPascasarjanaUnair, Surabaya.
111. Sekarwiri, E. (2008).
Hubungan Antara Kualitas Hidup Dan Sense Of Community Pada Warga Dki Jakarta Yang Tinggal Di Daerah Rawan Banjir.
112. Silitonga, R. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup
Penderita Penyakit
Parkinson Di Poliklinik Saraf Rs Dr Kariadi.
113. Tamher. S. dan Heryati. 2008.
Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta Timur: Trans Info Media
114. Veronica dan Robert. 2005.
PencegahanHipertensi,
(online),
(http://www.univmed.org/wpco ntent/uploads/2011/02/Vol.20_ no.2_6.pdf, diaksestanggal 25 Februari 2016
115. World Health Organization. 2012. Data Hipertensi Global. Asia Tenggara: WHO
116. WHO, 2012. Evidence and
Health Information.
www.who.int.
117. Yenni.2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Lansia Dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Perkotaan
Bukittinggi. Tesis: Fakultas Ilmu Keperawatan Program
Pasca Sarjana Ilmu